Kebijakan Fiskal Enjelina Wetapo
Kebijakan Fiskal Enjelina Wetapo
NIM : 20180411024061
jawaban
a. P E N D A H U L U A N……………
Sudah sejak lama banyak orang berdebat mengenai makna atau pengertian Keuangan
Negara, khususnya jika dikaitkan dengan pertanggungjawaban Pemerintah atas
pengelolaan Keuangan Negara. Sebagai salah satu badan hukum public, Negara,
sebagaimana layaknya badan hukum, yang diberikan otorisasi untuk menyelenggarakan
pemerintahan bagi kepentingan seluruh rakyatnya. Penyelenggaraan pemerintahan ini
senantiasa harus didasarkan pada hukum dasar yang tertinggi, yang di Negara Republik
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Tidak dapat dipungkiri bahwa
penyelenggaraan Negara dan pemerintahan pasti akan membutuhkan dana, yang tidak
sedikit. Untuk itu maka diaturlah tata cara dan proses penerimaan uang dan
pengeluarannya untuk kepentingan jalannya negara dan pemerintahan. Salah satu
ketentuan yang mengatur mengenai masalah pengelolaan keuangan negara ini adalah
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 23. 1 Menurut ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-
Undang Dasar 1945, setiap tahunnya Pemerintah diwajibkan untuk menyusun Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, untuk lemudian dibahas bersama dan
selanjutnya disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, sebagai pedoman penyelenggaraan
pemerintahan dalam sector financial. Sebagaimana tertuang dalam Penjelasan atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
bahwa asas umum pengelolaan keuangan negara dalam rangka mendukung terwujudnya
good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggungjawab sesuai dengan aturan
pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola
perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut
keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR
dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih
berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif
menjadi instrumen untuk mensejahteraan rakyat dan mengelola perekonomian negara
dengan baik.
Definisi Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan negara
adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan.
Dari sisi subyek, yang dimaksud dengan keuangan Negara meliputi seluruh subyek yang
memiliki/menguasai obyek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat,
pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut diatas mulai dari perumusan kebijakan
dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana
tersebut di atas dalam rangka penyelenggaran pemerintahan negara. Peranan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Sektor Publik menjadi semakin
signifikan.
Dalam perkembangannya, APBN telah menjadi instrumen kebijakan multi fungsi yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara. Hal tersebut terutama terlihat
dari komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan
tujuan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, agar fungsi APBN dapat berjalan
secara optimal, maka sistem anggaran dan pencatatan atas penerimaan dan 4 pengeluaran
harus dilakukan dengan cermat dan sistimatis. Sebagai sebuah sistem, pengelolaan
anggaran negara telah mengalami banyak perkembangan.
APBD merupakan unsur penting dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektifitas
pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah. APBD bisa digunakan
sebagai alat untuk menentukan besaran pendapatan dan pengeluaran daerah. APBD
seharusnya bisa menjadi jelmaan dari keinginan masyarakat daerah dalam pembangunan.
Artinya semua tahapan yang dimulai dari perencanaan dan persiapan, pengesahan,
implementasi dan pelaporan serta evaluasi APBD sebaiknya bersifat terbuka sehingga
tuntutan dan kebutuhan publik menjadi bagian yang terintegrasi didalamnya. Konstitusi
pasal 23 UUD 1945 mengamanahkan serta mengatur dengan jelas dan tegas bahwa rakyat
berhak untuk ikut dalam penyusunan dan pengambilan keputusan Anggaran. Hal ini
diperkuat dengan Undang-undang Keuangan Negara nomor 17 Tahun 2003 dan SEB
Mendagri-Bappenas. Menciptakan orientasi anggaran ke arah kesejahteraan rakyat
diperlukan penganggaran yang partisipatif (Participatory Budgeting). Participatory
Budgeting (PB) adalah proses pembuatan kebijakan yang inovatif, dimana masyarakat
dilibatkan secara langsung dalam pembuatan kebijakan. Serangkaian forum
diselenggarakan sehingga masyarakat memiliki kesempatan untuk mengalokasikan
sumber daya, membuat prioritas kebijakan, dan memonitor belanja publik yang
diselenggarakan pemerintah. Sistem ini akan menjadi baik dan berkepastian apabila
berkekuatan normatif, etis dan partisipatif. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
permasalahan yang timbul dalam situasi ini bahwasanya pola-pola perencanaan dan
penyusunan APBD yang bottom up planning kenyataannya belum dilakukan secara
maksimal oleh penyelenggara pemerintahan di daerah, untuk itu diperlukan gambaran
realitas tingkat partisipasi khususnya di Kabupaten Bangkalan sebagai dasar penyusunan
kebijakan berbasis penganggaran yang partisipatif.
Jawaban
1. Pengertian Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Tata kelola keuangan negara yang baik dan benar mutlak harus dimiliki para pengelola
keuangan, khususnya di Instansi Pemerintah salah satunya seperti pengelolaan keuangan
di Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Mengingat besarnya anggaran
menjadikan Polri sebagai instansi yang signifikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP). Sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi dan pengetahuan para
pengelola keuangan di Polri, Badiklat PKN bersama dengan Polri
menyelenggarakan Pelatihan Sistem Pengelolaan Keuangan Pemerintah Pusat
(SPKPP), tata kelola keuangan negara yang baik dan benar mutlak harus dimiliki oleh
Polri. Untuk itu, Badiklat PKN sebagai penyelenggara merasa bangga dapt menjadi
bagian dari Polri dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kompetensi dari para
pengelola keuangan negara.
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai
tugas sebagai berikut :
menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;
mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan
undang-undang;
melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN;
melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan
ketentuan undang-undang.
2. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku
pejabat pengelola APBD;
dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.
Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
e. menyusun laporan keuangan yang merupakan per-tanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
Jawaban
1. Penerimaan Perpajakan;
2. PNBP; dan
3. Penerimaan Hibah.
Jumlah anggaran Pendapatan Negara TA 2024 yang lebih kecil dari pada jumlah anggaran
Belanja Negara TA 2024 mengakibatkan Tahun Anggaran 2024 terdapat defisit anggaran
sebesar Rp522.825.005.268.000,00 (lima ratus dua puluh dua triliun delapan ratus dua puluh
lima miliar lima juta dua ratus enarn puluh delapan ribu rupiah) yang rencananya akan dibiayai
dari Pembiayaan Anggaran. Pembiayaan Anggaran terdiri atas 5 (lima) komponen, meliputi:
Dengan telah ditetapkannya UU No. 19 Tahun 2023, diharapkan dapat menjadi pedoman
instansi pemerintah dalam mengatur Rencana Kerja dan Anggaran Tahun Anggran 2024.
APBD terdiri dari tiga komponen utama yaitu pendapatan daerah, belanja
daerah, dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah terdiri dari pos Pendapatan
Asli Daerah (PAD), pos Dana Perimbangan, dan pos LainLain Pendapatan
Daerah yang Sah. Di dalam pos PAD ada komponen Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang merupakan sumber pendapatan utama dari pemerintah daerah itu
sendiri yang diperoleh dari wajib pajaknya. Selanjutnya untuk Dana
Perimbangan merupakan dana yang diperoleh pemerintah daerah dari
pemerintah pusat sebagai perwujudan dari pelaksanaan desentralisasi fiskal.
Selain sumber pendapatan yang diperoleh dari daerah tersebut dan pemerintah
pusat, pemerintah daerah juga memperoleh pendapatan dari daerah lain yang
berupa komponen Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan pemda lainnya yang
ada di dalam pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Dalam APBD, Pemda dapat merencanakan defisit atau surplus APBD. Pada
kenyataannya, di dalam dokumen APBD seringkali terjadi defisit daerah. Defisit
daerah dapat ditutup dengan pembiayaan daerah. Pembiayaan daerah terdiri dari
dua pos yaitu penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Pemerintah daerah memiliki kecenderungan untuk menutup defisit daerah dari
Sisa Lebih Penghitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya atau
dengan melakukan pinjaman daerah atau obligasi daerah yang berada di pos
penerimaan pembiayaan. Pos pengeluaran pembiayaan juga memiliki dua
komponen utama yang banyak digunakan oleh pemda yaitu penyertaan modal
(investasi daerah) dan pembayaran pokok utang.
Guna melihat penganggaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu
tahun ini, Direktorat Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah,
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun ringkasan APBD Tahun
2017 untuk memberikan informasi/gambaran mengenai APBD di 542
pemerintah daerah. Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan berkontribusi dalam
penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Jabawan.
A. Hukum Kekuatan Antara Pemerintah Pusat Dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, Serta
Pemerintah/Lembaga Asing ?
Defisit anggaran terjadi ketika pengeluaran melebihi pendapatan. Istilah ini berlaku untuk
pemerintah, meskipun individu, perusahaan, dan organisasi lain dapat mengalami defisit.
Defisit harus dibayar. Jika tidak, maka itu menciptakan hutang. Defisit setiap tahun
menambah hutang. Seiring dengan bertambahnya hutang, defisit meningkat dalam dua
cara. Pertama, bunga utang harus dibayar setiap tahun. Ini meningkatkan pengeluaran
tanpa memberikan manfaat apa pun. Kedua, tingkat utang yang lebih tinggi dapat
mempersulit pengumpulan dana. Kreditur menjadi khawatir tentang kemampuan
peminjam untuk membayar kembali hutangnya. Ketika ini terjadi, kreditor menuntut suku
bunga yang lebih tinggi untuk memberikan pengembalian yang lebih besar atas risiko
yang lebih tinggi ini. Itu semakin meningkatkan defisit setiap tahun.
B. Kebalikan dari defisit anggaran adalah surplus. Itu terjadi ketika pengeluaran lebih rendah
dari pendapatan. Surplus anggaran memungkinkan penghematan. Jika surplus tidak
dibelanjakan, itu seperti uang yang dipinjam dari masa sekarang untuk menciptakan masa
depan yang lebih baik. Jika defisit dibiayai oleh hutang, maka efeknya sebaliknya. Ini adalah
uang yang dipinjam dari masa depan untuk membayar standar hidup saat ini. Anggaran yang
seimbang adalah ketika pendapatan sama dengan pengeluaran. Sebagian besar negara di
dunia harus menyeimbangkan anggaran mereka. Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit
Anggaran Serta Jumlah Kumulatif Pinjaman ?
Jawaban:
Pasal 4
1. Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3% (tiga persen)
dari PDB tahun bersangkutan.
2. Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dibatasi tidak
melebihi 60% (enam puluh persen) dari PDB tahun bersangkutan.
Pasal 5
1. Dalam hal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD tidak melebihi 3% (tiga persen) dari
PDB dan/atau jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tidak
melebihi 60% (enam puluh persen) dari PDB:
a. Pemerintah Pusat dapat melakukan pinjaman baik dalam negeri maupun luar
negeri.
b. Pemerintah Daerah dapat melakukan pinjaman baik dari Pemerintah Pusat
maupun dari sumber lainnya.
c. Pinjaman Daerah yang bersumber dari luar negeri, dilakukan melalui
mekanisme penerusan pinjaman.
2. Pelaksanaan pinjaman Pemerintah Daerah dari Pemerintah Pusat maupun dari sumber
lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jawaban:
Pasal 6
(1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
(2) Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1):
a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;
Pasal 7
(1) Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan
bernegara.
Pasal 8
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai
tugas sebagai berikut:
Pasal 9
e. mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya;
f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
Peningkatan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia melalui inovasi dan penguatan
kualitas SDM menjadi salah satu tujuan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
2020 (APBN 2020). Dengan fokus pembangunan pada inovasi dan penguatan SDM, tentunya
terdapat alokasi baru dalam APBN Tahun 2020 untuk mendukung kebijakan program tersebut,
selain penambahan alokasi dana program peningkatan SDM yang telah ada pada APBN tahun
sebelumnya.
Pada dasarnya, selama ini pemerintah telah fokus memberi perhatian pada peningkatan kualitas
SDM. Hal tersebut terwujud dalam alokasi dana APBN sebelum tahun 2020 terkait peningkatan
kualitas pendidikan. Adanya alokasi sebesar 20% dari belanja APBN untuk anggaran pendidikan
merupakan wujud nyata dukungan pemerintah guna peningkatan kualitas SDM Indonesia. Dari
anggaran tersebut, antara lain ditujukan untuk Program Indonesia Pintar, Bantuan Operasional
Sekolah, Pembangunan/Rehab Sekolah/Ruang Kelas, dan pemberian Beasiswa Bidik
Misi.Program pemerintah yang sangat massive dalam peningkatan kualitas SDM melalui
peningkatan pendidikan dan pelatihan, tentu memerlukan partisipasi dari setiap unit kerja di
sektor pemerintah. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) turut berperan dalam
tercapainya tujuan dari kebijakan pemerintah tersebut. Dalam kapasitasnya sebagai Pembantu
Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara Pengelolaan Investasi Pemerintah (PPA BUN
Bagian Anggaran 999.03), DJKN ikut berperan dalam pembangunan SDM di Indonesia melalui
tugas dan fungsi antara lain mengkoordinasikan penyusunan Indikasi Kebutuhan Dana
Pembiayaan BUN untuk tahun anggaran yang direncanakan serta melakukan penilaian atas
usulan Indikasi Kebutuhan Dana BUN yang disampaikan oleh Kuasa Pangguna Anggaran BUN.
Wujud nyata dukungan yang selama ini telah dilakukan DJKN terhadap pembangunan SDM
Indonesia yaitu DJKN telah melakukan tugas dan fungsi selaku PPA BUN Pengelolaan Investasi
Pemerintah dalam mengalokasikan dana pendidikan di dalam APBN yang dikelola oleh Badan
Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (BLU LPDP). Sejak tahun 2010 hingga
2019 dana APBN yang telah dialokasikan kepada BLU LPDP mencapai total Rp 66,12 triliun.
Nilai alokasi APBN yang sangat besar tersebut menunjukkan dukungan pemerintah untuk
peningkatan kualitas pendidikan SDM Indonesia melalui penyediaan beasiswa pendidikan.
Pengawasan keuangan negara merupakan segala tindakan yang dilakukan untuk menjamin
agar pengelolaan keuangan daerah maupun pusat dapat berjalan sesuai dengan tujuan,
rencana, dan aturan-aturan yang telah digariskan di dalam anggaran.
Ruang lingkup keuangan negara tidak terdiri dari anggaran saja melainkan juga terdiri dari
hak negara, kewajiban negara, penerimaan negara maupun daerah, pengeluaran negara
maupun daerah, kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain, kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dan kekayaan pihak lain.
Pengawasan sangat penting dan harus dilakukan untuk menutup kemungkinan bagi para
pejabat untuk melakukan tindak pidana korupsi dan memutus mata rantai yang ada sejak
orde baru. Tindak korupsi sangat merugikan banyak pihak tidak hanya pemerintah saja
melainkan masyarakat juga yang tidak dapat merasakan fasilitas umum yang baik dan layak.
Oleh karena itu pemerintah mendirikan lembaga-lembaga yang menaungi keuangan negara
seperti BPK (Badan Pengawas Keuangan), KPK, Komisi Pemberantas Korupsi, dan BPKP
(Badan Pengawas Pembangunan dan Keuangan).Karena luasnya ruang lingkup keuangan
negara maka dibutuhkan pengawas yang sesuai dengan bidangnya berikut jenis-jenis
pengawasan:
a. Pengawasan Preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum dimulainya suatu kegiatan
atau sebelum terjadinya pengeluaran keuangan. Dengan tujuan:
Mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang dari dasar yang telah ditentukan.
Memberikan pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara efisien dan
efektif.
Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai instansi sehunbungan dengan tugas
yang harus dilaksanakan.
b. Pengawasan Detektif adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan dengan meneliti dan
mengevaluasi dokumen-dokumen laporan pertanggungjawaban Bendaharawan. Berikut cara
melakukan pengawasan detektif yang dibedakan
menjadi:
Pengawasan dari jauh adalah pengawasan dengan meneliti laporan pertanggung jawaban
bendahara, serta bukti-bukti pendukungnya.
Pengawasan dari dekat adalah pengawasan dengan langsung di tempat diselenggaranya
kegiatan administrasi.
a. Pengawasan Internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas yang berasal
dari lembaga khusus pengawas yang dibentuk secara internal oleh pemerintah atau
lembaga eksekutif.
b. Pengawasan Eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawas
yang sama sekali bukan berasal dari lingkungan organisasi eksekutif.
a. Pengawasan Melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan
langsung suatu organisasi terhadap bawahannya untuk mengetahui atau menilai program
kerja yang ditetapkan telah sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Jawaban: