Anda di halaman 1dari 18

NAMA : ENJELINA WETAPO

NIM : 20180411024061

TUGAS : KEBIJAKAN FISCAL

HARI /TANGGAL :KAMIS, 14 DESEMBER 2023

Bab 7 : dasar penerbitan undang undang keuangan Negara

jawaban

a. P E N D A H U L U A N……………

Sudah sejak lama banyak orang berdebat mengenai makna atau pengertian Keuangan
Negara, khususnya jika dikaitkan dengan pertanggungjawaban Pemerintah atas
pengelolaan Keuangan Negara. Sebagai salah satu badan hukum public, Negara,
sebagaimana layaknya badan hukum, yang diberikan otorisasi untuk menyelenggarakan
pemerintahan bagi kepentingan seluruh rakyatnya. Penyelenggaraan pemerintahan ini
senantiasa harus didasarkan pada hukum dasar yang tertinggi, yang di Negara Republik
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Tidak dapat dipungkiri bahwa
penyelenggaraan Negara dan pemerintahan pasti akan membutuhkan dana, yang tidak
sedikit. Untuk itu maka diaturlah tata cara dan proses penerimaan uang dan
pengeluarannya untuk kepentingan jalannya negara dan pemerintahan. Salah satu
ketentuan yang mengatur mengenai masalah pengelolaan keuangan negara ini adalah
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 23. 1 Menurut ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-
Undang Dasar 1945, setiap tahunnya Pemerintah diwajibkan untuk menyusun Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, untuk lemudian dibahas bersama dan
selanjutnya disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, sebagai pedoman penyelenggaraan
pemerintahan dalam sector financial. Sebagaimana tertuang dalam Penjelasan atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
bahwa asas umum pengelolaan keuangan negara dalam rangka mendukung terwujudnya
good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggungjawab sesuai dengan aturan
pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar.

Sesuai dengan amanat Pasal 23 C Undang-Undang Dasar, Undang-Undang tentang


Keuangan Negara telah menjabarkan aturan pokok yang ditetapkan Undang-Undang
Dasar tersebut kedalam asas-asas umum dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas
tahunan, asas umum, asas kesatuan, dan asas spesialisasi maupun asas-asas sebagai
pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan
keuangan negara.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola
perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut
keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR
dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih
berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif
menjadi instrumen untuk mensejahteraan rakyat dan mengelola perekonomian negara
dengan baik.

Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan pemerintah negara,


sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir Reformasi Manajemen Keuangan
Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum yang kuat dengan telah
disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan
Pengelolaan dan tanggung Jawab Keuangan Negara Berbicara mengenai persoalan
system pengelolaan keuangan negara tentunya juga tidak dapat mengesampingkan
pembahasan soal keuangan negara. Definisi keuangan negara berdasarkan Pasal 1 angka
1 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Undang-undang Keuangan
Negara) adalah: 2 ….. semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik Negara
berhubvung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.

b. Dasar penerbitan uu nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara

Definisi Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan negara
adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan.

Dari sisi subyek, yang dimaksud dengan keuangan Negara meliputi seluruh subyek yang
memiliki/menguasai obyek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat,
pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan keuangan negara.

Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut diatas mulai dari perumusan kebijakan
dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana
tersebut di atas dalam rangka penyelenggaran pemerintahan negara. Peranan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Sektor Publik menjadi semakin
signifikan.

Dalam perkembangannya, APBN telah menjadi instrumen kebijakan multi fungsi yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara. Hal tersebut terutama terlihat
dari komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan
tujuan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, agar fungsi APBN dapat berjalan
secara optimal, maka sistem anggaran dan pencatatan atas penerimaan dan 4 pengeluaran
harus dilakukan dengan cermat dan sistimatis. Sebagai sebuah sistem, pengelolaan
anggaran negara telah mengalami banyak perkembangan.

Dengan keluarnya tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara, yaitu UU


No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan tanggung Jawab Keuangan Negara, sistem pengelolaan anggaran negara di Indonesia
terus berubah dan berkembang sesuai dengan dinamika manajemen sektor publik.

Pemerintah telah menerapkan pendekaan anggaran berbasis kinerja, anggaran terpadu


dan kerangka pengeluaran jangka menengah pada tahun anggaran 2005 dan 2006.
Ternyata masih banyak kendala yang dihadapi, terutama karena belum tesedianya
perangkat peraturan pelaksanaan yang memadai, sehingga masih banyak terjadi multi
tafsir dalam implementasi di lapangan. Dalam periode itu pula telah dikeluarkan berbagai
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Dirjen dan sebagainya
guna menutup kelemahan-kelemahan tersebut.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang


disahkan 9 Maret 2003, yang diharapkan menjadi kerangka hukum yang kokoh dalam
upaya mendorong terwujudnya tata cara pengelolaan keuangan negara yang bersih dari
korupsi. Kehadiran undang-undang ini diharapkan dapat memberikan garis yang jelas dan
tegas kepada pemerintah dalam mengatur keuangan dan aset negara.

c. Apakah APBN / APBD berbasis partisipasi masyarakat

APBD merupakan unsur penting dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektifitas
pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah. APBD bisa digunakan
sebagai alat untuk menentukan besaran pendapatan dan pengeluaran daerah. APBD
seharusnya bisa menjadi jelmaan dari keinginan masyarakat daerah dalam pembangunan.
Artinya semua tahapan yang dimulai dari perencanaan dan persiapan, pengesahan,
implementasi dan pelaporan serta evaluasi APBD sebaiknya bersifat terbuka sehingga
tuntutan dan kebutuhan publik menjadi bagian yang terintegrasi didalamnya. Konstitusi
pasal 23 UUD 1945 mengamanahkan serta mengatur dengan jelas dan tegas bahwa rakyat
berhak untuk ikut dalam penyusunan dan pengambilan keputusan Anggaran. Hal ini
diperkuat dengan Undang-undang Keuangan Negara nomor 17 Tahun 2003 dan SEB
Mendagri-Bappenas. Menciptakan orientasi anggaran ke arah kesejahteraan rakyat
diperlukan penganggaran yang partisipatif (Participatory Budgeting). Participatory
Budgeting (PB) adalah proses pembuatan kebijakan yang inovatif, dimana masyarakat
dilibatkan secara langsung dalam pembuatan kebijakan. Serangkaian forum
diselenggarakan sehingga masyarakat memiliki kesempatan untuk mengalokasikan
sumber daya, membuat prioritas kebijakan, dan memonitor belanja publik yang
diselenggarakan pemerintah. Sistem ini akan menjadi baik dan berkepastian apabila
berkekuatan normatif, etis dan partisipatif. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
permasalahan yang timbul dalam situasi ini bahwasanya pola-pola perencanaan dan
penyusunan APBD yang bottom up planning kenyataannya belum dilakukan secara
maksimal oleh penyelenggara pemerintahan di daerah, untuk itu diperlukan gambaran
realitas tingkat partisipasi khususnya di Kabupaten Bangkalan sebagai dasar penyusunan
kebijakan berbasis penganggaran yang partisipatif.

BAB 8 : PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Jawaban

1. Pengertian Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

2. System pengelolaan keuangan pemerintah pusat……..

Tata kelola keuangan negara yang baik dan benar mutlak harus dimiliki para pengelola
keuangan, khususnya di Instansi Pemerintah salah satunya seperti pengelolaan keuangan
di Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Mengingat besarnya anggaran
menjadikan Polri sebagai instansi yang signifikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP). Sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi dan pengetahuan para
pengelola keuangan di Polri, Badiklat PKN bersama dengan Polri
menyelenggarakan Pelatihan Sistem Pengelolaan Keuangan Pemerintah Pusat
(SPKPP), tata kelola keuangan negara yang baik dan benar mutlak harus dimiliki oleh
Polri. Untuk itu, Badiklat PKN sebagai penyelenggara merasa bangga dapt menjadi
bagian dari Polri dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kompetensi dari para
pengelola keuangan negara.

3. Ketentuan pengelolaan keuangan Negara……..


Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan
negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi; 1. perencanaan
keuangan negara;
2. pelaksanaan keuangan negara;
3. pengawasan keuangan negara; dan
4. pertanggungjawaban keuangan negara.

4. 1. kekuasaan pengelolaan keuangan Negara …..


 dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

 dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna


Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

 diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah


untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

 tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain


mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai
tugas sebagai berikut :
 menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
 menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;
 mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
 melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
 melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan
undang-undang;
 melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
 menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN;
 melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan
ketentuan undang-undang.
2. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
 dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku
pejabat pengelola APBD;
 dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.
Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
e. menyusun laporan keuangan yang merupakan per-tanggungjawaban
pelaksanaan APBD.

5. Perbaikan pengelolaan keuangan Negara dan keuangan daerah


a. Perbaikan pengelolaan keuangan Negara adalah

Pemerintah berjanji akan melakukan perbaikan-perbaikan secara optimal dalam p


engelolaan keuangan negara dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
keuangan negara melalui Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).Upaya me
ningkatkan kualitas pengelolaan keuangan Negara tersebut diharapkan terus mend
apat dukungan secara konstruktif dari seluruh pemangku kepentingan, sehingga k
ualitas LKPP dan LKKL pada waktu mendatang akan semakin baik dan mempero
leh opini audit terbaik.Menteri Keuangan menyadari bahwa untuk memperbaiki k
ualitas LKPP sebagai pertanggungjawaban keuangan Negara, berbagai upaya haru
s terus menerus dilakukan secara konsisten. “Langkah
langkah perbaikan ini perlu melibatkan semua unsur penyelenggara Negara baik l
embaga eksekutif, legislatif, dan badan pemeriksa,” tegasnya. Perbaikan ini hanya
dapat terwujud bila semua pihak ikut meningkatkan pemahaman dan kompetensin
ya di bidang pengelolaan dan pelaporan keuangan Negara sesuai dengan prinsip-
prinsip dan standar akuntansi yang disepakati, tambahnya.
“Dengan demikian, cita
cita Indonesia untuk mengelola keuangan Negara dengan prinsip-prinsip tata kelol
a yang bersih dan baik dapat kita capai bersama,” paparnya.
Hal ini akan menjamin keuangan Negara akan menjadi instrument
yang sangat penting bagi perbaikan kesejahteraan rakyat Indonesia.

b. Perbaikan pengelolaan keuangan daerah adalah

"Jika pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara optimal akan membantu


pemulihan ekonomi kota. Melalui Belanja Daerah itu kita bisa membuka lapangan
kerja baru, meningkatkan produktivitas material, meningkatkan pendapatan, yang
otomatis menurunkan angka pengangguran juga kemiskinan," ujarnya seraya
mengatakan, Belanja Daerah ini juga dapat memberi stimulus ekonomi, terutama
bagi pelaku UMKM. ada beberapa hal pokok yang harus diperbaiki. "Kita akan
memperbaiki gap, kesenjangan, deviasi, antara target dengan realisasi, baik sisi
Pendapatan maupun Belanja Daerah. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah
harus lebih optimal, sesuai dengan target yang telah ditetapkan," sebutnya, seraya
menekankan, perbaikan tata kelola keuangan daerah merupakan hal utama yang
akan ditingkatkan.

BAB 9 : PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN DAN APBD

Jawaban

a. Anggaran pendapatan dan belanja Negara adalah Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara atau APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN terdiri atas 3 (tiga)
komponen, yakni anggaran Pendapatan Negara, anggaran Belanja Negara, dan
Pembiayaan Anggaran. Sebagaimana tertuang pada Pasal 3, Anggaran
Pendapatan Negara` TA 2024 direncanakan sebesar Rp2.802.294.316.629.000
(dua kuadriliun delapan ratus dua triliun dua ratus sembilan puluh empat miliar
tiga ratus enam belas juta enam ratus dua puluh sembilan ribu rupiah) yang
bersumber dari:

1. Penerimaan Perpajakan;
2. PNBP; dan
3. Penerimaan Hibah.

Sedangkan Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2024 direncanakan sebesar


Rp3.325.119.321.897.000,00 (tiga kuadriliun tiga ratus dua puluh lima triliun seratus sembilan
belas miliar tiga ratus dua puluh satu juta delapan ratus sembilan puluh tujuh ribu rupiah),
terdiri atas:

1. anggaran Belanja Pemerintah Pusat; dan


2. anggaran TKD

Jumlah anggaran Pendapatan Negara TA 2024 yang lebih kecil dari pada jumlah anggaran
Belanja Negara TA 2024 mengakibatkan Tahun Anggaran 2024 terdapat defisit anggaran
sebesar Rp522.825.005.268.000,00 (lima ratus dua puluh dua triliun delapan ratus dua puluh
lima miliar lima juta dua ratus enarn puluh delapan ribu rupiah) yang rencananya akan dibiayai
dari Pembiayaan Anggaran. Pembiayaan Anggaran terdiri atas 5 (lima) komponen, meliputi:

1. pembiayaan utang sebesar Rp648.085.453.720.000,00 (enam ratus empat puluh delapan


triliun delapan puluh lima miliar empat ratus lima puluh tiga juta tujuh ratus dua puluh
ribu rupiah);
2. pembiayaan investasi sebesar negatif Rp176.216.040.000.000,00 (seratus tujuh puluh
enam triliun dua ratus enam belas miliar empat puluh juta rupiah);
3. pemberian pinjaman sebesar Rp250.652.452.000,00 (dua ratus lima puluh miliar enam
ratus lima puluh dua juta empat ratus lima puluh dua ribu rupiah);
4. kewajiban penjaminan sebesar negatif Rp823.986.000.000,00 (delapan ratus dua puluh
tiga miliar sembilan ratus delapan puluh enam juta rupiah); dan
5. pembiayaan lainnya sebesar Rp52.030.230.000.000,00 (lima puluh dua triliun tiga
puluh miliar dua ratus tiga puluh juta rupiah).

Dengan telah ditetapkannya UU No. 19 Tahun 2023, diharapkan dapat menjadi pedoman
instansi pemerintah dalam mengatur Rencana Kerja dan Anggaran Tahun Anggran 2024.

b. Anggaran pendapatan dan belanja daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana


keuangan pemerintah daerah selama satu tahun yang ditetapkan oleh peraturan
daerah. APBD dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi pemerintah daerah
kepada masyarakatnya mengenai prioritas pengalokasian yang dilakukan oleh
pemerintah daerah setelah berkoordinasi dengan pihak legislatif, DPRD.

APBD terdiri dari tiga komponen utama yaitu pendapatan daerah, belanja
daerah, dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah terdiri dari pos Pendapatan
Asli Daerah (PAD), pos Dana Perimbangan, dan pos LainLain Pendapatan
Daerah yang Sah. Di dalam pos PAD ada komponen Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang merupakan sumber pendapatan utama dari pemerintah daerah itu
sendiri yang diperoleh dari wajib pajaknya. Selanjutnya untuk Dana
Perimbangan merupakan dana yang diperoleh pemerintah daerah dari
pemerintah pusat sebagai perwujudan dari pelaksanaan desentralisasi fiskal.
Selain sumber pendapatan yang diperoleh dari daerah tersebut dan pemerintah
pusat, pemerintah daerah juga memperoleh pendapatan dari daerah lain yang
berupa komponen Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan pemda lainnya yang
ada di dalam pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Komponen belanja daerah merupakan perwujudan pemerintah daerah dalam


mengeluarkan uangnya untuk pelayanan publik. Terdapat empat pos utama di
dalam belanja daerah yaitu pos Belanja Pegawai, pos Belanja Barang dan Jasa,
pos Belanja Modal, dan pos Belanja lainnya. Melalui belanja daerah ini
diperoleh informasi prioritas belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah
yang dapat berdampak pada kesejahteraan warganya.

Dalam APBD, Pemda dapat merencanakan defisit atau surplus APBD. Pada
kenyataannya, di dalam dokumen APBD seringkali terjadi defisit daerah. Defisit
daerah dapat ditutup dengan pembiayaan daerah. Pembiayaan daerah terdiri dari
dua pos yaitu penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Pemerintah daerah memiliki kecenderungan untuk menutup defisit daerah dari
Sisa Lebih Penghitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya atau
dengan melakukan pinjaman daerah atau obligasi daerah yang berada di pos
penerimaan pembiayaan. Pos pengeluaran pembiayaan juga memiliki dua
komponen utama yang banyak digunakan oleh pemda yaitu penyertaan modal
(investasi daerah) dan pembayaran pokok utang.

Guna melihat penganggaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu
tahun ini, Direktorat Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah,
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun ringkasan APBD Tahun
2017 untuk memberikan informasi/gambaran mengenai APBD di 542
pemerintah daerah. Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan berkontribusi dalam
penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.

BAB : 10 HUBUNGAN KEKUATAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DENGAN


INSTITUSI LAIN DAN CARA PENGENDALIAN DEFISIT.

Jabawan.

A. Hukum Kekuatan Antara Pemerintah Pusat Dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, Serta
Pemerintah/Lembaga Asing ?

Defisit anggaran terjadi ketika pengeluaran melebihi pendapatan. Istilah ini berlaku untuk
pemerintah, meskipun individu, perusahaan, dan organisasi lain dapat mengalami defisit.
Defisit harus dibayar. Jika tidak, maka itu menciptakan hutang. Defisit setiap tahun
menambah hutang. Seiring dengan bertambahnya hutang, defisit meningkat dalam dua
cara. Pertama, bunga utang harus dibayar setiap tahun. Ini meningkatkan pengeluaran
tanpa memberikan manfaat apa pun. Kedua, tingkat utang yang lebih tinggi dapat
mempersulit pengumpulan dana. Kreditur menjadi khawatir tentang kemampuan
peminjam untuk membayar kembali hutangnya. Ketika ini terjadi, kreditor menuntut suku
bunga yang lebih tinggi untuk memberikan pengembalian yang lebih besar atas risiko
yang lebih tinggi ini. Itu semakin meningkatkan defisit setiap tahun.

B. Kebalikan dari defisit anggaran adalah surplus. Itu terjadi ketika pengeluaran lebih rendah
dari pendapatan. Surplus anggaran memungkinkan penghematan. Jika surplus tidak
dibelanjakan, itu seperti uang yang dipinjam dari masa sekarang untuk menciptakan masa
depan yang lebih baik. Jika defisit dibiayai oleh hutang, maka efeknya sebaliknya. Ini adalah
uang yang dipinjam dari masa depan untuk membayar standar hidup saat ini. Anggaran yang
seimbang adalah ketika pendapatan sama dengan pengeluaran. Sebagian besar negara di
dunia harus menyeimbangkan anggaran mereka. Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit
Anggaran Serta Jumlah Kumulatif Pinjaman ?

Jawaban:

Pasal 4

1. Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3% (tiga persen)
dari PDB tahun bersangkutan.

2. Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dibatasi tidak
melebihi 60% (enam puluh persen) dari PDB tahun bersangkutan.

3. Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2) adalah total pinjaman Pemerintah Pusat setelah dikurangi
pinjaman yang diberikan kepada Pemerintah Daerah ditambah total pinjaman seluruh
Pemerintah Daerah setelah dikurangi pinjaman yang diberikan kepada Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah lain.

Pasal 5

1. Dalam hal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD tidak melebihi 3% (tiga persen) dari
PDB dan/atau jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tidak
melebihi 60% (enam puluh persen) dari PDB:

a. Pemerintah Pusat dapat melakukan pinjaman baik dalam negeri maupun luar
negeri.
b. Pemerintah Daerah dapat melakukan pinjaman baik dari Pemerintah Pusat
maupun dari sumber lainnya.
c. Pinjaman Daerah yang bersumber dari luar negeri, dilakukan melalui
mekanisme penerusan pinjaman.
2. Pelaksanaan pinjaman Pemerintah Daerah dari Pemerintah Pusat maupun dari sumber
lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB 11 FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEBIJAKAN FISKAL

A. Aspek Hukum Dalam Penetapan Kebijakan Keuangan Negara ?

Jawaban:

Pasal 6
(1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
(2) Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1):
a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna


Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

c. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah


untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain


mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 7

(1) Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan
bernegara.

(2) Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan


bernegara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setiap tahun disusun APBN dan
APBD.

Pasal 8
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai
tugas sebagai berikut:

a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;

b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;

c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;

e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan


undang-undang;

f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara;

g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan


APBN;

h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan


undang-undang.

Pasal 9

Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian


negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut:

a. menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

c. melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;

d. melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya


ke Kas Negara;

e. mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya;
f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;

g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara /lembaga


yang dipimpinnya;

h. melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan


ketentuan undang-undang.

B. Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Di Bidang Keuangan Negara ?


Jawaban:

Peningkatan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia melalui inovasi dan penguatan
kualitas SDM menjadi salah satu tujuan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
2020 (APBN 2020). Dengan fokus pembangunan pada inovasi dan penguatan SDM, tentunya
terdapat alokasi baru dalam APBN Tahun 2020 untuk mendukung kebijakan program tersebut,
selain penambahan alokasi dana program peningkatan SDM yang telah ada pada APBN tahun
sebelumnya.

Pada dasarnya, selama ini pemerintah telah fokus memberi perhatian pada peningkatan kualitas
SDM. Hal tersebut terwujud dalam alokasi dana APBN sebelum tahun 2020 terkait peningkatan
kualitas pendidikan. Adanya alokasi sebesar 20% dari belanja APBN untuk anggaran pendidikan
merupakan wujud nyata dukungan pemerintah guna peningkatan kualitas SDM Indonesia. Dari
anggaran tersebut, antara lain ditujukan untuk Program Indonesia Pintar, Bantuan Operasional
Sekolah, Pembangunan/Rehab Sekolah/Ruang Kelas, dan pemberian Beasiswa Bidik
Misi.Program pemerintah yang sangat massive dalam peningkatan kualitas SDM melalui
peningkatan pendidikan dan pelatihan, tentu memerlukan partisipasi dari setiap unit kerja di
sektor pemerintah. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) turut berperan dalam
tercapainya tujuan dari kebijakan pemerintah tersebut. Dalam kapasitasnya sebagai Pembantu
Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara Pengelolaan Investasi Pemerintah (PPA BUN
Bagian Anggaran 999.03), DJKN ikut berperan dalam pembangunan SDM di Indonesia melalui
tugas dan fungsi antara lain mengkoordinasikan penyusunan Indikasi Kebutuhan Dana
Pembiayaan BUN untuk tahun anggaran yang direncanakan serta melakukan penilaian atas
usulan Indikasi Kebutuhan Dana BUN yang disampaikan oleh Kuasa Pangguna Anggaran BUN.

Wujud nyata dukungan yang selama ini telah dilakukan DJKN terhadap pembangunan SDM
Indonesia yaitu DJKN telah melakukan tugas dan fungsi selaku PPA BUN Pengelolaan Investasi
Pemerintah dalam mengalokasikan dana pendidikan di dalam APBN yang dikelola oleh Badan
Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (BLU LPDP). Sejak tahun 2010 hingga
2019 dana APBN yang telah dialokasikan kepada BLU LPDP mencapai total Rp 66,12 triliun.
Nilai alokasi APBN yang sangat besar tersebut menunjukkan dukungan pemerintah untuk
peningkatan kualitas pendidikan SDM Indonesia melalui penyediaan beasiswa pendidikan.

C. Pengawasan Pengelolaan Keuangan Negara ?


Jawaban:

Pengawasan keuangan negara merupakan segala tindakan yang dilakukan untuk menjamin
agar pengelolaan keuangan daerah maupun pusat dapat berjalan sesuai dengan tujuan,
rencana, dan aturan-aturan yang telah digariskan di dalam anggaran.

Ruang lingkup keuangan negara tidak terdiri dari anggaran saja melainkan juga terdiri dari
hak negara, kewajiban negara, penerimaan negara maupun daerah, pengeluaran negara
maupun daerah, kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain, kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dan kekayaan pihak lain.

Pengawasan sangat penting dan harus dilakukan untuk menutup kemungkinan bagi para
pejabat untuk melakukan tindak pidana korupsi dan memutus mata rantai yang ada sejak
orde baru. Tindak korupsi sangat merugikan banyak pihak tidak hanya pemerintah saja
melainkan masyarakat juga yang tidak dapat merasakan fasilitas umum yang baik dan layak.
Oleh karena itu pemerintah mendirikan lembaga-lembaga yang menaungi keuangan negara
seperti BPK (Badan Pengawas Keuangan), KPK, Komisi Pemberantas Korupsi, dan BPKP
(Badan Pengawas Pembangunan dan Keuangan).Karena luasnya ruang lingkup keuangan
negara maka dibutuhkan pengawas yang sesuai dengan bidangnya berikut jenis-jenis
pengawasan:

1.Pengawasan Berdasarkan Objek

a. Pengawasan terhadap Penerimaan Negara

b.Pengawasan terhadap Pengeluaran Negara


2. Pengawasan Menurut Sifatnya.

a. Pengawasan Preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum dimulainya suatu kegiatan
atau sebelum terjadinya pengeluaran keuangan. Dengan tujuan:
Mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang dari dasar yang telah ditentukan.
Memberikan pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara efisien dan
efektif.
Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai instansi sehunbungan dengan tugas
yang harus dilaksanakan.

b. Pengawasan Detektif adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan dengan meneliti dan
mengevaluasi dokumen-dokumen laporan pertanggungjawaban Bendaharawan. Berikut cara
melakukan pengawasan detektif yang dibedakan
menjadi:
Pengawasan dari jauh adalah pengawasan dengan meneliti laporan pertanggung jawaban
bendahara, serta bukti-bukti pendukungnya.
Pengawasan dari dekat adalah pengawasan dengan langsung di tempat diselenggaranya
kegiatan administrasi.

3. Pengawasan Menurut Ruang Lingkupnya

a. Pengawasan Internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas yang berasal
dari lembaga khusus pengawas yang dibentuk secara internal oleh pemerintah atau
lembaga eksekutif.
b. Pengawasan Eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawas
yang sama sekali bukan berasal dari lingkungan organisasi eksekutif.

4. Pengawasan Menurut Metode Pengawasannya

a. Pengawasan Melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan
langsung suatu organisasi terhadap bawahannya untuk mengetahui atau menilai program
kerja yang ditetapkan telah sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

b. Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas


fungsional, baik yang berasal dari internal pemerintah, maupun dari lingkungan eksternal
pemerintah.Setelah melakukan pengawasan dilakukan pemeriksaan dimana untuk menilai
efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan penggunaan sumber daya dan dana yang tersedia,
mengenali aspek-aspek yang perlu diperbaiki, dan mengevaluasi aspek-aspek tersebut
secara
mendalam, memaparkan perlunya perbaikan, serta mengemukakan saran-saran perbaikan
yang perlu dilakukan.Setelah diadakannya pemeriksaan terdapat tindak lanjut yang
dilakukan oleh aparat pengawas. Bagi pejabat yang menerima laporan hasil pemeriksaaan
harus melaporkannya kepada BPKP. Tindak lanjut yang dilaporkan tidak hanya tindak
lanjut dari temuan pemeriksaan, melainkan tindak lanjut dari temuan pemeriksaan aparat
pengawas sendiri seperti:

1. Tindakan administratif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang


pengawasan, termasuk penerapan hukum disiplin.
2. Tindakan tuntutan atau gugatan perdata, antara lain :
a. Tuntutan ganti atau penyetoran kembali.
b. Tuntutan bendaharawan.
c. Tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi, dll.
d. Tindakan pengajuan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya ke PN.
e. Tindakan penyempunaan aparatur pemerintah di Bidang kelembagaan, kepegawaian,
dan ketatalaksanaan.

D. Teknologi Informasi Untuk Menunjang Penetapan Kebijakan Fiskal ?

Jawaban:

Perekonomian Indonesia terus bangkit pascapandemi Covid-19 dengan didukung oleh


kebijakan fiskal responsif, efektif, dan berkelanjutan. Guna memperkuat fundamental
ekonomi ke depan serta melanjutkan berbagai agenda pembangunan, Pemerintah telah
menyusun dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal
(KEM-PPKF) Tahun 2024 yang telah disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada
tanggal 19 Mei 2023. Dokumen KEM-PPKF Tahun 2024 merupakan bagian dari proses
penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2024. KEM-PPKF Tahun 2024
mengangkat tema “Mempercepat Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan
Berkelanjutan”. KEM-PPKF 2024 tersebut disusun dengan mencermati dinamika
perekonomian terkini dan prospek perekonomian ke depan, serta arah agenda
pembangunan.

Di tengah berbagai guncangan besar perekonomian dunia, ketahanan perekonomian


Indonesia tetap terjaga. Dalam satu dekade sebelum pandemi Covid-19, Indonesia
menjadi satu dari sedikit negara G20 yang mampu tumbuh di atas rata-rata
pertumbuhan global. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 sampai
dengan 2019, sebelum pandemi menghantam dunia, sebesar 5,4%, jauh di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,7%. Dengan usaha kolektif yang sangat baik dari
seluruh elemen bangsa serta kebijakan fiskal yang extraordinary dan efektif, Indonesia
mampu mencegah kontraksi ekonomi yang lebih dalam di masa pandemi tahun 2020,
serta menjadi negara dengan perekonomian yang pulih cepat dan bangkit lebih kuat,
tumbuh 5,3% di tahun 2022 serta PDB rill 7,0% di atas level prapandemi. Penguatan
berlanjut di mana pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2023 terjaga di atas 5,0%, di
tengah perlambatan global yang sedang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai