Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK SDN KRAMAT PELA 09 JAKARTA SELATAN

ANGGOTA KELOMPOK:
1. Andi Aisha Maningratu 2005240066
2. Indri Afrilia 2005240108
3. Meilia Fatma 2005240160
4. Syifa Fauziyyah 2005240188
5. Toni Andika Partila Desa 2005240210

TOPIK 4 RUANG KOLABORASI PRINSIP PENGAAJRAN DAN ASESMEN I

Anda telah mempelajari mengenai pendekatan CRT. Sekarang cobalah untuk melakukan studi
kasus bersama dengan kelompok Anda.
Kasus 1
Pak Budi merupakan guru Ekonomi. Hari ini pak Budi akan menyampaikan materi mengenai
kewirausahaan. Sekolah Pak Budi terletak di daerah dataran tinggi dan peserta didik Pak Budi
sebagian besar memiliki orang tua yang bermata pencaharian petani. Bagaimana kegiatan dan
tugas yang sebaiknya diberikan Pak Budi?
Diskusikanlah kasus tersebut dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching!
JAWAB:
Pak Budi, sebagai guru Ekonomi yang mengajar di daerah dataran tinggi dengan mayoritas
siswa yang orang tuanya adalah petani, dapat menggunakan pendekatan Culturally Responsive
Teaching (CRT) dengan berbagai kegiatan dan tugas yang relevan. Dia bisa mengajak siswa
untuk mempelajari usaha pertanian lokal yang sukses melalui studi kasus dan wawancara,
mengadakan proyek kelompok untuk merancang model bisnis produk pertanian, serta
melakukan kunjungan lapangan ke pertanian modern. Selain itu, Pak Budi dapat mengundang
pelaku usaha lokal untuk berdiskusi dengan siswa, membuat simulasi pasar, dan mendorong
siswa untuk mengembangkan produk pertanian inovatif. Semua kegiatan ini bertujuan untuk
mengaitkan konsep ekonomi dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga mereka lebih
memahami dan menghargai potensi ekonomi dari latar belakang budaya mereka, serta
memotivasi mereka untuk berinovasi dan berkontribusi dalam komunitas mereka.

Kasus 2
Bonar adalah seorang siswa bersuku Batak yang berasal dari Sumatera. Saat memasuki SMP,
Bonar dan keluarganya pindah rumah ke daerah Cianjur. Sebagian besar siswa di sekolah ini
berasal dari suku Sunda. Bonar merasa kesulitan untuk beradaptasi karena perbedaan budaya.
Diskusikanlah cara guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan
berpihak pada peserta didik.
JAWAB:
Untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak pada peserta didik
seperti Bonar, guru dapat menerapkan berbagai strategi yang mencerminkan prinsip-prinsip
Culturally Responsive Teaching (CRT). Guru perlu mengenal dan menghargai latar belakang
budaya setiap siswa, termasuk Bonar, dengan mengadakan aktivitas ice-breaking dan
mengenalkan aspek budaya Batak kepada kelas. Menciptakan aturan kelas yang mendukung
inklusivitas dan menghargai perbedaan sangat penting, begitu juga dengan kegiatan kelas yang
mempromosikan kerjasama antar siswa dari berbagai latar belakang budaya. Integrasi elemen
budaya yang beragam dalam materi pembelajaran, seperti cerita rakyat atau tradisi dari
berbagai suku, dapat membantu siswa lebih mengenal dan menghargai keberagaman. Guru
juga perlu memberikan perhatian khusus kepada Bonar melalui pendampingan dan dukungan
personal, serta mengatur program mentoring dengan siswa yang lebih lama di sekolah.
Melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah, baik melalui pertemuan atau undangan untuk
berbagi budaya mereka, dapat memperkuat dukungan bagi siswa. Selain itu, guru bisa
mengadakan diskusi tentang keberagaman budaya dan pentingnya toleransi, mendorong siswa
untuk berbagi pengalaman mereka dan cara mendukung teman-teman dari latar belakang
berbeda. Dengan langkah-langkah ini, Bonar dapat merasa lebih diterima dan nyaman di
lingkungan sekolah barunya, serta seluruh siswa akan lebih menghargai dan merayakan
keberagaman budaya.

Selain kedua contoh kasus di atas, Anda juga dapat menceritakan kasus serupa yang pernah
Anda temukan atau mungkin pernah Anda alami. Bagikanlah bersama rekan dan dosen untuk
menjadi bahan diskusi pada kegiatan ini. Kemudian kerjakanlah tugas berikut!
Contoh Kasus
Terdapat seorang siswi yang berasal dari suku Mandar di Sulawesi Barat. Ketika memasuki
SMP, siswi tersebut dan keluarganya pindah ke daerah Makassar, di mana mayoritas siswa di
sekolah baru tersebut berasal dari suku Makassar. Siswi tersebut merasa kesulitan beradaptasi
karena perbedaan bahasa, kebiasaan, dan tradisi yang cukup mencolok antara budaya Mandar
dan budaya Makassar. Untuk mengatasi masalah ini, guru di sekolah memulai dengan
mengenal dan menghargai latar belakang budaya siswi tersebut melalui aktivitas kelas di mana
setiap siswa menceritakan budaya mereka, serta menampilkan elemen-elemen budaya Mandar
dalam pelajaran atau dekorasi kelas. Membangun aturan kelas yang mendukung inklusivitas
dan menyelenggarakan proyek kelompok dapat mendorong interaksi dan pemahaman antar
budaya. Guru juga memasukkan cerita rakyat Mandar dan Makassar dalam pelajaran serta
memanfaatkan momen khusus seperti pekan budaya. Memberikan perhatian khusus kepada
siswi tersebut melalui bimbingan atau konseling, serta mengatur program teman sebaya atau
mentoring, dapat membantu siswi tersebut merasa didukung. Mengundang orang tua siswi
terssebut untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dan berbagi tentang budaya Mandar juga
dapat memperkuat komunitas sekolah. Akhirnya, mengadakan sesi diskusi tentang pentingnya
keberagaman dan toleransi serta menggunakan berbagai media untuk menunjukkan manfaat
dari keragaman budaya akan mendorong seluruh siswa untuk menghargai dan merayakan
perbedaan. Dengan pendekatan tersebut, siswi tersebut dapat merasa lebih diterima dan
nyaman di sekolah barunya.

Anda mungkin juga menyukai