Anda di halaman 1dari 3

PRINSIP PENGAJARAN DAN ASESMEN I

RUANG KOLABORASI
TOPIK 4
STUDI KASUS PENDEKATAN CRT

Kelompok SMP Pembangunan Laboratorium UNP

Fatma Rahmadhani (23401061)


Novia Riani (23401062)
Nur Halimah (23401063)
Rahmad Imam (23401064)
Rizka Nauli Lubis (23401065)

Contoh kasus 1
Pak Budi merupakan guru Ekonomi. Hari ini pak Budi akan menyampaikan materi mengenai
kewirausahaan. Sekolah Pak Budi terletak di daerah dataran tinggi dan peserta didik Pak Budi
sebagian besar memiliki orang tua yang bermata pencaharian petani. Bagaimana kegiatan dan
tugas yang sebaiknya diberikan Pak Budi? Diskusikanlah kasus tersebut dengan pendekatan
Culturally Responsive Teaching!
Jawaban :
Sebelum memberikan kegiatan dan tugas, sebaiknya Pak Budi memulai dengan diskusi tentang
pengalaman berwirausaha di daerah dataran tinggi terlebih dahulu. Pertanyaannya bisa seperti:
✓ Siapa di antara Ananda sekalian yang memiliki orang tua atau keluarga yang berwirausaha?
✓ Jenis usaha apa yang dijalankan oleh keluarga Ananda?
✓ Apa saja tantangan dan peluang dalam menjalankan usaha di daerah dataran tinggi?
✓ Bagaimana cara keluarga Ananda mengatasi tantangan tersebut?

Selanjutnya, Pak Budi mengajak peserta didik melakukan kunjungan lapangan ke beberapa
pengusaha lokal di daerah dataran tinggi. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk:
✓ Mengamati langsung bagaimana pengusaha menjalankan usahanya.
✓ Bertanya kepada pengusaha tentang pengalaman mereka.
✓ Mendapatkan inspirasi dan ide untuk usaha mereka sendiri.

Peserta didik dapat mencatat hal-hal terkait:


✓ Apa strategi yang digunakan pengusaha tersebut untuk mencapai kesuksesan?
✓ Bagaimana pengusaha tersebut mengatasi tantangan yang dihadapinya?
✓ Pelajaran apa yang dapat diambil dari kisah sukses pengusaha tersebut?

Lalu, Pak Budi memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat proyek kewirausahaan
dengan tema pengolahan hasil pertanian. Masalahnya orang tua biasanya jual hasil tani seperti
singkong, ubi, pada toke atau pengepul. Bagaimana cara agar membuat nilai tambah pada hasil
tani ? Maka Pak Budi membuat ide praktik kewirausahaan pengolahan hasil pertanian yang
sesuai dengan budaya setempat seperti tape singkong (a), paruik ayam, ondeh-ondeh singkong,
kripik singkong.

(a) (b)

(c) (d)
Setelah itu, disekolah akan diadakan bazar yang digunakan untuk memasarkan produk yang
dibuat oleh siswa. Sehingga terpenuhi kebutuhan budaya, praktik kewirausahaan, perhitungan
bisnis, packaging dan pemasaran.

Contoh Kasus 2

Bonar adalah seorang siswa bersuku Batak yang berasal dari Sumatera. Saat memasuki SMP,
Bonar dan keluarganya pindah rumah ke daerah Cianjur. Sebagian besar siswa di sekolah ini
berasal dari suku Sunda. Bonar merasa kesulitan untuk beradaptasi karena perbedaan budaya.
Diskusikanlah cara guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan
berpihak pada peserta didik.

Jawaban :

Menurut kelompok kami, salah satu cara yang dapat dilakukan guru di kelas adalah :

1. Menciptakan aturan kelas


Dengan menciptakan aturan kelas, maka peserta didik dan guru sama-sama akan menyadari
kondisi kelas mereka, dan aturan apa yang harus diciptakan agar perbedaan tersebut tidak
menimbulkan hal negatif, melainkan menguatkan kelas tersebut. Sebagai contoh, seluruh
peserta didik dan guru sepakat untuk menggunakan bahasa Indonesia selama belajar, agar
dapat dimengerti seluruh siswa sehingga dibuatlah peraturan selama pembelajaran
penggunaan bahasa Indonesia. Peraturan lainnya adalah menegur teman yang mengolok-
olok logat daerah ketika berbicara bahasa Indonesia, sehingga Bonar juga merasa nyaman
berbahasa Indonesia dengan logat Batak yang masih dibawanya. Penerapan peraturan ini
sebagai salah satu cara agar peserta didik bertoleransi antar sesama. Peserta didik harus
saling menghargai satu sama lain dan menumbuhkan rasa saling menyayangi sesama,
meskipun memiliki latar belakang yang berbeda.

2. Menjelaskan tentang keberagaman kebudayaan.


Guru dapat memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang keberagaman yang dimiliki
oleh negara Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman dalam banyak
hal seperti : agama (kepercayaan), budaya, adat istiadat, suku, dan bahasa. Dengan
memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang keberagaman budaya, peserta didik
bisa paham dan menyadari bahwa Indonesia bukan sunda saja, bukan batak saja, tapi semua
kita adalah indonesia. Penting bagi kita semua saling menghargai satu sama lain. Selain itu,
guru juga menanamkan pentingnya bertoleransi antara sesama sebagai masyarakat
Indonesia yang Pancasilais dan juga sebagai penanaman karakter profil pelajar pancasila.
Peserta didik yang telah memahami perannya toleransi maka perbedaan seperti apapun akan
tetap hidup rukun. Bonar akan nyaman bersekolah dan mudah beradaptasi jika peserta didik
di sekolah Cianjur bertoleransi terhadap Bonar bahkan bisa membantunya beradaptasi lebih
cepat.

3. Menerapkan pembelajaran tanggap budaya (CRT)


Guru mencoba untuk mengangkat kebudayaan Sunda dan Batak (Sumatera Utara) dalam
pembelajaran di kelas, sehingga siswa akan lebih menyadari perbedaan dan keragaman
dalam kehidupan mereka dalam rangka menguatkan jiwa sosio-kultural siswa. Seperti pada
pembelajaran tentang ekosistem, guru membawa keanekaragaman flora dan fauna yang
berada di Jawa Barat dan Sumatera Utara, baik perbedaan makhluk hidupnya atau terdapat
kesamaan makhluk hidup tetapi berbeda nama. Dengan begitu, siswa dapat saling
memahami nilai-nilai positif dari dua kebudayaan yang berbeda tersebut, dan muncul rasa
saling menghargai.

Soal 3
Apakah Anda pernah menemukan kasus-kasus serupa? atau mungkin Anda pernah mengalami
kesulitan karena perbedaan budaya? Anda dapat membagikan pengalaman Anda kepada rekan-
rekan sebagai bahan diskusi.
Jawab:
Kami pernah mengalami perbedaan budaya dalam belajar, kami sekelompok PPL di SMP
Pembangunan Laboratorium beragam budaya, Novia dari Aceh, Halimah dan Rizka dari
Mandailing Natal, Imam dari Palembang, dan Fatma dari Minang. Selama PPG di kelas MIPA
rombel 001 teman-teman menggunakan Bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan kami,
kami pun berusaha untuk mempelajari Bahasa Minang. Dosen mengajar dengan Bahasa
Indonesia juga, sehingga kami tidak kesulitan dalam belajar dan dapat memahami materi yang
disampaikan oleh Dosen dikelas.

Anda mungkin juga menyukai