Anda di halaman 1dari 2

Kritik Seni Wacana Apresiasi dan Kreasi Karya Dr. Nooryan Bahari, M. Sn.

Kritik seni dalam bahasa Indonesia juga disebut dengan istilah ulas seni, kupas seni, bahas seni, atau bincang seni. Semua ini dikarenakan ada istilah kritik yang semua orang beranggapan bahwa kata kritik itu merupakan kata yang berkonotasi negative, seperti ketika orang melakukan kritik kepada orang lain. Pasti maksud yang diutarakan orang tersebut berkonotasi negative (menghujat, mengecam, mencela, dll), intinya anggapan orang tentang kritik itu selalu negative. Tetapi dalam seni kata kritik itu merupakan suatu kegiatan yang membangun, yaitu mengevaluasi dan mengevaluasi karya seni. Kritik seni betujuan menghantarkan kita untuk memahami apa yang melatar belakangi suatu karya seni dihasilkan, serta memahami pesan apa yang ingin disampaikan oleh pembuatnya. Dalam memahami ini, dilakukan dengan dua pendekatan, yatu pendekatan intraestetik dan ekstraestetik. Pendekatan intraestetik yaitu factor yang semata-mata memandang nilai

estetik yang terkandung dalam bentuk fisik karya seni (unsure struktur, bentuk, dan lainya) dengan criteria yang ditetapkan secara universal oleh para ahli seni. Dalam pendekatan intraestetik dilakukan dengan memandang objek utama atau karakteristik materialnya. Seghingga masalah kecakapan dalam mengolah bentk dan keterampilan teknis dari pembuat karya seni menjadi perhatian yang utama. Selanjutnya, pendekatan ekstraestetik yaitu factor-faktor yang berada diluar bentuk fisik karya seni, seperti: factor social, budaya, ekonomi, teknologi, realigi, dan pendidikan dari seniman serta pemakai seni. Dalam kritik seni, ukuran penilaian bisa dilakukan secara general atau nongeneral. Penilaian general yaitu penilaian sebuah karya seni harus didasarkan pada analisis unsure-unsur karya seni tersebut secara terpisah-pisah, seperti: komposisi, proporsi, perspektif, garis, warna, corak, dll. Selanjutnya untuk penilaian nongeneral yaitu menilai menilai karya seni tidak secara terpisah-pisah. Karena karya seni dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak mungkin dianalisis atas unsure demi unsure. Hal itu supaya makna makna dan nilai sebagai karya seni tetap utuh. Dalam memahami seni tidak lepas dengan yang namanya kebudayaan. Karena kebudayaan merupakan bentuk dari keseluruhan pola tingkah laku, baik secara eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan diturunkan melalui symbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam bentuk materi. Istilah kebudayaan sangat bervariasi, dalam bahasa inggris istilah kebudayaan berasal dari kata benda

bahasa latin colore yang berarti bercocok tanam, produksi, pengembangan, atau perbaikan tanaman yang khusus. Dalam bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari kata budhi (budi atau akal) dan kadangkala ditafsirkan perkembangan kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, berwujud, cipta, rasa dan karsa. Pengertian kebudayaan disini adalah sebagai keseluruhan pengetahuan, kepercayaan dan nilai yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk social. Kebudayaan berisi system makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbul-simbul yang ditransmisikan secara historis. Istilah seni yang kita pahami sekarang berbeda dengan istilah seni sebelum perang dunia ke-II. Istilah seni dipakai dalam kehidupan sehari-hari dengan sebutan kecil atau halus. Menurut I. G. Sugriwa, secara etimologi kata seni diduga berasal dari bahasa sansekerta yang artinya penyembahan, pelayanan, dan pemberian. Padmapuspita sebagai orang yang ahli dalam bahasa sansekerta menyangkal pendapat sugriwa tersebut, ia menyatakan bahwa didalam bahasa sansekerta tidak terdapat kata seni. Padmapuspita justru malah menunjukkan istilah seni berasal dari bahasa belanda genie. Pengertian seni adalah suatu keterampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar, atau pengamatan, pengamatan. Seni juga berarti suatu perencanaan yang mahir dan menyatakan kualitasnya dengan baik, serta merupakan unsure-unsur yang ilustratif atau menghias dalam barang cetakan. Dalam buku estetika dibicarakan bahwa dalam memahami seni dapat dilakukan melalui pendekatan filosofi, psikologi, dan sosiologi. Secara filosofi berbicara mengenai seni bertujuan untuk mengetahui perangkai dasar, tolok ukur dan nilai-nilai seni. Secara psikologi bermaksud membicarakan aktifitas menghayati, mencipta dan menelaah seni. Sedangkan secara sosiologi pembicaraan seni menyoroti masalah yang berkaitan dengan public, peran social seni, dan lingkungan sekitar. Dari beberapa uraian diatas, tampak bahwa seni terkait dengan sebuah kegiatan mencipta dala arti luas. Seni dapat dikonsepsikan sebagai kegiatan meniru alam, kegiatan bermain-main dengan bentuk seni. selain sebagai kegiatan atau perbuatan, seni juga dapat dipadankan dengan cara kerja atau metode, dan teknik ketukangan. Karya seni rupa dapat digolongkan dari berbagai sudut pandang seperti sudut pandang fungsi atau kegunaannya, dimensi, medium yang digunakan, gaya penciptaan, dan aspek kesejarahan. Didalam melakukan kritik seni diperlukan pengetahuan mengenai medium seni dalam

Anda mungkin juga menyukai