Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM

Jun 19 Posted by DeZ Labels: Asuhan Keperawatan 1. Konsep Dasar Teori A. Pengertian Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis Diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau DM tipe II. B. Tanda dan Gejala - Hiperglikemia - Glukosuria berat - Penumpukan keton bodies - Asidosis Metabolik - Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan elektrolit - Hipotensi dan syock - Koma/penurunan kesadaran C. Patofisiologi Adanya gangguan dalam regulasi Insulin, khususnya pada IDDM dapat cepat menjadi Diabetik ketoasidosis manakala terjadi Diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa. Yang dipicu oleh: ketidakseimbangan jumlah intake makanan dengan insulin, Adolescen dan pubertas, Aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes, Stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional. D. Pemeriksaan Diagnostik - Glukosa darah: meningkat > 200 mg/dl atau lebih - Aseton plasma: Positif secara mencolok - As. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meninggkat - Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat semu; F turun - Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal - Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3 (asidosismetabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik - Trombosit darah: Ht mungkin meningkat, leukositosis, hemokonsentrasi - Ureum/creatinin: meningkat/normal - Amilase darah: meningkat mengindikasikan pancreatitis akut

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Identitas Usia : anak-anak cenderung mengalami IDDM Tipe I. Riwayat Penyakit Sekarang Datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria, Polidipsi, Poliphagi; lemas, luka sukar sembuh atau adanya koma/penurunan kesadaran dengan sebab tidak diketahui. Pada

lansia dapat terjadi nepropati, neurophati atau retinophati, serta penyakit pembuluh darah. Riwayat penyakit Sebelumnya Mungkin klien telah menderita penyakit sejak beberapa lama dengan atau tanopa menjalani program pengobatan. Penyakit paru, gangguan kardiovaskuler serta penyakit neurologis serta infeksi atau adanya luka dapat memperberat kondisi klinis. Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit Diabetik dikenal sebagai penyakit yang diturunkan (herediter) walaupun gejala tidak selalu muncul pada setiap keturunan atau timbul sejak kecil (kongenital). Genogram mungkin diperlukan untuk menguatkan diagnosis. Data dasar Pengkajian 1. Aktivitas / Istirahat Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur/istirahat Tanda : Takikardia dan tachipnea pada saat istirahat atau aktivitas, letargi, disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot. 2. Integritas Ego Gejala : Stress, tergantung orang lain, masalah finansial Tanda : Kecemasan, peka rangsang. 3. Eliminasi Gejala : Poliuria, nokturia, disuria, ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare Tanda : Urine encer pucat, kuning; poliuria (dapat menjadi oliguria), urine berkabut, bau busuk (infeksi) abdomen keras, terdapat ascites, Bising usus lemah/menurun; hiperaktif (diare). 4. Makanan / cairan Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus. Tanda : Kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran thiroid, bau halitosis (manis) bau buah (napas aseton). 5. Neurosensori Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemuatan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan Tanda : disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut) gangguan memori (bau, masa lalu, kacau mental), refleks tendon dalam menurun, kejang. 6. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Abdomen tegang/nyeri Tanda : wajah meringis dan palpitasi, tampak sangat berhati-hati. 7. Pernafasan Gejala : Merasa kurang oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen Tanda : Pernafasan cepat, batuk dengan/tanpa sputum.

8. Keamanan Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, menurunnya rentang gerak, parastesia/paralisis otot, termasuk otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam). 9. Seksualitas Gejala : Kebas vagina, impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.

B. Diagnosa Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik 2. Kekurangan volume cairan dan elektolit 3. Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

C. Rencana Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik Tujuan : Pola nafas teratur, normopnea. Intervensi - Kaji pola nafas tiap hari R/ Pola dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh status asam basa, status hidrasi, status cardiopulmonal dan sistem persyarafan. Keseluruhan faktor harus dapat diidentifikasi untuk menentukan faktor mana yang berpengaruh/paling berpengaruh. - Kaji kemungkinan adanya secret yang mungkin timbul R/ Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran sputum berlebih akibat kerja reflek parasimpatik dan atau penurunan kemampuan menelan. - Kaji pernafasan kusmaul atau pernafasan keton R/ Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasn yang berbau keton berhubungan dengan pemecahan asam ketoasetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi. - Pastikan jalan nafas tidak tersumbat R/ Pengaturan posisi ekstensi kepala memfasilitasi terbukanya jalan nafas, menghindari jatuhnya lidah dan meminimalkan penutupan jalan nafas oleh sekret yang mungkin terjadi. - Berikan bantuan oksigen R/ Pernafasan kusmaull sebagai kompensasi keasaman memberikan respon penurunan CO2 dan O2, Pemberian oksigen sungkup dalam jumlah yang minimal diharapkan dapat mempertahankan level CO2. - Kaji Kadar AGD setiap hari R/ Evaluasi rutin konsentrasi HCO3, CO2 dan O2 merupakan bentuk evaluasi objektif terhadap keberhasilan terapi dan pemenuhan oksigen.

2. Kekurangan Volume Cairan dan Elektolit Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai dengan nilai laboratorium dalam batas normal. Intervensi - Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah, diare R/ Memperkirakan volume cairan yang hilang. Adanya proses infeksi mengakibatkan demam yang meningkatkan kehilangan cairan IWL. - Pantau tanda vital R/ Hipovolemia dapat dimanivestasikan dengan hipotensi dan takikardi. Perkiraan berat ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk/berdiri. - Kaji pernafasan kusmaul atau pernafasan keton R/ Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasn yang berbau keton berhubungn dngan pemecvahan asam ketoasetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi. - Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa R/ Indikator tingkat hidrasi atau volume cairan yang adekuat. - Ukur BB tiap hari R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam pemberian cairan pengganti. - Pantau masukan dan pengeluaran, catat BJ Urine R/ Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan terapi yang diberikan. - Berikan cairan paling sedikit 2500 cc/hr R/ Mempertahankan hidrasi dan volume sirkulasi. - Catat hal-hal seperti mual, nyeri abdomen , muntah, distensi lambung R/ Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang seringkali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit. Kolaborasi - Berikan NaCl, NaCl, dengan atau tanpa dekstrose R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajad kekurangan cairan dan respon pasien individual. - Berikan Plasma, albumin R/ Plasma ekspander kadang dibutuhkan jika kekuranggan tersebut mengancam kehidupan atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha rehidrasi yang telah dilakukan.

- Pantau pemeriksaan laboraorium : Ht, BUN/Creatinin, Na, K R/ Na menurun mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel (diuresis osmotik). Na tinggi mencerminkan dehidrasiberat atau reabsorbsi Na akibat sekresi aldosteron. Hiperkalemia sebagai repon asidosis dan selanjutnya kalium hilang melalui urine. Kadar Kalium absolut tubuh kurang - Berikan Kalium atau elektrolit IV/Oral R/ Kalium untuk mencegah hipokalemia harus ditambahkan IV. Kalium fosfat dapat diberikan untuk menngurangi beban Cl berlebih dari cairan lain. - Berikan Bikarbonat R/ Diberikan dengan hati-hati untuk memperbaiki asidosis. - Pasang selang NG dan lakukan penghisapan R/ Mendekompresi lambung dan dapat menghilanggkan muntah.

3. Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Tujuan : Berat badan stabil dan tingkat kekuatan energi tetap Intervensi - Timbang BB tiap hari R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat termasuk absorbsi dan utilisasinya. - Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien R/ Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan teraupetik. - Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi R/ Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung (distensi dan ileus paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi. - Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransi melalui oral R/ Pemberian makanan peroral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik. - Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki R/ Jika makanan yang disuai dapat dimasukkan dalam perencanaan makan . - Libatkan keluarga/pasien dalam perencanaan makanan R/ Meningkatkan rasa keterliatan keluarga; memeberikan informasi pda keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien. - Observasi tanda hipoglikemia : penuruann kesasadaran, kulit lembab/dingin, nadi cepat, lapar, sakit kepala, peka rangsang R/ Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah akan berkurang, dan

sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperhatikan perubahan tingkat kesadaran. Ini harus ditangani dengan cepat dan ditangani melalui protokol yang direncanakan. Kolaborasi - Lakukan pemeriksaan gula darah denggan menggunakan finger stick R/ Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dibandingkan dengan reduksi urine. - Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glikosa darah, aseton, pH dan HCO3 R/ Gula darah akan menurun perlahan dengan pengantian cairan dan terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian insulin optimal, glukosa akan masuk dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Jika hal ini terjadi kadar aseton akan menurun dan asidosis dapat dikoreksi. - Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan IV intermiten/ kontinyu (5 10 IU/jam) sampai glukosa darah 250 mg/dl R/ Insulin reguler memiliki awitan cepat karenanya dnegan cepat pula membantu memindahkann glukosa dalam sel. Pemberian melalui IV merupakan rute pilihan utama karena absorbsi jaringan subkutan tidak menentu/lambat. - Lakukan konsultasi dengan ahli diet R/ Bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, menjawab pertanyaan dan dapat pula membantu pasien atau orang terdekat untuk mengembangkan rencana makanan.

KomposisiInsetron 8 mg/4 ml injeksi, tiap 4 ml injeksi mengandung ondansetron hydrochloride setara dengan 8 mg ondansetron.Cara KerjaOndansetron adalah suatu antagonis reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat pengobatan dengan sitostatika dan radioterapi.Indikasi Penanggulangan mual dan muntah karena kemoterapi dan radioterapi serta operasi.Dosis
Pencegahan mual dan muntah pasca bedah : Dosis pertama : 8 mg, tablet diberikan 1 jam sebelum pembiusan dilanjutkan pemberian 2 dosis berikutnya 8 mg tablet dengan interval waktu masing-masing 8 jam. Atau 4 mg injeksi i.m. sebagai dosis tunggal atau injeksi i.v. secara perlahan. Pencegahan mual dan muntah karena kemoterapi Dewasa : Kemoterapi yang sangat emetogenik, misalnya cisplatin. Mula-mula diberikan injeksi 8 mg ondansetron i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan infus 1 mg ondansetron/jam selama terus-menerus selama kurang dari 24 jam atau 2 injeksi 8 mg i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit dengan selang waktu 4 jam. Atau bisa juga diikuti dengan pemberian 8 mg peroral 2 kali sehari selama kurang dari 5 hari. Kemoterapi yang kurang emetogenik, misalnya siklospamid. Injeksi i.v. 8 mg ondansetron secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan 8 mg peroral 2 kali sehari selama kurang dari 5 hari. Mual dan muntah karena radioterapi : Tablet 8 mg, 3 kali sehari dimulai 1 2 jam sebelum radioterapi. Lama pengobatan tergantung panjangnya radioterapi. Anak-anak > 4 tahun : 5 mg/ml secara i.v. selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan memberikan 4 mg peroral tiap 12 jam selama kurang dari 5 hari. Usia lanjut : Ondansetron dapat ditoleransi dengan baik pada penderita usia diatas 65 tahun tanpa mengubah dosis, frekuensi, ataupun cara pemberian. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal : Tidak memerlukan penyesuaian dosis harian, frekuensi ataupun cara pemberian. Penderita dengan gangguan fungsi hati: Dosis total harian tidak boleh lebih dari 8 mg. Efek Samping Sakit kepala, konstipasi, rasa panas pada kepala dan epigastrum, sedasi dan diare. Kontraindikasi Penderita yang hipersensitif terhadap ondansetron. Overdosis Pada dosis 84 mg 145 mg i.v. terjadi efek samping yang ringan Antidotum yang khusus tidak ada. Cara Penyimpanan o Simpan pada suhu 15 25 C (dalam ruang AC), terlindung dari cahaya.

PerhatianSebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil terutama pada semester pertama dan wanita menyusui, kecuali bila manfaat lebih besar dari resiko yang mungkin terjadi. Kemasan :Dus @ 5 ampulHarga:-,-No. Registrasi :DKL0320930343A1

Anda mungkin juga menyukai