Anda di halaman 1dari 54

Dosen Pembimbing :

Dr. Farida Nurhayati, Sp.THT-KL, M.Kes


Disusun oleh :

Yefti Caroline Manurung (09-025) Juli Jilianti (09-033) Bintari Anindhita (09-058)
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT THT RSUD BEKASI PERIODE 21 OKTOBER 2013- 16 November 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA

BAB I

Pasien datang ke Poli THT RSUD Bekasi pada tanggal 26 Oktober 2013 Nama : Ny. J Jenis kelamin : Wanita Umur : 53 tahun Agama : Islam Alamat : Perum Depnaker B/7, Bekasi Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status : Sudah Menikah

Anamnesis secara autoanamnesis pada pasien pada tanggal 26 Oktober 2013 di Poli THT RSUD Bekasi Keluhan Utama Pasien datang dengan keluhan pilek sejak kurang lebih 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan Tambahan Pasien merasa penciuman menjadi semakin menurun

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poli THT RSUD Bekasi dengan keluhan pilek sejak kurang lebih 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluhkan hidung mengeluarkan ingus berwarna bening yang seringkali turun ke tenggorokan. Pada awalnya pasien sudah sering mengalami pilek terutama jika terkena debu, cuaca dingin dan kecapean, namun keluhan saat ini tidak membaik walaupun pasien sudah menggunakan obat semprot hidung dan klaripin, keluhan ini dirasakan semakin berat ditambah penciumannya yang semakin menurun. Pasien tidak tahu persis kapan penciuman mulai menurun, namun pasien mengaku jika mencium bau-bauan sedikit berkurang. Pasien memiliki gigi yang berlubang di gigi kanan atas Selain keluhan di atas, pasien mengaku merasa nyeri pada kedua pipi terutama ketika pasien sedang sholat, hidung sering tersumbat. Keluhan nyeri menelan dan nyeri pada kedua telinga di sangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu Alergi (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Keadaan yang sama seperti ini sebelumnya (-) Riwayat pemakaian obat-obatan (+) dengan klaripin dan obat semprot hidung Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien Alergi (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Riwayat kebiasaan Pasien mengaku sering mengalami sakit gigi namun tidak diobati dan hanya minum obat warung.

Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 26 Oktober 2013 di Poli THT RSUD Bekasi Keadaan umum: Kesan sakit : Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital Tekanan darah : 100/70 mmHg Frekuensi nadi : 96 kali/menit (isi cukup, kuat, dan regular) Frekuensi Napas : 18 kali/menit Suhu Tubuh : afebris

Status Generalis Kepala


Bentuk : tidak ada deformitas Wajah bentuk simetris, tidak tampak pucat. Rambut : tampak rambut berwana hitam, distribusi merata, tidak

Mata Exophthalmus Enopthalmus Kelopak Lensa Konjungtiva Sklera Gerakan mata Pupil

mudah dicabut

: tidak ada : tidak ada : edema (-), ptosis (-) : jernih : anemis - / : ikterik - / : normal : bulat isokor, RCL +/+ RCTL+/+

Telinga Daun telinga bentuk normotia Liang Telinga: serumen + minimal dekstra dan sinistra, secret-/Membran timpani dekstra dan sinistra intak. Hidung Pernapasan cuping hidung (-) Bentuk normal, tidak ada deviasi septum Mukosa hiperemis Sekret hidung (+) Tidak ada epistaksis Bibir Simetris Mukosa lembab Sianosis (-) Pucat (-)

Mulut dan tenggorokan Uvula ditengah, palatum dan faring tidak hiperemis Tidak ada labiopalatoschizis. Tonsil T1- T1 tenang Leher Tidak terdapat pembesaran KGB submandibula Kelenjar tiroid tidak teraba membesar Trakea lurus di tengah Thorax Tampak simetris Retraksi suprasternal (-) Paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: simetris kanan kiri : tidak dilakukan : tidak dilakukan : Suara nafas vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsus iktus kordis Palpasi : tidak dilakukan Perkusi : tidak dilakukan Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen Inspeksi : datar, simetris Palpasi : tidak dilakukan Perkusi : tidak dilakukan Auskultasi : Bising usus (+) normal Kelenjar Submandibula Cervical Supraklavikula Ketiak Inguinal

: tidak teraba : tidak teraba : tidak teraba : tidak teraba : tidak teraba

Ekstremitas

Kulit Warna : sawo matang Jaringan parut : tidak ada Pigmentasi :Pertumbuhan rambut : merata Lembab / kering : lembab Suhu raba : hangat Turgor : baik Keringat Umum :+ Petechie : tidak ada Ikterus : (-)

Akral hangat +/+ Edema -/Sianosis -/Pucat -/CRT < 2detik

Status Lokalis THT

TELINGA Liang Telinga Serumen Sekret Membran Timpani Nyeri Tekan Tragus HIDUNG Cavum nasi Sekret Konka Mukosa TENGGOROKAN Uvula Faring Tonsil

KANAN Lapang Minimal (-) Intak (-)

KIRI Lapang Minimal (-) Intak (-)

Lapang (+) Hipertrofi Hiperemis

Lapang (+) Hipertrofi Hiperemis

Ditengah Hiperemis (-) T1/T1 tenang

Pendengaran Keseimbangan Uji Romberg dipertajam (-)

Pemeriksaan

Kanan

Kiri

Rinne

Weber

Tidak ada lateralisasi

Tidak ada lateralisasi

Swabach

Sama dengan pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

KESEIMBANGAN TES ROMBERG DIPERTAJAM (-)

Foto sinus paranasal

Pasien wanita usia 53 tahun datang ke Poli THT RSUD Bekasi dengan keluhan pilek sejak kurang lebih 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluhkan hidung mengeluarkan ingus berwarna bening yang seringkali turun ke tenggorokan. Pada awalnya pasien sudah sering mengalami pilek terutama jika terkena debu, cuaca dingin dan kecapean, namun keluhan saat ini tidak membaik walaupun pasien sudah menggunakan obat semprot hidung dan klaripin, keluhan ini dirasakan semakin berat ditambah penciumannya yang semakin menurun. Pasien tidak tahu persis kapan penciuman mulai menurun, namun pasien mengaku jika mencium bau-bauan sedikit berkurang. Pasien memiliki gigi yang berlubang di gigi kanan atas Selain keluhan di atas, pasien mengaku merasa nyeri pada kedua pipi terutama ketika pasien sedang sholat, Secara umum pemeriksaan fisik keadaan umum dan status generalis dalam batas normal, namun pada pemeriksaan rinoskopi anterior dengan speculum hidung didapatkan secret mukopurulen (+), mukosa hiperemis, konka hipertrofi, dan pada palpasi ditemukan adanya nyeri tekan di regio maxillaris

1. 6 Diagnosis Kerja

Sinusitis dentogen
1. 7 Diagnosis Banding

Rhinitis alergika
1. 8 Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan foto sinus paranasal

Non Medikamentosa Hindari lingkungan yang lembab, alergen seperti debu, kecoa dan tungau. Hindari paparan iritasi, seperti rokok dan cerutu atau bau yang kuat dari bahan kimia Medikamentosa Antibiotik golongan penisilin seperti amoksisilin Dekongestan seperti Pseudoephedrine Analgetik, mukolitik

Ad Vitam Ad functionam Ad sanationam

: Bonam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Sinusitis ialah inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis.

Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.

Medical Center New York sinusitis maksilaris yang disebabkan oleh infeksi dentogen diketahui sekitar 47%.
Berdasarkan Penelitian Marissa (2011) di RSUD dr.M.Soewandhie Surabaya, menunjukkan bahwa dari 20 sampel penderita didapatkan 15 orang (75%) yang menderita sinusitis dengan infeksi dentogen.

Sinus maksila atau Antrum Highmore, merupakan sinus paranasal yang terbesar. Merupakan sinus pertama yang terbentuk. Ukuran maksimal yaitu 15 ml pada saat dewasa. Sinus maksila berbentuk piramid ireguler dengan dasarnya menghadap ke fosa nasalis dan puncaknya ke arah apeks prosesus zigomatikus os maksila.

Dinding Anterior sinus : Permukaan fasial os maksila (fosa kanina) Dinding posteriornya : Permukaan infra-temporal maksila Dinding medialnya : Dinding lateral rongga hidung Dinding medial atau dasar antrum dibentuk oleh lamina vertikalis os palatum, prosesus unsinatus os etmoid, prosesus maksilaris konka inferior, dan sebagaian kecil os lakrimalis.

Dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah : 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas , yaitu premolar (P1 dan P2) , molar (M1 dan M2),

Virus Bakteri Jamur .

Fungsi Respirasi Fungsi Penghidu Fungsi Fonetik Refleks nasal

Penularan dari infeksi sinus di dekatnya, seperti faringitis, tonsilitis atau radang pada gigi geraham atas (odontogen). Rinitis alergi dan rinitis hormonal pada wanita hamil. Pada keadaan ini terjadi hipersekresi cairan mukus yang dapat menyumbat ostium sinus dan menjadi media bagi pertumbuhan kuman. Obstruksi mekanik seperti kelainan septum (spina septum, deviasi septum, dislokasi septum), hipertrofi konka media, benda asing dalam hidung, polip dan tumor di rongga hidung akan menyebabkan salah satu aau kedua rongga hidung menjadi lebih sempit. Trauma kapitis yang melibatkan sinus maksilaris dan polusi udara.

Mekanisme terjadinya sinusitis berhubungan dengan tiga faktor, yaitu:


Patensi drainase ostium Fungsi dari silia Kualitas sekresi mukus nasal (viskositas, komposisi, volume)

Gangguan terhadap salah satu atau kombinasi faktor tersebut dapat merubah sistem fisiologis sinus dan menyebabkan sinusitis.

Infeksi virus

Obstuksi Ostium Sinus O2 Vasodilatasi Disfungsi silia Disfungsi mukosa Pe produksi mukus

Transudasi

Stagnasi mukus

Retensi sekret yang tebal Infeksi bakteri

Berdasarkan klinis
Akut Subakut Kronik

Sumber infeksi
Mikroorganisme
Virus Bakteri Jamur
Rinogen Dentogen

Berdasarkan lokasi dan durasi (akut, subakut, kronik)

Sinusitis akut

Gejala flu hidung tersumbat + discharge mukopurulen disertai post nasal drip Nyeri klasik sinus Sinus maksilaris pipi, gigi, telinga Sinus etmoidalis medial hidung, retroorbital Sinus frontalis dahi atau seluruh kepala Sinus sfenoidalis nyeri vertex atau bitemporal Demam, malaise, letargi

Sinusitis akut pada anak


Gejala nyeri klasik sinus JARANG Flu yang berlangsung lebih dari 7-10 hari Batuk dengan eksaserbasi nokturnal Discharge mukopurulen Nafas berbau busuk Demam ringan

Sinusitis kronik
Discharge mukopurulen + obstruksi nasal ringan Nyeri klasik + gejala sistemik tidak terlalu mencolok

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

Ekstremitas

Kulit Warna : sawo matang Jaringan parut : tidak ada Pigmentasi :Pertumbuhan rambut : merata Lembab / kering : lembab Suhu raba : hangat Turgor : baik Keringat Umum :+ Petechie : tidak ada Ikterus : (-)

Akral hangat +/+ Edema -/Sianosis -/Pucat -/CRT < 2detik

Pus di meatus medius dan meatus superior. Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius. Pemeriksaan transiluminasi

Palpasi pada daerah sinus

Pemeriksaan gigi berlubang

Foto polos posisi Waters, PA dan lateral CT Scan Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi Sinuskopi

Prinsip pengobatan pada sinusitis ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drenase dan ventilasi sinus sinus pulih secara alami. Antibiotik dan dekongestan. Analgetik, mukolitik, steroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCL atau pemanasan. Operasi

Komplikasi orbita Mukokel Komplikasi intrakranial - meningitis akut - abses dura - abses otak Osteomielitis abses subperiosteal

BAB III

3. 1Dasar Diagnosis Dari ilustrasi kasus diatas, merumuskan dari data anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan serta disesuaikan dengan teori yang ada, maka mengarah pada suatu diagnosis yaitu sinusitis. 3. 2Anamnesis Dari keluhan utama dan riwayat penyakit pada pasien yang menyatakan pilek sejak kurang lebih 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, dengan ingus berwarna bening yang seringkali turun ke tenggorokan, rasa nyeri pada kedua pipi serta penurunan penciuman yang tidak diketahui pasti sejak kapan merupakan suatu petunjuk yang dapat digunakan untuk mengarah ke diagnosis sinusitis. Pada anamnesis pasien juga mengaku sudah sering mengalami keluhan pilek seperti ini. Pasien juga mengaku memiliki gigi atas berlubang yang tidak dirawat. Hal ini mengarahkan dugaan sinusitis bersumber dari infeksi pada gigi (sinusitis dentogen).

3.3 Pemeriksaan Fisik Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan generalis, otoskop telinga dan pemeriksaan tenggorokan. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan sekret pada kedua sisi hidung dan konka hipertrofi bilateral yang hiperemis. Pada palpasi sinus maksila didapatkan nyeri palpasi yang menandakan adanya suatu proses radang pada sinus maksila.

1.

2. 3.

4.

5. 6. 7. 8.

Mangunkusumo E, Soetipjo D. Sinusitis. In Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 150-3. Hilger PA. Penyakit Sinus Paranasalis. In Harjanto E, editor. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC; 1997. p. 240-257. Brook I. Chronic Sinusitis. USA: Department of Pediatrics, Georgetown University School of Medicine ; 2012 disitasi 2012. diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/232791overview. Desrosiers M, Evans GA, Keith PK, Wright ED, Kaplan A, Bouchard J, et al. Canadian Clinical Practice Guideline for Acute and Chronic Rhinosinusitis. Allergy, Asthma & Clinical Imunology. 2011; 7. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J. European Position Paper on Nasal Polyps. Rhinology. 2007; 20: p. 1-139. Meltzer EO, Hamilos DL. Rhinosinusitis Diagnosis and Management for the Clinician: A Synopsis of Recent Consensus Guidelines. Mayo Clinic Proceedings. 2011; 86: p. 427-43. Leung RS, Katial R. The Diagnosis and Management of Acute and Chronic Sinusitis. Primary Care: Clinics in Office Practice. 2008; 35: p. 11-24. Sinusitis. National Institute of Allergy and Infectious Disease. 2012.

9. 10. 11.

12.

13.

14. 15.

Pola Penyakit 50 Peringkat Utama Menurut DTD Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Indonesia Tahun 2003. , Depkes RI; 2003. Data Poli Rawat Jalan Sub Bagian Rinologi. Jakarta: FKUI - RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Bagian THT; 2000-2005. Marissa A. Infeksi Odontogen Pada Sinus Maksilaris Ditinjau dari Radiografik Panoramik. Surabaya: Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran Gigi; 2011. Ruben M, Gonzales R, Sande M. Pharyngitis, Sinusitis, Otitis, and Other Upper Respiratory Tract Infections. In Fauci AS, Kasper DL, Longo D, Loscalzo J, Brraunwald E, Hauser S, et al., editors. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed.: McGraw-Hill Companies; 2008. p. 205-7. Pinheiro AD, Facer GW, Kern EB. Rhinosinusitis: Current Concepts and Management. In Bailey BJ, Healy GB, Johnson JT, Jackler RK, Calhoun KH, Pillsbury HC, et al., editors. Head and Neck Surgery Otolaryngology. 3rd ed.: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. Kentjono WA. Rinosinusitis: Etiologi dan Patofisiologi. 2004. Skye E. Sinusitis. UMHS Clinical Care Guideline. 2011 September 2;: p. 2.

Anda mungkin juga menyukai