DONA YULIYANTI
102011442
SKENARIO 11
Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang ke Puskesmas
ANAMNESIS
Identitas : laki-laki 38 tahun
K. Utama : sulit menelan, demam, banyak air liur, leher
PEMERIKSAAN FISIK
T
: 37,5 oC
Nadi : 85 x/menit
Nafas : 100 x/menit
Tonsil kanan membengkak, uvula terdorong ke kiri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap dan kultur
darah)
Pemeriksaan CT scan
Ultrasonografi
GEJALA KLINIS
Odinofagia (nyeri menelan)
Muntah (regurgitasi)
Mulut berbau (foetor ex ore)
Banyak ludah (hipersalivasi)
Suara sengau (rinolalia)
Sukar membuka mulut (trismus)
Pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan
Kasus berat : disertai disfagia yang nyata, dan kesulitan
bicra
Hot potato/muffled voice suara yang muncul seperti sedang
makan makanan yang panas masih di dalam mulut
Erythema pada tonsil
Exudasi pada tonsil
DIAGNOSA KERJA
Abses Peritonsil
DIAGNOSA BANDING
Abses Retrofaring
Abses Parafaring
Etiologi
Gejala Klinis
ETIOLOGI
Disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun
anaerob.
Organisme aerob adalah Streptococcus pyogenes (Group
A Beta-hemolitik streptoccus), Staphylococcus aureus,
dan Haemophilus influenzae.
Organisme anaerob yang berperan adalah
Fusobacterium. Prevotella, Porphyromonas,
Fusobacterium, dan Peptostreptococcus spp.
EPIDEMIOLOGI
Terjadi pada umur 10-60 thn, namun paling sering terjadi
PATOFISIOLOGI
Infeksi akut di tonsil maka infeksi akan menyebar ke
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Stadium infiltrasi: ampisilin/amoksisilin 3-4 x 250-500
KOMPLIKASI
Abses pecah spontan perdarahanm aspirasi paru, atau
piema.
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring
PROGNOSIS
Abses peritonsiler yang tidak berkomplikasi dan
PENCEGAHAN
Mengobati tonsilitis (radang pada amandel) secara tuntas.
KESIMPULAN
Abses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling