Eliminasi
Campak
Target?
Niprida Mardin
WHO-EPI
Surabaya 25 - 27 Nov 2014
Rubella/CRS
Control
Yang
BelumEast
Bebas
Polio
2014
: South
Asia
(SEARO)
States Currently
(since 1 Jan 2014)
Exporting Wild
Poliovirus
Pakistan
Suriah
Equatorial
Guinea
Cameroon
Afghanistan
Ethiopia
Iraq
Israel
Nigeria
Somalia
(Weight
50%)
(Weight
30%)
0
1
1
6
10
1
8
6
1
1
9
0
0
2
0
0
3
2
0
2
4
4
Risk
programme evaluation
(Weight 20%)
5
3
3
7
6
2
6
3
2
3
3
Low
Low
Low
High
High
Low
High
Med
Low
Med
High
Risk Assigned: High (>4.0), Medium (2.0-4.0), Low (<2.0) Weight @ 50/30/20
5th Meeting of the SEAR ITAG Data (WHO-SEARO) as of Mar 2014
25-29 August 2014, New Delhi
10
25-29 August 2014, New Delhi
N=103
N=112
N=291
N=303
N=277
N=281
N=13746
N=30521
N=33691
N=35175
N=33081
N=451
N=794
N=862
N=909
N=847
N=76
N=100
N=73
N=33
N=145
N=164
N=98
N=170
N=137
N=390
N=964
N=987
N=931
N=762
MALI
GUINEA
NIGER
PAKISTAN
INDIA
CHAD
NIGERIA
PANTAI GADING
SAUDI ARABIA
(Nov & Dec 04)
BENIN
BUKINA
INDONESIA
(13April 05)
The boundaries and names shown and the designations used on this map do not imply the expression of
any opinion whatsoever on the part of the World Health Organization concerning the legal status of any
country, territory, city or area or of its authorities, or concerning the delimitation of its frontiers or
boundaries. Dotted lines on maps represent approximate border lines for which there may not yet be full
agreement.
WHO 2005. All rights reserved
At closed database (15 December 2006), the last wild case occurred 298
days ago in Aceh Tenggara district, NAD province.
Total WPV : 305 cases
2005: 303 cases
2006: 2 cases
Total Infected Areas:
47, 10 provincesdistricts
Last Case in
Aceh Tenggara,
NAD
(20 /02/2006)
: 1 WPV Case
: 1 WPV Case
: 1 VDPV Case
First
First
Case
WPV
in Sukabumi,
Case in
Sukabumi,
Jawa Jawa
Barat Barat
(13/03/2005)
IPV Introduction
tOPV to bOPV Switch
IPV
Mengurangi risiko dari OPV2
Membantu penghentian KLB jika type 2 muncul
kembali
Mempercepat peningkatan kekebalan P1 & P3
Akan dintroduksi June 2015
Summary(II)
Polio
Semua negara berisiko tinggi untuk terjadinya
importasi virus polio.
Indonesia mempunyai immunity gap yg tinggi,
artinya, jika ada virus polio import , maka
Indonesia sangat tinggi risikonyo untuk terjadi KLB
yg luas.
Immunity gap ini hanya dapat ditutup dengan
SIAs dan routine coverage yang tinggi.
Indonesia melaksanakan surveilans AFP sesuai
standards.
Regional Goal
21
Immunization targets
2015
MCV1: 90% coverage at national
level and 80% at the
district level
district level
2020
MCV1: >95% coverage both at the
national and district level
MCV2: >95% coverage both at the
national and district level
swasta
Laporan individu sampai pusat dengan mengembangkan Web
system.
24
Membangun sentinel CRS surveillance
Total
Cases
Number
of
Province
Reporte
d
2008
395
2009
2289
2010
Number
of Cases
With
Complete
Report to
Central
(C1)
Cases
Measle
s
Rubella
Mix
(Measles
&
Rubella)
Negativ
e
Pending
24
174
219
12
654
247
939
1001
3101
31
2002
668
756
1673
2011
4694
31
4694
1175
1808
1711
2012
3558
31
3558
429
1565
1561
201
3
2894
32
2744
733
729
1356
64
201
4
2507
30
2507
661
322
840
672
INDIKATOR
SURVEILANS CAMPAK
Surveilans Rutin :
1. Rate ks Non campak secara nasional
: 2/100.000 pop
: 80
: 80 %
: 80
: 90
INDIKATOR
SURVEILANS CAMPAK
KLB
1.KLB dg Fully
investigated
: 100 %
2.KLB campak pasti yang diperiksa virologi
: 80 %
3.Kelengkapan laporan C- KLB
: 90 %
Data as of 28 January 2011www.surveilans.org
Indikator
sensitifitas Surv
Campak/Rubella
31
INGAT
Penyakit
campak sangat
menular
Efikasi Vaksin
Campak hanya
85%
Di beberapa
daerah, cakupan
Imunisasi campak
masih
rendah/daerah
kantong
OLEH
SEBAB ITU
1. Kasus campak jarang tunggal
2. Kab/kota, lap campak 0, tdk
mungkin
3. Ks Campak yg dilaporkan blm
tentu Campak
MAKA
1. Setiap ks campak hrs cari ks
tambahan
2. Libatkan pelayanan swasta dlm
pelaporan
3. Ambil spesimen utk diagnosa
pasti
DEFINISI OPERASIONAL
CAMPAK
Kasus klinis:
Demam,
Bercak merah (rash)
berbetuk
mokulopapular,
Batuk/pilek atau mata merah
(conjunctivitis)
Atau
Dokter mendiagnosa sebagai
kasus campak
KASUS CAMPAK
KLINIS
POLIKLINIK
Tata laksana kasus (Vit A, supportif, dll)
Isi form C1
Memberikan rujukan untuk pengambilan
darah ke
laboratorium
Memberi tahu petugas surveilans
Tanya keluarga penderita, apakah ada
kasus yang
sama di
sekitarnya
PETUGAS
SURVEILANS
- Memeriksa kelengkapan form C1 dan
meyakinkan spesimen sudah diambil
- Kirim spesimen ke kab/kota
Cari kasus tambahan di sekitar rumah
penderira $ sekolah
-
PETUGAS LAB
Ambil spesimen darah
3cc (1 cc serum) ,
Sebelum dikirim ke
kab/kota, simpan
dalam suhu 2 8
derajat celcius
DEFINISI
OPERASIONAL
CAMPAK
PETUGAS LAB
KASUS CAMPAK
KLINIS
POLIKLINIK
Tata laksana kasus (Vit A, supportif, dll)
Isi form C1
Memberikan rujukan untuk pengambilan
darah ke
laboratorium
Memberi tahu petugas surveilans
Tanya keluarga penderita, apakah ada
kasus yang
sama di
sekitarnya
PETUGAS
SURVEILANS
-
Kasus klinis:
Demam,
Bercak merah (rash) berbetuk
mokulopapular,
Batuk/pilek atau mata merah
(conjunctivitis)
Atau
Dokter mendiagnosa sebagai
kasus campak
Summary(I)
Measles, Rubella and CRS
Akumulasi populasi rentan sudah melebihi jumlah
target birth cohort , oleh sebab itu KLB campak
akan tetap terjadi sampai kampanye campak
dilakukan.
Eliminasi campak dan rubella / CRS control goals
hanya bisa tercapai sesuai rencana bila dilakukan
MR campaign target anak usia 9 bulan - 15 th.
Setelah campaign, MR diberikan melalui rutin.
Imunisasi Rutin harus diperkuat MCV1 (9 11bl)
and MCV2 (24 36bl) and masuk sekolah.
Options for MR
Measles, Rubella and CRS
Option 1: MR nationwide campaign 9
months to 15 years starting in 2016 with
imported MR vaccine
Option 2: Measles nationwide campaign 9
months to 10 years in 2015 then MR
nationwide campaign 9 months to 15 years
as soon as possible with domestic vaccine
(2019?)
Option 3: MR nationwide campaign 9
months to 15 years starting as soon as
Surveillans Rubella
Surveilans Rubella
Surveilans Rubella diintegrasikan dengan Surveillans Campak
Sample
(serum)
Pemeriksaan
IgM
Campak
Hanya
Campak
IgM
Negative
Rubella
IgM
Testing
Rubella / CRS
Pemberian vaksin MR bertujuan mengeliminasi
campak juga mengontrol rubella
Goal of rubella control unruk mencegah congenital
rubella syndrome (CRS)
Harus dilakukan secara nasional 9 bln - 15 th untuk
mencapai target eliminasi campak dan rubella kontrol
sesuai jadwal
Harus dilakukan surveilans CRS untuk mengukur
dampaknya
Training for CRS sentinel surveillance telah dilakukan
terhadap 11 RS
KLB Rubella
Jika terjadi KLB rubella, yang harus
diperhatikan adalah Ibu hamil.
Utamakan pemeriksaan IgM Ibu hamil tsb.
Hindari kontak dengan penderita rubella
Ibu hamil tidak bisa mendapatkan imunisasi
rubella, maka orang2 yang kontak dengan ibu
hamil harus diimunisasi rubella (planning)
KALBAR
Pontianak: D9
KALTENG
Katingan: G3
KALSEL
Tanah Laut: G3
SULUT
Minahasa: D9
SUMBAR
Limapuluh Koto: D9
PAPUA
Jayapura: D9
SUMSEL
Muara Enim: D9
JAMBI
Merangin: G3
LAMPUNG
Lampung Selatan: D9
Tanggamus: G3
Lampung Tengah: D9
BANTEN
Lebak: D9
Pandeglang: D9
DKI
Jakarta Pusat: D9
Jakarta Selatan: D9
JATIM
Gresik: G3
Lumajang, Probolinggo, Sidoarjo: D8
Lamongan, Sampang, Sidoarjo: D9
JABAR
Indramayu: D9
Subang: D9
Garut: D9
Bandung: D9, D8
Cirebon, Bogor, Sumedang: D9
Kota Bandung, Kota Sukabumi: D9
Kota Tasik: D9, G3
Kota Cimahi: G3
JATENG
Wonogiri: G2
Pekalongan: D9
Banjarnegara: G3
Wonosobo: G3
Kebumen: D9
Kudus D9
SULSEL
Majene: G3
DIY
Bantul: G2
Sleman: D9
: D9
: G2
: G3
: D8
KLB CAMPAK
Suspect KLB Campak:
Terjadinya minimal 5 suspek campak dalam kurun
waktu 4 minggu yang mengelompok dan
mempunyai hubungan epidemiologis satu sama lain.
Fully
Investigated
Kunjungan :
Rumah ke
Rumah
Individual
Report
Mengambil
Specimen
Jika Cakupan
imunisasi >90% (>3
th)
Jika Cakupan
Rendah <90
(>3th)
Daerah
KLB = 150
kasus
D
F
C
F
D
C
County
A
A
B G
38 ks
12ks County B
E County C
D
B
BC
Cakupan imunisasi camapk
rendah
Cakupan imunisasi camapk
tinggi
Ks 40 % usia 5 14 th
Cakupan imunisasi <80 % , 2 th berturut2
Posyandu tidak aktif
Bidan tinggal di desa lain
Ks 60 % usia 0 - 5
Cakupan imunisasi >90 % , 3 th berturut2
Posyandu tidak aktif
60% balita yg dikunjungi tidak imunisasi
TEMUAN
D
BC
Ks 40 % usia 5 14 th
Cakupan imunisasi <80 % , 2 th berturut2
Posyandu tidak aktif
Bidan tinggal di desa lain
REKOMENDAS
I
Pertahankan cakupan RI tinggi
Lakukan imunisasi selektif
Aktifkan posyandu
Jadwal posyandu teratur, monitoring ketat
oleh puskes
Ks 60 % usia 0 - 5
Cakupan imunisasi >90 % , 3 th berturut2
Posyandu tidak aktif
60% balita yg dikunjungi tidak imunisasi
REKOMENDASI
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
rekomendasi :
Jangan merekomendasikan sesuatu yang tidak kita bahas
Jangan merekomendasikan sesuatu yang tidak mungkin
dapat dikerjakan
Buat rekomendasi yang spesifik (SMART)
Spesifik
Dapat diukur
Dapat dilaksanakan
Masuk akal
Tepat waktu
terimakasih
Rubella Genotypes**
There are 2 Genotypes of Rubella virus: 2B and 1E
1. Genotype 1E ( : ) : Yogyakarta, West Java and East Java
2. Genotype 2B ( : ) : West Java
* September 2013
**Source : Referral
Regional Lab. PT Biofarma
Goal:
Menyelesaikan pemusnahan
tempat-tempat yang mengandung
virus polio liar dan virus-virus
yang berhubungan dengan vaksin
(VAPP dan VDPV)
Vaksin Polio
Virus polio ada 3 type : Type 1, 2 dan 3
Vaksin tetes (OPV) yang diberikan mengandung 3
type virus tersebut yang kita sebut tOPV (trivalent
Oral Polio Vaccine) memberikan perlindungan
terhadap virus type 1, 2 dan 3
tOPV ini adalah Virus Polio hidup yang dilemahkan
Karena vaksin OPV ini virus hidup, jadi bisa
bermutasi kembali menjadi ganas yang kita sebut
VDPV (Vacine Derived Polio Virus). Sifatnya akan
sama persis dengan virus polio liar.
Vaksin polio ini selain bisa bermutasi (VDPV) , Juga
bisa menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak
yang imun deficiency seperti pdrt HIV yang kita
sebut VAPP , ini sama dengan KIPI
Target Rubella:
National Rubella Control Goals By
2020
Tujuan khusus:
1. Cakupan campak dosis pertama
minimal 90% secara nasional dan
>80% di kab/kota tahun 2018
2. Cakupan campak dosis kedua
minimal 95% tahun 2018
3. Fully investigated semua kasus
KLB campak
4. Surveilans Campak Berbasis
Kasus Individu diterapkan dengan
100% pemeriksaan spesimen
mulai tahun 2014.
Specific objectives:
1. Introduksi imunisasi rubella
tahun 2017
2. Penguatan suveilans rubella
dan pengembangan surveilans
CRS tahun 2014