Anda di halaman 1dari 16

HUKUM MENGHINA

AL-QURAN

Bagaimana hukum Islam tentang


orang yang menghina al-Quran?
Bagaimana sikap yang harus
diambil oleh kaum Muslim
terhadap para pelakunya?

Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad saw. Karena itu, setiap Muslim wajib
memuliakan dan mensucikan al-Quran. Para Ulama
sepakat bahwa memuliakan dan mensucikan al-Quran
adalah wajib. Karenanya, siapa saja kaum Muslim yang
menghina al-Quran, berarti telah melakukan dosa besar,
bahkan telah dinyatakan murtad dari Islam. Imam anNawawi, dalamAt-Tibyan fi Adabi Hamalah al-Quran,
menyatakan:

Para ulama telah sepakat tentang kewajiban menjaga mushaf alQuran dan memuliakan-nya. Para ulama Mazhab Syafii berkata,
Jika ada seorang Muslim melemparkan al-Quran ke tempat kotor
maka dihukumi kafir (murtad). Mereka juga berkata, Haram
menjadikan al-Quran sebagai bantal. Bukan hanya itu, bahkan para
ulama telah mengharamkan menjadikan kitab-kitab yang penuh
dengan ilmu sebagai bantal atau tempat bersandar. Dalam rangka
memuliakan al-Quran disunnahkan jika kita melihat al-Quran untuk
berdiri, karena berdiri untuk menghormati ulama dan orang-orang
terhormat adalah sunnah, apalagi menghormati al-Quran.
Diriwayatkan dari Ibn Abi Malikah bahwa Ikrimah bin Abi Jahal
pernah meletakan al-Quran di depan wajahnya, seraya berkata,
Wahai kitab Tuhanku, wahai kitab Tuhanku.

Di antara penyebab kekufuran (murtad) bagi seorang


Muslim adalah mencaci-maki dan menghinakan perkara
yang diagungkan dalam agama, mencaci-maki Rasulullah
saw, mencaci-maki malaikat serta menistakan mushaf alQuran dan melemparkannya ke tempat yang kotor. Semua
itu termasuk penyebab kekufuran (murtad). Al-Qadhi Iyadh
pernah berkata,Ketahuilah bahwa siapa saja yang
meremehkan al-Quran, mushafnya atau bagian dari alQuran, atau mencaci-maki al-Quran dan mushafnya, ia
telah kafir (murtad) menurut ahli Ilmu.(Asy-Syifa,
II/1101).

Dalam kitabAsna al-Mathalibdinyatakan, mazhab Syafii


telah menegaskan bahwa orang yang sengaja menghina,
baik secara verbal, lisan maupun dalam hati, kitab suci alQuran atau hadis Nabi saw. dengan melempar mushaf atau
kitab hadis di tempat kotor, maka dihukumi murtad.
Dalam kitabAl-Fatawa al-Hindiyyah, mazhab Hanafi
menyatakan, bahwa jika seseorang menginjakkan kakinya
ke mushaf, dengan maksud menghinanya, maka dinyatakan
murtad (kafir).
DalamHasyiyah al-Adawi, mazhab Maliki menyatakan,
meletakkan mushaf di tanah dengan tujuan menghina alQuran dinyatakan murtad.

Dalam kitabAl-Mawsuah al-Fiqhiyyahdinyatakan,


ulama telah sepakat bahwa siapa saja yang
menghina al-Quran, mushaf, satu bagian dari
mushaf, atau mengingkari satu huruf darinya, atau
mendustakan satu saja hukum atau informasi yang
dinyatakannya, atau meragukan isinya, atau
berusaha melecehkannya dengan tindakan tertentu,
seperti melemparkannya di tempat-tempat kotor,
maka dinyatakan kafir (murtad).

Inilah hukum syariah yang disepakati oleh para fukaha dari berbagai
mazhab, bahwa hukum menghina al-Quran jelas-jelas haram,
apapun bentuknya, baik dengan membakar, merobek, melemparkan
ke toilet maupun menafikan isi dan kebenaran ayat dan suratnya.
Jika pelakunya Muslim, maka dengan tindakannya itu dia dinyatakan
kafir (murtad). Jika dia non-Muslim, dan menjadi Ahli Dzimmah,
maka dia dianggap menodaidzimmah-nya, dan bisa dijatuhi sanksi
yang keras oleh negara. Jika dia non-Muslim dan bukanAhli
Dzimmah,
tetapiMuahad,
maka
tindakannya
bisa
merusakmuahadah-nya, dan negara bisa mengambil tindakan tegas
kepadanya dan negaranya. Jika dia non-MuslimAhli Harb, maka
tindakannya itu bisa menjadi alasan bagi negara untuk
memaklumkan perang terhadapnya dan negaranya.

Karena itu, sanksinya pun berat. Orang Muslim yang menghina alQuran akan dibunuh, karena telah dinyatakan murtad. Jika dia nonMuslimAhli Dzimmah, maka dia harus dikenaitaziryang sangat
berat, bisa dicabutdzimmah-nya, hingga sanksi hukuman mati. Bagi
non-Muslim non-Ahli Dzimmah, maka Khilafah akan membuat
perhitungan dengan negaranya, bahkan bisa dijadikan alasan
Khalifah untuk memerangi negaranya, dengan alasan menjaga
kehormatan dan kepentingan Islam dan kaum Muslim.
Nabi saw. bersabda:
Imam (khalifah/kepala negara) adalah perisai; rakyat akan
berperang di belakangnya dan dia akan dijadikan sebagai tempat
berlindung(HR Muslim).

Apa yang dinyatakan oleh Nabi di atas, bahwa Imam


(Khalifah) adalah perisai benar-benar terbukti.
Tanpa Khilafah, al-Quran tidak ada yang melindungi.
Penistaan terhadap kitab suci itu pun terus
berlangsung siang-malam, baik yang dilakukan oleh
kaum kafir di Barat maupun Timur, bahkan di negeri
kaum Muslim sendiri. Andai saja Khilafah ada,
niscaya penistaan demi penistaan seperti ini tidak
akan terjadi.

Dalam pandangan Islam, segala bentuk penistaan terhadap


Islam dan syiar-syiarnya sama dengan ajakan berperang.
Pelakunya akan ditindak tegas oleh Khilafah. Seorang
Muslim yang melakukan penistaan dihukumi murtad dan dia
akan dihukum mati. Bagi non-MuslimAhli Dzimmah, bisa
dikenaitaziryang sangat berat, hingga sampai pada
hukuman mati. Bagi non-Muslim yang tinggal di negara kafir
seperti AS, Belanda dan sebagainya, maka Khilafah akan
memaklumkan perang terhadapnya untuk menindak dan
membungkam mereka. Dengan begitu, siapapun tidak akan
berani melakukan penodaan terhadap kesucian Islam.

Rasulullah saw. sebagai kepala negara Islam pernah


memaklumkan perang terhadap Yahudi Bani Qainuqa,
karena telah menodai kehormatan seorang Muslimah, dan
mengusir mereka dari Madinah, karena dianggap menodai
perjanjian mereka dengan negara. Al-Mutashim juga
melakukan hal yang sama terhadap orang Kristen Romawi
hingga Amuriyah jatuh ke tangan kaum Muslim. Ketika Nabi
saw. dihina oleh seniman Inggris, Khilafah Utsmaniyah,
mengirim peringatan perang, dan mereka pun tak berani
berbuat lancang.

Karena itu, adanya Khilafah dan pasukannya untuk melindungi


kesucian dan kehormatan Islam, termasuk kitab suci dan Nabinya,
mutlak diperlukan, sebagaimana ditegaskan oleh Imam al-Ghazali
dalamAl-Iqtishad fi al-Itiqad.Jika saat ini umat Islam tidak
mempunyai khalifah, dan para penguasa mereka pun tidak
melakukan tugas dan tanggungjawab untuk membela agama Allah,
bahkan berlomba memerangi Allah dan Rasul-Nya demi kerelaan AS
dan sekutunya, maka kewajiban umat Islam saat ini adalah
mengenyahkan para penguasa seperti itu, dan membaiat seorang
khalifah untuk memerintah dengan kitab Allah dan sunah Rasul-Nya;
lalu menerapkan hukum syariah; menjaga kekayaan, kehormatan
dan kemuliaan umat Islam sehingga tidak akan dihinakan lagi.

Kewajiban umat Islam seluruhnya yang paling segera adalah tidak


tidur hingga duta-duta negara-negara kafir penjajah itu ditutup dan
diusir dari negeri kita. Kemudian dimaklumkan jihad untuk mengusir
setiap jejak tentara Barat (kafir) yang menyerang negeri-negeri
kaum Muslim. Lalu mengambil tindakan tegas yang akan membuat
para penguasa negara-negara Barat berhitung seribu kali sebelum
melecehkan kemuliaan Islam, simbol dan ajarannya; baik dalam
pembangunan masjid, menara masjid, purdah maupun yang lain.
Pada saat itu, umat Islam tidak perlu lagi hidup dalam masyarakat
Barat yang terus-menerus merongrong agamanya siang dan
malam.Wallahu alam.

Saya jadi teringat perkataan Imam Ibnul Mubarak:







Wahai anakku, di antara manusia itu ada yang bersifat
bagaikan binatang. Dalam bentuk seorang yang mampu
mendengar dan memperhatikan. Ia akan merasa berat, jika
terjadi musibah yang menimpa pada harta bendanya. Namun
jika musibah itu menimpa agamanya, ia tiada merasa apapun.

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai