AL-QURAN
Para ulama telah sepakat tentang kewajiban menjaga mushaf alQuran dan memuliakan-nya. Para ulama Mazhab Syafii berkata,
Jika ada seorang Muslim melemparkan al-Quran ke tempat kotor
maka dihukumi kafir (murtad). Mereka juga berkata, Haram
menjadikan al-Quran sebagai bantal. Bukan hanya itu, bahkan para
ulama telah mengharamkan menjadikan kitab-kitab yang penuh
dengan ilmu sebagai bantal atau tempat bersandar. Dalam rangka
memuliakan al-Quran disunnahkan jika kita melihat al-Quran untuk
berdiri, karena berdiri untuk menghormati ulama dan orang-orang
terhormat adalah sunnah, apalagi menghormati al-Quran.
Diriwayatkan dari Ibn Abi Malikah bahwa Ikrimah bin Abi Jahal
pernah meletakan al-Quran di depan wajahnya, seraya berkata,
Wahai kitab Tuhanku, wahai kitab Tuhanku.
Inilah hukum syariah yang disepakati oleh para fukaha dari berbagai
mazhab, bahwa hukum menghina al-Quran jelas-jelas haram,
apapun bentuknya, baik dengan membakar, merobek, melemparkan
ke toilet maupun menafikan isi dan kebenaran ayat dan suratnya.
Jika pelakunya Muslim, maka dengan tindakannya itu dia dinyatakan
kafir (murtad). Jika dia non-Muslim, dan menjadi Ahli Dzimmah,
maka dia dianggap menodaidzimmah-nya, dan bisa dijatuhi sanksi
yang keras oleh negara. Jika dia non-Muslim dan bukanAhli
Dzimmah,
tetapiMuahad,
maka
tindakannya
bisa
merusakmuahadah-nya, dan negara bisa mengambil tindakan tegas
kepadanya dan negaranya. Jika dia non-MuslimAhli Harb, maka
tindakannya itu bisa menjadi alasan bagi negara untuk
memaklumkan perang terhadapnya dan negaranya.
Karena itu, sanksinya pun berat. Orang Muslim yang menghina alQuran akan dibunuh, karena telah dinyatakan murtad. Jika dia nonMuslimAhli Dzimmah, maka dia harus dikenaitaziryang sangat
berat, bisa dicabutdzimmah-nya, hingga sanksi hukuman mati. Bagi
non-Muslim non-Ahli Dzimmah, maka Khilafah akan membuat
perhitungan dengan negaranya, bahkan bisa dijadikan alasan
Khalifah untuk memerangi negaranya, dengan alasan menjaga
kehormatan dan kepentingan Islam dan kaum Muslim.
Nabi saw. bersabda:
Imam (khalifah/kepala negara) adalah perisai; rakyat akan
berperang di belakangnya dan dia akan dijadikan sebagai tempat
berlindung(HR Muslim).
Wahai anakku, di antara manusia itu ada yang bersifat
bagaikan binatang. Dalam bentuk seorang yang mampu
mendengar dan memperhatikan. Ia akan merasa berat, jika
terjadi musibah yang menimpa pada harta bendanya. Namun
jika musibah itu menimpa agamanya, ia tiada merasa apapun.
SEKIAN