Anda di halaman 1dari 14

Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan pada tetanus adalah sebagai berikut :


Penanganan spasme.
Pencegahan komplikasi gangguan napas dan metabolik.
Netralisasi toksin yang masih terdapat di dalam darah yang
belum berikatan dengan sistem saraf
Jika memungkinkan, melakukan pembersihan luka di tempat
masuknya kuman, untuk memusnahkan pabrik penghasil
tetanospasmin
Asuhan keperawatan yang sangat ketat dan terus-menerus.
Lakukan pemantauan cairan, elektrolit dan keseimbangan
kalori (karena biasanya terganggu), terutama pada pasien
yang mengalami demam dan spasme berulang, juga pada
pasien yang tidak mampu makan atau minum akibat trismus
yang berat, disfagia atau hidrofobia.
Tatalaksana Umum
Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
Pada hari pertama perlu pemberian cairan secara intravena sekaligus pemberian obat-obatan, dan
bila sampai hari ke-3 infus belum dapat dilepas sebaiknya dipertimbangkan pemberian nutrisi
secara parenteral. Setelah spasme mereda dapat dipasang sonde lambung untuk makanan dan
obat-obatan dengan perhatian khusus pada kemungkinan terjadinya aspirasi.
Menjaga saluran napas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu trakeostomi.
Memberikan tambahan O2 dengan sungkup (masker).
Mengurangi spasme dan mengatasi spasme.
Diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal. Dosis
diazepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,3 mg/kgBB/kali dengan interval 2-4 jam sesuai
gejala klinis atau dosis yang direkomendasikan untuk usia <2 tahun adalah 8mg/kgBB/hari
diberikan oral dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam. Spasme harus segera dihentikan dengan
pemberian diazepam 5 mg per rektal untuk BB<10 kg dan 10 mg per rektal untuk anak dengan BB
10 kg, atau dosis diazepam intravena untuk anak 0,3 mg/kgBB/kali. Setelah spasme berhenti,
pemberian diazepam dilanjutkan dengan dosis rumatan sesuai dengan keadaan klinis pasien.
Alternatif lain, untuk bayi (tetanus neonatorum) diberikan dosis awitan 0,1-0,2 mg/kgBB iv untuk
menghilangkan spasme akut, diikuti infus tetesan tetap 15-40 mg/kgBB/hari. Setelah 5-7 hari dosis
diazepam diturunkan bertahap 5-10 mg/hari dan dapat diberikan melalui pipa orogastrik. Dosis
maksimal adalah 40 mg/kgBB/hari. Tanda klinis membaik bila tidak dijumpai spasme spontan,
badan masih kaku, kesadaran membaik (tidak koma), tidak dijumpai gangguan pernapasan. Bila
dosis diazepam maksimal telah tercapai namun anak masih spasme atau mengalami spasme
laring, sebaiknya dipertimbangkan untuk dirawat di ruang perawatan intensif sehingga otot dapat
dilumpuhkan dan mendapat bantuan pernapasan mekanik. Apabila dengan terapi antikonvulsan
dengan dosis rumatan telah memberikan respons klinis yang diharapkan, dosis dipertahankan
selama 3-5 hari. Selanjutnya pengurangan dosis dilakukan secara bertahap (berkisar antara 20%
dari dosis setiap dua hari). Midazolam iv atau bolus, fenobarbital iv dan morfin dapat digunakan
sebagai terapi tambahan jika pasien dirawat di ICU karena terdapat risiko depresi pernapasan.
Diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat
kortikal
Dosis diazepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,3 mg/kgBB/kali dengan interval
2-4 jam sesuai gejala klinis atau dosis yang direkomendasikan untuk usia <2 tahun
adalah 8mg/kgBB/hari diberikan oral dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam
Spasme harus segera dihentikan dengan pemberian diazepam 5 mg per rektal untuk
BB<10 kg dan 10 mg per rektal untuk anak dengan BB 10 kg, atau dosis diazepam
intravena untuk anak 0,3 mg/kgBB/kali
Setelah spasme berhenti, pemberian diazepam dilanjutkan dengan dosis rumatan
sesuai dengan keadaan klinis pasien
Alternatif lain, untuk bayi (tetanus neonatorum) diberikan dosis awitan 0,1-0,2
mg/kgBB iv untuk menghilangkan spasme akut, diikuti infus tetesan tetap 15-40
mg/kgBB/hari. Setelah 5-7 hari dosis diazepam diturunkan bertahap 5-10 mg/hari dan
dapat diberikan melalui pipa orogastrik
Dosis maksimal adalah 40 mg/kgBB/hari.
Tanda klinis membaik bila tidak dijumpai spasme spontan, badan masih kaku,
kesadaran membaik (tidak koma), tidak dijumpai gangguan pernapasan
Bila dosis diazepam maksimal telah tercapai namun anak masih spasme atau
mengalami spasme laring, sebaiknya dipertimbangkan untuk dirawat di ruang
perawatan intensif sehingga otot dapat dilumpuhkan dan mendapat bantuan
pernapasan mekanik
Apabila dengan terapi antikonvulsan dengan dosis rumatan telah memberikan
respons klinis yang diharapkan, dosis dipertahankan selama 3-5 hari. Selanjutnya
pengurangan dosis dilakukan secara bertahap (berkisar antara 20% dari dosis setiap
dua hari).
Midazolam iv atau bolus, fenobarbital iv dan morfin dapat digunakan sebagai terapi
tambahan jika pasien dirawat di ICU karena terdapat risiko depresi pernapasan.
Jika karies dentis atau OMSK dicurigai sebagai port dentree, maka diperlukan
Tatalaksana Khusus

Anti serum atau Human Tetanus


Immunoglobuline (HTIG)
Dosis ATS yang dianjurkan adalah 100.000 IU dengan 50.000
IU im dan 50.000 IU iv
Bila fasilitas tersedia, dapat diberikan HTIG (3.000-6.000 IU)
secara intramuskular (IM) dalam dosis tunggal
Untuk bayi, dosisnya adalah 500 IU IM dosis tunggal. Sebagian
dari dosis tersebut diberikan secara infiltrasi di tempat sekitar
luka
Kontraindikasi HTIG adalah riwayat hipersensitivitas terhadap
imunoglobulin atau komponen human immunoglobuline
sebelumnya; trombositopenia berat atau keadaan koagulasi lain
yang dapat merupakan kontraindikasi pemberian secara IM
Antibiotik
Metronidazol diberikan secara iv dengan dosis inisial 15
mg/kgBB dilanjutkan dosis 30 mg/kgBB/hari dengan interval
setiap 6 jam selama 7-10 hari. Metronidazol efektif untuk
mengurangi jumlah kuman C. Tetani
Sebagai lini kedua dapat diberikan penisilin prokain 50.000-
100.000 U/kgBB/hari selama 7- 10 hari
jika terdapat hipersensitif terhadap penisilin dapat diberikan
tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (untuk anak berumur lebih dari 8
tahun)
Sampai saat ini, pemberian penisilin G secara parenteral
dengan dosis 100.000 U/kgBB/hari secara iv, setiap 6 jam
selama 10 hari direkomendasikan pada semua kasus tetanus
Pemberian antibiotika bertujuan untuk memusnahkan
klostridium di tempat luka yang dapat memproduksi toksin
Tatalaksana Tetanus Secara
Keseluruhan
Eradikasi bakteri penyebab
Pembersihan luka
Antibiotik
Metronidazol 15-30 mg/kgBB/hari dibagi tiap 8-12
jam, tidak melebihi 2 g/hari
Antitoksin netralisasi terhadap luka
Antitoksin kuda atau manusia
Human tetanus immune globulin (3.000-6.000
IU /kg i.m) Antitetanus serum (ATS) 50.000 IU im
dan 50.000 IU iv. (terlebih dahulu dilakukan tes
kulit) (untuk tetanus neonatorum 10.000 IU i.v.)
Terapi suportif selama fase akut
a. Kontrol spasme otot
. Diazepam (iv bolus) 0,1-0,3 mg/kgBB/kali i.v. tiap 2-4 jam, tetanus
neonatorum dosis awitan 0,1-0,2 mg/kgBB iv untuk menghilangkan spasme
akut, diikuti infus tetesan tetap 15-40 mg/kgBB/hari Dalam keadaan berat
diazepam drip 20 mg/kgBB/hari dirawat di PICU/NICU. Dosis pemeliharaan 8
mg/kgBB/hari p.o. dibagi dalam 6-8 dosis
. Midazolam (iv infus/bolus)
. Vekuronium Bila spasme sangat hebat pankuronium bromid 0,02 mg/kgBB iv
diikuti 0,05 mg/kgBB/dosis diberikan setiap 2-3 jam
b. Sedasi
. Diazepam (iv bolus) Midazolam (iv infus/bolus) Morfin (im/iv) Klorpromazin
c. Pemeliharaan jalan napas/ventilasi
. Trakeostomi
. Tekanan positif intermiten
. Ventilasi

d. Pemeliharaan hemodinamik
Penggantian volum yang cukup
Sedasi (seperti di atas) Inotropik
Bila terjadi aktivitas simpatis yang berlebihan diberikan
beta bloker seperti propanolol atau alfa dan beta bloker
(labetolol)

Rehabilitasi
Nutrisi
Fisioterapi

Imunisasi
Terapi primer penuh dari tetanus toksoid
Komplikasi Tetanus
Jalan napas
Kardiovaskular
Gastrointestinal
Prognosis
Rata-rata angka kematian akibat tetanus berkisar
antara 25-75%, tetapi angka mortalitas dapat
diturunkan hingga 10-30 persen dengan perawatan
kesehatan yang modern
Banyak faktor yang berperan penting dalam prognosis
tetanus. Diantaranya adalah masa inkubasi, masa
awitan, jenis luka, dan keadaan status imunitas pasien
Semakin pendek masa inkubasi, prognosisnya menjadi
semakin buruk. Semakin pendek masa awitan, semakin
buruk prognosis
Letak, jenis luka dan luas kerusakan jaringan turut
memegang peran dalam menentukan prognosis. Jenis
tetanus juga memengaruhi prognosis

Anda mungkin juga menyukai