PENDAHULUAN
BAB II
ISI
Dialisi adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran
Hemodialisis merupakan suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolisme berupa
larutan (ureum, creatinin) dan air yang berada dalam pembuluh darah melalui membran
semipermeabel atau yang disebut dengan Dialyzer (Thomas, 2003). Sedangkan menurut
Price & Wilson (2005) Hemodialisis adalah proses dimana terjadi difusi partikel terlarut
(solut) dan air secara pasif melalui satu kompartemen cair yaitu darah menuju
kompartemen cair lainnya yaitu cairan dialisat melewati membran semipermeabel dalam
dialiser.
cairan dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien penyakit ginjal tahap
akhir. Hemodialisis efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa metabolisme tubuh,
sehingga secara tidak langsung bertujuan untuk memperpanjang umur klien (Kallenbach, et
al, 2003)
Gambar : Alur Hemodialis
Dialise berdasarkan tiga prinsip : difusi, osmose dan ultrafiltrasi. Difusi berhubungan
dengan pergeseran partikel-pertikel dari daerah konsentrasi yang tinggi ke daerah yang
lebih rendah. Didalam tubuh ini terjadi melewati membran semipermiabel. Difusi
berhubungan dengan keperluan pembersihan bahan yang terlarut dari tubuh pasien ke
hemodialise dan peritoneal dialise. Difusi menyebabkan pergeseran urea, kreatinin dan
uric acid dari darah pasien ke larutan dialisat. Larutan mengandung lebih sedikit
partikel-partikel yang harus dibuang dari aliran darah dan harus ditambah
produk sisa protein, konsentrasi dari zat- zat ini di dalam darah akan berkurang karena
yang sama berlaku untuk ion- ion potasium. Walaupun konsentrasi sel-sel eritrosit dan
protein lebih tinggi didalam darah, molekul-molekulnya lebih besar dan tidak bisa
berdisfusi melalui pori-pori dari membran karena itu tidak terbuang dari darah.
Osmone menyangkut pergeseran cairan lewat membran semipermiabel dari daerah
yang kadar pertikel-partikel rendah ke darah yang kadar partikel lebih tinggi.
Osmose bertanggung jawab atas pergeseran cairan dari pasien, terutama pada
dialisat untuk meningkatkan jonsentrasi partikel-partikel lebih tinggi dari yang terdapat
pada aliran darah pasien. Cairan kemudian akan bergeser lewat pori-pori dari membran
dari ramuan tekanan yang dikreasikan secara buatan. Ultrafiltrasi lebih efisisen dari
osmose untuk menggeser cairan dan dipergunakan pada dialise untuk tujuan tersebut.
Pada waktu dialise, osmose dan difusi atau uultrafiltrasi dan difusi terjadi simultan.
2.3 Indikasi Hemodialisis
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien yang mengalami GGK (Gagal Ginjal
Kronis) dan GGA (Gagal Ginjal Akut) untuk sementara sampai fungsi ginjalnya kembali
pulih. GGA merupakan keadaan dimana fungsi ginjal menurun secara akut dan terjadi
dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. GGA ditandai dengan berkurangnya volume
urin dalam 24 jam dan terjadi peningkatan nilai ureum dan kreatin serta terjadi penurunan
kreatinin. Pada pasien GGA, dokter akan berusaha memperbaiki aliran darah ke ginjal,
pada saluran kencing pasien. Pada stadium ini fungsi ginjal masih dapat dikembalikan
seperti semula.
Sedangkan GGK merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang
keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). GGK terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.
Baik penderita GGA atau GGK memerlukan terapi hemodialisa. Tetapi terapi hemodialisa
akan dilakukan jika penderita GGA atau GGK mengalami beberapa indikasi seperti
dibawah ini.
kalium darah lebih dari 6 mEq/L. Selain itu, Hyperkalemia adalah suatu kondisi di mana
terlalu banyak kalium dalam darah. Sebagian besar kalium dalam tubuh (98%) ditemukan
dalam sel dan organ. Hanya jumlah kecil beredar dalam aliran darah. Kalium membantu
sel-sel saraf dan otot, termasuk fungsi, jantung. Ginjal biasanya mempertahankan tingkat
kalium dalam darah, namun jika memiliki penyakit ginjal merupakan penyebab paling
2. Asidosis
Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah dan
membuangnya ke dalam urin. Pada penderita penyakit ini, bagian dari ginjal yang
bernama tubulus renalis tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga hanya
sedikit asam yang dibuang ke dalam urin. Akibatnya terjadi penimbunan asam dalam
Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan semua
senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal.
Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal.
Uremia prarenal terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh
glomerulus.
Mekanisme tersebut meliputi :
1) penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan darah, dan dehidrasi;
ke dalam jaringan lunak atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia (pelepasan protein
Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang menyebabkan
gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis,
hipertensi maligna, obat atau logam nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun
viseral. Sedangkan konfusi adalah suatu keadaan ketika individu mengalami atau
beresiko mengalami gangguan kognisi, perhatian, memori dan orientasi dengan sumber
Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi) adalah penyakit dimana penderitanya
mengalami keadaan kadar kalsium darahnya melebihi takaran normal ilmu kesehatan.
Penyebab penyakit ini karena meningkatnay penyerapan pada saluran pencernaan atau
juga dikarenakan asupan kalsium yang berlebihan. Seain itu juga mengkonsumsi vitamin
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah
yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140
/ 90 mmHg.
Selain beberapa indikasi medis diatas, terdapat kontra indikasi untuk pasien yang akan
2. Penyakit Alzheimers
Penyakit Alzheimer adalah suatu kondisi di mana sel-sel saraf di otak mati, sehingga
3. Multi-infarct dementia
4. Sindrom Hepatorenal
Sindrom Hepatorenal adalah suatu sindrom klinis yang terjadi pada pasien penyakit hati
kronik dan kegagalan hati lanjut serta hipertensi portal yang ditandai oleh penurunan
fungsi ginjal dan abnormalitas yang nyata dari sirkulasi arteri dan aktifitas sistem
vasoactive endogen. SHR bersifat fungsional dan progresif. SHR merupakan suatu
gangguan fungsi ginjal pre renal, yaitu disebabkan adanya hipoperfusi ginjal. Pada ginjal
terdapat vasokonstriksi yang menyebabkan laju filtrasi glomerulus rendah, dimana
sirkulasi di luar ginjal terdapat vasodilatasi arteriol yang luas yang menyebabkan
Sirosis adalah perusakan jaringan hati normal yang meninggalkan jaringan parut yang
6. Hipotensi
Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih
rendah dari 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan
7. Penyakit terminal
Penyakit terminal adaah penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama yang tidak dapat
terapi hemodialisa karena ditakutkan terapi yang dilakukan justru berakibat pada
kegagalan (kematian).
2.4PeralatanHemodialisis
1)MesinHemodialisis
Mesin hemodialisis terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat dan sistem
monitoring. Pompa dalam mesin hemodialisis berfungsi untuk mengalirkan darah dari
tubuh ke dialiser dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh. Selain itu mesin
hemodialisis juga dilengkapi detektor udara untuk mendeteksi adanya udara dalam vena.
2)Dialiser
pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Dialiser merupakan kunci utama
proses hemodialisis, karena yang dilakukan oleh dialiser sebagian besar dikerjakan oleh
ginjal yang normal. Dialiser terdiri dari 2 kompartemen yaitu dialisat dan darah, yang
dipisahkan oleh membran semipermeabel yang mencegah cairan dialisat dan darah
Luas permukaan membran dan daya saring membran mempengaruhi jumlah zat dan air
yang berpindah. Dialiser high efficiency adalah dialiser yang mempunyai luas permukaan
membran yang besar, sedangkan high flux adalah dialiser yang mempunyai pori-pori
besar dan dapat melewatkan molekul yang besar, dan mempunyai permeabilitas tinggi
terhadap air.
3)Dialisat
Dialisat adalah cairan yang terdiri dari air dan elektrolit utama dari serum normal yang
sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal dan sedikit
dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit pada penyakit ginjal
tahap akhir.
Dialisat dibuat dalam sistem air bersih dengan air kran dan bahan kimia yang disaring
dan diolah dengan water treatment secara bertahap. Larutan dialisat harus diatur pada
suhu antara 36,7 37,5C sebelum dialirkan ke dialiser. Suhu larutan dialisat yang terlalu
2.5 Prosedur
Hemodialisa mencakup shunting / pengalihan arus darah dari tubuh pasien ke dialisator
dimana terjadi difusi dan ultrafiltrasi dan kemudian kembali ke sirkulasi pasien. Untuk
pelaksanaan hemodialisa terjadi yang masuk ke darah pasien, suatu mekanisme yang
mentraspor darah ke dan dari dialisator, dan dialisator (daerah dimana terjadi pertukaran
larutan elektrolit dan produk-produk sisa berlangsung). Sekarang terdapat lima cara
utama agar terjadi yang masuk ke aliran darah pasien. Ini terdiri dari yang berikut:
a.Fistula aerteriovena
Indikasi indikasi dan berbagi implikasi cara memasukan ke vaskuler untuk hemodialisa
implikasi
Kateterisasi 1. Segera masuk 1.Mudah 1. Mengkaji klien yang sering
masuk mengenai
vena lemoral 2. Agar terlihat
1. Langsung masuk
3. Shunt merupakan tempat
atau panjang
Pengobatan dialisis berlangsung 3 sampai 5 jam tergantung kepada tipe
dialisator yang dipakai dan jumlah waktu yang yang diperlukan demi koreksi
cairan,elektrolit, asam basa dan masalaah produk sisa yang ada. Dialise untuk masalah
yang akut harus dilaksanakan tiap hari atau lebih sering berdasarkan kondisi pasien
yang masih menjamin. Hemodialisa bagi orang dengan gaggal ginjal kronik biasanya
Efektifitas HD tercapai bila dilakukan 2 - 3 kali dalam seminggu selama 4 5 jam, atau
paling sedikit 10 12 jam seminggu (Australia and New Zealand Dialysis and Transplant
Registry, 2005; Black & Hawk, 2005). Hemodialisis di Indonesia biasanya dilakukan 2
kali seminggu dengan lama hemodialisis 5 jam, atau dilakukan 3 kali dalam seminggu
pasien dengan mesin HD dengan memasang blood line dan jarum ke akses vaskuler klien,
yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialiser dan akses masuk darah ke dalam tubuh.
Arterio Venous (AV) Fistula adalah akses vaskuler yang direkomendasikan karena
Setelah blood line dan akses vaskuler terpasang, proses HD dimulai. Saat dialisis darah
dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam dialiser. Darah mulai mengalir dibantu
pompa darah. Cairan normal salin diletakkan sebelum pompa darah untuk mengantisipasi
adanya hipotensi intradialisis. Infus heparin diletakkan sebelum atau sesudah pompa
tergantung peralatan yang digunakan. Darah mengalir dari tubuh melalui akses arterial
menuju ke dialiser sehingga terjadi pertukaran darah dan zat sisa. Darah harus dapat
yang meninggalkan dialiser akan melewati detektor udara. Darah yang sudah
mendapatkan penerangan apa yang akan dikerjakan dan apa yang akan dirasakan
a. Bentuk rasa nyeri yang bagaimana yang akan dialami selama pengobatan
c. Mengakaji kebanyakan cairan (udim pada pedis, periorbital, distensi vena leher
Bahan darah diambil untuk pemeriksaan kadar elektrolit dalam serum dan produk
Harus diberitahukan kepada pasien bahwa ia akan mengalami sedikit sakit kepala
Sakit kepala adalah dampak dari perubahan cairan, asam dan basa, dan keseimbangan
produk sisa selama dialisis. Gejala-gejala tersebut tidak boleh parah dan harus menjadi
kurang setelah istirahat dan tidur, analgetik ringan atau anti piretik. Hipertensi postural
bisa juuga terjadi dialisis, sifatnya transit dan disebabkan oleh kekurangan volume
Dapat disembuhkan dengan istirahat beberapa jam. Pasien harus diyakinkan bahwa
semua gejala tersebut adalah akan mereda, seringnya dipantau pada waktu sedang
dilakukan prosedur dapat mengendalikan tingkat perubahan yang terjadi demikian juga
gejala-gejala tersebut.
Bila pada pasien dipasang shunt eksternal tidak akan timbul nyeri pada permulaan dialise.
Namun rasa nyeri sedikit akan tetap terasa bila sedang dilakukan fungsi vena pada fistula
memasukan jarum.
Berbaring tanpa gerakan meskipun berlangsung beberapa jam dapat menimbulkan ketidak
tenangan. Pergantian posisi dapat memberi kesadaran kepada keterbatasan gerakan. Pasien
perlu berkumur bila mual dan muntah. Karena ekstremitas atas dipertahankan imobilitas
pada waktu dialisa pasien perlu dibantu bila ada kegiatan yang dilakukan pakai kedua
tangan.
2.8KomplikasiHemodialisis
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada yang menjalani HD. Komplikasi dapat dibagi
menjadi 2 (dua ) yaitu : komplikasi yang berhubungan dengan prosedur dialisis dan
1)Hipotensi
terjadi. Hipotensi intradialisis terjadi pada klien yang mengalami gangguan sistem
kardiovaskuler, yang disebabkan oleh kelainan struktural jantung dan pembuluh darah.
kematian. (Sande et al, 2001). Pencegahan hipotensi intradialisis dengan cara melakukan
pengkajian berat kering secara teratur,menghitung UFR secara tepat, mengatur suhu dialisat,
2)Headache
Penyebab sakit kepala saat hemodialisis belum diketahui. Kecepatan UFR yang tinggi,
penarikan cairan dan elektrolit yang besar, lamanya dialisis, tidak efektifnya dialisis, dan
hal yaitu gangguan keseimbangan dialisis akibat ultrafiltrasi yang berlebihan, lamanya
4) Sindrom Disequilibrium
merupakan sekelompok gejala yang diduga terjadi karena adanya disfungsi serebral.
Kumpulan gejala disfungsi serebral terdiri dari sakit kepala berat, mual, muntah, kejang,
penurunan kesadaran sampai dengan koma (Thomas, 2003). Sindrom disequilibrium saat
hemodialisis terjadi akibat kondisi yang meningkatkan edema serebral, adanya lesi pusat
saraf (stroke/trauma), tingginya kadar ureum pra HD, dan asidosis metabolik berat.
Proses penarikan ureum yang terlalu cepat pada saat hemodialisis mengakibatkan plasma
Selama prosedur HD perubahan suhu dialisat juga dapat meningkatkan atau menurunkan
37.5C bisa menyebabkan demam. Sedangkan suhu dialisat yang terlalu dingin kurang dari
6)Kram otot
Intradialytic muscle cramping, biasa terjadi pada ekstremitas bawah. Beberapa faktor resiko
terjadinya kram diantaranya perubahan osmolaritas, ultrafiltrasi yang terlalu tinggi dan
7)Emboli udara
Udara dapat memasuki sirkulasi melalui selang darah yang rusak, kesalahan menyambung
sirkuit, adanya lubang pada kontainer cairan intravena, kantong darah atau cairan normal
salin yang kosong, atau perubahan letak jarum arteri. Gejala yang berhubungan dengan
terjadinya emboli udara adalah adanya sesak nafas, nafas pendek dan kemungkinan adanya
nyeri dada.
8)Hemolisis
Hemolisis adalah kerusakan atau pecahnya sel darah merah akibat pelepasan kalium
intraselluler.. Hemolisis dapat terjadi akibat sumbatan akses selang darah dan sumbatan
pada pompa darah, peningkatan tekanan negatif yang berlebihan karena pemakaian jarum
yang kecil pada kondisi aliran darah yang tinggi, atau posisi jarum yang tidak tepat.
Penyebab lain hemolisis adalah penggunaan dialisat hipotonik. Hemolisis masif akan
9)Nyeri dada
Terjadi akibat penurunan hematokrit dan perubahan volume darah karena penarikan cairan.
perubahan volume darah menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah ke miokard dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen miokard. Nyeri dada juga bisa menyertai komplikasi
1) Penyakit Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada pasien yang menjalani
hemodialisis. Penyakit jantung disebabkan karena gangguan fungsi dan struktur otot
jantung, dan atau gangguan perfusi. Faktor risiko penyakit jantung yaitu : faktor
hemodinamik, metabolik seperti kelebihan cairan, garam dan retensi air, anemia,
Penurunan kadar Hb pada pasien gagal ginjal kronik terjadi akibat proses penyakit akibat
menurunnya produksi eritropoetin ( EPO ) oleh ginjal, tubuh tidak mampu menyerap zat
besi, dan kehilangan darah karena sebab lain. Pada pasien hemodialisis, anemia bisa
bertambah berat karena hampir tidak mungkin semua darah pasien dapat kembali seluruhnya
setelah menjalani hemodialisis. Sebagian sel darah merah tertinggal pada dialiser atau blood
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pasien merasa mual dan kelelahan (letargi) setelah
menjalani HD. Beberapa penyebab timbulnya mual dan rasa lelah setelah HD yaitu :
Hipotensi, kelebihan asupan cairan diantara dua terapi hemodialisis, problem terkait berat
4)Malnutrisi
Malnutrisi terjadi khususnya kekurangan kalori dan protein, hal ini berhubungan dengan
mortalitas dan morbiditas pada pasien HD kronik. Faktor penyebab terjadinya malnutrisi
adalah karena meningkatnya kebutuhan protein dan energi, menurunnya pemasukan protein
dan kalori, meningkatnya katabolisme dan menurunnya anabolisme. Juga disebabkan oleh
metabolisme yang abnormal akibat hilangnya jaringan ginjal dan fungsi ginjal.
5) gangguan kulit
Sebagian besar pasien HD mengalami perubahan atau gangguan pada kulit yaitu ; gatal-
gatal ( pruritus ), kulit kering ( Xerosis ) dan kulit belang ( skin discoloration ). Penyebab
gatal-gatal pada kulit, bisa disebabkan oleh karena kulit yang kering, tingginya kadar
kalsium, fosfat, hormon paratiroid dalam darah serta meningkatnya kadar histamin dalam
kulit. Kulit belang ( skin discoloration ) banyak terjadi pada pasien HD. Salah satu
penyebabnya adalah pigmen Urochrome, dimana pigmen ini pada ginjal sehat dapat
dibuang, namun karena adanya kerusakan ginjal maka pigmen tertumpuk pada kulit,
akibatnya kulit akan terlihat kuning kelabu. Penyebab kulit belang lainnya adalah uremic
frost yaitu semacam serbuk putih seperti lapisan garam pada permukaan kulit dimana hal ini
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.
Saat proses difusi sisa akhir metabolisme didalam darah dikeluarkan dengan cara berpindah
dari darah yang konsentrasinya tinggi ke dialisat yang mempunyai konsentrasi rendah.
Ureum, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke cairan
dialisat karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. Natrium asetat atau bicarbonat
yang lebih tinggi konsentrasinya dalam dialisat akan berdifusi kedalam darah. Kecepatan
difusi solut tergantung kepada koefesien difusi, luas permukaan membran dialiser dan
Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air
dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan; dengan kata lain air bergerak dari
daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh klien) ke tekanan yang lebih rendah
(dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal
dengan ultrafiltrasi pada mesin hemodialisis. Tekanan negatif sebagai kekuatan penghisap
pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air, sehingga tercapai keseimbangan cairan.
Proses hemodialisa akan dikatakan berhasil jika zat-zat racun yang ada dalam darah dapat
menyaring darah dari zat-zat racun secara sempurna. Diperlukan beberapa indikator dalam
Pengambilan sampel darah ini bertujuan untuk memeriksa kadar BUN (Blood Urea
Nitrogen) dalam darah dan dilakukan sebelum dan sesudah proses dialisa. BUN mengukur
tingkat nitrogen dalam darah. Tingginya kadar BUN pada darah merupakan indikasi
terjadinya peningkatan kadar buangan nitrogen akibat menurunnya fungsi ginjal yang
berakibat pada peningkatan plasma urin, level creatinine, dan buangan racun pada air
kencing.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini juga dilakukan sebelum dan sesudah proses dialisa.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membandingkan kadar zat-zat racun dalam darah sehingga
Sebelum dialis
Urea-Nitrogen plasma. Diukur setiap bulan sebelum tindakan dialisis pada minggu pertama
atau minggu pertengahan, kadar 110 mg/dl atau 60 mg/dl berhubungan dengan peningkatan
protein rata-rata pada penderita dengan pemasukan protein yang stabil. Beberapa faktor
2. Hiperkatabolisme (infeksi).
3. Perdarahan gastrointestinal.
Resirkulasi.
Kelelahan.
Ekonomi.
Disengaja.
3. Penyakit hati
Sesudah dialisa
Kandungan zat dibawah ini perlu diperiksa setelah proses dialisa. Pemeriksaan ini berkaitan
1. Urea-Nitrogen plasma.
Konsentrasi urea-nitrogen setelah dialisis harus diukur setiap bulan, dan rasio urea-nitrogen
plasma setelah/sebelum dialisis dipakai untuk menghitung Kt/V yang akan diberikan.
2. Albumin.
morbiditas dan mortalitas yang sangat kuat. Albumin 3,0 gr/dl risiko morbiditas dan
3. Kreatinin.
Diperiksa sebelum dialisis setiap bulan. Kadar rata-rata yang biasa pada pasien HD 12-15
mg/dl (rentang 8-20 mg/dl). Pada penderita HD risiko morbiditas menurun apabila kadar
kreatinin tinggi. Kreatinin plasma merupakan indikator massa otot dan status nutrisi.
Kreatinin plasma dan urea-nitrogen harus diperiksa sekaligus. Jika perubahan pararel
keduanya terjadi, maka perubahan dalam resep dialisis dan tingkat fungsi renal residual
harus dipertimbangkan. Jika tingkat kreatinin plasma tetap konstan tetapi perubahan yang
mencolok terjadi pada nilai urea-nitrogen plasma, perubahan pada yang terakhir paling
mungking karena perubahan pemasukan protein diet atau katabolisme protein endogen.
4. Kolesterol.
Kolesterol adalah indikator status gizi. Mortalitas menurun apabila sebelum dialisis kadar
kolesterol 200-250 mg/dl, tetapi kolesterol yang rendah (<150 mg/dl) akan meningkatkan
mortalitas.
5. Kalium.
peningkatan resiko mortalitas terjadi pada kadar K>6,5 dan K<3,5 mEq/liter.
6. Posfor.
Diperiksa setiap bulan, mortalitas menurun kadar posfor 5-7 mg/dl, dan meningkat pada
7. Kalsium.
Diperiksa setiap bulan, dan lebih sering diperiksa apabila mengubah dosis vitamin D.
Mortalitas menurun pada kadar 9-12 mg/dl dan mortalitas meningkat pada kadarnya 12
Diperiksa setiap 3 bulan, kadar yang tinggi merupakan tanda hiperparatirodisme atau
penyakit hati. Mortalitas menurun pada kadar alkali fosfatase <100 u/liter, dan meningkat
berlipat pada kadar alkali fosfatase >150 U/liter. Dianjurkan kadar alkalin fosfatase 30-115
U/liter.
9. Bikarbonat.
Diperiksa setiap bulan. Mortalitas menurun pada kadar bikarbonat 20-22,5 mEq/liter,
meningkat pada kadar yang lebih rendah dan lebih tinggi. Peningkatan mortalitas sangat
tinggi kadar 15 mEq/liter sebelum dialisis. Asidosis sebelum dialisis bisa dikoreksi dengan
10. Hematokrit.
Peningkatan hematokrit secara spontan (tanpa terapi eritropoetin) dapat merupakan tanda
penyakit ginjal polikistik, penyakit kista renal yang diperoleh, hidronefrosis ataupun
karsinoma ginjal.
11. Fosfat.
Salah satu dari resiko mortalitas yang kuat adalah hiperfostatemia. Setengah dari penderita
kematian mendadak.
Aminotransferase plasma diperiksa setiap bulan, kadar yang meningkat dapat disebabkan
penyakit hati yang tersembunyi. Pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya antigen
hepatitis B dan C. Kadar ferritin, besi serum, dan TIBC serta indeks eritrosit harus
diperiksa setiap 3 bulan. Kadar hormon parathyroid dan kadar aluminium dapat diukur
Carpenter, C. B., Lazarus, J. M. 2012. Dialisis dan Transplantasi Dalam Terapi Gagal
Ginjal dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison Edisi 13. Jakarta:
EGC. hlm: 1435-1443.
Cronin, R.E., Henrich, W. L. 2010. Kt/V and The Adequacy of Hemodialysis.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9807323. [16 September 2013].
Galland, R., Traeger, J., Arkouche, W., Cleaud, C., Delawari, E., Fouque, D. 2001.
Short Daily Hemodialysis Rapidly Improves Nutritional Status in
Hemodialysis Patients. Kidney International Vol. 60. pp: 1555-1560.
Gatot, D. 2003. Rasio Reduksi Ureum Dializer 0,9; 2,10 dan Dializer Seri 0,9 dengan
1,20. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
th
Pollit, D. F., and Hungler, B. P. 2005. Nursing Research: Principles and Methods 6
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Suwitra, K. 2010. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi V. Jakarta: FKUI.
Taruna, A., Novadian., Ali, Z., Effendi, I. 2013. Nutritional Status and Adequacy of
Haemodialysis. Journal of Nephrology Vol. 18. pp: 64-65.