NEGARA : IDEOLOGI
DAN INTERVENSI
Produksi 41 38 29 28 25 22 22 22
a. manufaktur 68 58 45 38 33 32 31 31
b. pertanian 54 53 41 40 38 30 30 90
Impor 43 25 21 17 15 13 13 13
Untuk pertama kalinya muncul sebuah lobi ekspor untuk
industri manufaktur, yaitu suatu kelompok dimana efesiensi
ekonomi secara internasional lebih mendapat perhatian
disbanding dispensasi lisensi atau sumbangan untuk birokrasi.
Pada periode tersebut terjadi perubahan orientasi pemikiran
dari bentuk proteksi dan pengendalian, menjadi promosi dan
ekspor.
Dalam beberapa hal terjadi kemunduran diantaranya :
a. Penerapan pengendalian ekspor pada bahan baku dasar
industri manufaktur di akhir 1980-an
b. Beberapa area lain tidak tersentuh oleh kebijakan (terutama
industri otomotif dan sebagian besar industri pertanian)
.Pada awal 1990-an ideologi liberal sedang popular sehingga
banyak pejabat dan ekonom yang mengalihkan perhatian
mereka kepada penanggulangan banyaknya tekanan-tekanan
dari hambatan di sisi penawaran untuk meningkatkan kinerja.
SISTEM REGULASI DAN
PEMBERIAN IZIN (LISENSI)
Orde baru banyak menjanjikan bidang ini.
Indonesia telah memiliki reputasi internasional
sebagai negara yang memiliki lingkungan bisnis yang
rumit, tidak dapat ditebak, dan penuh korupsi.
Pada akhir tahun 1960-an diperkenalkan reformasi
ekonomi liberal, bahwa sistem pemberian izin (lisensi)
dan regulasi pemerintah dipermudah.
Kenyataannya, sistem prasarana dan pemberian
lisensi yang resmi di Indonesia tidak mempunyai
kejelasan dan sangat sulit untuk ditembus.
Pelaksanaan peraturan pemberian lisensi terkadang
berbeda dengan sasaran dan tujuan resminya karena
biaya yang harus ditanggung oleh sektor bisnis sangat
besar, tidak pasti, dan tidak luput dari pungutan liar.
Kenyataan yang mencolok dari proses
reformasi tahun 1980-an adalah :
Kecepatan perubahan kebijakan perdagangan
dan investasi asing, yang tidak diimbangi
dengan kemajuan pada reformasi hukum dan
peraturan.
Perubahan di bidang lain tertinggal, bahkan
reformasi perusahaan negara sekalipun.
Peningkatannya yaitu adanya
penyederhanaan sistem pemberian izin
(lisensi) yang dilakukan oleh BPKM, terutama
penerbitan Daftar Negatif dan mempersingkat
prosedur persetujuan dan implementasi.
Aspek pengaturan dari paket kebijakan
perdagangan memiliki implikasi penting bagi
kerangka kerja semua kebijakan termasuk
reformasi Bea Cukai tahun 1985, yang mengubah
bentuk perdagangan melalui pelabuhan, skema
pemberian kemudahan ekspor yang diterapkan
secara bersih dan efisien, serta pergeseran dari
proteksi tarif ke proteksi nontarif.
Reformasi ini hanya menyentuh bagan kecil dari
keseluruhan masalah. Bidang-bidang yang sedikit
tersentuh reformasi yaitu buruh, industri,
pertambangan, pertanian, transportasi (dengan
pengecualian perhubungan laut).
Banyak ketetapan dan undang-undang hukum mengenai
industri yang masih menganut hukum kolonial Belanda
yang dibuat tahun 1930-an.
Dalam suatu era ketika literatur ilmu ekonomi
pembangunan menekankan pada pentingya sistem
kepemilikan pribadi yang stabil, terbuka dan jujur, sistem
hukum Indonesia justru mengkombinasi unsur-unsur sistem
hukum Belanda, sistem adat, dan beberapa usaha yang
terbatas dalam reformasi. Ambiguitas dari sistem hukum
tersebut mengakibatkan banyak terjadi perselisihan.
Gray (1991) menyatakan bahwa sistem hukum di Indonesia
cenderung ditandai dengan kurangnya kejelasan,
kekonsistensinan, dan standar yang baku. Hukum bisa saja
bertentangan dengan dekrit dan regulasi yang tingkatannya
lebih rendah, dan keduanya mungkin bertentangan dengan
tindakan sehari-hari para administratur (kebiasaan).
ADMINISTRASI PUBLIK DAN
KORUPSI
Korupsi banyak sekali terjadi di Indonesia. Korupsi telah
menjadi penyakit pada jaman Soekarno ketika anggaran
belanja menyebabkan inflasi yang mengikis gaji pegawai
negri hingga suatu titik masyarakat tidak dapat hidup
dengan mengandalkan gaji dan dimana keadaan finansial
benar-benar hancur disebabkan kehancuran administratif.
Pada tahun 1970-an pusat perhatian tertuju pada
komersialisasi jabatan, dan beberapa saat kemudian istilah
pungli (pungutan liar) digunakan secara luas. Pungli dan
pemerasan adalah kejadian sehari-hari dalam berbagai
pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah seperti :
pemasangan pesawat telepon, memperpanjang izin bekerja
bagi orang asing, untuk melaksanakan klasifikasi ulang lokasi
tanah, sebagian kecil urusan pelayanan imigrasi, dalam
proses tawar-menawar mengenai besar pajak terutang,
memenangkan kontrak pemerintah baik besar maupun kecil
dan lain-lainnya.
Korupsi akan menjadi masalah serius ketika ditandai dengan sebuah sistem
politik yang otoriter, pers yang kurang bebas (terkendali), gaji pegawai
negeri yang rendah, dan kebijakan pengaturan perdagangan yang rumit.
Pada awal tahun 1980-an sudah terdapat kemajuan yang positif, seperti :
Korupsi pada kantor bea dan cukai yang telah ditanggulangi pada bulan
April 1985.
Reformasi perbankan pada 1983 dan 1988 menghapuskan sebagian besar
subsidi kredit dan kejadian-kejadian pinjaman berdasarkan perintah, yang
keduanya merupakan sumber signifikan terjadinya korupsi.
Berbagai hambatan nontarif dihilangkan sehingga menambah pendapatan
pemegang lisensi (izin).
Sistem perpajakan diperbaiki, dan regulasi pajak diterapkan dengan lebih
seksama.
Perusahaan negara mulai melakukan pelaporan dengan lebih seksama,
rutin, dan lebih menyeluruh.
Badan Pemeriksa Keuangan menadi lebih aktif, sama halnya dengan Komisi
dalam DPR
Pemberitaan keuangan menjadi lebih berani dan objektif.
PEGAWAI NEGERI
Pegawai negeri merupakan unsur kedua berkisar pada reformasi
kondisi dan praktek ketenagakerjaan di sektor publik. Keadaan buruk
terjadi pada pertengahan 1960-an yang terjadi akibat adanya
peningkatan gaji riil secara tajam hingga awal 1980-an.
Pada masa prihatin tahun 1980, memiliki langkah ekspansi cukup
cepat dibandingkan tahun 1975-1983. Pegawai negeri dahulu lebih
didominasi oleh kaum pria yang terlihat jelas pada kalangan pejabat
senior (eselon senior). Namun, kemajuan tingkat pendidikan pegawai
negeri jauh lebih cepat dan standarnya jauh lebih tinggi daripada
rata-rata tenaga kerja. Kemajuannya yaitu :
a. Berhasil keluar dari klasifikasi paling bawah
b. Tingkat pendidikan naik pesat
c. Proporsi penduduk dengan tingkat pendidikan dasar (primer)
menurun dan yang memiliki pendidikan tinggi (tersier) meningkat
hampir dua kali lipat
.Selanjutnya perlahan-lahan pegawai negeri mulai tersebar ke luar
Jawa sebagai konsekuensi dari pergeseran demografis dan sangat
terbatasnya usaha desentralisasi.
Tabel 6.10 Pegawai Negeri Indonesia , 1975,1983,1992
1975 1983 1992
Golongan I 81874 7586 89460 75981 7090 83071 74 312 8 102 82 414
Golongan II 650939 552384 120332 60074 48063 108137 591 992 456 825 1 048
3 2 7 9 817
Golongan III 107763 104679 212442 10620 10799 214201 1 099 1 164 2 264
6 0 6 68 51 9 990 500 490
Golongan IV 522100 528673 105077 52181 53451 105633 522 337 537 245 1 059
3 7 9 6 582
Jumlah 233254 213543 446798 22606 21021 436280 2 288 2 166 4 455
9 3 2 08 97 5 631 672 303