2
Riedel (1992) : Industrialisasi bukanlah tujuan tapi
strategi untuk mendukung proses pembangunan untuk
mencapai peningkatan perdapatan perkapita.
Chenery (1992) : Industrialisasi merupakan tahapan
logis dari perubahan struktur industri yang diujudkan
melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur
dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan
kesempatan kerja.
Indikator dan Perkembangan sektor industri manufaktur
INDIKATOR
➢ BESARNYA NILAI TAMBAH SEKTOR INDUSTRI DAN RATA-
RATA PERTUMBUHANNYA PERTAHUN
➢ PANGSA PDB SEKTOR INDUSTRI TERHADAP SEKTOR
EKONOMI LAINNYA
➢ BESARNYA EKSPOR SEKTOR INDUSTRI TERHADAP
SEKTOR EKONOMI LAINNYA
➢ PANGSA EKSPOR SEKTOR INDUSTRI TERHADAP TOTAL
EKSPOR ATAU EKSPOR NON MIGAS.
➢ BERDASARKAN INDIKATOR TERSEBUT INDONESIA
MENDUDUKI POSISI TERENDAH PADA TINGKAT ASIA
TENGGARA 4
Indikator dan Perkembangan sektor industri manufaktur
PERKEMBANGAN DI INDONESIA
DIBANDINGKAN DENGAN NEGARA MAJU, INDONESIA
DIKATEGORIKAN MEMASUKI TAHAP AWAL
INDUSTRIALISASI, NAMUN PROSESNYA CUKUP PESAT
➢POLA AWAL INDUSTRIALISASI DI INDONESIA DIMULAI
DENGAN: INDUSTRI TEKSTIL,BESI BAJA, MESIN
PERKAKAS YANG MENGGUNAKAN MESIN BAJA
➢KEBIJAKSANAAN AWALNYA: PEMBANGUNAN INDUSTRI
LEBIH BERORIENTASI KE DALAM
➢PADA PERIODE OIL BOOM TAHAP KEDUA
KEBIJAKSANAAN DIRUBAH DARI ORIENTASI SUBTITUSI
IMPOR KE PROMOSI EKSPOR
5
B. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur
Nasional
10
Strategi pembangunan sektor Industri
Tugas:
Lakukan Kajian terhadap Grand Strategy
Pembangunan Ekonomi khususnya Industrialisasi
berbasis Pertanian.
Bagaimana kondisi selama orde Baru
Bagaimana pengalaman negara lain
Bagaimana strategy kedepan
11
Distribusi PDB Menurut Sektor pada Harga Konstan,
1983-1998 (Rp Milyar)
Sektor 83*) Harga Konstan 1993
93 94 95 96 97 98
Primer 33,87 90,46 92,55 97,39 101,6 103,0 102,34
Tani 17,76 58,96 59,29 61,88 63,83 64,48 64,99
Tambang 16,10 16,10 31,50 33,26 35,50 37,74 38,54
Sekunder 14,81 99,36 112,21 125,13 140,06 148,46 121,46
Manufaktur 9,9 73,56 82,65 91,64 102,26 107,63 94,85
Lis,G,&air 3,14 3,29 3,7 4,29 4,88 5,48 5,58
Konstruksi 4,60 22,51 25,58 29,20 32,91 35,35 21,03
Tersier 28,94 139,96 149,88 161,28 172,17 181,78 152,25
Dgang H,R 11,42 55,30 59,50 64,23 69,47 73,52 60,25
Trans-kom 4,10 23,25 25,19 27,33 29,70 31,78 26,97
Bank-keu 2,36 14 15,94 18,11 18,89 19,96 13,17
Rental, RE 2,36 9,69 10,09 10,64 11,27 11,83 9,48
Jasa lain 8,71 37,71 39,15 40,97 42,84 44,67 42,37
PDB 77,62 329,78 354,64 383,79 413,78 433,25 376.05
Kontribusi Terhadap PDB
40,
Industri
35,
Konstruksi
25,
,
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tingkat pendalaman struktur industri juga dapat dilihat dari
pendalaman dalam beragam jenis atau kelompok barang
menurut sifat dan penggunaannya, misal antara barang
modal VS barang-barang konsumsi; atau antara barang-
barang konsumsi sederhana VS barang konsumsi yang
sophisticated atau durable; atau produk padat
modal/teknologi/knowledge yang tinggi VS produk-produk
padat karya. Menurut orientasi pasarnya, bisa berupa
barang-barang untuk pasar domestik (import substituted
goods) VS barang-barang berorientasi ekspor. Jadi industri
manufaktur terkait pada tiga hal : diversifikasi produk,
intensitas pemakaian faktor-faktor produksi (termasuk SDA),
dan orientasi pasar.
PEMBANGUNAN INDUSTRI
2015-2019
AKSELERASI INDUSTRI MANUFAKTUR (1)
SASARAN
Slide - 29
ARAH KEBIJAKAN
Slide - 30
STRATEGI PEMBANGUNAN
Slide - 31
KAWASAN INDUSTRI (KI) DAN
SENTRA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (SIKIM)
Kuala Tanjung
Sei Mangke
Bitung
Landak Halmahera Timur
Palu
Ketapang Morowali Teluk Bintuni
Batulicin Konawe
Tanggamus Bantaeng
Jepara
Gresik
Rencana Pembangunan
Kawasan Industri: 13 di luar Jawa, 2 di P Jawa
Rencana Pembangunan: 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang terdiri dari 11
di Kawasan Timur Indonesia khususnya Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur), dan 11 di Kawasan Barat Indonesia
STRATEGI PEMBANGUNAN
D. Pembinaan industri kecil dan menengah (Pembinaan IKM) agar dapat terintegrasi dengan
rantai nilai industri pemegang merek (Original Equipment Manufacturer, OEM) di dalam
negeri dan dapat menjadi basis penumbuhan populasi industri besar dan sedang.
Slide - 33
STRATEGI PEMBANGUNAN
3. PENINGKATAN DAYA SAING DAN
PRODUKTIVITAS
1. Peningkatan Efisiensi Teknis
• Pembaharuan / revitalisasi permesinan industri
• Peningkatan dan pembaharuan keterampilan tenaga kerja
• Optimalisasi ke-ekonomian lingkup industri (economic of scope) melalui pembinaan
klaster industri
3. Peningkatan
Penguasaan dan Pelaksanaan
Pengembangan Produk Baru (New Product Development) oleh industri
domestik.
35
Sumber : Departemen Perindustrian (2006)
PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR
20.0
15.0 Masalah:
10.0 Kenaikan harga BBM dan UMK
5.0 Banjir impor dari China dll
0.0 Tak ada peremajaan mesin
Textile Furniture Garment Footwear
Selundupan
Komoditi
1990 1993 1996 2000 2001 2003
Kelemahan-kelemahan Industri Manufaktur
Indonesia (Studi UNIDO, 2000)
I. Kelemahan-kelemahan Struktural
II. Kelemahan-kelemahan organisasi
I. Kelemahan-kelemahan Struktural
1. BASIS EKSPOR DAN PASAR YANG SEMPIT
Tergantung 4 produk: kayu lapis, pakaian jadi, tekstil, dan
alas kaki dengan pangsa 50%. Sepuluh (10) produk
menguasai 80% total ekspor.
Pasar terbatas kepada negara-negara yang menerapkan
kuota (the Multi-fibre Agreement, MFA) seperti USA, EC,
Kanada, Norway, dan Turkey. Tiga negara menyerap 50%
ekspor manufaktur, sementara 50% ekspor pakaian jadi dan
tekstil diserap USA.
Ekspor unggulan padat karya menurun akibat persaingan
Cina dan Asia lainnya. Demand produk ekspor Indonesia di
negara-negara maju inelastis.
Faktor eksternal berpengaruh signifikan dalam penurunan
daya saing ekspor.
2. KETERGANTUNGAN PADA IMPOR SANGAT TINGGI
Karena terlalu besar bergantung pada PMA, industri-
industri berteknologi tinggi seperti farmasi, kimia,
elektronik, barang-barang konsumsi, alat-alat listrik, dan
otomotif, maka industri manufaktur indonesia tidak
sebenarnya tapi hanya merupakan penggabungan,
pengepakan, dan assembling.
3. Tidak adanya/kurangnya Industri berteknologi
menengah
Penyerapan
Figure Tenaga Kerja
1.1. LME Industri Manufaktur
Employment Menurut1976-2001
by Main Island Pulau: 1976-2001
(%) (%)
100
80
60
40
20
0
Other
Sumatera Jawa Bali Kalimantan Sulawesi
Sumber: Diolah dari BPS Eastern
INSENTIF YANG
MANTAP DALAM
PENINGKATAN
EKSPOR