Anda di halaman 1dari 13

dari 6

JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan (JDEP)

URL: http://jdep.upnjatim.ac.id/index.php/jdep

PENGARUH TRANSFORMASI EKONOMI DARI SEKTOR PERTANIAN KE

SEKTOR INDUSTRI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI

INDONESIA

Abdulrahman Taresh Abdullah A

a *.

Mohammad Wasil.

INFORMASI

ARTIKEL

ABSTRACT

*Universitas Airlangga (UNAIR), Jl Airlangga No. 4-6, Airlangga Gubeng, Kota Surabaya Jawa Timur 60115.

abdurl.gh@gmail.com

*Universitas Narotama, Jl. Arif Rahman Hakim No. 51 Surabaya.

wasilub@gmail.com

Article history:

Dikirim tanggal: 09 Desember 2017

Diterima tanggal: 15 Januari 2018

Tersedia

online

tanggal: 31 Januari 2018

The purpose of this research is the research and development of the industrial

sector's economy to the agricultural sector, as well as the influence of agricultural

and industrial sectors on economic growth in Indonesia. The data used is time

series data, 1960-2015. The method used in this research is Vector Error

Correction Model (VECM). From the estimation results, it is concluded that the

economic growth rate and the industrial sector negatively affect the agricultural

sector, it can be said that the increasing economic growth achieved in Indonesia

has increased the industrial sector and lower the agricultural sector. While the

results of research that the agricultural sector negatively affect the economic

growth while the industrial sector positively affects economic growth, in the sense

that the agricultural sector has a bad contribution in economic growth in

Indonesia.

Keywords:

Agricultural sector, industrial

sector, economic growth VECM, Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji dan menganalisis pengaruh

pertumbuhan ekonomi maupun sektor industri terhadap sektor pertanian, Serta

pengaruh sektor pertanian dan industri terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series, tahun 1960-2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Error Correction

Model (VECM). Dari hasil estimasi yang dilakukan, disimpulkan bahwa tingkat

pertumbuhan ekonomi dan sektor industri mempengaruhi negatif pada sektor

pertanian, berarti dapat dikatakan bahwa semakin meningkat pertumbuhan

ekonomi yang dicapai di Indonesia semakin meningkat sektor industri dan

menurunkan sektor pertanian. Sedangkan hasil penelitian bahwa sektor pertanian

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sementara sektor industri

berpengaruh postif terhadap pertumbuhan ekonomi, dalam arti sektor pertanian

memiliki kontribusi buruk


dalam pertumbuhan ekono

mi di Indonesia.

2018 FEB UPNVJT. All ri

hts reserved

JDEP Vol. 1, No. 1, pp 6-11, 2018

© 2018 FEB UPNVJT. All right reserve

e-ISSN - 2614-254

JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

1.

PENDAHULUAN

Transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke

sektor industri merupakan karakteristik dari negara

maju. Tetapi dalam hal negara berkembang yang

mengarahkan ke transformasi ekonomi dari sektor

pertanian ke sektor industri apakah hadap masalah

ketika mengabaikan sektor pertanian yang penting

dalam tangah kerja. Tantangan perekonomian di

era globalisasi ini masih sama dengan era

sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari

perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia

sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk

yang sangat besar, sekarang ada 250 juta penduduk

yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah

penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan

utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah

perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk

memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.

berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor

pertanian menjadi sektor penting dalam struktur

perekonomian Indonesia.

Perdebatan Berdasarkan teori Chenery – Syrquin

Growth Pattern, makin maju suatu negara maka

peranan sektor pertanian terhadap GDP akan

semakin menurun. Tentu saja kondisi ini sangat

ironis bagi negara berkembang, dimana

kebanyakan negara berkembang yang didominasi

oleh sektor pertanian tidak mampu bersaing bahkan

tergantung kepada nega

ra maju. Transformasi

struktural yang ideal yaitu sektor manufaktur dan

jasa harus tetap bertumpu kepada sektor pertanian

dan sebaliknya sektor pertanian mendukung sektor

manufaktur dan jasa (Dedy, 2016).

-20

-10

10

20

30
40

50

60

60

65

70

75

80

85

90

95

00

05

10

LPDB

PERTANIAN

INDUSTRI

Sumber: Data dari World Bank, diolah.

Gambar 1.1. Laju PDB, Nilai Tambah Sektor

Pertanian dan Industri (% dari PDP), Tahun 1960-

2014.

Melalui grafik 1.1. di atas Laju PDB dan nilai

tambah sektor pertanian dan Industri, persentase

dari PDB, menunjukkan bahwa kinerja sektor

pertanian terus menerus menurun dalam

pertumbuhan ekonomi dari tahun 1960 hingga

2015, dan itu berarti kebijakan pemerintah tidak

peduli pada sektor pertanian dan perekonomian

Indonesia bergeser dari ekonomi pertanian ke

ekonomi industri, dimana grafik itu menunjukkan

pengembangan sektor industri dan kontribusinya

terhadap produk domestik bruto Indonesia selama

periode 1960-2014.

Kondisi Indonesia masih setali tiga uang dengan

negara berkembang lainnya, masih rawan pangan.

Maksud dari rawan pangan disini bukan karena

ketidaktersediaan stok pangan melainkan karena

terlalu bergantung terhadap produk pangan luar

negeri dengan melakukan impor. Negara maju

dapat menjual komoditasnya dengan harga murah

karena pertaniannya telah efisien dan melakukan

politik dumping, kemudian dampaknya untuk

negara berkembang produktivitas petani menjadi

turun sehingga pengangguran akan bertambah.

Berdasarkan gambaran di atas, maka penelitian ini

menyelidiki pengaruh transformasi ekonomi dari

sektor pertanian ke sektor industri terhadap

pertumbuhan ekonomi sebagai studi kasus di

Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah

menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan

ekonomi maupun sektor industri terhadap sektor

pertanian, Serta pengaruh sektor pertanian dan

industri terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia


dari Tahun 1960 sampai 2015.

2.

KAJIAN LITERATUR

Teori Pertumbuhan Rostow, teori ini dipelopori

oleh beberapa orang ahli ekonomi barat, antaranya

ialah W.W. Rostow,1960. Sebelum kita melihat

teori tersebut (Todaro, 1989), penelitiannya

mengenai pembangunan ekonomi 40 tahun lalu

dipengaruhi oleh empat aliran pemikiran iaitu:

Model tahap-tahap pertumbuhan linear, teori

pertumbuhan struktur, teori transportasi

internasional dan teori neo-klasik. Dalam tahun

1950-an dan awal 1960-an, aliran pemikiran

pembangunan memusatkan perhatian kepada

konsep tahap pertumbuhan ekonomi. Walaupun

Rostow bukanlah orang pertama menganalisa

proses pembangunan, namun teori pertumbuhan

yang dikemukakannya menjadi salah satu teori

JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

yang paling banyak mendapat perhatian. Pada

dasarnya, Rostow berpendapat bahwa setiap negara

yang bergerak maju ke depan perlu melalui tahap-

tahap tertentu, Rostow membagi proses

pembangunan ekonomi kepada lima tahap

pertumbuhan yaitu, yang pertama. Tahap

Masyarakat Tradisional (The traditional Society).

Dalam tahap ini kegiatan ekonomi adalah terbatas,

yaitu tertumpu di bidang pertanian tradisional yang

produksinya masih rendah. Model produksi yang

digunakan adalah tradisional dan tidak

menggunakan penggunaan teknologi yang tinggi

serta tidak mempunyai daya cipta Kedua, Tahap

Prasyarat untuk lepas landas (The Pre-Conditions

for take-off). Pada tahap ini, Rostow

menganggapnya sebagai satu masa peralihan di

mana sesuatu masyarakat itu mulai menyiapkan

diri untuk mencapai pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development). Ini

memerlukan perubahan dari segi sikap dan nilai

masyarakat terhadap kegiatan ekonomi.

Seterusnya, Tahap Lepas landas (The Take-off)

yang mana pada tahap ini Rostow mengatakan

pertumbuhan dianggap sebagai satu perkara yang

normal dan berlaku akibat perubahan dari sisi

politik, teknologi dan perluasan pasar.

Dampak seterusnya menyebabkan terciptanya

inovasi, peningkatan dalam investasi dan

pendapatan perkapita. Kemudian, Tahap Gerakan

Ke arah Kedewasaan (The Drive to Maturity). Pada

tahap ini Rostow mengatakan tahap kematangan


ekonomi berlaku apabila masyarakat telah

mencapai tingkat teknologi yang tinggi dalam

berbagai aktivitas ekonomi. Sektor pertanian pada

tahap lepas landas sudah mulai berkembang dan

semakin kuat. Jumlah penduduk yang bekerja

dalam sektor industri semakin meningkat dan

peranan dunia usaha semakin penting. Pada masa

yang sama, mula timbul kritikan terhadap proses

industrialisasi pada saat itu(Sadono Sukirno,

1985).

Penelitian oleh Changsheng Xu, Shaoking Lin

(2003), menerangkan ringkas tentang kontribusi

sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam

pembangunan ekonomi di China karena sektor

pertanian sangatlah tergantung pada sektor industri

dan sektor yang lainnya. Jadi terbukti dari

kontribusi sektor pertanian dan industri terhadap

pembangunan ekonomi internasional di China ialah

terhadap tenaga kerja, bahan-bahan mentah yang

dihasilkan oleh sektor pertanian digunakan oleh

sektor industri dan masalah modal yang

disumbangkan oleh sektor pertanian terhadap

sektor industri.

3.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan teknik analisis model

Vector Autoregression (VAR). Data yang

digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang

diperoleh dari pihak yang bukan pengolahnya. Data

yang digunakan adalah data time series (data runtut

waktu) periode tahun 1960-2015. Sumber data

diperoleh dari studi kepustakaan dan data yang

dipublikasikan dari data World Bank.

Berdasarkan dalil teoritis, hubungan antara sektor

pertanian dan pertumbuhan ekonomi dapat

ditentukan sebagai:

NTSP=f(y)........................................... (1)

dimana NTSP adalah nilai tambah sektor pertranian

dan y adalah total output atau pendapatan.

LPDB_t= a_0+a_1 NTSP_t+a_2 NTSI_t+ε_t...(2)

dimana: LPDB: adalah laju pertumbuhan ekonomi

(GDP growth (annual %)); NTSI adalah nilai

tambah sektor Industri; a_0 adalah istilah konstan,

'T' adalah tren waktu, dan 'ε' adalah istilah

kesalahan acak.

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengatahui Pengaruh transformasi ekonomi

dari sektor pertanian ke sektor Industri terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia, tahun 1960-


2015, perlu dilakukan beberapa tahapan pengujian

terlebih dulu. Tahapan pertama yang dilakukan

adalah melakukan uji stasionaritas data. Pada

penelitian ini, untuk mengatahui apakah variable

bersifat stasionary atau non-stasionary dilakukan

dengan menggunakan Augmanted Dicky Fuller

(ADF) untuk mengetahui apakah terdapat akar unit

(Unit Root) dalam data times series. Hasil uji ADF

pada first different ditemukan bahwa variabel

LPDB, NTSP dan NTSI adalah stasioner pada first

different. Ini berarti ba

hwa variabel menjadi

terintegrasi order satu, yaitu 1 (1). Yang

menunjukkan bahwa time series dengan bergerak

melalui waktu dan bahwa ada periode jangka

panjang lereng co-integrasi (Hammoud, 2011).

Tahap kedua, menentukan lag optimal

menggunakan FPE, AIC, SC, dan HQ. Lag optimal

merupakan jumlah lag yang memberikan pengaruh

JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

atau respons yang signifikan. Dari hasil pengujian

ditemukan bahwa, lag optimal yang disarankan

adalah 1.

Tahap ketiga kausalitas a

dalah uji Granger untuk

mengetahui hubungan kausalitas antara variabel

dalam penelitian. Uji kau

salitas Granger pada

intinya mengidentifikasikan apakah suatu variabel

memiliki pengaruh atau keterkaitan dua arah atau

satu arah saja. Berdasar

kan panjang lag diatas,

Melakukan uji kausalitas Granger. Agar dapat

hipotesis ditolak harus nilai profitabilitas diatas 1%

atau 10%. Dari hasil uji kausalitas Granger

ditemukan bahwa sektor pertanian dan

pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan

kausalitas satu arah berjalan dari pertumbuhan

ekonomi ke sektor pertanian. karena memiliki

nilai probabilitas diatas 10%.

Tahap keempat, melakukan uji kointegrasi untuk

mengetahui apakah akan terjadi keseimbangan

dalam jangka panjang, yaitu terdapat kesamaan

pergerakan dan stabilitas hubungan diantara

variabel-variabel di dalam penelitian ini atau tidak.

Dalam penelitian ini, uji kointegrasi dilakukan

dengan menggunakan metode Johansen’s

Cointegration Test. Hasil uji kointegrasi

menunjukkan bahwa terdapat kointegrasi diantara


ketiga variabel (signifikan pada level 5%). Hasil

tersebut ditunjukkan dari nilai Trace statistik dan

nilai Max Eigen statistik pada r = 4 yang lebih

besar dibandingkan dengan nilai kritisnya.

Keberadaan kointegrasi diantara variabel

menunjukkan bahwa variabel-variabel dalam

model memiliki hubungan keseimbangan dan

kesamaan pergerakan dalam jangka panjang.

Adanya keseimbangan dalam jangka panjang

memungkinkan terjadinya ketidakseimbangan

dalam jangka pendek, sehingga metode estimasi

yang digunakan adalah model Vector Error

Correction Model (VECM).

Setelah didapati hubungan kointegrasi antara ketiga

variabel penelitian, maka tahap selanjutnya adalah

membentuk model VECM. Menurut Enders, jika

terdapat hubungan kointegrasi diantara variabel

penelitian, maka estimasi dilakukan dengan

VECM. Hasil estimasi VECM akan lebih jelas di

bahas pada Impulse Response Function (IRF) dan

Variance Decomposition. Impulse Response

Function IRF berfungsi untuk menggambarkan

shock variabel satu terhadap variabel lain pada

rentang periode tertentu, sehingga dapat dilihat

lamanya waktu yang dibutuhkan variabel dependen

dalam merespon shock variabel independennya.

Perilaku dinamis dari model VECM dapat dilihat

melalui respon dari setiap variabel terhadap kejutan

dari variabel tersebut maupun terhadap variabel

endogen lainnya. IRF dalam penelitian ini

digunakan untuk menunjukkan respon sektor

pertanian terhadap shock determinannya

pertumbuhan ekonomi dan sektor industri, Serta

respon pertumbuhan ekonomi terhadap shock

determinannya sektor pertanian dan sektor industri.

Gambar: 4.1

Impulse Response Function (IRF)

0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

10

Response of INDUSTRI to INDUSTRI

-0.5
0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

10

Response of INDUSTRI to LPDB

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

10

Response of INDUSTRI to PERTANIAN

-1

10

Response of LPDB to INDUSTRI

-1

10

Response of LPDB to LPDB

-1

1
2

10

Response of LPDB to PERTANIAN

1.5

1.0

0.5

0.0

0.5

1.0

10

Response of PERTANIAN to INDUSTRI

-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

10

Response of PERTANIAN to LPDB

-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

10

Response of PERTANIAN to PERTANIAN

Response to Cholesky One S.D. Innovations

Sumber: Hasil Estimasi E-views (8.1), diolah.

Respon industri terhadap industri menunjukan

kinerja yang positif. Di awal perkembangan

industri menunjukkan hubungan yang negatif

antara yang satu dengan yang lainnya karena factor

persaingan, namun pada tahap selanjutnya industri

tersebu berangsur-angsur kompetitif dan


memberikan nilai yang positif dan memiliki

hubungan yang saling menguntungkan. Begitu juga

respon industri terhadap pertumbuhan ekonomi

menunjukkan kinerja yang positif dengan kata lain,

kemajuan industri memiliki dampak positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara respon

industri trhadap pertanian memberikan nilai yang

negatif, kondisi ini bisa disebabkan karena

kemajuan industri yang tidak di topang oleh sektor

pertanian sebagai bahan baku dari industri itu

sendiri.

JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

10

Pertumbuhan ekonomi diawal-awal banyak

ditopang oleh pendapatan pemerintah dari sektor

perminyakan, sementara di awal-awal

pembangunan industri memerlukan modal yang

tidak sedikit sehingga awal pertumbuhan ekonomi

dan industri memiliki nilai yang negatif dan

setelahnya menjadi positif karena industri sudah

berjalan dan menemukan pangsa pasarnya.

Respon pertanian terhadap sektor industry negatif,

kondisi ini ditunjukkan oleh perkembangan sektor

industri yang menyebabkan turunnya produktivitas

sektor pertanian. Bahan baku industri yang tidak

berbasis pada hasil pertanian, meningkatnya

peralihan lahan pertanian menjadi lahan industri,

petani yang belum mengaplikasikan teknlogi, suaca

yang sulit di prediksi menjamurnya pemukiman di

lahan subur dan rendanya upah di sektor pertanian

yang menyebabkan banyaknya pemilik lahan yang

kemudian beralih fungsi ke sektor lainnya.

Dari hasil estimasi VECM dapat dilihat response

sektor pertanian pada shock variable pertumbuhan

ekonomi adalah negatif sehinga pertumbuhan

ekonomi meningkat sektor pertanian menurun.

Dalam periode jangka pendek pertumbuhan

ekonomi mampu menjelaskan sektor pertanian,

yaitu sekitar 12 % lalu dalam periode panjang

sekitar 40 %. Yakni Ada keterkaitan ekstrusif

antara nilai tambah sektor pertanian dan laju

Produk Domestik Regional Bruto, dimana setiap

kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi disertai

dengan menurun sektor pertanian, menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi menghampakan

sektor pertanian di Indonesia. Sekaligus respons

sektor pertanian pada shock sektor industri adalah

negatif sehinga sektor industri meningkat

menyebabkan sektor pertanian menurun.

Sementara sektor industri meresponsnya postif


pada shock pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti

bahwa dengan meningkat tingkat pertumbuhan

ekonomi di Indonesia dapat transformasi ekonomi

dimana sektor pertanian menurun dan sektor

Industri meningkat. Yakni perencanan dalam

sektoral di Indonesia berfokus pada berkembang

sektor industri tidak peduli pada sektor pertanian

yang biasanya ambil tengah kerja lebih banyak dari

pada sektor lainya.

Sedangkan meresponse pertumbuhan ekonomi

pada shock sektor pertanian hanya dapat dalam

jangka pendek adalah negatif. Sementara

pertumbuhan ekonomi meresponse postif pada

shock sektor industri. Dimana sektor industri

mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi, yaitu

sekitar 3.43%, sementara sektor pertanian mampu

menjelaskan pertumbuhan ekonomi, sebesar 1.2%.

5.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam penelitian

ini, menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan

ekonomi dan sektor industri mempengaruhi negatif

pada sektor pertanian, berarti dapat dikatakan

bahwa semakin meningkat pertumbuhan ekonomi

yang dicapai di Indonesia semakin meningkat

sektor industri dan menurunkan sektor pertanian.

Sedangkan hasil penelitian bahwa sektor pertanian

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi

sementara sektor industri berpengaruh postif terhadap

pertumbuhan ekonomi, dalam arti sektor pertanian

memiliki kontribusi buruk dalam pertumbuhan ekonomi

di Indonesia dari tahun 1960 sampai tahun 2015.

Teori Rostow mengatakan pada tahap kematangan

ekonomi sektor pertanian pada tahap lepas landas sudah

mulai berkembang dan semakin kuat. Dalam penelitian

ini tidak dapat disesuai, dimana hasil menemukan

semakin meningkat pertumbuhan ekonomi dalam

jangka panjang semakin response sektor pertanian pada

shock pertumbuhan ekonomi adalah negatif.

5.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diambil dari

hasil penelitian, maka terdapat berapa saran yang dapat

di jadikan pertimbangan sebagai berikut:

1.

Perlu untuk menempatkan kebijakan perlindungan

produksi dan pengenaan pembatasan impor dari

barang-barang pertanian yang persaingan pada

barang produksi lokal, karena kemajuan ekonomi

dan liberalisasi sektor pertanian telah menyebabkan

penurunan produksi pertanian Indonesia.

2.
Perlu untuk diperhitungkan ketika mengembangkan

perencanaan ekonomi meningkatkan kontribusi

sektor pertanian dalam pertumbuhan

ekonomi.ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Dedy Arfiansyah. (2016). Analisis Sektor Pertanian

Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

Yang

Berkelanjutan

Online

http://darfians.blogspot.co.id/2010/07/analisis

-sektor-pertanian-dalam.html

JDEP Vol. 1 No. 1 (2018)

11

Changsheng Xu, et all 2003, Contribution of Chang

Pei-kang to development economics, Journal

of Asian Economics, 189-200

Irsanarham. (2011). Potens

i Strategis Pertanian

dalam Membangun Perekonomian. Serial

Online

.http://ihsanarham.multiply.com/journal/item/

25/Potensi_Strategis_Pertanian_dalam_Mem

bangun_Perekonomian_Indonesia.

Hammoud, Nawal Mohammed. (2011). Using the

Method of the Mutual Integration analysis to

show the effect of the monetary and real

variables in inflation. Jurnal Sains Ekonomi

dan Administrasi Universitas Anbar. Volume

4. Issue 7.

Sadono sukirno. (1985). Ekonomi pembangunan

dan proses masalah dan dasar kebijaksanaan.

Jakarta:LP.FE. UI.

World Bank:

http://data.worldbank.org

LAMPIRAN

Variance Decomposition

Kenaikan sektor industry mendukung sektor

pertanian, data memperlihatkan bahwa tumbuhnya

industry membawa dampak terhadap tumbuhnya

sektor pertanian. Artinya sektor industry

menghidupkan

1. Variance Decomposition of PERTANIAN:

Period S.E. INDUSTRI LPDB PERTANIAN

1 1.694710 50.68550 11.14301 38.17149

2 2.412252 42.40335 25.28919 32.30745

3 3.068686 46.05255 27.02560 26.92186

4 3.659798 45.37221 29.83359 24.79421

5 4.167688 43.77205 32.68366 23.54429

6 4.671776 42.65705 34.88211 22.46084

7 5.145332 41.70181 36.59048 21.70771


8 5.582528 40.94013 37.88722 21.17264

9 5.995605 40.34268 38.91567 20.74165

10 6.385926 39.86191 39.74022 20.39787

2. Variance Decomposition of LPDB:

Period

S.E.

INDUSTRI

LPDB PERTANIAN

3.785102 9.238682 90.76132 0.000000

4.140616 11.26018 88.34656 0.393257

4.264038 10.65292 88.30586 1.041228

4.382951 10.91778 88.05396 1.028255

4.465850 12.16157 86.80968 1.028752

4.495866 12.47991 86.48545 1.034635

4.520389 12.78505 86.18987 1.025081

4.546744 13.23231 85.75296 1.014729

4.566806 13.59713 85.39602 1.006852

10

4.584390 13.93127 85.06938 0.999344

3. Variance Decompositionof INDUSTRI:

Period S.E.

INDUSTRI

LPDB PERTANIAN

1 2.190026 100.0000 0.000000 0.000000

2 3.121603 97.15945 2.717280 0.123266

3 3.693953 94.94691 4.720778 0.332309

4 4.295051 90.33785 9.384917 0.277232

5 4.904948 85.61153 14.17476 0.213706

6 5.480877 82.08233 17.74493 0.172744

7 6.023572 79.30439 20.54862 0.146989

8 6.537450 77.12908 22.74163 0.129291

9 7.022018 75.40921 24.47347 0.117325

10 7.479297 74.01725 25.87391 0.108842

Anda mungkin juga menyukai