Anda di halaman 1dari 26

Rapat Koordinasi

BKPRD Provinsi dan BKPRD


Kabupaten/Kota

BKPP Wilayah IV Provinsi Jawa Barat


Garut, 24 November 2015

SEKRETARIAT
BADAN KOODINASI PENATAAN RUANG DAERAH
BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT
Maksud dan Tujuan Rapat
Koordinasi BKPRD
Maksud :
Melaksanakan pertemuan tahunan, fungsi
pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan penataan ruang di daerah

Tujuan :
Menghimpun laporan penyelenggaraan
penataan ruang di kabupaten/kota, baik
berupa kinerja, isu/ permasalahan
penyelenggaraan penataan ruang yang
perlu ditindaklanjuti pemerintah provinsi
Jadwal Rakor
No Tanggal Tempat Peserta
1 24 November BKPP Wilayah IV 1. BKPRD Kabupaten Bandung
2015 Priangan Timur 2. BKPRD Kabupaten Bandung Barat
Jam 09.00-12.00 Bagian Barat di Garut 3. BKPRD Kabupaten Sumedang
WIB 4. BKPRD Kota Bandung
5. BKPRD Kota Cimahi
2 26 November BKPP Wilayah II 1. BKPRD Kabupaten Bekasi
2015 diPurwakarta 2. BKPRD Kabupaten Karawang
Jam 09.00-12.00 3. BKPRD Kabupaten Subang
WIB 4. BKPRD Kabupaten Purwakarta
5. BKPRD Kota Bekasi
3 1 Desember BKPP Wilayah III di 1. BKPRD Kabupaten Cirebon
2015 Cirebon 2. BKPRD Kabupaten Indramayu
Jam 09.00-12.00 3. BKPRD Kabupaten Kuningan
WIB 4. BKPRD Kabupaten Majalengka
(berangkat 30 5. BKPRD Kota Cirebon
Nov 2015)
4 4 Desember BKPP Wilayah IV 1. BKPRD Kabupaten Garut
2015 Priangan Timur 2. BKPRD Kabupaten Tasikmalaya
Jam 09.00-12.00 Bagian Timur di 3. BKPRD Kabupaten Ciamis
WIB (berangkat 3 Pangandaran 4. BKPRD Kabupaten Pangandaran
Des 2015) 5. BKPRD Kota Tasikmalaya
6. BKPRD Kota Banjar
5 8 Desember BKPP Wilayah I di 1. BKPRD Kabupaten Bogor
2015 Bogor 2. BKPRD Kabupaten Sukabumi
Jam 09.00-12.00 3. BKPRD Kabupaten Cianjur
WIB 4. BKPRD Kota Sukabumi
Peninjauan Kembali
RTRW Kabupaten/Kota

BAPPEDA PROVINSI JAWA


BARAT
Peninjauan Kembali (PK) Rencana Tata
Ruang (RTR)
RTR yang dimaksud adalah RTR yang disusun dan
ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
PK RTR meliputi PK terhadap RTRW dan PK terhadap
rencana rinci tata ruang.
PK RTRW dimaksudkan untuk penertiban
penyimpangan RTR atau revisi RTR
Penyimpangan RTR adalah penyimpangan
pelaksanaan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan RTR.
Pedoman penyusunan substansi PK belum terbit
(masih disusun oleh Kementerian PU), untuk
sementara menggunakan kriteria dan tata cara PK
RTR yang tercantum dalam PP No. 15 tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang , dan
Tipologi Peninjauan Kembali (PK)
Apabila telah ditentukan perlu dilakukan PK, maka perlu dilakukan penentuan
tipologi PK, untuk menganalisis aspek-aspek/komponen-komponen yang perlu
diperbaiki mengingat banyak kemungkinan dari kombinasi-kombinasi faktor
penyebab. Tipologi PK masing-masing perlu dikaji faktor-faktor yang perlu
diperbaiki dan bagaimana memperbaikinya meliputi :
Tipologi A
Kondisi RTRWP sah, terjadi simpangan kecil dan tidak terjadi perubahan faktor
eksternal
RTRWP tersebut memiliki kondisi berlaku/digunakan sebagai acuan
pembangunan dan memenuhi syarat ketentuan-ketentuan prosedur dan proses
penyusunan rencana dan terpenuhi substansi RTRWP. Simpangan-simpangan
dalam pemanfaatan dan pengendalian rencana secara prinsip tidak
mempengaruhi perubahan tujuan, strategi serta struktur dan pola pemanfaatan
ruang wilayah, demikian pula faktor-faktor eksternal masih sangat kecil
pengaruhnya pada perubahan wilayah.

Tipologi B
Kondisi RTRWP sah, terjadi simpangan kecil, namun terjadi perubahan
signifikan pada faktor-faktor eksternal berpengaruh terhadap kinerja RTRWP.
RTRWP tersebut memiliki kondisi berlaku digunakan sebagai acuan
pembangunan dan memenuhi syarat ketentuan-ketentuan prosedur dan proses
penyusunan rencana, namun karena adanya pengaruh faktor eksternal, RTRWP
tersebut tidak lagi dapat sepenuhnya dijadikan acuan pembangunan karena

Tipologi Peninjauan Kembali
Tipologi C
RTRWP sah, terjadi simpangan besar dan perubahan faktor
eksternal secara signifikan.
Dalam pemanfaatan RTRWP terjadi simpangan-simpangan yang
menyalahi ketentuan yang diinginkan dalam RTRWP, disebabkan
oleh pengaruh faktor-faktor eksternal yang secara signifikan. Perlu
dilakukan perubahan tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan
pola pemanfaatan ruang wilayah.
Tipologi D
RTRWP sah, terjadi simpangan besar, namun tidak terjadi
perubahan pada faktor-faktor eksternal.
Dalam pelaksanaan RTRWP telah terjadi simpangan dalam
pemanfaatan dan pengendalian yang tidak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang diinginkan dalam RTRWP, walaupun
kondisi RTRWP sendiri telah memenuhi
prosedur dan ketentuan penyusunan RTRWP. Pada dasarnya untuk keempat
Tipologi E, F,G dan H tipologi ini perlu dilakukan
penyempurnaan RTRWP atau
Keempat tipologi ini pada dasarnya memiliki kondisi yang sama
perubahan tujuan, sasaran,
yaitu RTRWP yang bersangkutan tidak sahih.
strategi serta struktur dan
Perbedaan tipologi hanya dibedakan atas dasar pelaksanaan
pola pemanfaatan ruang
pemanfaatan serta pengaruh faktor-faktor eksternal,
wilayah sesuai dengan
meliputi : ketentuan-ketentuan yang
Tipologi E : simpangan kecil, faktor eksternal bertambah
berlaku dalam pedoman
Tipologi F : simpangan kecil, faktor eksternal tetap
penyusunan rencana dan
Pelaksanaan
Peninjauan Kembali (PK) Rencana Tata
Ruang (RTR)
PK RTR meliputi PK terhadap RTRW dan PK terhadap
rencana rinci tata ruang (PK rencana rinci tata ruang
mengacu kepada hasil PK RTRW)
PK RTR dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
PK RTR dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun apabila terjadi perubahan lingkungan strategis, berupa :

bencana alam skala besar perubahan batas perubahan batas


yang ditetapkan dengan teritorial negara yang wilayah daerah yang
peraturan perundang- ditetapkan dengan ditetapkan dengan
undangan
Bencana alam skala besar undang-undang
Perubahan batas undang-undang.
Perubahan batas
adalah bencana nasional teritorial negara meliputi wilayah daerah berupa
sebagaimana dimaksud dalam perubahan matra darat, pemekaran wilayah atau
peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan berdasarkan
matra laut, dan matra penggabungan wilayah
besaran jumlah korban jiwa, udara. sesuai dengan
kerugian harta benda, kerusakan ketentuan peraturan
prasarana dan sarana, cakupan perundang-undangan.
luas wilayah yang terkena
Kriteria dan Tata Cara
Peninjauan Kembali (PK) Rencana Tata
Ruang (RTR) Kabupaten/Kota
Peninjauan kembali RTR meliputi:
a. penetapan pelaksanaan PK RTR, yang dilakukan dengan keputusan
Bupati/Walikota untuk PK RTR terhadap RTRW kabupaten/kota dan
RTR kawasan strategis kabupaten/kota, dan RDTR
b.pelaksanaan PK RTR, yang dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk
oleh Bupati/Walikota sesuai kewenangannya, yang terdiri atas unsur
Pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan lembaga
penelitian. Proses pelaksanaan PK RTR meliputi kegiatan pengkajian,
evaluasi, serta penilaian terhadap RTR dan penerapannya.
c. perumusan rekomendasi tindak lanjut hasil pelaksanaan PK RTR,
berupa:
. rekomendasi tidak perlu dilakukan revisi terhadap RTR
. rekomendasi perlunya dilakukan revisi terhadap RTR
. Apabila PK RTR menghasilkan rekomendasi tidak perlu dilakukan
revisi terhadap RTR, dapat disertai dengan usulan untuk
dilakukan penertiban terhadap pelanggaran RTR.
. Apabila PK RTR menghasilkan rekomendasi perlunya dilakukan
revisi terhadap RTR, revisi RTR dilaksanakan dengan tetap
Pengkajian, Evaluasi, Penilaian terhadap
RTR dan Penerapannya.
Kajian terhadap RTR dan realisasi pemanfaatan ruang dilakukan
dengan memperhatikan wujud keharmonisan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan di lapangan, keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia,
dan perlindungan terhadap lingkungan dari akibat negatif
pemanfaatan ruang.
Evaluasi yang dilakukan merupakan proses evaluasi data dan
informasi yang meliputi kegiatan:
a.pengumpulan data dan peta mengenai kesesuaian
pemanfaatan ruang yang berlangsung dengan rencana
struktur ruang dan pola ruang dalam RTR;
b.pengumpulan dan pengkajian mengenai kebijakan internal
dan eksternal;
c. melakukan kajian terhadap RTR dan pelaksanaan
pemanfaatan ruang.
. Evaluasi data dan informasi menghasilkan:
Rekomendasi Peninjauan Kembali (PK) berupa Revisi RTRW

Rekomendasi perlunya dilakukan Perubahan kebijakan nasional


adalah dalam hal pengembangan
revisi terhadap RTRW provinsi wilayah dan pembangunan sektor-
dilakukan apabila: sektor tertentu yang berskala besar
dan/atau kegiatan pembangunan
terjadi perubahan kebijakan penting lainnya yang tidak dapat
nasional yang mempengaruhi ditampung dalam struktur ruang
dan pola ruang pada rencana tata
penataan ruang wilayah provinsi; ruang dan mengakibatkan perlunya
dan/atau dilakukan penyesuaian rencana tata
ruang dengan kondisi di lapangan.
terdapat dinamika pembangunan
provinsi yang menuntut perlunya
dilakukan PKperlunya
Rekomendasi dan revisi RTRW
dilakukan Revisi terhadap RTR dilakukan
provinsi. berdasarkan prosedur
revisi terhadap RTRW kab. /kota
penyusunan dan prosedur
dilakukan apabila: penetapan RTR sebagaimana
a. terjadi perubahan kebijakan dimaksud dalam Pasal 25
nasional dan perubahan sampai dengan Pasal 38, Pasal
43, Pasal 44, Pasal 53 sampai
kebijakan provinsi yang
dengan Pasal 58, Pasal 61, Pasal
mempengaruhi penataan ruang 62, Pasal 67 sampai dengan
wilayah kabupaten/kota; dan/atau Pasal 70, dan Pasal 75 sampai
b. terdapat dinamika pembangunan Peraturan Pemerintah
dengan Pasal 80 Nomor 15
Tahun 2015 tentang
kabupaten/kota yang menuntut Penyelenggaraan Penataan
Kelengkapan Pelaksanaan PK
RTR
SK Bupati/Walikota tentang Penetapan
Pelaksanaan dan Tim Peninjauan Kembali
RTR Kabupaten/Kota
Laporan Peninjauan Kembali, yang
mendokumentasikan tahapan kajian,
evaluasi dan rekomendasi PK RTRW
Pelaporan Hasil PK RTRW kepada
Gubernur
Revisi Rencana Tata Ruang
(RTR)
Revisi terhadap RTR yang materi perubahannya
tidak lebih dari 20% (dua puluh persen),
penetapannya dapat dilakukan melalui perubahan
peraturan perundang-undangan tentang RTR.
Jangka waktu rencana tata ruang hasil revisi
berakhir sampai dengan berakhirnya jangka
waktu RTR yang direvisi tersebut.
Revisi terhadap RTR dilakukan bukan untuk
pemutihan terhadap penyimpangan
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Ilustrasi Dokumen Revisi RTR
Pelaksanaan Hasil Kajian
Kajian Peninjauan Kembali
Peninjauan
Kembali

Rekomendasi : tidak Rekomendasi : perlunya


perlu dilakukan revisi dilakukan revisi terhadap
terhadap RTR RTR
Usulan untuk dilakukan Revisi RTR dilaksanakan
penertiban terhadap dengan tetap
pelanggaran RTR menghormati hak yang
dimiliki orang sesuai
dengan ketentuan
Kegiatan peraturan perundang-
pengawasan undangan.
Jangka waktu hasil revisi RTR berakhir
pelaksanaan RTR sampai dengan berakhirnya jangka waktu
yang ditindaklanjuti RTR yang direvisi
dengan penertiban Revisi RTR bukan untuk pemutihan terhadap
dan penegakan penyimpangan pelaksanaan pemanfaatan
hukum ruang
Proses Persetujuan Substansi
Revisi RTR Kabupaten/Kota
Proses persetujuan substansi Revisi RTR
Kabupaten/Kota dilakukan setelah melaksanakan
Peninjauan Kembali RTR Kabupaten/Kota, yang
menghasilkan rekomendasi Revisi RTR
Proses persetujuan substansi menggunakan prosedur
persetujuan substansi penyusunan RTR ke pemerintah
provinsi (BKPRD) dan ke pemerintah pusat (BKPRN)
BKPRD Provinsi menggunakan mekanisme
Rekomendasi Gubernur berdasarkan Pergub No. 80
Tahun 2010 tentang Mekanisme Pemberian
Rekomendasi Gubernur Terhadap RTR Kabupaten/Kota
PENYUSUNAN, KONSULTASI DAN EVALUASI
RAPERDA RENCANA TATA RUANG KABUPATEN/KOTA
PENYUSUN
- UU PRAN Pergub 80 Th 2010 tentang
- PP RTRWN GUBERNUR C.q.
Mekanisme Pemberian
- RTRWP BKPRD Provinsi Rekomendasi Gubernur terhadap
- Permen PU RTR Kabupaten/Kota
- Permendagri; Dihasilka
n
- Permenhut
Persetujuan
- Permen LH KONSULTASI Surat Rekomendasi INSTANSI
Dihasilkan Substansi
PUSAT YANG
- Dll. MEMBIDANGI Teknis
Substansi Teknis Atas Dasar Surat URUSAN TATA
Rekomendasi RUANG
Dikoordinasi oleh BKTRN
PERMEN PU NO. 11/
PRT/M/2009
RAPERDA YANG
TELAH DISETUJUI
DPRD DIAJUKAN
OLEH
BUPATI/WALIKOTA

PERMENDAGRI NO. 28 Th
2008
Dilakukan EVALUASI Diselenggaraka
GUBERNU n Surat
Raperda
MENDAGRI R RTRWK/K
Permintaan
Dapat Evaluasi dari
Melibatkan
Bupati/
INSTANSI
Bupati/Walikota PUSAT YANG
Walikota
Menetapkan MEMBIDANGI
Hasil : Raperda menjadi
URUSAN TATA
Dilaporkan RUANG
Perda
BAGAN ALIR PERGUB 80 TH 2010 TENTANG MEKANISME
PROSES REKOMENDASI PEMBERIAN REKOMENDASI GUBERNUR TERHADAP RTR
GUBERNUR
SURAT BUPATI/WALIKOTA tentang
KABUPATEN/KOTA
Permohonan Rekomendasi Gubernur DITERIMA Analisis
terhadap Rancangan Perda RTR STTKAS ditandatangani oleh
Kabupaten/Kota: Lengkap
Ketua Pokja Perencanaan
a. Rancangan Perda RTR kabupaten/kota;
Tata Ruang dan Wakil dari Pembahasan RTR
b. Materi teknis RTR kabupaten/kota; Cek
Kab/Kota kab/kota dalam Rapat
c. Album peta RTR kabupaten/kota; kelengkapan Disampaikan
d. Berita Acara (BA) konsultasi publik; dokumen paling lambat 7 Pokja Perencanaan Tata
e. Matriks penelahaan materi muatan teknis hari kerja RuangDisampaikan
rancangan Perda tentang RTR Belum paling lambat 7
kabupaten/kota; dan Lengkap hari kerja setelah
STTKAS
f. Matriks sanding substansi RTR
kabupaten/kota
Berita Acara
DILENGKAPI
Pembahasan RTR
kab/kota
Mekanisme
Tahap I SURAT PENYAMPAIAN Tidak
PERBAIKAN OLEH KEPALA
BAPPEDA/OPD YANG SESUAI
MENANGANI, dilampiri hasil
perbaikan sesuai BA sesuai
BKPRD Disampaikan
Ya
paling lambat 14
Mekanisme Tahap II hari kerja

Berita Acara Rapat Rapat Pleno BKPRD Sekretariat


Pleno BKPRD Provinsi Provinsi BKPRD Provinsi

Disampaikan oleh Ketua Pokja Perencanaan Tata


Ruang kepada Sekretaris BKPRD Provinsi sebagai
Bahan Rapat Pleno BKPRD Provinsi dan diterima
anggota inti paling lambat 7 hari kerja sebelum
Surat
Penyampaian Usulan rapat
Rekomendas
Rekomandasi kepada Bupati/Walikota
i Gubernur
Gubernur Disampaikan sebagai lampiran permoohonan
persetujuan substansi Rancangan Perda RTR
Kab/Kota oleh Menteri Pekerjaan Umum
Mekanisme Tahap
Sumber: - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/ M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang
III Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya
- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah
PERMENDAGRI NO. 28 Th 2008 TENTANG EVALUASI RAPERDA
Dilakukan setelah :
RENCANA
PROVINSI TATA RUANG
DAN KABUPATEN/KOTA
a persetujuan Bupati/Walikota bersama DPRD Kab/Kota
a surat rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan surat persetujuan Pasal 20 ayat 1
bstansi teknis dari instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang
Disampaikan kepada Gubernur
paling lambat 3 (tiga) hari kerja

RAPERDA RTR KABUPATEN/KOTA DILENGKAPI DENGAN


LAMPIRANNYA Pasal 20 ayat 3
(Dokumen RTR dan Album Peta) Hasil Evaluasi dituangkan dalam Keputusan
Gubernur paling lambat 15 (lima belas) hari kerja

PELAKSANAAN EVALUASI Pasal 20 ayat 4


(Gubernur berkoordinasi dengan
BKPRD Provinsi) Bupati/Walikota melaporkan hasilnya kepada
Gubernur paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

Pasal 22 Pasal 21 ayat 1


Gubernur melaporkan hasil
HASIL Ditindaklanjuti oleh Apabila tidak ditindaklanjuti
evaluasi kepada MDN paling
EVALUASI Bupati/Walikota oleh Bupati/Walikota dan DPRD
lambat 7 (tujuh) hari kerja

Dilakukan Bupati/Walikota dan DPRD tetap


menetapkan Raperda menjadi Perda

PEMBATALAN PERDA (oleh Gubernur) Pasal 21 ayat 2

Ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur

Bupati/Walikota bersama DPRD


melakukan perubahan Perda RTR Kab./Kota Pasal 21 ayat 3
sesuai mekanisme dan peraturan Paling lambat 1 (satu) tahun setelah
perundang-undangan tanggal pembatalan Perda
INDIKATOR EVALUASI RANCANGAN PERDA TATA RUANG KABUPATEN/KOTA

TAHAPAN INDIKATOR RAPERDA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN/KOTA

INPUT TERSEDIANYA RAPERDA Rancangan perda beserta dokumen rencana dan album
(Pasal 23.a) BESERTA LAMPIRANNYA peta (Pasal 24)

PROSES TERPENUHINYA B.A rapat konsultasi dengan instansi pusat yang


(Pasal 23.b) PROSEDUR PENYUSUNAN membidangi urusan tata ruang;
RAPERDA BESERTA Persetujuan bersama dengan DPRD Kab/Kota atas
LAMPIRANNYA Raperda beserta lampirannya ;
B.A konsultasi publik;
B.A rapat konsultasi dengan pemerintah daerah Provinsi;
B.A rapat koordinasi dengan pemerintah daerah Kab/Kota
yang berbatasan.
(Pasal 25)

OUTPUT TERWUJUDNYA Surat persetujuan atas substansi teknis dari instansi pusat
SINKRONISASI DAN yang membidangi urusan tata ruang;
(Pasal 23.c) HARMONISASI DENGAN Surat rekomendasi dari Gubernur;
RTRWN, RTR PULAU KEP, Surat kesepakatan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota
RTRWP DAN RTRWK/K yang berbatasan;
YANG BERBATASAN Matrik tindak lanjut usulan perbaikan dalam proses
persetujuan teknis.
(Pasal 26)

Permendagri No. 28 Th 2008 tentang Evaluasi Raperda Rencana Tata


Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota
HATUR NUHUN
BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH
PROVINSI JAWA BARAT
Sekretariat:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Barat
Jalan Ir.H. Juanda No.287 Bandung
Telp. (022) 2516061; (022) 2514005 Fax. (022)
2510731
Email : bkprd.provjabar@gmail.com
P Mamun Biro Hukum
Tupoksi : memfasilitasi produk hukum di kabkota , termasuk perda RTRW
Dasar hukum : uu 26/2007, PP 15/2015, UU 12 / 2011, permendagri 1/2014, permen PU 16 dan
17/ 2009
Harmonisasi substansi
RTRW di tinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun, dengan hasil revisi atau tidak revisi (penertiban)
Berdasarkan UU 12 /2011, Perubahan perda apabila perubahan substansi lebih dari 50%
Sebelum Raperda di paripurna, harus diregrister dulu di Biro Hukum dan HAM Provinsi
Raperda tentang perubahan RTRW harus dibuat naskah akademis
Legal drafting raperda :
- Dasar hukum yang terkait dengan penyusunan RTR semua dicantumkan
RDTR Kota Bandung sdh masuk ke Biro Hukum dan HAM untuk proses evaluasi Raperda

Bu Ani
Legal drafting perlu di kawal Biro Hukum Provinsi dan Bagian Hukum di Kab/kota

P Tardja Dinas Bina Marga


Substansi rencana jaringan jalan :
1. Kab Bdg Barat Kab bandung-Kab. Sumedang: FS jalan lembang maribaya-cibodas-
barubeureum-sukasari
Ruas jalan tersebut di kab bdg barat akan berhadapan dengan aturan KBU, dasar usulan ruas
tersebut ?
2. Cimahi- Bandung Barat : ruas simpang susun-padalarang yang masuk dari program pusat,
DED, tinggal kesiapan panitia di daerah (P2T)
Akses tol akan membangun jalan tol walini di km 107, sedang dibuat FS, DED sdh ada
3. Cimahi : Cimahi-Leuwigajah, peningkatan status, mohon kajian andal lalin , master plan
cimahi secara keseluruhan
Diskusi
Kota Cimahi :
Tahun 2016 melakukan PK RTRW
Mengatasi kemacetan di padasuka, perlintasan sebidang
Kendala pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur : pendanaan dan aturan yang harus dipenuhi

P Tardja
Persyaratan pembebasan lahan buat pembangunan jalan : 1) buat FS dengan standar 200 juta per titik, 2) buat
DED dengan standar 400 juta per km, 3 ) buat perubahan status jalan, 4) panitia (P2T), buat appraisal

Kabupaten Bandung Barat


SK Bupati tentang BKPRD Kabupaten Bandung Barat
Laporan BKPRD menyusul, mohon format nya
Rencana melakukan PK tahun 2016, namun karena pertimbangan nawacita akan mendahulukan RPJMD 2013-
1018, sehingga bergeser ke perubahan
Perubahan : kota raya walini, nawacita, RTRW tidak dapat lagi mengakomodasi perkembangan yang ada, KSN
Cekungan Bandung, LP2B lahan sawah di kuasai / dibeli oleh pemerintah, pengendalian KBU pembebasan lahan
oleh pemda (contoh disekitar Boschaa, situ umar, dll)
Bappeda mengarahkan BPMPT untuk menerbitkan perizinan KBU harus mengacu keterangan rencana ruang
dan rekomendasi gubernur
RTRW menjadi acuan RDTR, koordinasi lintas sektor dan antar kabkota tetangga
KWT yang melebihi bagaimana tindak lanjutnya ? Pelanggaran dilakukan pihak lain
Hak pengelolaan kabupaten berkaitan dengan KBU setelah rekom gub seperti apa ?
Ruas jalan tembus Sumedang sukasari lembang diawali dengan kesepakatan bupati, kemudian masuk ke
bappeda, dan ke BKPP, saat ini progress sdh di provinsi dan pusat
Simpang susun cimareme dapat 9 M, belum digunakan, sedangkan perhitungan RAB 110 M
Warungdomba binamarga sdh melakukan FS, masyarakat mendorong utk buka interchange, namun jasa marga
masih memperhitungan keuntungan buat mereka, selain itu progres dan kendala yang terjadi :
BUMD jasa sarana Jabar kerjasama dengan BUMD kabupaten, perlu diajak perhutani, ITB, perubahan status
lahan negara
Diskusi
Dinas Tata Ruang Kab Bandung Barat
Sedang asistensi peta ke BIG
Mempertimbangkan PK RTRW dulu
Waktu dalam proses persub ?
Terdapat perbedaan tujuan dalam RDTR di KBU dengan pola ruang KBU di Provinsi,
pengendalian/ konservasi vs pembangunan
Metode penentuan KWT KBU

Bu Ani
Nawacita tercantum dalam RPJMN, arahan BKPRN nawacita masuk dalam PK RTRW
LP2B, yang sudah dilakukan dinas pertanian tanaman pangan provinsi, perda dan pergub LP2B,
tahun ini sedang menentukan luasan lahan sawah yang diperlukan Jabar, insentif dan
disinsentifnya
Peran KBB dalam KBU adalah pada pemulihan KWT, ketentuannya sudah tercantum dalam
Pergub KBU , sudah dikirim juga surat Gubernur kepada bupati/walikota
Walini masih banyak yang perlu dilakukan

Bu Isma
Sistem informasi KBU di Diskimrum, terkait permohonan rekomendasi gubernur
Revisi perda KBU
Di lampiran pergub KBU : Pembagian zona KBU, ketentuan pemanfaatan ruang, rekayasa
teknis, dll
Perubahan kawasan menjadi zona yang terjadi di RDTR masih dapat dijustifikasi selama masih
sesuai dengan fungsi dominan kawasan peruntukan dalam RTRW
RDTR Kota Bandung yang sudah mendapatkan persub dari gubernur menyisakan catatan
beberapa perubahan yang harus diselaraskan dengan RTRW, sehingga dalam catatan
pemberian persub terdapat arahan untuk melakukan PK RTRW terlebih dahulu
Diskusi
P Mamun
Rekomendasi gub ttg KBU itu sesuai kewenangannya, tapi tetap mengacu pada perda 1 / 2008
dengan peraturan pelaksanaannya
Kabkota tetap harus tunduk dengan peraturan diatasnya
Dalam pergub 58/2011, dilarang menambah luasanan terbangun pada lokasi pada KWT yang
melebihi
Satpol pp harus punya keberanian untuk penegakan perda

Bu Isma
Revisi perda kbu, kwt bukan menjadi penentu, akan menjadi salah satu pertimbangan , karena
kebijakan provinsi lebih kepada ke pemulihan KWT

P Tarja
Permintaan kab bdg barat FS 600 M utk sukasari lembang
Hasil kajian FS panjangnya 32 km, layak, melawati bandung barat, kota bandung, kab garut
dan sumedang
FS warungdomba belum valid, terlalu banyak kewenangan, termasuk adanya pemakaman

P Inci Kota Bandung


PK RTRW sedang dilakukan tahun ini, legislasi tahun 2016
Rambu2 terkait perubahan hasil PK
1) Ketentuan perubahan perda 50 %, sedangkan dari PP 15/2010 sebesar 20%
2) Nilai simpangan perlu dipertegas , terkait dinamika simpangan infrastruktur , namun tidak
terjadi perubahan struktur yang besar
RDTR Kota Bandung
Overpass akan diselesaikan sesuai kewenangan masing2
Kendala pelaksanaan pembebasan lahan, aspek sosial, seringkali anggaran sulit direalisasikan
Diskusi
Bu Ani
Kriteria perubahan perda dalam UU 12/2011, termasuk perubahan struktur raperda
Terdapat perbedaan ketentuan besaran persentase perubahan perda 50% dan 20%
Menurut kemenpolhukam, PP 15/2010 merupakan spesialisasi dari UU 26 /2007, sehingga yang
dipakai 20%

P Tardja
Pembebasan lahan harus punya komitmen, dengan adanya kepanitiaan

P dadan Kota Cimahi


Ketentuan 30 hari dalam proses rekomendasi KBU
Lokasi KBU di cimahi sebagian besar (80%) berada di lokasi KWTaktual yang melebihi KWT
maksimum
Ketentuan kwt yang melebihi itu berlaku bagi yang sudah atau yang belum mendapatkan
rekomendasi gubernur ?
Kekuatan rekomendasi gubernur seperti apa? Karena lebih kuat izin daripada rekomendasi

Bu Ani
Klausul 30 hari sudah dihapus dari pergub 21/2009 yang dirubah dalam pergub 58/2011
Rekomendasi tidak diberikan atas lahan yang sudah terbangun, itu harus ditindaklanjuti
dengan penertiban oleh kabupaten/kota

P Mamun
Izin dikeluarkan oleh bupati/walikota, namun khusus kbu acuan izin adalah rekomendasi
gubernur sehingga harus dipenuhi
Kegiatan pemanfaatan ruang di KBU sebelum berlaku perda kbu diteruskan selama tidak
menggangu fungsi konservasi, apabila mengganggu fungsi konservasi dilakukan rekayasa
teknis , izin sudah keluar tanah belum terbangun maka harus disesuaikan
Diskusi
Bandung Barat
Deliniasi KBU apakah mengalami perubahan ? Mohon disosialisasikan

Bu isma
Ketentuan 30 hari proses rekomendasi gubernur sudah dihapus
Deliniasi wilayah batas kbu 750 mdpl
Papan informasi KBU baru dipasang di 5 titik lahan provinsi

Bu Ani
Apresiasi kehadiran semua peserta
Semua masukan dan laporan menjadi catatan di provinsi

Anda mungkin juga menyukai