Anda di halaman 1dari 111

Peningkatan Pencatatan dan Pelaporan

Indikator Terkait Kesehatan Anak


1. Indikator RPJMN 2015 2019
2. Indikator Renstra Kemenkes:
a. Indikator Kinerja Program (IKP)
b. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
3. Indikator Output
4. Laporan Rutin
Pelaksanaan Kebijakan Program

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN DIREKTORAT BINA


KESEHATAN ANAK TAHUN 2015-2019

TARGET TAHUN
N INDIKATOR KINERJA
2015 2016 2017 2018 2019
O

1 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) sesuai


75 78 81 85 90
standar (RPJMN, Renstra )
2 Puskesmas yang melaksanakan penjaringan 30 40 50 55 60
kesehatan untuk peserta didik kelas VII dan X
(RPJMN, Renstra)
3 Puskesmas yang melaksanakan penjaringan 50 55 60 65 70
kesehatan untuk peserta didik kelas I (Renstra)

4 Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan 25 30 35 40 45


kesehatan Remaja (Renstra)
INDIKATOR OUTPUT
DIREKTORAT BINA KESEHATAN ANAK TAHUN 2015-2019

TARGET TAHUN
NO INDIKATOR OUTPUT
2015 2016 2017 2018 2019

1 Puskesmas yang 78 81 % 84 % 87 % 90 %
melaksanakan pelayanan %
Neonatal Esensial sesuai
standar

2 Puskesmas yang
melaksanakan Stimulasi
Deteksi dan Intervensi Dini 70 % 75 % 80 % 85 % 90 %
Tumbuh Kembang (SDIDTK)

3 Kabupaten/Kota yang memiliki


minimal 4 Puskesmas
melakukan pelayanan
tatalaksana kasus kekerasan 30 % 40 % 55 % 70 % 85 %
terhadap anak (KtA)
INDIKATOR RENCANA AKSI NASIONAL
HAK ASASI MANUSIA (RAN HAM) TAHUN 2012-2015

TARGET TAHUN
NO INDIKATOR
2012 2013 2014 2015

1 Puskesmas Melakukan
Pembinaan Kesehatan bagi 20% 40% 60% 90%
Anak Terlantar di Panti

2 Puskesmas Melakukan
Pembinaan Kesehatan bagi 15 22 27 33
Anak dengan Disabilitas di
prov prov prov prov
SLB melalui UKS

3 Puskesmas Melakukan
Pembinaan Kesehatan bagi
Anak yang Berhadapan
21 25 29 33
Hukum di Lapas
prov prov prov prov
INDIKATOR RPJMN 2015-
2019
Sumber Data Pelapora
No Indikator
(Pencatatan) n
1 Persentase kunjungan Kartu Balita, Buku SP2TP
neonatal pertama KIA, Kohor Bayi, F1-7 bulanan
(KN1)
2 Persentase 1.Formulir SP2TP
Puskesmas yang Penjaringan F1-7 6
menyelenggarakan Peserta Didik Baru bulanan
penjaringan Kelas I, VII, dan X
kesehatan (untuk atau Buku Rapor
peserta didik kelas I, Kesehatan
VII dan X) 2.Register
penjaringan
Kesehatan
Peserta Didik
INDIKATOR RENSTRA
KINERJA PROGRAM (IKP)

NO INDIKATOR Sumber Data Pelaporan

Cakupan Kunjungan Kartu Balita,


SP2TP
1 Neonatal Pertama Buku KIA,
F1-7 bulanan
(KN1) sesuai standar Kohor bayi,
INDIKATOR RENSTRA
KINERJA KEGIATAN (IKK)
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
NO
(IKK) Sumber Data Pelaporan
1. Formulir Penjaringan
Puskesmas yang Kesehatan/Pemeriksaan
menyelenggarakan Berkala atau Buku Rapor SP2TP
1. penjaringan kesehatan Kesehatan F1-7 6
untuk peserta didik 2. Register Kegiatan Kesehatan bulanan
Anak di Sekolah
kelas I

Puskesmas yang 1. Formulir Penjaringan


Kesehatan/Pemeriksaan
menyelenggarakan Berkala Peserta Didik, atau SP2TP
2. penjaringan kesehatan Buku Rapor Kesehatandan X F1-7 6
untuk peserta didik bulanan
2. Register penjaringan
kelas VII dan X Kesehatan Peserta Didik Baru

Puskesmas yang 1. Catatan medis/status pasien/


menyelenggarakan family folder SP2TP Bulanan
3. 2. Format Laporan Bulanan PKPR SP2TP Tahunan
kegiatan kesehatan
Remaja LAMPIRAN 5.xls
INDIKATOR OUTPUT
DIREKTORAT BINA KESEHATAN ANAK TAHUN 2015-2019

NO INDIKATOR OUTPUT Sumber Data Pelaporan


1 Puskesmas yang 1) Buku KIA, 1. SP2TP LB3
melaksanakan 2) Kartu Balita 2. SP2TP LPLPO
pelayanan Neonatal 3) Kohor Bayi, 3. Laporan
Esensial sesuai 4) Formulir Bayi Baru Lahir Tahunan
standar 5) Formulir MTBM Ketersediaan
dan Kondisi
Peralatan
Puskesmas
4. F1-7 6 bulanan
INDIKATOR OUTPUT
DIREKTORAT BINA KESEHATAN ANAK TAHUN 2015-2019
NO INDIKATOR OUTPUT Sumber Data Pelaporan
2 Puskesmas yang 1) Buku KIA, 1. SP2TP
melaksanakan 2) Kartu Balita 2. F1-7 3 bulanan
Stimulasi Deteksi dan 3) Kohor Bayi, 3. Laporan
Tahunan
Intervensi Dini 4) Kohor Anak Balita dan Prasekolah
Ketersediaan
Tumbuh Kembang 5) Formulir deteksi dini tumbuh dan Kondisi
(SDIDTK) kembang anak Peralatan
6) Register deteksi tumbuh kembang Puskesmas
4. Laporan
Tahunan Daftar
Tenaga

3 Kabupaten/Kota yang 1) Rekam Medis Kekerasan 1. SP2TP LB3


memiliki minimal 4 terhadap Perempuan dan Anak 2. F1-7 triwulan
Puskesmas 2) Register Pelayanan Korban 3. F1-7 Tahunan
melakukan pelayanan Tindak Kekerasan Terhadap dari Kabupaten
tatalaksana kasus Perempuan, Anak dan KDRT di ke Provinsi
kekerasan terhadap Puskesmas
anak (KtA) 3) Laporan Pelayanan Korban
Tindak Kekerasan terhadap
Perempuan, Anak dan KDRT
LAPORAN RUTIN DIREKTORAT KESEHATAN ANAK

Sumber Data Pelaporan


NO INDIKATOR OUTPUT

1 Cakupan KN Lengkap 1) Buku KIA SP2TP


2) Kartu Balita F1-7 bulanan
3) Kohor Bayi
2 Cakupan Neonatus dengan 1) Buku KIA
Komplikasi yang ditangani SP2TP
2) Formulir MTBM
F1-7 bulanan
3) Kartu Balita
4) Kohor Bayi
3 Jumlah neonatus yang mendapat
pelayanan skrining hipotiroid SP2TP
1) Buku KIA
kongenital (SHK) F1-7
2) Kohor Bayi
triwulanan
LAPORAN RUTIN DIREKTORAT KESEHATAN ANAK

NO INDIKATOR Sumber Data Pelaporan

4 Jumlah Kematian Neonatus 1) Formulir Autopsi Verbal


2) Kohor bayi
SP2TP
3) Surat Keterangan Warga
F1-7 triwulan
Meninggal
4) Register Warga Meninggal
Puskesmas
5 Jumlah Kematian Bayi 1) Formulir Autopsi Verbal
2) Kohor Bayi
SP2TP
3) Surat Keterangan Warga
F1-7 triwulan
Meninggal
4) Register Warga Meninggal
Puskesmas
6 Jumlah Kematian Anak 1) Formulir Autopsi Verbal
Balita 2) Surat Keterangan Warga SP2TP
Meninggal F1-7 triwulan
3) Register Warga Meninggal
Puskesmas
LAPORAN RUTIN DIREKTORAT KESEHATAN ANAK
NO INDIKATOR Sumber Data Pelaporan

4 Penyebab Kematian 1) Formulir Autopsi Verbal


Neonatus 2) Kohor bayi
SP2TP
3) Surat Keterangan Warga
F1-7 triwulan
Meninggal
4) Register Warga Meninggal
Puskesmas
5 Penyebab Kematian Bayi 1) Formulir Autopsi Verbal
2) Kohor Bayi
SP2TP
3) Surat Keterangan Warga
F1-7 triwulan
Meninggal
4) Register Warga Meninggal
Puskesmas
6 Penyebab Kematian Anak 1) Formulir Autopsi Verbal
Balita 2) Surat Keterangan Warga SP2TP
Meninggal F1-7 triwulan
3) Register Warga Meninggal
Puskesmas
LAPORAN RUTIN DIREKTORAT KESEHATAN ANAK
NO INDIKATOR Sumber Data Pelaporan

10 Puskesmas yang melakukan 1) Rekam medis kasus KtA


tatalaksana kasus KtA (target 4 2) Register Pelayanan Korban SP2TP
pkm/kab/kota) Tindak Kekerasan Terhadap F1-7
Perempuan, Anak dan KDRT di triwulan
Puskesmas
11 Puskesmas yang membina Form pencatatan pelayanan
bayi/balita/anak usia kesehatan anak di panti
sekolah/remaja terlantar di F1-7 6 bulan
panti/LKSA
12 Puskesmas yang membina Register pelayanan kesehatan
SLB melalui program UKS anak penyandang cacat (RAC-1) F1-7 6 bulan

13 Puskesmas yang membina Form pencatatan dan pelaporan


Lapas/Rutan/Lembaga klinik lapas
Pembinaan Khusus Anak F1-7 6 bulan
(LPKA)
14 RS/RSUD/RS Bhayangkara 1) Rekam Medis Kekerasan terhadap
Yang Melakukan Tatalaksana Perempuan dan Anak
Kasus KtA (Kekerasan 2) Register Pelayanan Korban Tindak
Kekerasan Terhadap Perempuan,
Terhadap Anak) F1-7 Tahunan
Anak dan KDRT di Puskesmas
3) Laporan Pelayanan Korban Tindak
14
15
Sasaran
Kunjungan neonatal menggunakan jumlah kelahiran hidup.
Data sasaran prasekolah didapat dari data proyeksi umur
tunggal (Sumber Buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035)
Data sesuai dengan data sasaran pada Keputusan Menteri
Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/117/2015
Bilamana terdapat kelompok sasaran yang belum tercakup
didalam kelompok sasaran yang dikeluarkan pusdatin,
maka menggunakan data umur tunggal
Jumlah puskesmas menggunakan sasaran puskesmas per
31 Desember 2015 untuk laporan 2016. Per 31 desember
2014, sebanyak 9731
Sasaran Total Kabupaten berjumlah 514 Kab/Kota per Juni
2015
DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)


sesuai standar

Definisi Operasional:
Cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
(umur 6 jam - 48 jam) yang memperoleh
pelayanan sesuai standar.
Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
-perawatan tali pusat,
-Konseling ASI dan tanda bahaya,
-pemberian imunisasi HB 0, salep mata antibiotik,
dan vitamin K1, jika belum diberikan saat lahir.
17
Keterangan
Informasi pelayanan yang diberikan
pada bayi usia 6 - 48 jam dapat
diperoleh dari : kartu balita/ formulir
MTBM/ Buku KIA/ Kohor bayi.
Puskesmas menghitung jumlah bayi
usia 6 48 jam yang mendapat
pelayanan KN1 dalam kurun waktu 1
bulan. Kemudian melaporkan ke dinkes
kab/kota menggunakan format LB 3
SP2TP
Cara Perhitungan Cakupan
KN1
Jumlah bayi baru lahir yang telah mendapatkan 1 kali
pelayanan Kunjungan Neonatal pada umur 6 - 48 jam
sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
__________________________________________________ x 100%

Jumlah Sasaran Kelahiran Hidup di satu wilayah kerja


pada kurun waktu yang sama

Sumber Data
1) SIMPUS (Kohor bayi, LB3, PWS-KIA)
2) SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh
swasta.

Perhitungan cakupan
Kohor bayi.
Contoh Soal Cakupan KN 1
Jumlah seluruh bayi lahir hidup di
Kec. N tahun 2013 = 200 orang
Jumlah bayi baru lahir yg telah
mendapatkan pelayanan kunjungan
neonatal 1 (usia 6-48 jam) sesuai
standar : 180 orang
Cakupan kunjungan neonatal pertama
(KN 1) = 180 / 200 x 100 % = 90 %.

19
DEFINISI OPERASIONAL

PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN


PENJARINGAN KESEHATAN PESERTA DIDIK
KELAS I, VII dan X
Definisi Operasional :
Puskesmas yang menyelenggarakan penjaringan
kesehatan pada Peserta Didik kelas 1, VII dan X di seluruh
sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA dan SLB di wilayah kerja
puskesmas tersebut.
Cara Perhitungan Persentase Puskesmas yang
menyelenggarakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik
kelas I, VII dan X

Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan


Presentase Puskesmas
penjaringan kesehatan peserta didik kelas 1,
yang
VII dan X di suatu wilayah kabupaten/kota
menyelenggarakan = atau provinsi dalam satu tahun
penjaringan kesehatan
untuk peserta didik X 100%
kelas I, VII dan X jumlah seluruh Puskesmas di suatu
wilayah kabupaten/kota atau provinsi
dalam satu tahun
PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN
PENJARINGAN KES PESERTA DIDIK KELAS 1
SD/MI
Definisi Operasional :
Puskesmas yang melaksanakan penjaringan
kesehatan pada Peserta Didik kelas 1 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan SDLB di
wilayah kerja puskesmas tersebut
PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN
PENJARINGAN KES PESERTA DIDIK KELAS 7
DAN 10

Definisi Operasional :
Puskesmas yang melaksanakan penjaringan
kesehatan pada Peserta Didik (kelas 7 dan10) dan
SMPLB dan SMALB di wilayah kerja puskesmas
tersebut
Persentase Puskesmas yang melaksanakan
penjaringan kesehatan untuk peserta didik
kelas 1
Cara Perhitungan Jumlah Puskesmas yang melaksanakan
Presentase
penjaringan kesehatan peserta didik
Puskesmas yang
kelas 1 SD/MI dan SDLB di suatu
melaksanakan = wilayah dalam tahun X 100%
penjaringan jumlah seluruh Puskesmas di satu
kesehatan untuk wilayah dalam tahun
peserta didik kelas 1

Presentase Puskesmas yang melaksanakan


penjaringan kesehatan untuk peserta didik
kelas 7 dan 10
Cara Perhitungan Jumlah Puskesmas yang melaksanakan
Presentase penjaringan kesehatan peserta didik
Puskesmas yang kelas 7 SMP/MTs/SMPLB dan 10
melaksanakan SMA/MA/SMK/SMALB di suatu wilayah
=
penjaringan dalam tahun
X 100%
kesehatan untuk jumlah seluruh Puskesmas di satu
peserta didik kelas 7 wilayah dalam tahun
dan 10
Petunjuk Perhitungan Penjaringan
24 Kesehatan:

Penghitungan Puskesmas melaksanakan


Penjaringan Kesehatan dilakukan pada 1 tahun
yaitu pada semester 1 (bulan Juli - Desember)
dan semesrter genap (bulan Januari-Juni) selama
tahun ajaran baru awal kelas I,VII dan X

Bila di wilayah kerja puskesmas tidak ada


SMA/MA namun memiliki SMP, maka tetap
tercatat sebagai melaksanakan penjaringan
Contoh Perhitungan Penjaringan Kesehatan
Peserta Didik
Jan Juli 2014 Des
2014 2014

Tahun Ajaran 2014/2015

Jan Juli 2015 Des


2015 2015

Tahun Ajaran 2014/2015 Tahun Ajaran 2015/2016

Jumlah Puskesmas yang melaksanakan


penjaringan kesehatan peserta didik
Presentase
kelas 1 SD/MI, 7 SMP/MTs dan 10
Puskesmas yang
SMA/MA/SMK di suatu wilayah dalam
melaksanakan
tahun ajaran 2014 - 2015
penjaringan kesehatan
untuk peserta didik
kelas 1, 7 dan 10 tahun= jumlah seluruh Puskesmas di x 100%
2015 satu wilayah dalam tahun
2015
Petunjuk Teknis
26 Pelaksanaan Penjaringan
Di tingkat kecamatan, Kepala Puskesmas dan Kepala Sekolah
menetapkan sekolah di wilayah kerjanya yang akan dilakukan penjaringan
pada saat awal tahun baru (semester 1) atau semester berikutnya
(semester 2) dilakukan kepada seluruh peserta didik baru kelas I, VII
dan X di SD/MI, SMP/MTs/SMA/SMK/MA dan SLB
Pelaksanaan penjaringan dapat dilaksanakan di sekolah atau di
puskesmas
Pemeriksaan minimal penjaringan Kesehatan peserta didik adalah
pemeriksaan status gizi (Tinggi Badan, Berat Badan), pemeriksaan gigi,
tajam penglihatan dan tajam pendengaran pada peserta didik SD/MI
ditambah pemeriksaan tekanan darah pada peserta didik kelas VII dan X
Pada saat penjaringan kesehatan juga dapat dilakukan pemeriksaan
intelegensia, kespro, kesehatan mental, dan pelayanan kesehatan lainnya
seperti penyuluhan, pemberian tablet besi, pemberian obat cacing, BIAS
dan lainnya
Peserta didik yg ditemukan mempunyai penyakit /gangguan / kelainan
ditangani / dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit
DEFINISI OPERASIONAL
PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN
KEGIATAN KESEHATAN REMAJA

DO :
Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
memenuhi kriteria:
- Memiliki tenaga kesehatan terorientasi/terlatih pelayanan
kesehatan peduli remaja
- Memiliki pedoman kesehatan remaja
- Melakukan pelayanan konseling pada remaja

Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja


mengukur upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan
untuk remaja
Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kegiatan
Kesehatan Remaja
Jumlah puskesmas menyelenggarakan
kegiatan kesehatan remaja sesuai
Persentase kriteria di suatu wilayah kerja dalam 1
Puskesmas tahun
yg
Menyelengg
= X 100%
a ran
Cara Perhitungan
Kegiatan Jumlah seluruh puskesmas di suatu
1. Pembilang :
Kesehatan wilayahkriteria
kerja menyelenggarakan
dalam 1 tahun kegiatan Kesehatan
Jumlah puskesmas memenuhi
Remaja
Remaja di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
2. Penyebut :
Jumlah seluruh puskesmas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun yang sama
3. Ukuran/Konstanta :
Persentase (%)
4. Sumber data:
SIMPUS LB 4
Contoh soal Cakupan Puskesmas yg Menyelenggarakan
Kegiatan Kesehatan Remaja
Pada tahun 2015 Kab/Kota memiliki 20 puskesmas,
sebanyak 10 puskesmas mempunyai tenaga terorientasi/terlatih
PKPR , mempunyai pedoman dan melakukan konseling kepada
remaja yang datang ke puskesmas tersebut, sebanyak 5
puskesmas mempunyai tenaga terorientasi/terlatih PKPR,
mempunyai pedoman PKPR, namun tidak melakukan konseling
kepada remaja yang datang ke puskesmas tersebut, sebanyak 5
puskesmas tidak mempunyai tenaga terorientasi/terlatih PKPR,
mempunyai Pedoman PKPR, tidak melakukan lonseling kepada
remaja yang datang ke puskesmas tersebut

Cara Perhitungan :
Presentase 10
Puskesmas yang = 100%
menyelenggarakan 20
kegiatan Kesehatan
remaja tahun 2015
= 10/20*100% = 50%
DEFINISI OPERASIONAL

Puskesmas yang memberi pelayanan kesehatan esensial pada


bayi baru lahir (usia 0-28 hari) sesuai standar dalam kurun
waktu tertentu.
Indikator ini mengukur kesiapan puskesmas yang mampu melaksanakan
pelayanan kesehatan neonatal esensial ditinjau dari ketersediaan SDM
(bidan/perawat/dokter), alat pemeriksaan fisik dasar (Timbangan Bayi,
Lampu penghangat, Termometer, Stetoskop bayi, ARI timer/stopwatch
atau jam dengan jarum detik, Pengukur panjang badan, Pengukur lingkar
kepala, Kain atau selimut, Semprit/Jarum Suntik 1cc), obat (vaksin HB0,
tetrasiklin salep mata, Vit K injeksi), dan formulir (BBL, MTBM)
Cara Perhitungan
Jumlah puskesmas yang
melaksanakan pelayanan kesehatan
Persentase neonatal esensial sesuai standar
Puskesmas dalam kurun waktu tertentu
yang
melaksanaka
n pelayanan 100
= X
kesehatan %
Neonatal Jumlah seluruh puskesmas dalam
Esensial kurun waktu yang sama
sesuai
standar
Sumber Data
1) Buku KIA,
2) Register Kohort Bayi,
3) Formulir Bayi Baru Lahir
4) Formulir MTBM
Contoh soal Puskesmas yang melaksanakan
pelayanan kesehatan Neonatal Esensial
sesuai standar
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Y : 30
Dari hasil rekapan Laporan yang diterima
pada bulan Januari-Juni terdapat 27
Puskesmas yang melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan pelayanan kesehatan
Neonatal Esensial sesuai standar
= 27/ 30 x 100 % = 90 %.

32
DEFINISI OPERASIONAL
Persentase puskesmas yang melaksanakan
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK)
A. Definisi Operasional
1)Persentase puskesmas yang melaksanakan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) adalah Puskesmas yang
memberi pelayanan SDIDTK pada Balita dan Anak Pra sekolah
sesuai standar di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun.
2)Balita adalah anak usia 0 59 bulan.
3)Anak Pra sekolah adalah anak usia 60 - 72 bulan.
4)Pelayanan SDIDTK pada Balita dan Anak Pra sekolah sesuai
standar adalah pelayanan SDIDTK 2 kali pertahun.
5)Dalam melaksanakan SDIDTK, Puskesmas bekerjasama dengan
institusi yang melakukan pelayanan anak usia dini seperti TK/RA,
Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak dan Satuan PAUD
Sejenis.
6. Pelayanan SDIDTK:
a) Pemantauan pertumbuhan: melakukan pengukuran
antropometri (berat badan dan panjang badan atau tinggi
badan) serta pengukuran lingkar kepala
b) Pemantauan perkembangan: menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) yang meliputi motorik kasar,
motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian; Tes Daya Dengar (TDD); Tes Daya Lihat (TDL)
a)Jika ada keluhan atau kecurigaan pada perilaku anak, maka
dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional,
autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktifitas.
Intervensi dini dilakukan bila ditemukan penyimpangan atau
gangguan perkembangan. Jika setelah dilakukan intervensi dini
tidak ada perbaikan, maka dilakukan rujukan kepada tenaga
kesehatan yang lebih memiliki kompetensi atau ke fasilitas
kesehatan rujukan. Rujukan dilakukan secara berjenjang.
SDM yang melaksanakan SDIDTK selain tenaga
kesehatan adalah Pendidik TK/RA, Kelompok Bermain,
Tempat Penitipan Anak dan Satuan PAUD sejenis yang
telah dilatih SDIDTK.
Bila pelaksana SDIDTK non tenaga kesehatan
menemukan penyimpangan, segera dirujuk ke tenaga
kesehatan.
B. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan kesehatan sesuai standar adalah Pelayanan
Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 2 kali
pertahun (setiap 6 bulan)
C. Rujukan
1) Pedoman dan Instrumen Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar
2) Buku Kesehatan Ibu dan Anak

D. SDM
1) Tenaga kesehatan : Bidan, Perawat dan Dokter
2) Ahli gizi
3) Pendidik TK/RA, Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak
dan Satuan PAUD Sejenis yang sudah dilatih SDIDTK
Indikator ini mengukur kesiapan puskesmas dan jejaringnya
yang mampu melaksanakan SDIDTK ditinjau dari ketersediaan
SDM, Skrining Kit SDIDTK, KPSP & formulir Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak

Jumlah puskesmas yang


melaksanakan pelayanan
Persentase SDIDTK sesuai standar dalam
puskesmas 1 tahun
yang
melaksanakan
Stimulasi 100
= X
Deteksi dan %
Intervensi Jumlah seluruh puskesmas
Dini Tumbuh dalam 1 tahun
Kembang
(SDIDTK)
Kriteria Puskesmas yang melaksanakan pelayanan SDIDTK
sesuai standar :
a)Balita dan Anak Pra sekolah mendapat pelayanan Stimulasi Deteksi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 2 kali pertahun sesuai standar yaitu:
1)Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan (BB/PB, BB/TB, LKA/U)
2)Deteksi dini penyimpangan perkembangan (KPSP menurut umur, TDL,
TDD)
3)Deteksi dini penyimpangan mental emosional (KMME, CHAT, GPPH)
b)Tersedianya:
Tenaga kesehatan terlatih SDIDTK minimal 2 orang
Pedoman & Instrumen Pelaksanaan SDIDTK
Alat ukur PB/TB, BB, lingkar kepala dan Skrining kit SDIDTK/APE
Formulir deteksi dini tumbuh kembang anak
Kohor Bayi & kohor Anak Balita dan Pra Sekolah
Register deteksi tumbuh kembang
Cara Perhitungan
1. Pembilang :
Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelayanan SDIDTK
sesuai standar dalam 1 tahun
2. Penyebut :
Jumlah seluruh puskesmas dalam 1 tahun
3. Ukuran/Konstanta :
Persentase (%)
4. Contoh Perhitungan :
Kabupaten A tahun 2015
Jumlah seluruh puskesmas dalam 1 tahun adalah 26 Puskesmas
Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelayanan SDIDTK
sesuai standar dalam 1 tahun adalah 20 Puskesmas
Persentase puskesmas yang melaksanakan Stimulasi Deteksi
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
= 20/26 x 100% = 76,9 %
ALUR PELAPORAN
40 Kementerian
Kesehatan RI
1. SP2TP
2. F1-7 3 bulanan
3. Laporan Tahunan
Dinas Kesehatan Ketersediaan dan
Provinsi Kondisi Peralatan
Puskesmas
4. Laporan Tahunan
Dinas Kesehatan Daftar Tenaga

Kabupaten/Kota

1) Buku KIA,
2) Kartu Balita
1. SP2TP
3) Kohor Bayi, Puskesmas 2. F1-7 3 bulanan
4) Kohor Anak Balita dan Prasekolah
5) Formulir deteksi dini tumbuh kembang 3. Laporan Tahunan
6) Register deteksi tumbuh kembang Ketersediaan dan
7) Data Sumber daya manusia puskesmas Kondisi Peralatan
Puskesmas
4. Laporan Tahunan
Daftar Tenaga
DEFINISI OPERASIONAL

A. Definisi Operasional :

Kabupaten/kota yang memiliki minimal 4 puskesmas


melakukan pelayanan tatalaksana kasus KtA di satu wilayah
kerja pada kurun waktu 1 tahun
o Puskesmas melakukan pelayanan tatalaksana kasus KtA
adalah memiliki tenaga kesehatan terlatih tatalaksana kasus
KtA
KABUPATEN/KOTA YANG MEMILIKI MINIMAL 4 PUSKESMAS MELAKUKAN PELAYANAN
TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK (KTA)

B. Pengertian:
KtA adalah semua bentuk tindakan /perlakuan
menyakitkan secara fisik ataupun emosional,
penyalahgunaan seksual, trafiking, penelantaran,
eksploitasi komersial termasuk eksploitasi seksual
komersial anak (ESKA) yang mengakibatkan
cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap
kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh
kembang anak ataupun martabat anak, yang dilakukan
dalm konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan
atau kekuasaan.
Kriteria Puskesmas yang melakukan pelayanan
tatalaksana kasus KtA adalah puskesmas yang minimal
memiliki tenaga terlatih tatalaksana kasus KtA.
Jumlah Kabupaten/Kota adalah jumlah kabupaten/ kota
di Indonesia per tahun 2015 yaitu 514 kabupaten/kota
di Indonesia (Kepmendagri). Penambahan kabupaten
C. Cara Penghitungan Rumus
Jumlah kabupaten/ kota yang memiliki
4 puskesmas melakukan tatalaksana
Persentase kasus KtA
Kabupaten/
Kota yang
Memiliki
minimal 4
= X 100%
PKM
Melakukan Jumlah seluruh kabupaten/kota di
Pelayanan suatu provinsi dalam 1 tahun
Tatalaksana
Pembilang
KtA
Jumlah kabupaten /kota yang mempunyai minimal 4
puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan terlatih
tatalaksana kasus kekerasan terhadap anak di satu wilayah
kerja pada kurun waktu 1 tahun
Penyebut
Jumlah seluruh kabupaten/kota di satu provinsi dalam 1 tahun
Ukuran
Presentase (%)
Contoh Perhitungan
Jumlah kabupaten di Provinsi x tahun 2014 sebanyak 10
kabupaten/kota.
Jumlah kabupaten yang memiliki minimal 4 puskesmas melakukan
tatalaksana
kasus KTA adalah 2 kabupaten/kota
Cakupan Kabupaten/Kota yang Memiliki minimal 4 PKM yang
melakukan Tatalaksana kasus KtA adalah = 2/10 x 100% = 20%

D. Rujukan
1.Buku Pedoman Pengembanagn Puskesmas mampu tatalaksana Kasus
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
2.Buku Pedoman Deteksi Dini, Pelaporan dan Rujukan Kasus Kekerasan
dan Penelantaran Anak
3.Pedoman Rujukan Kasus Kekerasan terhadap Anak

E. Target
Tahun 2015 : 30%
Tahun 2016 : 40%
Tahun 2017 : 55%
Tahun 2018 : 70%
Tahun 2019 : 85%
D.Langkah Kegiatan
1. Penyediaan pedoman
2. Penyediaan sarana dan prasarana (seperti rape kit,
ruang
konseling dll)
3. Penyediaan bahan penyuluhan/media KIE
4. Pelatihan
5. Pelayanan kasus kekerasan terhadap anak menggunakan
algoritma pelayanan kekerasan terhadap anak di
puskesmas
6. Pembahasan LPLS
7. Pencatatan dan Pelaporan
8. Pemantauan paska pelatihan (Supervisi, monitoring dan
evaluasi)

E. Sumber Daya Manusia


1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat
DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan pelayanan kesehatan


neonatus 0 28 hari (KN Lengkap)

Definisi Operasional:
Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0 28
hari adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar paling
sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali
pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 hari ke 7
dan 1 kali pada hari ke 8 hari ke 28 setelah
lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
Cara menghitung indikator cakupan
pelayanan kesehatan neonatus 0 28 hari
47
(KN Lengkap)
Informasi pelayanan yang diberikan
pada neonatus usia 0 28 hari dapat
diperoleh dari : kartu balita/formulir
MTBM/Buku KIA/Kohor bayi.
Puskesmas menghitung jumlah neonatus
usia 0 28 hari yang mendapat
penanganan KN1, KN2 dan KN3 dalam
kurun waktu 1 bulan. Kemudian
melaporkan ke dinkes kab/kota
menggunakan format LB 3 SP2TP
Cara Perhitungan

Jumlah bayi baru lahir yang telah


memperoleh pelayanan kunjungan
neonatal minimal tiga kali yaitu 1
kali pada masa 6-48 jam, 1 kali pada
Cakupan hari ke 3-7 dan 1 kali pada hari ke 8-
pelayanan 28 setelah lahir sesuai standar di
wilayah kerja pada kurun waktu
kesehatan
tertentu 100
neonatus = X
%
028 hari
(KN
Lengkap) Jumlah seluruh kelahiran hidup di
Sumber Data wilayah kerja dalam tahun yang
1) Buku KIA, sama
2) Register Kohort Bayi,
3) Formulir Bayi Baru Lahir
4) Formulir MTBM
Contoh perhitungan KN
Lengkap
Jumlah seluruh bayi lahir hidup di Kec. L
tahun 2014 = 300 orang
Rekapitulasi Jumlah bayi baru lahir yg
telah mendapatkan pelayanan kunjungan
neonatal sesuai standar minimal 3 kali (1
kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari
dan 1 kali pada 8-28 hari) : 240 orang
Cakupan kunjungan neonatal lengkap
(KN lengkap) = 240 / 300 x 100 % = 80
%.

49
DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus

Definisi Operasional:
Cakupan Penanganan komplikasi bayi baru lahir adalah
cakupan bayi baru lahir dengan komplikasi yang
ditangani oleh tenaga kesehatan yang terlatih sesuai
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
-Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana
pelayanan kesehatan dalam menangani kasus kasus
kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian
ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau
dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
-Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus
yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Komplikasi pada bayi baru lahir :
Yang termasuk komplikasi pada bayi baru lahir :
Asfiksia , Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir
rendah < 2500 gr), Infeksi/ sepsis, Ikterus,
Kejang , Hipotermia, Tetanus neonatorum,
Masalah pemberian ASI , Trauma lahir, sindroma
gangguan pernapasan, kelainan kongenital,
Masuk dalam klasifikasi kuning dan merah
dengan pemeriksaan algoritma MTBM pada saat
kunjungan neonatal ;
- infeksi bakteri lokal
- diare dehidrasi ringan/sedang
- ikterus
- berat badan rendah menurut umur dan/atau masalah
pemberian ASI.

51
Penjelasan indikator cakupan pelayanan
52 neonatus komplikasi
Informasi pelayanan yang diberikan
pada bayi baru lahir (0-28 hari) dapat
diperoleh dari: kartu balita/formulir
MTBM/Buku KIA/Kohor bayi.
Puskesmas menghitung jumlah
neonatus komplikasi usia 0 28 hari
yang mendapat pelayanan baik yang
ditangani maupun yang dirujuk, dalam
kurun waktu 1 bulan. Kemudian
melaporkan ke dinkes kab/kota
menggunakan format LB 3 SP2TP
Cara Perhitungan

Jumlah bayi baru lahir dengan


komplikasi yang tertangani sesuai
Cakupan standar di suatu wilayah kerja
Penanganan pada kurun waktu tertentu 100
= X
Komplikasi %
Neonatus 15 % x Jumlah seluruh kelahiran
hidup di suatu wilayah kerja dalam
1 tahun

Sumber Data
1) SIMPUS (Register Kohort Bayi, LB 3, PWS-KIA)
2) SIRS, termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta

Perhitungan cakupan:
Kohor Bayi
Contoh perhitungan komplikasi
neonatus
Jumlah seluruh bayi lahir hidup di Kec.
K tahun 2014 = 300 orang
Jumlah perkiraan bayi baru lahir dgn
komplikasi di Kec. K adalah 15% x
300 = 45 orang
Jumlah bayi baru lahir dengan
komplikasi yg memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar : 20 orang
Cakupan penanganan komplikasi bayi
baru lahir = 20 / 45 x 100 % = 44 %.
54
PRINSIP DAN STANDAR
PELAYANAN

1.CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN


NEONATUS
2.CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN
BAYI
3. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN
ANAK BALITA
4. CAKUPAN PELAYANAN MTBS
Peningkatan pelayanan bagi
seluruh neonatus sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan :

a. Pemeriksaan dan perawatan BBL (Perawatan


tali pusat, Injeksi Vit K1, pemberian salep
mata antibiotik, pemberian imunisasi Hep B-
0
b. Pemeriksaan menggunakan pendekatan
MTBM
c. Konseling pemberian ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi & perawatan BBL di
rumah dgn menggunakan buku KIA
d. Penanganan kasus dan rujukan bila
diperlukan
kesehatan
bagi seluruh bayi (29 hari sd 11
bln)
sesuai standar
STANDAR : Pelayanan yang diberikan :
a.UMUR 29 HR SD 2 BULAN Pemberian imunisasi dasar
b.UMUR 3 5 BULAN
c.UMUR 6 8 BULAN
lengkap sebelum umur 1
d.UMUR 9 11 BULAN tahun, sdidtk 4 kali,
pemberian vit A satu kali (6-
11bln), konseling ASI
eksklusif, pemberian PMT,
perawatan kesehatan bayi
dgn buku KIA & rujukan bila
perlu
Peningkatan pelayanan kesehatan
bagi seluruh anak balita sesuai standar
di semua fasilitas pelayanan kesehatan

Standar :
a.Pemantauan tumbuh kembang minimal 8
kali/tahun
b.SDIDTK min 2 kali/tahun
c.Pemberian vit A dosis tinggi 2 kali/tahun
d.Kepemilikan & pemanfaatan buku KIA bagi
setiap anak
e.Pelayanan anak balita sakit sesuai standar
menggunakan MTBS
Pelayanan dalam Upaya Penurunan Angka Kematian dan
Peningkatan Kualitas Hidup Bayi & Balita

Bayi 1 11 bulan Anak balita 1 4 tahun

Petugas: Petugas:
Vaksinasi lengkap Vit A setahun 2 kali
Vit A 1 x umur 6 bln MTBS
MTBS SDIDTK
SDIDTK AMP
AMP Penanganan dan rujukan
Penanganan dan rujukan kasus kasus
Pembinaan posyandu Pembinaan posyandu

Keluarga: Pembinaan anak prasekolah

Buku KIA, ASI eksklusif 6 bln Keluarga:


ASI + MPASI 6 - 11 bulan Buku KIA, ASI sampai 2 tahun
Perawatan & stimulasi tumbang Makanan gizi seimbang
Perawatan & stimulasi tumbang
DEFINISI OPERASIONAL

Jumlah neonatus yang mendapat pelayanan


Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)

Definisi Operasional:
Jumlah neonatus dilakukan pemeriksaan
skrining hipotiroid kongenital (SHK)
Cara menghitung indikator jumlah neonatus
yang mendapat pelayanan skrining hipotiroid
61

kongenital (SHK)
Pemeriksaan SHK idealnya dilakukan
pada bayi usia 48 72 jam dan dapat
diperoleh dari : Buku KIA dan Kohor
bayi.
Puskesmas menghitung jumlah
neonatus usia 48 72 jam yang
mendapat pelayanan skrining hipotiroid
kongenital (SHK) dalam kurun waktu 1
bulan. Kemudian melaporkan ke dinkes
kab/kota menggunakan format SP2TP
Cara perhitungan jumlah neonatus
yang mendapatkan pelayanan Skrining
Hipotiroid Kongenital (SHK)

Jumlah neonatus yang dilakukan


Jumlah neonatus
yang pemeriksaan SHK
mendapatkan
=
pelayanan SHK

Sumber data:
1.Buku KIA
2.Kohor Bayi
3.SP2TP

Perhitungan cakupan:
Kohor bayi
62
Contoh perhitungan SHK
Jumlah seluruh bayi baru lahir di Kabupaten
A 20.000. Bayi baru lahir umur 48 72 jam
yang diambil sampel darah tumitnya untuk
dilakukan skrining hipotiroid kongenital
pada bulan Januari adalah 50 bayi, 10
sampel reject dan dilakukan pengambilan
ulang, dengan hasil positif SHK 5 orang.
Jumlah neonatus yang mendapatkan
pemeriksaan SHK pada bulan Januari
adalah 50 bayi baru lahir.

63
Penyebab Kematian
Post
NO NEONATAL neonatal ANAK BALITA
. (0-28 hr) (29hr-11 (12-59bln)
bln)
1 BBLR Pneumonia Diare
2 Asfiksia Diare Pneumonia
Kelainan
Tetanus
3 Saluran Malaria
Neonaturum
Cerna
4 Sepsis Tetanus Campak
Kelainan Kelainan
5 DBD
Bawaan Saraf
6 Malaria Difteri 64
DEFINISI OPERASIONAL

65 PUSKESMAS MEMBINA
LAPAS/RUTAN/LPKA
adalah puskesmas yang melakukan 1 (satu)
atau lebih pelayanan kesehatan di
Lapas/Rutan/LPKA, antara lain:
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan
DEFINISI OPERASIONAL

66
Puskesmas membina panti
adalah
(LKSA)
puskesmas yang melaksanakan
pelayananan kesehatan meliputi:
1. Yankes bayi (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan)
2. Yankes Balita (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan)
3. Yankes Anak Usia Sekolah & Remaja (Penyuluhan
salah satu topik yaitu Kespro, PHBS, HIV AIDS,
Napza, KtA; Kes Gigi & Mulut &Pengobatan)
4. Pembinaan kesehatan lingkungan
DEFINISI OPERASIONAL
Puskesmas membina
SLB
67

adalah puskesmas yang melakukan 1


(satu) atau lebih pelayanan kesehatan
melalui UKS di SLB, antara lain :
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan
KONTAK:
Direktorat Bina Kesehatan Anak
Telp: (021) 5274822, (021) 5214891
Email: subdit_wasbal@yahoo.com

68
FAQ KN1
T : Bagaimana jika saat kunjungan neonatal
pemeriksaan pada Bayi Baru Lahir dilakukan
tidak menggunakan form MTBM, apakah
dihitung sebagai kunjungan neonatal?
J : hal tersebut tidak dihitung sebagai Cakupan
Kunjungan Neonatal karena pelayanan yang
diberikan tidak sesuai standar, yaitu:
- pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
- perawatan tali pusat,
- Konseling ASI dan tanda bahaya,
- pemberian imunisasi HB 0, salep mata
antibiotik, dan vitamin K1, jika belum diberikan
saat lahir.
69
Frequently Asked Questions
70 Penjaringan Kesehatan:
1. Bagaimana mekanisme pelaporan kegiatan
penjaringan di sekolah bila pelaksanaannya
bisa dilaksanakan sesuai dengan tahun
ajaran/ hingga semester genap?
Kegiatan Penjaringan di sekolah yang
dilakukan pada tahun berjalan (Juli-Des
2015) akan dilaporkan bersamaan dengan
kegiatan penjaringan yang dilakukan pada
bulan Januari Juni 2016 menjadi
laporan tahun 2016
FAQ Cakupan Puskesmas yang
Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan
Remaja
1. Apakah semua remaja yang datang ke
puskesmas harus dikonseling? Sebaiknya
seluruh remaja yang datang ke puskesmas
harus dilakukan konseling
2. Apakah ada bantu untuk melakukan
konseling? Kementerian Kesehatan dan
Organisasi Profesi telah mengembangkan
algoritma Manajemen Terpadu Pelayanan
Kesehatan Remaja di FKTP

71
FAQ Cakupan Puskesmas yang
Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan
Remaja
3. Apakah ada formulir pencatatan remaja yang
dilakukan konseling? Ada di Lampiran 5, Buku
Pedoman Perencanaan Pembentukan dan
Pengembangan PKPR di Kab/Kota yang
menjadi Buku Manajemen Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja
4. Apakah ada format pencatatan di SP2TP? Ada
di Formulir LB3a GKIA yaitu: Jumlah remaja
(10-18 tahun) yang mendapatkan konseling
remaja oleh tenaga kesehatan pada
kunjungan awal pada kurun waktu satu tahun

72
FAQ Puskesmas yang melaksanakan
pelayanan kesehatan Neonatal
Esensial sesuai standar
T : Jika Puskesmas A melaksanakan pelayanan
kesehatan neonatal essensial tetapi tidak
melakukan pemeriksaan fisik panjang badan
dan berat badan karena tidak memiliki
timbangan dan pengukur panjang badan ,
apakah puskesmas ini termasuk puskesmas
yang melaksanakan pelayanan kesehatan
neonatal essensial?
J : Puskesmas ini tidak dihitung sebagai
Puskesmas yang melaksanakan pelayanan
kesehatan Neonatal Esensial karena tidak
sesuai dengan standar
73
Frequently Asked
74

Tanya: Questions SDIDTK


Jika Puskesmas saya telah melaksanakan SDIDTK dan
mempunyai kelengkapan peralatan serta pedoman tetapi
hanya memiliki 1 orang tenaga terlatih SDIDTK, apakah
puskesmas saya termasuk puskesmas yang melaksanakan
SDIDTK?

Jawab:
Tenaga terlatih SDIDTK tidak hanya tenaga terlatih melalui
pelatihan konvensional tetapi dapat diartikan sebagai tenaga
terlatih melalui OJT.
Sehingga jika tidak terdapat salah satu diatas maka
puskesmas tersebut tidak termasuk puskesmas yang
melaksanakan SDIDTK.
75 Tanya:
Jika pelayanan SDIDTK dilakukan oleh tenaga non
kesehatan terlatih, sejauh mana kewenangan tenaga
tersebut?

Jawab:
Dalam melaksanakan pelayanan SDIDTK, kewenangan
tenaga non kesehatan terlatih sebatas pada layanan
stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Jika ditemukan
anak dengan kecenderungan gangguan tumbuh kembang,
maka interpretasi adanya gangguan tumbuh kembang
harus mendapatkan konfirmasi dari tenaga kesehatan
Puskesmas. Adapun intervensinya dapat dilakukan oleh
tenaga non kesehatan terlatih dibawah pengawasan di oleh
tenaga kesehatan.
FAQ Kabupaten/kota yang memiliki minimal
4 puskesmas melakukan pelayanan
tatalaksana kasus KtA
T : Apa definisi Kabupaten/kota yang
memiliki minimal 4 puskesmas
melakukan pelayanan tatalaksana kasus
kekerasan terhadap anak?
J : Adalah Kabupaten/kota yang memiliki
minimal 4 puskesmas melakukan
pelayanan tatalaksana kasus kekerasan
terhadap anak di satu wilayah kerja pada
kurun waktu 1 tahun

76
T : Apakah definisi Puskesmas
melakukan pelayanan KtA?
J : Puskesmas melakukan pelayanan
tatalaksana kasus kekerasan
terhadap anak adalah memiliki
tenaga kesehatan terlatih /
terorientasi tatalaksana kasus
kekerasan terhadap anak

77
T : Apakah pada tahun 2016 Puskesmas
melaksankan KtA digabung dengan
Puskesmas KtP?
Apakah Indikatornya tetap setiap Kab/Kota
memiliki 4 puskesmas melaksanakan
KtA?
J : Ya, Puskesmas yang melaksanakan KtA
otomatis dapat menangani KtP, namun
puskesmas KtP harus dilatih dulu untuk
penaganan KtA.
Indikatornya untuk sementara tetap sama

78
T : Bagaimana sistem pelaporannya?
J : - Untuk laporan kasus puskesmas
melapor
melalui SP2TP.
-Dinas kesehatan Kab/Kota melaporkan ke
propinsi jumlah puskesmas yang
melaksanakan tatalaksana KtA setiap 3
bulan
-Dinas Kesehatan Propinsi melaporkan ke
pusat jumlah kab/kota yang mempunyai
minimal 4 puskesmas melaksanakan KtA
setiap 3 bulan
79
FAQ KN Lengkap
T : Jika bayi D yang lahir di Puskesmas
mendapatkan pelayanan kunjungan neonatal
pada hari ke 10 tetapi tidak pernah kontak
dengan tenaga kesehatan pada hari ke 3-7,
apakah ini termasuk dalam kunjungan
neonatal lengkap?
J : bayi D tersebut tidak dihitung sebagai
kunjungan neonatal lengkap karena harus
mendapat pelayanan minimal tiga kali yaitu
1 kali pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3
hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 hari ke 28
setelah lahir
80
FAQ Komplikasi Neonatus
T :Bagaimana jika seorang Bayi B pada saat lahir
mengalami Komplikasi Asfiksia dan juga BBLR,
kemudian setelah tertangani ternyata bayi B
mengalami ikterus pada usia 14 hari dan
berhasil ditangani, apakah dihitung sebagai 1
kasus atau 2 kasus?
J : Bayi B dihitung sebagai 1 (satu) bayi baru
lahir (neonatus) tertangani. Walupun Bayi B
mengalami 2 atau lebih kasus komplikasi
tertangani dan sepanjang kasus tersebut
terjadi pada masa neonatal, maka
pelaporannya tetap dihitung 1 (satu) neonatus
dengan komplikasi yang tertangani.
81
FAQ SHK
Tanya:
Jika bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan
SHK namun hasilnya tidak bisa dibaca atau
reject apakah dihitung telah dilakukan
pemeriksaan SHK?
Jawab:
Semua BBL yang sudah diambil sampel
darahnya baik dapat dilakukn pemeriksaan
laboratorium maupun yang tidak bisa
dibaca/ reject dihitung sebagai cakupan.

82
FAQ SHK
Tanya :
Jika bayi baru lahir dilakukan SHK sebelum
48 jam dan di atas 72 jam apakah dihitung
telah dilakukan SHK?
Jawab:
pemeriksaan SHK idealnya dilakukan pada
usia 48 72 jam, namun jika pengambilan
sampel darah dilakukan sebelum 48 jam
atau setelah 72 jam tetap dianggap telah
dilakukan SHK

83
FAQ PUSKESMAS MEMBINA
LAPAS/RUTAN/LPKA
1. T : Definisi puskesmas membina Lapas
Anak / Rutan / LPKA ?
J : adalah puskesmas yang melakukan 1
(satu) atau lebih pelayanan kesehatan
di Lapas/Rutan/LPKA, antara lain:
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan
lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan
84
2. T : Apakah puskesmas hanya membina lapas
anak saja atau harus membina semua lapas
/rutan termasuk lapas dewasa?
J : Puskesmas membina semua lapas anak
/rutan yang ada di wilayahnya termasuk
lapas dewasa karena di beberapa daerah
dimana tidak ada lapas anak/Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA), maka anak
dititipkan di lapas dewasa

85
FAQ Puskesmas membina panti
(LKSA)
T : Apa definisi Puskesmas membina panti ?
J : adalah puskesmas yang melaksanakan
pelayananan kesehatan kepada anak yang berada di
panti sesuai paket usia anak, yaitu:
1. Yankes bayi (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan) bagi anak yang
berusia bayi.
2. Yankes Balita (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan) bagi anak yang
berusia balita.
3. Yankes Anak Usia Sekolah & Remaja
(Penyuluhan salah satu topik yaitu Kespro,
PHBS, HIV AIDS, Napza, KtA; Kes Gigi & Mulut
&Pengobatan) bagi anak usia sekolah dan
remaja
4. Pembinaan kesehatan lingkungan 86
T : Panti Apa saja yang harus dibina
oleh Puskesmas?
J : Semua Panti /Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA )
yang berada di wilayah kerja
puskesmas dan teregistrasi di Dinas
Sosial setempat

87
FAQ Puskesmas membina SLB
T : Apa definisi Puskesmas Membina SLB?
J : adalah puskesmas yang melakukan 1
(satu) atau lebih pelayanan kesehatan
melalui UKS di SLB, antara lain :
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan

88
T : Bagaimana sistem pelaporan puskesmas
membina lapas, panti dan SLB?
J :- Puskesmas melaporkan hasil pelayanan
yang dilakukan minimal setiap 3 bulan
( trimester) ke Dinas Kesehatan Kabupaten,
- Dinas Kesehatan Kabupaten melaporkan
nama puskesmas yang melakukan
pembinaan di lapas, panti dan SLB setiap 3
bulan ke Dinas Kesehatan Propinsi
- Dinas Kesehatan Propinsi melaporkan nama,
jumlah serta pelayanan yang dilakukan setiap
3 bulan ke Pusat melalui format F1-7 serta
lampirannya
89
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
DIREKTORAT BINA KES. IBU TAHUN 2015-2019
TARGET TAHUN

NO INDIKATOR Baseline 2015 2016 2017 2018 2019


2014

1 Cakupan Persalinan di Fasilitas


70 % 75 % 80 % 85 % 90 % 95 %
Pelayanan Kesehatan (Pf)
2 Puskesmas yang melakukan
Orientasi Program Perencanaan 72% 77% 83% 88% 95% 100%
Persalinan dan Pencegahan (6500) (7000) (7500) (8000) (8500) (9000)
Komplikasi (P4K)
3
Puskesmas yang melaksanakan 2450 5455 5665 5875 6085 6295
Kelas Ibu Hamil (27%) (78%) (81%) (84%) (87%) (90%)

4
Kabupaten/Kota yang mempunyai
minimal 4 Puskesmas dengan 237 287 337 387 437 487
pelayanan kesehatan reproduksi (47%) (57%) (68%) (78%) (88%) (95%)
terpadu
Definisi Operasional
Indikator
Program Kesehatan Ibu
Cakupan pelayanan Antenatal (K1)

Jumlah kunjungan ibu hamil pertama (K1)


X 100 %
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang


pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.

Indikator ini di gunakan untuk mengetahui


jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat
Jumlah Penduduk
Defenisi Operasional :
Jumlah penduduk menurut proyeksi Badan K1
Pusat Statistik (BPS)
Defenisi Operasional :
Ibu hamil yang telah mendapat pelayanan
antenatal pertama kali, tanpa
mempertimbangkan usia kehamilan saat
mendapat pelayanan antenatal pertama kali
CBR (Angka Kelahiran (K1 Akses)
Kasar)
Cakupan K1 :
Defenisi Operasional : (Jumlah K1 Absolut/Sasaran ibu hamil)x100%
Banyaknya kelahiran pada tahun tertentu
per 1000 penduduk pada pertengahan
tahun yang sama
K4
Bumil Defenisi Operasional :
Ibu hamil yang telah mendapat pelayanan
Defenisi Operasional : antenatal sekurang-kurangnya empat kali
Sasaran Ibu hamil setahun sesuai standar dan jadwal kunjungan (K4)

Rumus : Cakupan K4 :
(1,10 x CBR x Jumlah Penduduk) (Jumlah K4 Absolut/Sasaran ibu hamil)x100%
Cakupan pelayanan Antenatal lengkap (K4)

Jumlah kunjungan ibu hamil 4 kali (K4)


X 100 %
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh


pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit
empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada triwulan ke 1,
1 kali pada triwulan ke 2 dan 2 kali pada triwulan ke 3
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil dan


menggambarkan kemajuan manajemen atau kelangsungan
program KIA

Merupakan Indikator SPM


Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan (Pn)
Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
X 100 %
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun

Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan


persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis
kebidanan sesuai standar.
Indikator ini menggambarkan kemampuan Manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan Sesuai standar
Merupakan Indikator SPM
Bulin PN
Defenisi Operasional : Defenisi Operasional :
Sasaran Ibu bersalin/nifas dalam setahun Ibu bersalin yg persalinannya ditolong
oleh tenaga kesehatan kompeten (dokter,
Rumus : bidan, atau perawat terlatih)
(1,05 x CBR x Jumlah Penduduk)
Cakupan PN :
(Jml PN absolut/sasaran Bulin) x 100%

CBR (Angka Kelahiran PN di Fasyankes :


Kasar) Ibu bersalin yg persalinannya ditolong
oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan,
Defenisi Operasional : atau perawat terlatih) di fasilitas
Banyaknya kelahiran pada tahun tertentu pelayanan kesehatan (Poskesdes/Polindes,
per 1000 penduduk pada pertengahan Pustu, Puskesmas, Klinik, RB, RS)
tahun yang sama
PN di Non Fasyankes :
Ibu bersalin yg persalinannya ditolong
oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan,
atau perawat terlatih) namun bukan di
fasilitas pelayanan kesehatan, misal di
Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenaga
Kesehatan (KF)
Jumlah pelayanan ibu nifas oleh tenaga kesehatan min
3 kali X 100 %
Jumlah sasaran ibu nifas dalam 1 tahun
Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca persalinan.
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar
paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam 3
hari, 8 14 hari dan 28 42 hari setelah bersalin di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Menggambarkan tingkat perlindungan ibu nifas dan
menggambarkan kemajuan manajemen atau
kelangsungan program KIA
Merupakan Indikator SPM
Cakupan Penjaringan ibu hamil, bersalin dan nifas
dengan komplikasi oleh masyarakat

Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dg tanda


komplikasi yang dapat ditemukan oleh masyarakat X 100 %
20% dari jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

Menggambarkan peran serta dan keterlibatan


masyarakat dalam mendukung upaya
peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan
nifas
Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri
(Pk)
Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dg komplikasi
yang ditangani oleh tenaga kesehatan X 100 %
20% dari jumlah sasaran ibu hamil

Adalah Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah


kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapatkan
penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan
Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan
terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan
komplikasi.
Merupakan Indikator SPM
Cakupan Peserta KB Aktif
Jumlah PUS yang menggunakan Kontrasepsi
X 100 %
Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur

Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama


yang masih aktif dibandingkan dengan jumlah pasangan
usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan
lama yang masih aktif memakai alat dan obat
kontrasepsi (alokon) terus-menerus hingga saat ini untuk
menunda, menjarangkan kehamilan atau yang
mengakhiri kesuburan.
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami
Isteri, yang istrinya berusia 15 49 tahun.
Merupakan Indikator SPM
Jumlah PUS 4T :
Jumlah sasaran Pasangan Usia Subur (PUS) dengan 4 Terlalu (terlalu tua hamil, terlalu muda hamil, terlalu banyak anak,
dan terlalu dekat jarak antar kehamilan

KB Aktif
Defenisi Operasional :
Peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon)

Cakupan KB Aktif :
(Jml peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon)/jumlah PUS di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu) x 100%

KB Pasca Persalinan
Defenisi Operasional :
PUS yg mengikuti KB Pasca Persalinan

Cakupan KB Aktif :
(Jml PUS yg mengikuti KBPP/Jml PUS) x 100%
Komplikasi KB
Defenisi Operasional :
Peserta KB yang mengalami komplikasi KB

Cakupan :
(Jml peserta KB yg mengalami komplikasi KB/Jml PUS) x 100%

Kegagalan KB
Defenisi Operasional :
Peserta KB yang mengalami kegagalan KB

Cakupan :
(Jml peserta KB yg mengalami kegagalan KB/Jml PUS) x 100%

Drop-out KB
Defenisi Operasional :
Peserta KB yang mengalami drop out KB

Cakupan :
Jml peserta KB yg mengalami Drop-out KB/Jml PUS) x 100%
RUJUKAN KASUS RISTI

Defenisi Operasional :

Rujukan Kasus Risti Maternal Ibu hamil, bersalin dan nifas dg


risiko tinggi yg dirujuk ke fasilitas kesehatan

Rujukan Kasus Risti Neonatal Bayi baru lahir (0-7hari) dg


risiko tinggi yg dirujuk ke fasilitas kesehatan

Cakupan :

Rujukan Kasus Risti Maternal :


(Jml ibu hamil, bersalin dan nifas dg risiko tinggi yg dirujuk ke
fasilitas kesehatan/sasaran ibu hamil) x 100%

Rujukan Kasus Risti Neonatal :


(Jml bayi baru lahir (0-7hari) dg risiko tinggi yg dirujuk ke fasilitas
kesehatan/sasaran ibu hamil) x 100%
DETEKSI RESIKO

Defenisi Operasional :
Deteksi Resiko Nakes Ibu hamil, bersalin dan nifas yg
terdeteksi risiko tinggi pertama kali oleh tenaga kesehatan
Deteksi Resiko Masyarakat Ibu hamil, bersalin dan nifas yg
terdeteksi resiko tinggi pertama kali oleh masyarakat ( kader,
dukun, toma, toga, dll )

Cakupan :
Deteksi Resiko Nakes :
(Jml ibu hamil yg beresiko yg ditemukan nakes di suatu
kerja pd kurun waktu ttt/ 20% x Jml sasaran ibu hamil dlm 1
thn) x 100%

Deteksi Resiko Masyarakat :


(Jml ibu hamil yg beresiko yg ditemukan masy di suatu
kerja pd kurun waktu ttt/ 20% x Jml sasaran ibu hamil dlm 1
thn) x 100%
Persalinan Ditolong Non Nakes
Defenisi Operasional :
Ibu bersalin yg persalinannya ditolong bukan oleh tenaga kesehatan, misal dukun

Cakupan :
(Jml ibu bersalin yg persalinannya ditolong oleh tenaga non nakes/sasaran Bulin) x 100%

PK (Penanganan Komplikasi)
Defenisi Operasional :
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan defenitif disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu

Cakupan PK :
(Jml komplikasi kebidanan yg mendapatkan penanganan defenitif disuatu wilayah kerja
pd kurun waktu tertentu/20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1
tahun) x 100%
KF (Kunjungan Nifas)
Defenisi Operasional :

KF1
Ibu nifas yg mendapat pelayanan nifas oleh Nakes pertama kali sesuai standar dan
jadwal kunjungan

KF3
Ibu nifas yg mendapat pelayanan nifas oleh Nakes sekurang-kurangnya 3 kali sesuai
standar dan jadwal kunjungan (pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin
sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam 3 hari, 8 14 hari dan
28 42 hari setelah bersalin)

Cakupan KF3 :
(Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu/Jumlah sasaran ibu
nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun) x 100%

Cat. Sasaran ibu nifas sama dengan sasaran ibu bersalin


Vit. A Nifas
Defenisi Operasional :
Ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi sesuai standar

Cakupan :
(Jml ibu nifas yg mendapatkan kapsul vit. A dosis tinggi sesuai standar/sasaran Bulin) x
100%
Jumlah Kematian Ibu :
Jumlah total kematian ibu (hamil, bersalin, nifas) yg ada di kab/kota

Perdarahan :
Jumlah kematian ibu yg disebabkan perdarahan (hasil AMP atau otopsi verbal)

HDK :
Jumlah kematian ibu yg disebabkan oleh Hipertensi Dalam Kehamilan, termasuk Eklampsi
dan Preeklampsi (hasil AMP atau otopsi verbal)

Infeksi :
Jumlah kematian ibu yg disebabkan oleh infeksi (hasil AMP atau otopsi verbal)

Gangguan Sist. Peredaran Darah, Jantung, Stroke, dll) :


Jumlah kematian Ibu yang disebabkan oleh Gangguan Sistem Peredaran Darah, misal stroke,
penyakit jantung, dll (hasil Audit Maternal-Perinatal atau otopsi verbal)
Gangguan Metabolik, DM :
Jumlah kematian ibu yg disebabkan oleh gangguan metabolik, mis. DM (hasil AMP atau
otopsi verbal)

Jumlah Kab/Kota Melaksanakan AMP :


Jumlah kab/kota yang telah melaksanakan Audit Maternal-Perinatal (AMP)
Buku KIA
Jml Bumil mendpt Tablet
Defenisi Operasional : Fe1
Ibu hamil yang telah memiliki Buku
KIA/sejenis. Defenisi Operasional :
Ibu hamil yg telah mendapat Tablet Tambah Darah
sebanyak 30 tablet (Fe 1)
Cakupan :
(Jumlah Ibu hamil yang memiliki buku KIA
Absolut/Sasaran ibu hamil) x100% Cakupan :
(Jumlah Ibu hamil yg telah mendapat TTD
sebanyak 30 tablet absolut/Sasaran ibu hamil)
x100%

Status T Bumil
Defenisi Operasional : Jml Bumil mendpt Tablet
TT1 : Ibu hamil setelah dilakukan vaksinasi Fe3
TT status T-nya menjadi T1
T2+ : Ibu hamil dengan status T2+, yang Defenisi Operasional :
merupakan hasil penjumlahan dari ibu Ibu hamil yg telah mendapat Tablet Tambah Darah
hamil dg status T2, T3, T4 dan T5 sebanyak 90 tablet (Fe 3)

Cakupan T2+ : Cakupan :


(Jumlah Ibu hamil yg telah mendapat TTD
(Jumlah Ibu hamil dg status T2+ sebanyak 90 tablet absolut/Sasaran ibu hamil)
Absolut/Sasaran ibu hamil) x100% x100%

Anda mungkin juga menyukai