TARGET TAHUN
N INDIKATOR KINERJA
2015 2016 2017 2018 2019
O
TARGET TAHUN
NO INDIKATOR OUTPUT
2015 2016 2017 2018 2019
1 Puskesmas yang 78 81 % 84 % 87 % 90 %
melaksanakan pelayanan %
Neonatal Esensial sesuai
standar
2 Puskesmas yang
melaksanakan Stimulasi
Deteksi dan Intervensi Dini 70 % 75 % 80 % 85 % 90 %
Tumbuh Kembang (SDIDTK)
TARGET TAHUN
NO INDIKATOR
2012 2013 2014 2015
1 Puskesmas Melakukan
Pembinaan Kesehatan bagi 20% 40% 60% 90%
Anak Terlantar di Panti
2 Puskesmas Melakukan
Pembinaan Kesehatan bagi 15 22 27 33
Anak dengan Disabilitas di
prov prov prov prov
SLB melalui UKS
3 Puskesmas Melakukan
Pembinaan Kesehatan bagi
Anak yang Berhadapan
21 25 29 33
Hukum di Lapas
prov prov prov prov
INDIKATOR RPJMN 2015-
2019
Sumber Data Pelapora
No Indikator
(Pencatatan) n
1 Persentase kunjungan Kartu Balita, Buku SP2TP
neonatal pertama KIA, Kohor Bayi, F1-7 bulanan
(KN1)
2 Persentase 1.Formulir SP2TP
Puskesmas yang Penjaringan F1-7 6
menyelenggarakan Peserta Didik Baru bulanan
penjaringan Kelas I, VII, dan X
kesehatan (untuk atau Buku Rapor
peserta didik kelas I, Kesehatan
VII dan X) 2.Register
penjaringan
Kesehatan
Peserta Didik
INDIKATOR RENSTRA
KINERJA PROGRAM (IKP)
Definisi Operasional:
Cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
(umur 6 jam - 48 jam) yang memperoleh
pelayanan sesuai standar.
Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
-perawatan tali pusat,
-Konseling ASI dan tanda bahaya,
-pemberian imunisasi HB 0, salep mata antibiotik,
dan vitamin K1, jika belum diberikan saat lahir.
17
Keterangan
Informasi pelayanan yang diberikan
pada bayi usia 6 - 48 jam dapat
diperoleh dari : kartu balita/ formulir
MTBM/ Buku KIA/ Kohor bayi.
Puskesmas menghitung jumlah bayi
usia 6 48 jam yang mendapat
pelayanan KN1 dalam kurun waktu 1
bulan. Kemudian melaporkan ke dinkes
kab/kota menggunakan format LB 3
SP2TP
Cara Perhitungan Cakupan
KN1
Jumlah bayi baru lahir yang telah mendapatkan 1 kali
pelayanan Kunjungan Neonatal pada umur 6 - 48 jam
sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
__________________________________________________ x 100%
Sumber Data
1) SIMPUS (Kohor bayi, LB3, PWS-KIA)
2) SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh
swasta.
Perhitungan cakupan
Kohor bayi.
Contoh Soal Cakupan KN 1
Jumlah seluruh bayi lahir hidup di
Kec. N tahun 2013 = 200 orang
Jumlah bayi baru lahir yg telah
mendapatkan pelayanan kunjungan
neonatal 1 (usia 6-48 jam) sesuai
standar : 180 orang
Cakupan kunjungan neonatal pertama
(KN 1) = 180 / 200 x 100 % = 90 %.
19
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional :
Puskesmas yang melaksanakan penjaringan
kesehatan pada Peserta Didik (kelas 7 dan10) dan
SMPLB dan SMALB di wilayah kerja puskesmas
tersebut
Persentase Puskesmas yang melaksanakan
penjaringan kesehatan untuk peserta didik
kelas 1
Cara Perhitungan Jumlah Puskesmas yang melaksanakan
Presentase
penjaringan kesehatan peserta didik
Puskesmas yang
kelas 1 SD/MI dan SDLB di suatu
melaksanakan = wilayah dalam tahun X 100%
penjaringan jumlah seluruh Puskesmas di satu
kesehatan untuk wilayah dalam tahun
peserta didik kelas 1
DO :
Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
memenuhi kriteria:
- Memiliki tenaga kesehatan terorientasi/terlatih pelayanan
kesehatan peduli remaja
- Memiliki pedoman kesehatan remaja
- Melakukan pelayanan konseling pada remaja
Cara Perhitungan :
Presentase 10
Puskesmas yang = 100%
menyelenggarakan 20
kegiatan Kesehatan
remaja tahun 2015
= 10/20*100% = 50%
DEFINISI OPERASIONAL
32
DEFINISI OPERASIONAL
Persentase puskesmas yang melaksanakan
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK)
A. Definisi Operasional
1)Persentase puskesmas yang melaksanakan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) adalah Puskesmas yang
memberi pelayanan SDIDTK pada Balita dan Anak Pra sekolah
sesuai standar di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun.
2)Balita adalah anak usia 0 59 bulan.
3)Anak Pra sekolah adalah anak usia 60 - 72 bulan.
4)Pelayanan SDIDTK pada Balita dan Anak Pra sekolah sesuai
standar adalah pelayanan SDIDTK 2 kali pertahun.
5)Dalam melaksanakan SDIDTK, Puskesmas bekerjasama dengan
institusi yang melakukan pelayanan anak usia dini seperti TK/RA,
Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak dan Satuan PAUD
Sejenis.
6. Pelayanan SDIDTK:
a) Pemantauan pertumbuhan: melakukan pengukuran
antropometri (berat badan dan panjang badan atau tinggi
badan) serta pengukuran lingkar kepala
b) Pemantauan perkembangan: menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) yang meliputi motorik kasar,
motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian; Tes Daya Dengar (TDD); Tes Daya Lihat (TDL)
a)Jika ada keluhan atau kecurigaan pada perilaku anak, maka
dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional,
autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktifitas.
Intervensi dini dilakukan bila ditemukan penyimpangan atau
gangguan perkembangan. Jika setelah dilakukan intervensi dini
tidak ada perbaikan, maka dilakukan rujukan kepada tenaga
kesehatan yang lebih memiliki kompetensi atau ke fasilitas
kesehatan rujukan. Rujukan dilakukan secara berjenjang.
SDM yang melaksanakan SDIDTK selain tenaga
kesehatan adalah Pendidik TK/RA, Kelompok Bermain,
Tempat Penitipan Anak dan Satuan PAUD sejenis yang
telah dilatih SDIDTK.
Bila pelaksana SDIDTK non tenaga kesehatan
menemukan penyimpangan, segera dirujuk ke tenaga
kesehatan.
B. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan kesehatan sesuai standar adalah Pelayanan
Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 2 kali
pertahun (setiap 6 bulan)
C. Rujukan
1) Pedoman dan Instrumen Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar
2) Buku Kesehatan Ibu dan Anak
D. SDM
1) Tenaga kesehatan : Bidan, Perawat dan Dokter
2) Ahli gizi
3) Pendidik TK/RA, Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak
dan Satuan PAUD Sejenis yang sudah dilatih SDIDTK
Indikator ini mengukur kesiapan puskesmas dan jejaringnya
yang mampu melaksanakan SDIDTK ditinjau dari ketersediaan
SDM, Skrining Kit SDIDTK, KPSP & formulir Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak
Kabupaten/Kota
1) Buku KIA,
2) Kartu Balita
1. SP2TP
3) Kohor Bayi, Puskesmas 2. F1-7 3 bulanan
4) Kohor Anak Balita dan Prasekolah
5) Formulir deteksi dini tumbuh kembang 3. Laporan Tahunan
6) Register deteksi tumbuh kembang Ketersediaan dan
7) Data Sumber daya manusia puskesmas Kondisi Peralatan
Puskesmas
4. Laporan Tahunan
Daftar Tenaga
DEFINISI OPERASIONAL
A. Definisi Operasional :
B. Pengertian:
KtA adalah semua bentuk tindakan /perlakuan
menyakitkan secara fisik ataupun emosional,
penyalahgunaan seksual, trafiking, penelantaran,
eksploitasi komersial termasuk eksploitasi seksual
komersial anak (ESKA) yang mengakibatkan
cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap
kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh
kembang anak ataupun martabat anak, yang dilakukan
dalm konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan
atau kekuasaan.
Kriteria Puskesmas yang melakukan pelayanan
tatalaksana kasus KtA adalah puskesmas yang minimal
memiliki tenaga terlatih tatalaksana kasus KtA.
Jumlah Kabupaten/Kota adalah jumlah kabupaten/ kota
di Indonesia per tahun 2015 yaitu 514 kabupaten/kota
di Indonesia (Kepmendagri). Penambahan kabupaten
C. Cara Penghitungan Rumus
Jumlah kabupaten/ kota yang memiliki
4 puskesmas melakukan tatalaksana
Persentase kasus KtA
Kabupaten/
Kota yang
Memiliki
minimal 4
= X 100%
PKM
Melakukan Jumlah seluruh kabupaten/kota di
Pelayanan suatu provinsi dalam 1 tahun
Tatalaksana
Pembilang
KtA
Jumlah kabupaten /kota yang mempunyai minimal 4
puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan terlatih
tatalaksana kasus kekerasan terhadap anak di satu wilayah
kerja pada kurun waktu 1 tahun
Penyebut
Jumlah seluruh kabupaten/kota di satu provinsi dalam 1 tahun
Ukuran
Presentase (%)
Contoh Perhitungan
Jumlah kabupaten di Provinsi x tahun 2014 sebanyak 10
kabupaten/kota.
Jumlah kabupaten yang memiliki minimal 4 puskesmas melakukan
tatalaksana
kasus KTA adalah 2 kabupaten/kota
Cakupan Kabupaten/Kota yang Memiliki minimal 4 PKM yang
melakukan Tatalaksana kasus KtA adalah = 2/10 x 100% = 20%
D. Rujukan
1.Buku Pedoman Pengembanagn Puskesmas mampu tatalaksana Kasus
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
2.Buku Pedoman Deteksi Dini, Pelaporan dan Rujukan Kasus Kekerasan
dan Penelantaran Anak
3.Pedoman Rujukan Kasus Kekerasan terhadap Anak
E. Target
Tahun 2015 : 30%
Tahun 2016 : 40%
Tahun 2017 : 55%
Tahun 2018 : 70%
Tahun 2019 : 85%
D.Langkah Kegiatan
1. Penyediaan pedoman
2. Penyediaan sarana dan prasarana (seperti rape kit,
ruang
konseling dll)
3. Penyediaan bahan penyuluhan/media KIE
4. Pelatihan
5. Pelayanan kasus kekerasan terhadap anak menggunakan
algoritma pelayanan kekerasan terhadap anak di
puskesmas
6. Pembahasan LPLS
7. Pencatatan dan Pelaporan
8. Pemantauan paska pelatihan (Supervisi, monitoring dan
evaluasi)
Definisi Operasional:
Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0 28
hari adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar paling
sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali
pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 hari ke 7
dan 1 kali pada hari ke 8 hari ke 28 setelah
lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
Cara menghitung indikator cakupan
pelayanan kesehatan neonatus 0 28 hari
47
(KN Lengkap)
Informasi pelayanan yang diberikan
pada neonatus usia 0 28 hari dapat
diperoleh dari : kartu balita/formulir
MTBM/Buku KIA/Kohor bayi.
Puskesmas menghitung jumlah neonatus
usia 0 28 hari yang mendapat
penanganan KN1, KN2 dan KN3 dalam
kurun waktu 1 bulan. Kemudian
melaporkan ke dinkes kab/kota
menggunakan format LB 3 SP2TP
Cara Perhitungan
49
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional:
Cakupan Penanganan komplikasi bayi baru lahir adalah
cakupan bayi baru lahir dengan komplikasi yang
ditangani oleh tenaga kesehatan yang terlatih sesuai
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
-Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana
pelayanan kesehatan dalam menangani kasus kasus
kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian
ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau
dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
-Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus
yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Komplikasi pada bayi baru lahir :
Yang termasuk komplikasi pada bayi baru lahir :
Asfiksia , Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir
rendah < 2500 gr), Infeksi/ sepsis, Ikterus,
Kejang , Hipotermia, Tetanus neonatorum,
Masalah pemberian ASI , Trauma lahir, sindroma
gangguan pernapasan, kelainan kongenital,
Masuk dalam klasifikasi kuning dan merah
dengan pemeriksaan algoritma MTBM pada saat
kunjungan neonatal ;
- infeksi bakteri lokal
- diare dehidrasi ringan/sedang
- ikterus
- berat badan rendah menurut umur dan/atau masalah
pemberian ASI.
51
Penjelasan indikator cakupan pelayanan
52 neonatus komplikasi
Informasi pelayanan yang diberikan
pada bayi baru lahir (0-28 hari) dapat
diperoleh dari: kartu balita/formulir
MTBM/Buku KIA/Kohor bayi.
Puskesmas menghitung jumlah
neonatus komplikasi usia 0 28 hari
yang mendapat pelayanan baik yang
ditangani maupun yang dirujuk, dalam
kurun waktu 1 bulan. Kemudian
melaporkan ke dinkes kab/kota
menggunakan format LB 3 SP2TP
Cara Perhitungan
Sumber Data
1) SIMPUS (Register Kohort Bayi, LB 3, PWS-KIA)
2) SIRS, termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta
Perhitungan cakupan:
Kohor Bayi
Contoh perhitungan komplikasi
neonatus
Jumlah seluruh bayi lahir hidup di Kec.
K tahun 2014 = 300 orang
Jumlah perkiraan bayi baru lahir dgn
komplikasi di Kec. K adalah 15% x
300 = 45 orang
Jumlah bayi baru lahir dengan
komplikasi yg memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar : 20 orang
Cakupan penanganan komplikasi bayi
baru lahir = 20 / 45 x 100 % = 44 %.
54
PRINSIP DAN STANDAR
PELAYANAN
Standar :
a.Pemantauan tumbuh kembang minimal 8
kali/tahun
b.SDIDTK min 2 kali/tahun
c.Pemberian vit A dosis tinggi 2 kali/tahun
d.Kepemilikan & pemanfaatan buku KIA bagi
setiap anak
e.Pelayanan anak balita sakit sesuai standar
menggunakan MTBS
Pelayanan dalam Upaya Penurunan Angka Kematian dan
Peningkatan Kualitas Hidup Bayi & Balita
Petugas: Petugas:
Vaksinasi lengkap Vit A setahun 2 kali
Vit A 1 x umur 6 bln MTBS
MTBS SDIDTK
SDIDTK AMP
AMP Penanganan dan rujukan
Penanganan dan rujukan kasus kasus
Pembinaan posyandu Pembinaan posyandu
Definisi Operasional:
Jumlah neonatus dilakukan pemeriksaan
skrining hipotiroid kongenital (SHK)
Cara menghitung indikator jumlah neonatus
yang mendapat pelayanan skrining hipotiroid
61
kongenital (SHK)
Pemeriksaan SHK idealnya dilakukan
pada bayi usia 48 72 jam dan dapat
diperoleh dari : Buku KIA dan Kohor
bayi.
Puskesmas menghitung jumlah
neonatus usia 48 72 jam yang
mendapat pelayanan skrining hipotiroid
kongenital (SHK) dalam kurun waktu 1
bulan. Kemudian melaporkan ke dinkes
kab/kota menggunakan format SP2TP
Cara perhitungan jumlah neonatus
yang mendapatkan pelayanan Skrining
Hipotiroid Kongenital (SHK)
Sumber data:
1.Buku KIA
2.Kohor Bayi
3.SP2TP
Perhitungan cakupan:
Kohor bayi
62
Contoh perhitungan SHK
Jumlah seluruh bayi baru lahir di Kabupaten
A 20.000. Bayi baru lahir umur 48 72 jam
yang diambil sampel darah tumitnya untuk
dilakukan skrining hipotiroid kongenital
pada bulan Januari adalah 50 bayi, 10
sampel reject dan dilakukan pengambilan
ulang, dengan hasil positif SHK 5 orang.
Jumlah neonatus yang mendapatkan
pemeriksaan SHK pada bulan Januari
adalah 50 bayi baru lahir.
63
Penyebab Kematian
Post
NO NEONATAL neonatal ANAK BALITA
. (0-28 hr) (29hr-11 (12-59bln)
bln)
1 BBLR Pneumonia Diare
2 Asfiksia Diare Pneumonia
Kelainan
Tetanus
3 Saluran Malaria
Neonaturum
Cerna
4 Sepsis Tetanus Campak
Kelainan Kelainan
5 DBD
Bawaan Saraf
6 Malaria Difteri 64
DEFINISI OPERASIONAL
65 PUSKESMAS MEMBINA
LAPAS/RUTAN/LPKA
adalah puskesmas yang melakukan 1 (satu)
atau lebih pelayanan kesehatan di
Lapas/Rutan/LPKA, antara lain:
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan
DEFINISI OPERASIONAL
66
Puskesmas membina panti
adalah
(LKSA)
puskesmas yang melaksanakan
pelayananan kesehatan meliputi:
1. Yankes bayi (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan)
2. Yankes Balita (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan)
3. Yankes Anak Usia Sekolah & Remaja (Penyuluhan
salah satu topik yaitu Kespro, PHBS, HIV AIDS,
Napza, KtA; Kes Gigi & Mulut &Pengobatan)
4. Pembinaan kesehatan lingkungan
DEFINISI OPERASIONAL
Puskesmas membina
SLB
67
68
FAQ KN1
T : Bagaimana jika saat kunjungan neonatal
pemeriksaan pada Bayi Baru Lahir dilakukan
tidak menggunakan form MTBM, apakah
dihitung sebagai kunjungan neonatal?
J : hal tersebut tidak dihitung sebagai Cakupan
Kunjungan Neonatal karena pelayanan yang
diberikan tidak sesuai standar, yaitu:
- pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
- perawatan tali pusat,
- Konseling ASI dan tanda bahaya,
- pemberian imunisasi HB 0, salep mata
antibiotik, dan vitamin K1, jika belum diberikan
saat lahir.
69
Frequently Asked Questions
70 Penjaringan Kesehatan:
1. Bagaimana mekanisme pelaporan kegiatan
penjaringan di sekolah bila pelaksanaannya
bisa dilaksanakan sesuai dengan tahun
ajaran/ hingga semester genap?
Kegiatan Penjaringan di sekolah yang
dilakukan pada tahun berjalan (Juli-Des
2015) akan dilaporkan bersamaan dengan
kegiatan penjaringan yang dilakukan pada
bulan Januari Juni 2016 menjadi
laporan tahun 2016
FAQ Cakupan Puskesmas yang
Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan
Remaja
1. Apakah semua remaja yang datang ke
puskesmas harus dikonseling? Sebaiknya
seluruh remaja yang datang ke puskesmas
harus dilakukan konseling
2. Apakah ada bantu untuk melakukan
konseling? Kementerian Kesehatan dan
Organisasi Profesi telah mengembangkan
algoritma Manajemen Terpadu Pelayanan
Kesehatan Remaja di FKTP
71
FAQ Cakupan Puskesmas yang
Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan
Remaja
3. Apakah ada formulir pencatatan remaja yang
dilakukan konseling? Ada di Lampiran 5, Buku
Pedoman Perencanaan Pembentukan dan
Pengembangan PKPR di Kab/Kota yang
menjadi Buku Manajemen Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja
4. Apakah ada format pencatatan di SP2TP? Ada
di Formulir LB3a GKIA yaitu: Jumlah remaja
(10-18 tahun) yang mendapatkan konseling
remaja oleh tenaga kesehatan pada
kunjungan awal pada kurun waktu satu tahun
72
FAQ Puskesmas yang melaksanakan
pelayanan kesehatan Neonatal
Esensial sesuai standar
T : Jika Puskesmas A melaksanakan pelayanan
kesehatan neonatal essensial tetapi tidak
melakukan pemeriksaan fisik panjang badan
dan berat badan karena tidak memiliki
timbangan dan pengukur panjang badan ,
apakah puskesmas ini termasuk puskesmas
yang melaksanakan pelayanan kesehatan
neonatal essensial?
J : Puskesmas ini tidak dihitung sebagai
Puskesmas yang melaksanakan pelayanan
kesehatan Neonatal Esensial karena tidak
sesuai dengan standar
73
Frequently Asked
74
Jawab:
Tenaga terlatih SDIDTK tidak hanya tenaga terlatih melalui
pelatihan konvensional tetapi dapat diartikan sebagai tenaga
terlatih melalui OJT.
Sehingga jika tidak terdapat salah satu diatas maka
puskesmas tersebut tidak termasuk puskesmas yang
melaksanakan SDIDTK.
75 Tanya:
Jika pelayanan SDIDTK dilakukan oleh tenaga non
kesehatan terlatih, sejauh mana kewenangan tenaga
tersebut?
Jawab:
Dalam melaksanakan pelayanan SDIDTK, kewenangan
tenaga non kesehatan terlatih sebatas pada layanan
stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Jika ditemukan
anak dengan kecenderungan gangguan tumbuh kembang,
maka interpretasi adanya gangguan tumbuh kembang
harus mendapatkan konfirmasi dari tenaga kesehatan
Puskesmas. Adapun intervensinya dapat dilakukan oleh
tenaga non kesehatan terlatih dibawah pengawasan di oleh
tenaga kesehatan.
FAQ Kabupaten/kota yang memiliki minimal
4 puskesmas melakukan pelayanan
tatalaksana kasus KtA
T : Apa definisi Kabupaten/kota yang
memiliki minimal 4 puskesmas
melakukan pelayanan tatalaksana kasus
kekerasan terhadap anak?
J : Adalah Kabupaten/kota yang memiliki
minimal 4 puskesmas melakukan
pelayanan tatalaksana kasus kekerasan
terhadap anak di satu wilayah kerja pada
kurun waktu 1 tahun
76
T : Apakah definisi Puskesmas
melakukan pelayanan KtA?
J : Puskesmas melakukan pelayanan
tatalaksana kasus kekerasan
terhadap anak adalah memiliki
tenaga kesehatan terlatih /
terorientasi tatalaksana kasus
kekerasan terhadap anak
77
T : Apakah pada tahun 2016 Puskesmas
melaksankan KtA digabung dengan
Puskesmas KtP?
Apakah Indikatornya tetap setiap Kab/Kota
memiliki 4 puskesmas melaksanakan
KtA?
J : Ya, Puskesmas yang melaksanakan KtA
otomatis dapat menangani KtP, namun
puskesmas KtP harus dilatih dulu untuk
penaganan KtA.
Indikatornya untuk sementara tetap sama
78
T : Bagaimana sistem pelaporannya?
J : - Untuk laporan kasus puskesmas
melapor
melalui SP2TP.
-Dinas kesehatan Kab/Kota melaporkan ke
propinsi jumlah puskesmas yang
melaksanakan tatalaksana KtA setiap 3
bulan
-Dinas Kesehatan Propinsi melaporkan ke
pusat jumlah kab/kota yang mempunyai
minimal 4 puskesmas melaksanakan KtA
setiap 3 bulan
79
FAQ KN Lengkap
T : Jika bayi D yang lahir di Puskesmas
mendapatkan pelayanan kunjungan neonatal
pada hari ke 10 tetapi tidak pernah kontak
dengan tenaga kesehatan pada hari ke 3-7,
apakah ini termasuk dalam kunjungan
neonatal lengkap?
J : bayi D tersebut tidak dihitung sebagai
kunjungan neonatal lengkap karena harus
mendapat pelayanan minimal tiga kali yaitu
1 kali pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3
hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 hari ke 28
setelah lahir
80
FAQ Komplikasi Neonatus
T :Bagaimana jika seorang Bayi B pada saat lahir
mengalami Komplikasi Asfiksia dan juga BBLR,
kemudian setelah tertangani ternyata bayi B
mengalami ikterus pada usia 14 hari dan
berhasil ditangani, apakah dihitung sebagai 1
kasus atau 2 kasus?
J : Bayi B dihitung sebagai 1 (satu) bayi baru
lahir (neonatus) tertangani. Walupun Bayi B
mengalami 2 atau lebih kasus komplikasi
tertangani dan sepanjang kasus tersebut
terjadi pada masa neonatal, maka
pelaporannya tetap dihitung 1 (satu) neonatus
dengan komplikasi yang tertangani.
81
FAQ SHK
Tanya:
Jika bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan
SHK namun hasilnya tidak bisa dibaca atau
reject apakah dihitung telah dilakukan
pemeriksaan SHK?
Jawab:
Semua BBL yang sudah diambil sampel
darahnya baik dapat dilakukn pemeriksaan
laboratorium maupun yang tidak bisa
dibaca/ reject dihitung sebagai cakupan.
82
FAQ SHK
Tanya :
Jika bayi baru lahir dilakukan SHK sebelum
48 jam dan di atas 72 jam apakah dihitung
telah dilakukan SHK?
Jawab:
pemeriksaan SHK idealnya dilakukan pada
usia 48 72 jam, namun jika pengambilan
sampel darah dilakukan sebelum 48 jam
atau setelah 72 jam tetap dianggap telah
dilakukan SHK
83
FAQ PUSKESMAS MEMBINA
LAPAS/RUTAN/LPKA
1. T : Definisi puskesmas membina Lapas
Anak / Rutan / LPKA ?
J : adalah puskesmas yang melakukan 1
(satu) atau lebih pelayanan kesehatan
di Lapas/Rutan/LPKA, antara lain:
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan
lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan
84
2. T : Apakah puskesmas hanya membina lapas
anak saja atau harus membina semua lapas
/rutan termasuk lapas dewasa?
J : Puskesmas membina semua lapas anak
/rutan yang ada di wilayahnya termasuk
lapas dewasa karena di beberapa daerah
dimana tidak ada lapas anak/Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA), maka anak
dititipkan di lapas dewasa
85
FAQ Puskesmas membina panti
(LKSA)
T : Apa definisi Puskesmas membina panti ?
J : adalah puskesmas yang melaksanakan
pelayananan kesehatan kepada anak yang berada di
panti sesuai paket usia anak, yaitu:
1. Yankes bayi (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan) bagi anak yang
berusia bayi.
2. Yankes Balita (Imunisasi, Pemanfaatan Buku KIA,
Pemberian Vit A, Pengobatan) bagi anak yang
berusia balita.
3. Yankes Anak Usia Sekolah & Remaja
(Penyuluhan salah satu topik yaitu Kespro,
PHBS, HIV AIDS, Napza, KtA; Kes Gigi & Mulut
&Pengobatan) bagi anak usia sekolah dan
remaja
4. Pembinaan kesehatan lingkungan 86
T : Panti Apa saja yang harus dibina
oleh Puskesmas?
J : Semua Panti /Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA )
yang berada di wilayah kerja
puskesmas dan teregistrasi di Dinas
Sosial setempat
87
FAQ Puskesmas membina SLB
T : Apa definisi Puskesmas Membina SLB?
J : adalah puskesmas yang melakukan 1
(satu) atau lebih pelayanan kesehatan
melalui UKS di SLB, antara lain :
1. Penyuluhan tentang kesehatan anak
2. Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
3. Penjaringan kesehatan
4. Pemberantasan sarang nyamuk
5. Imunisasi
6. Pengobatan
88
T : Bagaimana sistem pelaporan puskesmas
membina lapas, panti dan SLB?
J :- Puskesmas melaporkan hasil pelayanan
yang dilakukan minimal setiap 3 bulan
( trimester) ke Dinas Kesehatan Kabupaten,
- Dinas Kesehatan Kabupaten melaporkan
nama puskesmas yang melakukan
pembinaan di lapas, panti dan SLB setiap 3
bulan ke Dinas Kesehatan Propinsi
- Dinas Kesehatan Propinsi melaporkan nama,
jumlah serta pelayanan yang dilakukan setiap
3 bulan ke Pusat melalui format F1-7 serta
lampirannya
89
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
DIREKTORAT BINA KES. IBU TAHUN 2015-2019
TARGET TAHUN
4
Kabupaten/Kota yang mempunyai
minimal 4 Puskesmas dengan 237 287 337 387 437 487
pelayanan kesehatan reproduksi (47%) (57%) (68%) (78%) (88%) (95%)
terpadu
Definisi Operasional
Indikator
Program Kesehatan Ibu
Cakupan pelayanan Antenatal (K1)
Rumus : Cakupan K4 :
(1,10 x CBR x Jumlah Penduduk) (Jumlah K4 Absolut/Sasaran ibu hamil)x100%
Cakupan pelayanan Antenatal lengkap (K4)
KB Aktif
Defenisi Operasional :
Peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon)
Cakupan KB Aktif :
(Jml peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon)/jumlah PUS di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu) x 100%
KB Pasca Persalinan
Defenisi Operasional :
PUS yg mengikuti KB Pasca Persalinan
Cakupan KB Aktif :
(Jml PUS yg mengikuti KBPP/Jml PUS) x 100%
Komplikasi KB
Defenisi Operasional :
Peserta KB yang mengalami komplikasi KB
Cakupan :
(Jml peserta KB yg mengalami komplikasi KB/Jml PUS) x 100%
Kegagalan KB
Defenisi Operasional :
Peserta KB yang mengalami kegagalan KB
Cakupan :
(Jml peserta KB yg mengalami kegagalan KB/Jml PUS) x 100%
Drop-out KB
Defenisi Operasional :
Peserta KB yang mengalami drop out KB
Cakupan :
Jml peserta KB yg mengalami Drop-out KB/Jml PUS) x 100%
RUJUKAN KASUS RISTI
Defenisi Operasional :
Cakupan :
Defenisi Operasional :
Deteksi Resiko Nakes Ibu hamil, bersalin dan nifas yg
terdeteksi risiko tinggi pertama kali oleh tenaga kesehatan
Deteksi Resiko Masyarakat Ibu hamil, bersalin dan nifas yg
terdeteksi resiko tinggi pertama kali oleh masyarakat ( kader,
dukun, toma, toga, dll )
Cakupan :
Deteksi Resiko Nakes :
(Jml ibu hamil yg beresiko yg ditemukan nakes di suatu
kerja pd kurun waktu ttt/ 20% x Jml sasaran ibu hamil dlm 1
thn) x 100%
Cakupan :
(Jml ibu bersalin yg persalinannya ditolong oleh tenaga non nakes/sasaran Bulin) x 100%
PK (Penanganan Komplikasi)
Defenisi Operasional :
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan defenitif disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
Cakupan PK :
(Jml komplikasi kebidanan yg mendapatkan penanganan defenitif disuatu wilayah kerja
pd kurun waktu tertentu/20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1
tahun) x 100%
KF (Kunjungan Nifas)
Defenisi Operasional :
KF1
Ibu nifas yg mendapat pelayanan nifas oleh Nakes pertama kali sesuai standar dan
jadwal kunjungan
KF3
Ibu nifas yg mendapat pelayanan nifas oleh Nakes sekurang-kurangnya 3 kali sesuai
standar dan jadwal kunjungan (pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin
sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam 3 hari, 8 14 hari dan
28 42 hari setelah bersalin)
Cakupan KF3 :
(Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu/Jumlah sasaran ibu
nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun) x 100%
Cakupan :
(Jml ibu nifas yg mendapatkan kapsul vit. A dosis tinggi sesuai standar/sasaran Bulin) x
100%
Jumlah Kematian Ibu :
Jumlah total kematian ibu (hamil, bersalin, nifas) yg ada di kab/kota
Perdarahan :
Jumlah kematian ibu yg disebabkan perdarahan (hasil AMP atau otopsi verbal)
HDK :
Jumlah kematian ibu yg disebabkan oleh Hipertensi Dalam Kehamilan, termasuk Eklampsi
dan Preeklampsi (hasil AMP atau otopsi verbal)
Infeksi :
Jumlah kematian ibu yg disebabkan oleh infeksi (hasil AMP atau otopsi verbal)
Status T Bumil
Defenisi Operasional : Jml Bumil mendpt Tablet
TT1 : Ibu hamil setelah dilakukan vaksinasi Fe3
TT status T-nya menjadi T1
T2+ : Ibu hamil dengan status T2+, yang Defenisi Operasional :
merupakan hasil penjumlahan dari ibu Ibu hamil yg telah mendapat Tablet Tambah Darah
hamil dg status T2, T3, T4 dan T5 sebanyak 90 tablet (Fe 3)