Anda di halaman 1dari 19

CASE I

HIPERTENSI

Pembimbing :
dr. Andreas Sentot A, Sp.PD
Oleh :
Nabila Rasyida Fajriaty
J 510 165 051
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan
keseimbangan hemodinamis sistem kardiovaskular yang mana
patofisiologinya tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme
tunggal.

Di Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi


hipertensi sebesar 29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada
usia >65 tahun sebesar 65%. Dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia
60- 64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertensi sebesar 2,18 kali, usia
65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70 tahun 2,97 kali
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sampai
saat ini masih menjadi masalah kesehatan secara global.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan istirahat. Pada umumnya hipertensi tidak
memberikan keluhan dan gejala yang khas sehingga banyak
penderita yang tidak menyadarinya. Oleh karena itu
hipertensi dikatakan sebagai the silent killer (Hafiz, 2016).
B. Etiologi
Menurut Indriyani (2009), hipertensi menurut etiologi
dibagi 2 yaitu :

Hipertensi esensial/primer (95%), yaitu hipertensi yang tidak


diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor
genetik.

Hipertensi sekunder (5%), yaitu hipertensi sebagai akibat dari


adanya penyakit seperti kelainan pembuluh ginjal dan gangguan
kelenjar tiroid.
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala. Jika menunjukkan gejala, gejala tersebut bukan gejala
yang spesifik untuk mengindikasikan hipertensi.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,


bisa timbul gejala, antara lain sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak
napas, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah,
telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat di tengkuk, nyeri di kepala bagian
belakang, otot lemah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki,
keringat berlebihan, kulit tampak pucat, denyut jantung yang kuat, cepat, atau
tidak teratur, mimisan (Indriyani, 2009).
F. Prognosis
Diagnosis dini penderita hipertensi serta
pengobatan tepat memiliki tujuan untuk mencegah proses
penyakit hipertensi lebih lanjut dan timbulnya komplikasi.
Sebagai kontrol hipertensi, pemerikasaan tekanan darah dan
penunjang rutin bisa dilakukan pada penderita. Pada penderita
hipertensi menahun khususnya tidak terkontrol, akan
memberikan komplikasi pada otak , jantung, dan ginjal (Junaidi,
2010).
BAB IV
KESIMPULAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan istirahat. Pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan
dan gejala yang khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya. Oleh karena
itu hipertensi dikatakan sebagai the silent killer.
Faktor-faktor risiko hipertensi ada yang tidak dapat kontrol dan dapat dikontrol.
Yang tidak dapat dikontrol adalah umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga.
Sedangkan yang dapat dikontrol adalah kegemukan (obesitas), asupan natrium,
konsumsi alkohol, kurang olahraga, stres dan kebiasaan merokok.
Hipertensi tidak menimbulkan gejala. Jika menunjukkan gejala, gejala
tersebut bukan gejala yang spesifik yang mengindikasikan hipertensi. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala, antara lain sakit
kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak napas, pandangan menjadi kabur, mata
berkunang-kunang, mudah marah, telinga dengung, sulit tidur, rasa berat di tengkuk,
nyeri di kepala bagian belakang, otot lemah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan
kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucat, denyut jantung yang kuat, cepat, atau
tidak teratur, mimisan
Penentuan diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan data anamnesis
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan laboratorium maupun pmeriksaan penunjang.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M., 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan
Stroke. Yogyakarta : Dianloka Printika.
Armilawaty, et al. 2007. Hipertensi dan Faktor Risiko Dalam Kajian Epidemiologi.
Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
DINKES Propinsi Jawa Tengah. 2011. Profil Propinsi Jawa Tengah Tahun 2011.
Semarang: Dinkes Jateng

Gofir, A., 2009. Evidence Based Medicine Manajemen Stroke. Yogyakarta : Pustaka
Cendikia Press.

Gray, et al., 2005. Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Hafiz, Muhammad. 2016. Faktor - Fator yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang
I Kabupaten Bandung Tahun 2016. E- Jurnal Medika Vol. 5, No.7

Indriyani, W.N., 2009. Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi, dan Stroke. Jakarta :
Millestone.

Junaidi, Iskandar. 2010. Hipertensi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Anda mungkin juga menyukai