2 6 6 4
6 3 7 3
6 7 0 2
4 3 2 8
Matriks 0/1 (zero-one)
Matriks 0/1 adalah matriks yang setiap elemennya
hanya bernilai 0 atau 1.
Matriks ini digunakan untuk merepresentasikan
relasi keterhubungan
Di bawah ini adalah contoh matriks 0/1:
0 1 1 0
0 1 1 1
0 0 0 0
1 0 0 1
Operasi Aritmatika Matriks
1. Penjumlahan 2 buah matriks
2. Perkalian 2 buah matriks
3. Perkalian matriks dengan skalar
2. Relasi
Relasi
P = {2, 3, 4} Q = {2, 4, 8, 9, 15}
Jika kita definisikan relasi R dari P ke Q dengan (p, q) R jika
p habis membagi q, maka kita peroleh
R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 9), (3, 15), (4, 4), (4, 8)}
Q
P
2
2
4
3
8
4 9
15
3. Representasi Relasi
Representasi Relasi
1. Tabel
2. Matriks
3. Graf Berarah
Tabel
R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 9), (3, 15), (4, 4), (4, 8)}
P Q
2 2
2 4
2 8
4 4
4 8
3 9
3 15
Matriks
R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 9), (3, 15), (4, 4), (4, 8)}
2 4 8 9 15
2 1 1 1 0 0
3 0 0 0 1 1
4 0 1 1 0 0
Graf Berarah
R = {(a, a), (a, b), (b, c), (b, d), (c, a), (c, d), (d, b),
(b,a)}
b
a
c d
4. Relasi Inversi
Relasi Inversi
P = {2, 3, 4} Q = {2, 4, 8, 9, 15}
Jika kita definisikan relasi R dari P ke Q dengan (p, q)
R jika p adalah faktor dari q, maka kita peroleh
R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 9), (3, 15), (4, 4), (4, 8)}
34
Contoh. Misalkan bahwa relasi R1 dan R2 pada himpunan A
dinyatakan oleh matriks
1 0 0 0 1 0
R1 = 1 0 1 dan R2 = 0 1 1
1 1 0 1 0 0
maka
1 1 0
MR1 R2 = MR1 MR2 = 1 1 1
1 1 0
0 0 0
MR1 R2 = MR1 MR2 = 0 0 1
1 0 0
35
6. Komposisi Relasi
Komposisi Relasi
S R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }
2
1
4 s
2 t
6
3 8 u
1 0 1 0 1 0
R1 = 1 1 0 dan R2 = 0 0 1
0 0 0 1 0 1
(1 0) (0 0) (1 1) (1 1) (0 0) (1 0) (1 0) (0 1) (1 1)
= (1 0) (1 0) (0 1) (1 1) (1 0) (0 0) (1 0) (1 1) (0 1)
(0 0) (0 0) (0 1) (0 1) (0 0) (0 0) (0 0) (0 1) (0 1)
1 1 1
= 0 1 1
0 0 0
1) Refleksif (reflexive)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan
bersifat refleksif jika (a, a) R untuk setiap a A.
Contoh :
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dengan R = {(1, 1), (1,
2), (1, 3), (1, 4), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4),
(4, 4)} maka R dinamakan bersifat refleksif.
Refleksif
Bila dibuat matriksnya, maka relasi yang refleksif
akan mempunyai elemen-elemen diagonal utama
yang bernilai 1
Contoh :
Misalkan relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } maka relasi
R merupakan relasi yang simetri sekaligus relasi yang
anti simetri.
Simetri
Bila dibuat matriksnya, maka relasi yang simetri akan
membentuk matriks simetri.
Contoh :
Misalkan A = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, dan relasi R
didefinisikan oleh : jika dan hanya jika a membagi b,
dimana a, b A, maka R = {(2, 2), (2, 4), (2, 6), (2, 8),
(3, 3), (3, 6), (3, 9), (4, 4), (4, 8)}.
Terlihat bahwa (2, 4) R ,(4, 8) R dan (2, 8) R.
Dengan demikian R bersifat transitif.
FUNGSI
Definisi
Fungsi adalah :
jenis khusus dari relasi
Fungsi f dari A ke B adalah relasi dari A ke B
yang mempunyai sifat :
Jika (a,b), (a,b) f, maka b = b
Notasi :
f:AB
Definisi
Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau
transformasi.
f(a)= b jika elemen a di dalam A dihubungkan dengan
elemen b di dalam B.
Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari f dan
himpunan B disebut daerah hasil (codomain) dari f.
a b
a Pra-bayangan b b bayangan a
A B
f
1 u
2 v
3 w
(d) f = { (1,u),(1,v),(2,v),(3,w) }
bukan fungsi dari A ke B,
karena 1 dipetakan ke dua buah anggota B, yaitu
u dan v.
Fungsi
Bukan Fungsi
Contoh
Diberikan sebuah fungsi
f(x) = x2 2x -3
(b) f = { (1,u),(2,u),(3,v) }
bukan fungsi satu-ke-satu,
karena f(1) = f(2) = u.
Fungsi Pada (Surjektif)
Fungsi f dikatakan dipetakan pada (onto) atau surjektif (surjective) jika
setiap anggota himpunan B merupakan bayangan dari satu atau lebih
anggota himpunan A.
Dengan kata lain seluruh anggota B merupakan jelajah dari f.
Fungsi f disebut fungsi pada himpunan B.
Fungsi Pada (Surjektif)
Contoh:
Misalkan A = { 1,2,3 } dan B = { u,v,w },
maka relasi berikut:
(a) f = { (1,u),(2,u),(3,v) }
bukan fungsi pada,
karena w tidak termasuk jelajah dari f.
(b) f = { (1,w),(2,u),(3,v) }
adalah fungsi pada,
karena semua anggota B merupakan jelajah dari f.
Fungsi satu ke satu, Fungsi pada,
bukan pada bukan satu ke satu
A B A B
a 1 a 1
2 b 2
b
3 c
c 3
4 d
a 1 a 1
b 2 b 2
c 3 c
3
d 4 d
4
Bijeksi (Bijection)
f(a)
a b
f-1(b)
Contoh
Tentukan invers fungsi f(x) = x 1
Jawaban :
f(x) = x 1 merupakan fungsi yang
berkoresponden satu-satu jadi balikkan
fungsinya ada
f(x) = y y = x -1
Sehingga :
x=y+1
Invers fungsi balikkannya adalah :
f-1(y) = y + 1
Komposisi Fungsi
Misalkan g adalah sebuah fungsi dari X ke Y dan f
fungsi dari Y ke Z. Jika diberikan x X
g untuk menentukan anggota unik y = g(x) Y
f untuk menentukan anggota unik z = f(y) = f(g(x))
Z
Notasi : (f o g)(a) = f(g(a)) fungsi yang memetakan
nilai dari g(a) ke f
(f o g)(a)
A B C
g(a) f(g(a))
a g(a) f(g(a))
Contoh
Fungsi g = {(1,a),(2,a),(3,c)} memetakan X
= {1,2,3} ke Y = {a,b,c} dan fungsi f =
{(a,y), (b,x), (c,z)} memetakan Y = { a,b,c}
ke Z = { x,y,z} maka komposisi dari X ke Z
adalah :
f o g = {(1,y),(2,y),(3,z)}
Diberikan fungsi f(x) = x 1 dan g(x) = x2 + 1.
Tentukan f g dan g f.
Solusi:
(a) (f g)(x) = f(g(x)) = f(x2 + 1) = (x2 + 1) 1 = x2
(b) (g f)(x) = g(f(x)) = g(x 1) = (x 1)2 + 1 = x2 2x + 2
Fungsi Khusus
0.45 = 0 0.45 = 1
4.8 = 4 4.8 = 5
0.5 = 1 0.5 = 0
3.75 = 4 3.75 = 3
Fungsi Modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan m
adalah bilangan bulat positif, maka
a mod m
memberikan sisa pembagian bilangan bulat bila a dibagi
dengan m
a mod m = r
sedemikian sehingga a = mq + r,
dengan q adalah sembarang bilangan bulat dan 0 r < m
Contoh :
6 mod 2 = 0
5 mod 1 = 0
8 mod 12 = 8
199673 mod 2 = 1
Contoh 1 : 365 Hari
Hari apakah 365 hari setelah hari Rabu?
7 hari setelah Rabu adalah Rabu lagi; 14
hari setelah Rabu adalah Rabu lagi
Secara umum jika n adalah bilangan bulat
positif, setelah 7n hari adalah Rabu lagi
Jadi : 365 mod 7 = 1
Sehingga 365 hari dari Rabu adalah 1 hari
kemudian, yaitu Kamis
Contoh 2 : International Standard Book Number (ISBN)
Terdiri dari 10 karakter yang dipisahkan oleh garis
Terdiri dari 4 bagian :
1. Kode kelompok
2. Kode penerbit
3. Kode menerangkan secara unik buku yang
diterbitkan oleh penerbit tertentu
4. Karakter uji
Contoh :
s = 0 + 2*8+3*0+4*6+5*5+6*0+7*9+8*5+9*9 =249
Karakter uji = s mod 11 = 249 mod 11 = 7
Contoh 3: Fungsi Hash
Mengambil butir data untuk disimpan atau diselamatkan
serta menghitung pilihan pertama untuk lokasi butir ini
Contoh :
Data : 15, 558, 32, 132, 102, 5 dan 257
diletakkan ke dalam 11 sel
H(n) = n mod 11
H(15) = 15 mod 11 = 4
H(32) = 32 mod 11 = 10
H(132) = 132 mod 11 = 0
H(102) = 102 mod 11 = 3
H(5) = 5 mod 11 = 5
H(257) = 257 mod 11 = 4 terjadi bentrokan
(collision)
95
Fungsi Hash (Cont.)
Solusi terjadi bentrokan (collision) diperlukan
kebijaksanaan resolusi bentrokan (collision
resolution policy) :
Mencari sel tak terpakai tertinggi
berikutnya
Dalam contoh tersebut, sel 4 sudah terpakai
oleh data 15 maka data 257 diletakkan di sel
berikutnya yaitu 6 (karena sel 5 juga telah
terpakai oleh data 5)
96
Fungsi Faktorial
Untuk sembarang bilangan bulat tidak negatif n
Dilambangkan dengan :
n!
Didefinisikan sebagai :
1 ,n0
n!
1x 2 x...x(n 1) xn , n 0
Contoh :
0! = 1
1! = 1
2! = 1 x 2 = 2 x 1 = 2
3! = 1 x 2 x 3 = 3 x 2 x 1 = 6
5! = 1 x 2 x 3 x 4 x 5 = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120
Fungsi Eksponensial
Fungsi eksponensial berbentuk :
1 ,n=0
an =
a x a x x a, n > 0
n
Untuk kasus perpangkatan negatif :
n 1
a n
a
Contoh :
43 = 4 x 4 x 4 = 64
4-3 = 1/64
Fungsi Logaritmik
Contoh :
4log 64 = 3 karena 64 = 43
2log 1000 = 9 karena 29 = 512 tetapi 210 = 1024
Fungsi Rekursif
Fungsi f dikatakan fungsi rekursif jika definisi fungsinya
mengacu pada dirinya sendiri
Fungsi rekursif disusun oleh 2 bagian :
Basis
Bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada
dirinya sendiri.
Bagian ini menghentikan definisi rekursif (dan
memberikan sebuah nilai yang terdefinisi pada fungsi
rekursif)
Rekurens
Bagian yang mendefinisikan argumen fungsi dalam
terminologi dirinya sendiri
Setiap kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri, argumen
dari fungsi harus lebih dekat ke nilai awal (basis)
Misalkan f(n) = n! maka fungsi faktorial dapat dituliskan
sebagai :
1 ,n0
n!
nxf (n 1) , n 0
100
Fungsi Rekursif (Cont.)
Perhitungan n! secara rekursif :
Basis
n! = 1 jika n = 0
Rekurens
n! = n x (n-1)! Jika n > 0
Contoh :
5! = 5 x 4! (rekurens)
4! = 4 x 3!
3! = 3 x 2!
2! = 2 x 1!
1! = 1 x 0!
0! = 1
Sehingga :
0! = 1
1! = 1 x 0! = 1 x 1 = 1
2! = 2 x 1! = 2 x 1 = 2
3! = 3 x 2! = 3 x 2 = 6
4! = 4 x 3! = 4 x 6 = 24
5! = 5 x 4! = 5 x 24 = 120
Contoh
Misalkan n menyatakan bilangan bulat positif dan fungsi f
didefinisikan secara rekursif :
0 , n 1
n! n
f 1 , n 1
Tentukan :
2
f(25)
f(10)
Penyelesaian :
f(25) = f(25/2)+1 = f(12) + 1
= [f(12/2)+1] + 1 = f(6) + 1 + 1 = f(6) + 2
= [f(6/2)+1 ] + 2 = f(3) + 1 + 2 = f(3) + 3
= [f(3/2)+1 ] + 3 = f(1) + 1 + 3 = f(1) + 4
=0+4=4
Hitung F6
Lucas
Lucas (N)
L0 = 2; L1 = 1
For I = 2 to N
Li = Li-1 + Li-2
Next I
Return LN
Hitung L6
Lucas Recurisve
Lucas(N)
If N = 0 Then
Lucas = 2
Else If N = 1 Then
Lucas = 1
Else
Lucas = Lucas (N-1)+Lucas (N-2)
Return Lucas
Ackermann
Hitung A(2,3)