Anda di halaman 1dari 7

TEOLOGI I

Spiritual Discipline

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


KARAWACI - TANGERANG
1. MEDITATION

Meditasi Non Kristen


1. Mistis transendental kebatinan Hindu (Yoga), kebatinan Cina (Chi), zen budhisme.
2. Menjernihkan pikiran sambil duduk dalam posisi yang tidak lumrah/wajar.
3. Berhubungan dengan dunia roh.
4. Kontemplasi, yakni latihan menguatkan batin atau energi vital dengan konsentrasi penuh.
5. Mendengar suara Tuhan bukan melalui pembacaan firman Tuhan.
6. Meditasi non Kristen berpusat pada diri sendiri dan alam dengan menggunakan gerak tubuh dan pancaindera
serta pelbagai mantera.
7. Meniadakan personalitas dengan melupakan masalah atau realitas (konsep New Age Movement yang
menyesatkan).
Meditasi Kristen
1. Meditasi Kristen adalah merenungkan firman Tuhan dengan menggunakan akal sehat (2 Tim. 3:16-17). Artinya meletakkan
akal budi di bawah terang dan memohon pencerahan Roh Kudus.
2. Allah menjumpai manusia, dimana manusia itu dalam keadaan sadar akan keberadaannya. Allah selalu menjadi inisiator,
sedangkan kita pasif menyangkal diri dan membiarkan Allah bekerja.
3. Kita bukan menguras diri, tetapi mengisi hati dengan firman Tuhan secara utuh. Pengalaman-pengalaman rohani selalu
memiliki pondasi dari firman Tuhan. Di dalam meditasi itu kita merasakan kehadiran Allah melalui firman-Nya: the sense
of greatness (keagungan Allah); the sense of mystery (kerahasiaan Allah); dan the sense of awfulness (rasa takut untuk
menyembah Allah). Namun Allah itu hadir bekerja di dalam dan melalui hidup dan kehidupan anak-anak-Nya (imanensi
Allah).
4. Kehausan akan firman Tuhan, seperti rusa merindukan air sungai; demikianlah kehausan rohani itu dipuaskan oleh Roh
Kudus melalui perenungan akan firman Tuhan secara mendalam dan penuh kesadaran.
5. Perenungan akan firman Tuhan membawa diri semakin mengenal Allah dalam seluruh kekudusan-Nya. Hal itu berdampak
pada seluruh kekudusan hidup (1 Yoh. 3:9).
6. Meditasi Kristen adalah proses pikiran secara aktif (memikirkan), dimana kita mendedikasikan diri untuk mempelajari
firman Tuhan, mendoakan firman Tuhan, dan meminta Allah memberi pengertian melalui Roh yang yang telah berjanji
untuk memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13).
7. Meditasi Kristen disebut juga meditasi Alkitab, ditujukan kepada TUHAN yang berpribadi, firman-Nya atau perintah-Nya
dalam hubungan yang jelas antara ciptaan dan penciptanya.
1. MEDITATION

Dasar Alkitab bagi Meditasi Kristen


1. Ulangan 6:4-9, Allah memerintahkan orangtua mengajarkan firman Tuhan berulang-ulang kepada anak-anak-Nya dalam
segala keadaan. TUHAN pun memberikan tanggung jawab rohani kepada Yosua sebelum memasuki tanah Kanaan,
Janganlah engkau lupa memperkatan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam. (Yos. 1:8). Demikian
juga Tuhan Yesus mengatakan agar para murid-Nya: ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu (Mat. 28:20a).
2. Mazmur 1:2; 63:7; 77:13; 119:15, 78, 23, 48, 148, pemazmur menegaskan mengenai kebahagiaan seseorang itu ditandai
dengan kesukaannya merenungkan Taurat Tuhan siang dan malam.
3. Filipi 4:8-9 dan Kolose 3:2, rasul Paulus mendorong jemaat Filipi untuk memikirkan semua yang mulia, adil, suci, manis,
sedap didengar, kebajikan, dan yang patut dipuji. Kita selalu berpikir akan perkara-perkara sorgawi melalui firman Tuhan.
Tidak ada kemungkinan untuk mengosongkan pikiran atau me-nonaktif-kan kehidupan berpikir dalam segala permasalahan
yang sedang dihadapi. Hasil proses pembelajaran melalui berpikir itu, setiap pelajaran rohaninya haruslah dipikirkan.

Praktik Perenungan
1. Alkitab sudah cukup dan sempurna memperlengkapi orang Kristen secara menyeluruh untuk setiap perbuatan baik, tidak
perlu mencari pengalaman mistis. Kita tidak perlu lagi mencari praktik-praktik meditasi di luar Alkitab.
2. Sebelum merenungkan firman Tuhan perlu langkah-langkah praktis, antara lain: (a) Berdoa kepada Allah dan memohon
kepada-Nya agar Roh-Nya memberi pencerahan akan teks ayat-ayat Alkitab yang akan dibaca; (b) Menetapkan dan
memilih secara berkesinambungan teks ayat-ayat Alkitab yang akan direnungkan setiap hari dengan tekun; (c) Bacalah dan
ajukan pertanyaan berkisar teks yang sedang dipelajari dengan tetap memperhatikan konteks dan makna asli dari setiap
kata atau ayatnya; (d) Gunakanlah alat bantu untuk memahami teks Alkitab tersebut, antara lain: tafsiran dari teolog yang
berkualitas, kamus teologi dan Alkitab, konkordansi, Alkitab terjemahan bahasa Ibrani dan bahasa Yunani, serta Alkitab
terjemahan terbaru atau di dalam bahasa lainnya, dll.
1. MEDITATION

Ciri Khas Spiritualitas Reformed *


1. Spiritualitas Firman, yang menekankan pada kristologi dan pembacaan Alkitab secara rutin dan teratur
setiap hari.
2. Spiritualitas pemazmur, yang menekankan pada doa, nyanyian dan meditasi dengan firman-Nya secara
pribadi, di dalam keluarga dan juga di dalam persekutuan orang-orang percaya.
3. Spiritualitas beribadah, yang menekankan pada tindakan iman untuk memuliakan Allah pada hari Minggu
di gereja-Nya, khususnya di dalam melaksanakan sakramen Perjamuan Kudus sebagai peringatan akan
Pribadi dan karya Kristus di bumi ini.
4. Spiritualitas penatalayanan, menolak asketisme melalui hidup berkarya (keluarga, pekerjaan, pendidikan
dan lingkungan) dan mempersembahkan yang sulung-terbaik bagi kemuliaan-Nya.
5. Spiritualitas menyelami rahasia pemeliharaan Allah, menyimak firman-Nya dan peka akan pimpinan-Nya.
6. Spiritualitas pilihan Allah yang memotivasi orang percaya pergi memproklamasikan Injil Yesus Kristus.
*Hughes Oliphant Old, Majalah Momentum No.27 Agustus 1995 (Surabaya: Momentum, 1995).
7. J.I. Packer memberikan nasehat praktis tentang bagaimana orang Kristen dapat meningkatkan
spiritualitas mereka: dari sekedar tahu tentang Allah menjadi benar-benar mengalami Allah secara
pribadi; dari sebuah pengetahuan teologis yang teoritis menjadi devosi praktis yang mendekatkan orang
percaya dengan Allah dengan intim. It is that we turn each truth that we learn about God into matter of
for meditation before God, leading to prayer and praise to God. (Knowing God, 19).
2. PRAYER AND WORSHIP

Prayer (Berdoa)
1. Perjanjian Lama mencatat tentang doa-doa yang dipanjatkan oleh bapa-bapa rohani, seperti doa
syafaat Abraham, doa Musa, doa Daud, dan doa para nabi. Setiap doa mengandung suatu sikap takut
akan Tuhan. Karena mereka menyadari akan Allah yang berdaulat dan bekerja di dunia milik-Nya.
Demikian juga di dalam Perjanjian Baru, para rasul dan murid-murid Kristus berdoa untuk mengenal
Allah secara pribadi.
2. Berdoa merupakan sikap hati yang selalu bergantung kepada Tuhan dengan benar. Ada banyak doa
yang tidak dialaskan dengan sikap bergantung dan berharap kepada Tuhan, itu doa yang egosentris.
3. Berdoa berarti kita berkomunikasi secara langsung kepada Allah tanpa perantara lain, selain Yesus
Kristus.
4. Doa Bapa Kami, doa ini diajarkan Tuhan Yesus kepada semua orang yang sedang mendengarkan
khotbah di atas bukit (Mat. 6:9-13). Doa ini dimulai dengan tiga pembagian utama, yaitu: (a) Doxology,
meninggikan dan mengagungkan Allah, Bapa yang kekal; (b) Humanity, menyatakan kebutuhan dan
keperluan jasmani dan rohani manusia kepada Allah; (c) Doxology, mengembalikan segala sesuatunya
bagi Allah saja (Rm. 11:36).
5. Doakan Firman Tuhan setiap hari agar isi doa tidak menurut kemauan diri sendiri, tetapi menurut
kehendak Allah. Firman Tuhan yang telah direnungkan menjadi pokok-pokok doa bagi orang Kristen.
6. Perantara satu-satunya yang membuat doa-doa kita sampai kepada Allah, yaitu Yesus Kristus, Anak
Allah yang Tunggal. Hanya di dalam Nama Yesus Kristus setiap doa itu diakhiri dan dapat berjalan
sebagaimana Allah kehendaki (Yoh. 15:8).
2. PRAYER AND WORSHIP

Worship (Penyembahan/Ibadah)
1. Doxology, penyembahan yang benar ialah di dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24), artinya penyembahan
itu bersifat rohani bukan jasmaniah belaka. Selain itu, penyembahan itu harus di dalam kebenaran. Firman
Tuhan itu adalah kebenaran (Yoh. 17:17) dan perkataan-perkataan yang Tuhan katakan adalah kebenaran
dan hidup (Yoh. 6:63). Jadi penyembahan harus kembali di dalam terang firman Tuhan, bukan pengalaman
mistis.
2. Christ-center, penyembahan itu harus berpusat pada Kristus. DIA lah yang ditinggikan dan diagungkan sampai
selama-lamanya. Segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya di dalam Kristus.
3. Penyembahan Kristen berada di bawah pimpinan Roh Kudus untuk memuliakan Kristus. Roh Kudus memenuhi
hati setiap orang percaya untuk hidup benar dan kudus di hadapan Allah (coram Deo).Seluruh hidup kita
adalah penyembahan atau ibadah kepada Allah. Tidak ada ruang dan waktu, dimana kita tidak menyembah
Allah. Setiap kegiatan apa pun di dalam atau di luar merupakan rangkaian ibadah kepada Allah. Karena kita
ini adalah gereja atau tubuh-Nya yang dikuduskan untuk menyatakan kehadiran Allah bagi hidup kita.
4. Ibadah dalam Perjanjian Lama selalu dikaitkan dengan korban persembahan, tata ibadah di dalam Kemah
Suci (zaman Musa) atau Bait Allah (di mulai pada zaman Salomo), jabatan imam yang dipimpin oleh suku
Lewi (keturunan Harun), serta waktu dan tempat-tempat tertentu. Ibadah bertujuan untuk menyatakan
kebesaran dan keagungan Allah, yang mengampuni dan mengasihi umat-Nya.
5. Ibadah dalam Perjanjian Baru tidak lagi dilakukan seperti dalam Perjanjian Lama. Ibadah tidak lagi membawa
korban persembahan berupa hewan (domba, kambing, burung tekukur), ibadah tidak harus ke Yerusalem
atau berada di Bait Allah, dan lain.
6. Roma 12:1-2, menuliskan tentang ibadah yang kudus yakni mempersembahkan diri secara total kepada Allah.
Persembahan itu bukan lagi bersifat ceremonial , tetapi persembahan itu hidup yang berkenan di hadapan
TUHAN.
7. Ibadah itu bukan hanya doa, memuji Tuhan, kesaksian, dan perenungan firman Tuhan yang dilakukan setiap
hari Minggu; Tetapi ibadah juga dilakukan di dalam setiap aktivitas orang-orang percaya.
3. FASTING, SELF-EXAMINATION, HOSPITALITY

1. Fasting (Puasa)
a. Puasa bukan untuk memaksakan kemauan diri atau menyiksa diri (asketis). Puasa dilakukan untuk memantapkan komitmen
untuk tunduk sepenuhnya di bawah kehendak Allah.
b. Puasa merupakan sarana merendahkan diri di hadapan Allah (Im. 16:19-20; Ez. 8:21).
c. Puasa sebagai sarana untuk bertobat kepada Allah (1 Sam. 7:5-6; Neh. 9:1-2; Yun. 3:5-8)
d. Puasa sebagai tanda berdukacita (Maz, 35:13-14; Neh. 1:4)
e. Puasa sebagai sarana bimbingan dan pertolongan Allah (Kel. 34:28; Ez. 8:21-23)
f. Puasa disertai dengan tindakan atau perbuatan yang berkenan di hati Tuhan (Yes. 58:3-11)
g. Puasa bukan sebuah penampilan atau kesombongan (Mat. 6:16-18; 1 Sam. 16:7)

2. Self-Examination (Evaluasi Diri)


a. Pengakuan dosa (1 Yoh. 1:9), sebagai wujud ketaatan kita kepada Tuhan untuk hidup semakin kudus, seperti Allah
mahakudus. Kekudusan telah diterima sebagai status yang ditetapkan dalam kekekalan (Ef. 1:1-4), yang digenapi di dalam
sejarah keselamatan melalui kematian Yesus Kristus, Anak Allah, di atas kayu salib. Sejak kita menjadi ciptaan baru (2 Kor.
5:17; Gal.5:1), kita akan mengerjakan keselamatan itu dan berjuang untuk hidup kudus sampai akhir hidup di bumi ini.
Kekudusan kita akan disempurnakan total ketika Tuhan datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan mati.
b. Raja Daud mengakui dosanya dihadapan Tuhan dan hamba-Nya (nabi Natan). Karena ia tahu bahwa tidak ada yang
tersembunyi di hadapan Tuhan. Karena itu kita sudah seharusnya mengakui segala dosa-dosa yang kita perbuat setiap hari.
Kita harus selalu mengoreksi diri di hadapan Allah yang kudus.
c. Pembaruan diri: komitmen ini tidak hanya sebuah penyesalan akan dosa, tetapi kemauan untuk hidup kudus (Rm. 6:13-14).
Kita semakin peka akan dosa dan membencinya. Ada keinginan untuk semakin hidup suci seperti yang dikehendaki Allah.
d. Transformasi total (Rm. 12:1-12), artinya tidak ada satu aspek pun yang tidak diperbarui menurut kehendak Allah, baik
pikiran, kemauan, dan perasaan.
3. Hospitality (Keramah-tamahan)
a. Kerelaan menerima orang lain menerima orang lain seperti Kristus telah menerima kita. Kesediaan melayani orang-orang
yang hina, seperti orang sakit, yang telanjang, yang dipenjara, dll seperti kita melayani Raja di atas segala raja, Yesus Kristus
(Mat. 25:31-46).
b. Efesus 2:10; Galatia 6:10; 1 Petrus 2:10, artinya kita ditetapkan untuk menghasilkan buah dan sekaligus menjadi saluran
berkat bagi sesama.

Anda mungkin juga menyukai