Spiritual Discipline
Praktik Perenungan
1. Alkitab sudah cukup dan sempurna memperlengkapi orang Kristen secara menyeluruh untuk setiap perbuatan baik, tidak
perlu mencari pengalaman mistis. Kita tidak perlu lagi mencari praktik-praktik meditasi di luar Alkitab.
2. Sebelum merenungkan firman Tuhan perlu langkah-langkah praktis, antara lain: (a) Berdoa kepada Allah dan memohon
kepada-Nya agar Roh-Nya memberi pencerahan akan teks ayat-ayat Alkitab yang akan dibaca; (b) Menetapkan dan
memilih secara berkesinambungan teks ayat-ayat Alkitab yang akan direnungkan setiap hari dengan tekun; (c) Bacalah dan
ajukan pertanyaan berkisar teks yang sedang dipelajari dengan tetap memperhatikan konteks dan makna asli dari setiap
kata atau ayatnya; (d) Gunakanlah alat bantu untuk memahami teks Alkitab tersebut, antara lain: tafsiran dari teolog yang
berkualitas, kamus teologi dan Alkitab, konkordansi, Alkitab terjemahan bahasa Ibrani dan bahasa Yunani, serta Alkitab
terjemahan terbaru atau di dalam bahasa lainnya, dll.
1. MEDITATION
Prayer (Berdoa)
1. Perjanjian Lama mencatat tentang doa-doa yang dipanjatkan oleh bapa-bapa rohani, seperti doa
syafaat Abraham, doa Musa, doa Daud, dan doa para nabi. Setiap doa mengandung suatu sikap takut
akan Tuhan. Karena mereka menyadari akan Allah yang berdaulat dan bekerja di dunia milik-Nya.
Demikian juga di dalam Perjanjian Baru, para rasul dan murid-murid Kristus berdoa untuk mengenal
Allah secara pribadi.
2. Berdoa merupakan sikap hati yang selalu bergantung kepada Tuhan dengan benar. Ada banyak doa
yang tidak dialaskan dengan sikap bergantung dan berharap kepada Tuhan, itu doa yang egosentris.
3. Berdoa berarti kita berkomunikasi secara langsung kepada Allah tanpa perantara lain, selain Yesus
Kristus.
4. Doa Bapa Kami, doa ini diajarkan Tuhan Yesus kepada semua orang yang sedang mendengarkan
khotbah di atas bukit (Mat. 6:9-13). Doa ini dimulai dengan tiga pembagian utama, yaitu: (a) Doxology,
meninggikan dan mengagungkan Allah, Bapa yang kekal; (b) Humanity, menyatakan kebutuhan dan
keperluan jasmani dan rohani manusia kepada Allah; (c) Doxology, mengembalikan segala sesuatunya
bagi Allah saja (Rm. 11:36).
5. Doakan Firman Tuhan setiap hari agar isi doa tidak menurut kemauan diri sendiri, tetapi menurut
kehendak Allah. Firman Tuhan yang telah direnungkan menjadi pokok-pokok doa bagi orang Kristen.
6. Perantara satu-satunya yang membuat doa-doa kita sampai kepada Allah, yaitu Yesus Kristus, Anak
Allah yang Tunggal. Hanya di dalam Nama Yesus Kristus setiap doa itu diakhiri dan dapat berjalan
sebagaimana Allah kehendaki (Yoh. 15:8).
2. PRAYER AND WORSHIP
Worship (Penyembahan/Ibadah)
1. Doxology, penyembahan yang benar ialah di dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24), artinya penyembahan
itu bersifat rohani bukan jasmaniah belaka. Selain itu, penyembahan itu harus di dalam kebenaran. Firman
Tuhan itu adalah kebenaran (Yoh. 17:17) dan perkataan-perkataan yang Tuhan katakan adalah kebenaran
dan hidup (Yoh. 6:63). Jadi penyembahan harus kembali di dalam terang firman Tuhan, bukan pengalaman
mistis.
2. Christ-center, penyembahan itu harus berpusat pada Kristus. DIA lah yang ditinggikan dan diagungkan sampai
selama-lamanya. Segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya di dalam Kristus.
3. Penyembahan Kristen berada di bawah pimpinan Roh Kudus untuk memuliakan Kristus. Roh Kudus memenuhi
hati setiap orang percaya untuk hidup benar dan kudus di hadapan Allah (coram Deo).Seluruh hidup kita
adalah penyembahan atau ibadah kepada Allah. Tidak ada ruang dan waktu, dimana kita tidak menyembah
Allah. Setiap kegiatan apa pun di dalam atau di luar merupakan rangkaian ibadah kepada Allah. Karena kita
ini adalah gereja atau tubuh-Nya yang dikuduskan untuk menyatakan kehadiran Allah bagi hidup kita.
4. Ibadah dalam Perjanjian Lama selalu dikaitkan dengan korban persembahan, tata ibadah di dalam Kemah
Suci (zaman Musa) atau Bait Allah (di mulai pada zaman Salomo), jabatan imam yang dipimpin oleh suku
Lewi (keturunan Harun), serta waktu dan tempat-tempat tertentu. Ibadah bertujuan untuk menyatakan
kebesaran dan keagungan Allah, yang mengampuni dan mengasihi umat-Nya.
5. Ibadah dalam Perjanjian Baru tidak lagi dilakukan seperti dalam Perjanjian Lama. Ibadah tidak lagi membawa
korban persembahan berupa hewan (domba, kambing, burung tekukur), ibadah tidak harus ke Yerusalem
atau berada di Bait Allah, dan lain.
6. Roma 12:1-2, menuliskan tentang ibadah yang kudus yakni mempersembahkan diri secara total kepada Allah.
Persembahan itu bukan lagi bersifat ceremonial , tetapi persembahan itu hidup yang berkenan di hadapan
TUHAN.
7. Ibadah itu bukan hanya doa, memuji Tuhan, kesaksian, dan perenungan firman Tuhan yang dilakukan setiap
hari Minggu; Tetapi ibadah juga dilakukan di dalam setiap aktivitas orang-orang percaya.
3. FASTING, SELF-EXAMINATION, HOSPITALITY
1. Fasting (Puasa)
a. Puasa bukan untuk memaksakan kemauan diri atau menyiksa diri (asketis). Puasa dilakukan untuk memantapkan komitmen
untuk tunduk sepenuhnya di bawah kehendak Allah.
b. Puasa merupakan sarana merendahkan diri di hadapan Allah (Im. 16:19-20; Ez. 8:21).
c. Puasa sebagai sarana untuk bertobat kepada Allah (1 Sam. 7:5-6; Neh. 9:1-2; Yun. 3:5-8)
d. Puasa sebagai tanda berdukacita (Maz, 35:13-14; Neh. 1:4)
e. Puasa sebagai sarana bimbingan dan pertolongan Allah (Kel. 34:28; Ez. 8:21-23)
f. Puasa disertai dengan tindakan atau perbuatan yang berkenan di hati Tuhan (Yes. 58:3-11)
g. Puasa bukan sebuah penampilan atau kesombongan (Mat. 6:16-18; 1 Sam. 16:7)