Anda di halaman 1dari 24

Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

Bab V

Larutan Elektrolit dan Reaksi


5 Redoks
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

Peta Konsep
Elektrolit Kuat (Banyak
Menghasilkan Ion-Ion)
jenis
Elektrolit
bersifat
Larutan Elektrolit Lemah (Sedikit
Menghasilkan Ion-Ion)
bersifat
Nonelektrolit

Asam Basa Garam


jenis jenis

Asam Kuat Asam Lemah Basa Kuat Basa Lemah


termasuk termasuk termasuk termasuk

Elektrolit Kuat Elektrolit Lemah Elektrolit Kuat Elektrolit Lemah

Netralisasi (Tidak Mengalami Perubahan Biloks)


kategori
Reaksi
Redoks (Mengalami Perubahan Biloks)
terdiri
dari
Oksidator (Zat yang Mengalami Reduksi) Reduktor (Zat yang Mengalami Oksidasi)
Reduksi: Penurunan Bilangan Oksidasi Oksidasi: Peningkatan Bilangan Oksidasi
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

A. Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit


Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik.
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik.
Untuk mengetahui
suatu larutan bersifat
elektrolit atau
nonelektrolit, dapat diuji
dengan alat penguji
elektrolit.

Alat penguji elektrolit


Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

2. Elektrolit Kuat dan Lemah

Elektrolit kuat adalah elektrolit yang dapat menguraikan semua


zat terlarut (100%) menjadi ion-ionnya.
Perbandingan antara zat yang terionisasi dengan zat mula-mula
disebut sebagai derajat ionisasi yang diberi lambang .

banyaknya zat yang terurai


100%
banyaknya zat mula - mula

Elektrolit kuat mempunyai harga = 1. Contohnya larutan NaCl


dan larutan HCl.
Nonelektrolit = 0, contohnya larutan glukosa dan larutan urea.
Harga elektrolit lemah mendekati 0, misalnya asam asetat
(CH3COOH) dan amonium hidroksida (NH4OH).
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

3. Asam, Basa, dan Garam

Menurut Arrhenius, asam adalah suatu zat yang jika


dilarutkan ke dalam air dapat menghasilkan ion H+.
Basa adalah suatu zat yang jika dilarutkan ke dalam air dapat
menghasilkan ion OH.
Bagian anion yang dilepaskan oleh asam di samping H+
disebut sebagai sisa asam.
Asam kuat adalah asam yang dalam larutannya mudah
melepaskan ion H+. Asam-asam ini merupakan elektrolit kuat.
Asam lemah adalah asam yang dalam larutannya sukar
melepaskan ion H+. Asam-asam ini merupakan elektrolit
lemah.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

Basa kuat adalah basa yang mudah melepaskan ion OH dalam


larutannya. Basa-basa ini merupakan elektrolit kuat.

Basa lemah adalah basa yang sukar melepaskan ion OH


dalam larutannya. Basa-basa ini merupakan elektrolit lemah.

Garam adalah persenyawaan yang terbentuk antara ion logam


atau ion amonium (NH4+) dengan sisa asam.

Larutan garam yang mudah larut dalam air juga merupakan


elektrolit kuat.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

4. Reaksi Asam, Basa, dan Pembentukan Garam

Reaksi-reaksi yang melibatkan asam, basa, dan garam


dapat ditulis sebagai persamaan reaksi molekuler maupun
reaksi ion.
Reaksi antara ion H+dan ion OH membentuk H2O disebut
reaksi penetralan.
Pada saat ion H+ tepat habis bereaksi dengan ion OH
disebut titik ekuivalen.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

a. Reaksi antara Logam dan Asam


Reaksi antara besi (Fe) dengan larutan asam klorida.
Reaksi molekuler:
Fe(s) + 2 HCl(aq) FeCl2(aq) + H2(g)
Reaksi ion:
Fe(s) + 2 H+(aq) + 2 Cl(aq) Fe2+(aq) + 2 Cl(aq) + H2(g)
Fe(s) + 2 H+(aq) Fe2+(aq) + H2(g)
b. Reaksi antara Logam dan Garam (Reaksi Penggantian Logam
oleh Logam Lain dari Suatu Garam)
Reaksi antara logam Zn dengan larutan CuSO4(aq).
Reaksi molekuler:
Zn(s) + CuSO4(aq) Cu(s) + ZnSO4(aq)
Reaksi ion:
Zn(s) + Cu2+(aq) Cu(s) + Zn2+(aq)
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

c. Reaksi antara Oksida Asam dan Basa


Reaksi antara gas SO3 dengan larutan KOH.
Reaksi molekuler:
SO3(g) + 2 KOH(aq) K2SO4(aq) + H2O(l)
Reaksi ion:
SO3(g) + 2 OH(aq) SO42(aq) + H2O(l)

d. Reaksi antara Oksida Basa dan Asam

Reaksi antara CaO dan larutan HCl.


Reaksi molekuler:
CaO(s) + 2 HCl(aq) CaCl2(aq) + H2O(l)
Reaksi ion:
CaO(s) + 2 H+(aq) Ca2+(aq) + H2O(l)
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

e. Reaksi antara Oksida Basa dan Oksida Asam


Oksida basa + oksida asam garam
Contoh, reaksi antara CaO dengan gas CO2.
Reaksi molekuler:
CaO(s) + CO2(g) CaCO3(s)
Reaksi ion: tidak ada (sama dengan reaksi molekuler karena
spesi-spesi yang terlibat dalam reaksi tidak terionisasi).

f. Reaksi antara Logam dan Nonlogam

Logam + nonlogam garam


Contoh, reaksi pembakaran magnesium oleh oksigen.
Reaksi molekuler:
2 Mg(s) + O2(g) 2 MgO(s)
Reaksi ion: tidak ada
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

g. Reaksi Pengendapan
Reaksi pengendapan adalah reaksi yang menghasilkan endapan.
Contoh, reaksi antara perak nitrat dan natrium kromat
Reaksi molekuler:
2 AgNO3(aq) + Na2CrO4(aq) Ag2CrO4(s) + 2 NaNO3(aq)
Reaksi ion:
2 Ag+(aq) + CrO42(aq) Ag2CrO4(s)

h. Reaksi yang menghasilkan gas


Contoh, reaksi antara natrium karbonat dan asam oksalat
menghasilkan gas CO2.
Reaksi molekuler:
NaHCO3(aq) + H2C2O4(aq) Na2C2O4(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Reaksi ion:
CO32(aq) + 2 H+(aq) H2O(l) + CO2(g)
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

Contoh:
Sebanyak 1,12 liter gas karbon dioksida (0 oC, 1 atm) dialirkan ke
dalam larutan kalsium hidroksida jenuh. Berapa gram endapan
kalsium karbonat yang dapat dihasilkan (Ar : Ca = 40, C = 12, O =16)?

Jawab:
1,12
Gas CO2 yang ada = 1,12 L = mol = 0,05 mol
22,4
Ca(OH)2(aq) + CO2(g) CaCO3(s) + H2O(l)
mula-mula : 0,05 mol 0 mol
yang bereaksi : 0,05 mol
setelah reaksi : 0 mol 0,05 mol

CaCO3 yang dihasilkan = 0,05 mol = 0,05 x Mr (CaCO3) g


= 0,05 x 100 g = 5 g.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

B. Reaksi Oksidasi dan Reduksi


1. Perkembangan Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi

a. Konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan


dan pelepasan oksigen

Oksidasi : reaksi antara suatu zat dan oksigen.


Contoh:
2 Mg(s) + O2 (g) 2 MgO(s)

Reduksi : reaksi pelepasan oksigen dari suatu zat.


Contoh:
CuO(s) + H2 (g) Cu(s) + H2O(g)
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

b. Konsep oksidasi reduksi ditinjau dari pelepasan dan


penerimaan elektron

Oksidasi : melepaskan elektron


Reduksi : menerima elektron
Contoh:
2 K(s) + Cl2(g) 2 K+Cl(s)

Satu atom K melepaskan 1 elektron.


K K+ + e (oksidasi)
Satu atom Cl menerima 1 elektron.
Cl + e Cl (reduksi)
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

c. Konsep oksidasi reduksi ditinjau dari perubahan bilangan


oksidasi
Oksidasi : peningkatan bilangan oksidasi
Reduksi : pengurangan bilangan oksidasi
Bilangan oksidasi (biloks) : muatan yang dimiliki oleh suatu
atom dalam suatu ikatannya dengan atom lain.
Biloks positif ditunjukkan oleh banyaknya elektron yang dilepas
oleh satu atom unsur
Biloks negatif ditunjukkan oleh banyaknya elektron yang
diterima oleh satu atom unsur.
Atom yang lebih kuat menarik elektron (elektronegativitasnya
lebih besar) mempunyai bilangan oksidasi negatif.
Atom yang kurang kuat menarik elektron (elektronegativitasnya
kecil) bilangan oksidasinya positif.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

Aturan penentuan biloks:


1. Biloks unsur bebas (unsur tidak membentuk senyawa dengan unsur
lain, misalnya Mg, K, Fe, Cl2, dan O2 ) = 0.
2. Biloks ion sesuai dengan muatan ionnya (misalnya, biloks Cl = 1,
SO42 = 2, PO43 = 3).
3. Jumlah biloks unsur-unsur dalam suatu molekul atau ion sama
dengan muatan molekul (0) atau muatan ionnya.
4. Dalam senyawanya:
a. Biloks O = 2 (kecuali dalam F2O, biloks O = +2 dan dalam
peroksida seperti H2O2 dan BaO2, biloks O = 1).
b. Biloks H = +1 (kecuali dalam hidrida seperti NaH dan KH, biloks
H = 1).
c. Unsur yang elektronegativitasnya lebih besar ditandai berbiloks
negatif, sedangkan unsur yang elektronegativitasnya lebih kecil
ditandai berbiloks positif.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

d. Biloks golongan alkali (golongan IA), Li, Na, K, Rb, dan Cs = +1.
e. Biloks golongan alkali tanah (golongan IIA), Mg, Ca, Sr, dan Ba =
+2.
f. Senyawa biner (senyawa yang hanya terdiri atas dua unsur),
biloks unsur-unsur golongan VIIA (F, Cl, Br, dan I) = 1, dan
golongan VIA (O dan S) = 2.
5. Unsur nonlogam dapat memiliki beberapa biloks bergantung pada
atom lain yang diikatnya.
Contoh, belerang (S) dapat menerima dua elektron (misalnya,
Na2S), tetapi mungkin juga belerang membentuk senyawa dengan
unsur yang lebih elektronegatif sehingga pasangan elektronnya
lebih tertarik ke arah unsur yang lain. Misalnya, dalam SO2 biloks S
= +4 dan dalam SO3 biloks S = +6. Dengan demikian, biloks S = 2,
+4, dan +6.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

Contoh:
Tentukan bilangan oksidasi masing-masing unsur dalam senyawa:
A. Na2O; B. K2Cr2O7.
Jawab:
A. Na2O
biloks O = 2 (aturan 4a), (1 atom O) x (2) = 2
biloks Na = +1 (aturan 4d), (2 atom Na) x (+1) = +2
Jumlah biloks = 0 (aturan 3)
B. K2Cr2O7
biloks K = +1 (aturan 4d), (2 atom K) x (+1) = +2
biloks O = 2, (7 atom O) x (2) = 14
biloks Cr = x, (2 atom Cr) x (x) = 2x
Jumlah biloks = 0
+2 14 + 2x = 0 maka x = +6. Jadi, biloks Cr = +6.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

2. Reaksi Otoredoks (Disproporsionasi)


Jika dalam suatu reaksi terdapat suatu zat yang mengalami
oksidasi dan reduksi secara bersamaan, reaksi tersebut disebut
reaksi otoredoks atau reaksi disproporsionasi.
Reduksi

NaOH(aq) + Cl2(g) NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)


0 1 +1
Oksidasi

Zat yang mengalami oksidasi berarti menjadikan zat lain mengalami


reduksi disebut reduktor.
Zat yang mengalami reduksi berarti menjadikan zat lain mengalami
oksidasi disebut oksidator.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

3. Hubungan Reaksi Redoks dengan Tata Nama


Senyawa
Untuk unsur-unsur logam yang hanya mengalami satu jenis
perubahan redoks, penamaannya langsung disebutkan nama
logam diikuti nama sisa asam.
Contoh: NaCl : Natrium klorida
CaSO4 : Kalsium sulfat
Untuk unsur-unsur logam yang mengalami beberapa macam
redoks, ada dua cara penamaannya.
1. Cara lama
Disebutkan nama Latin logam dengan akhiran:
-o untuk logam berbilangan oksidasi rendah
-i untuk logam berbilangan oksidasi tinggi
diikuti nama sisa asamnya.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

Contoh:
FeCl2 : fero klorida CoCl2 : kobalto klorida
FeCl3 : feri klorida CoCl3 : kobalti klorida

2. Cara baru disebut sistem Stock.

Disebut nama logam diikuti tanpa jarak bilangan oksidasi


unsur dengan angka Romawi dalam tanda kurung (angka
Romawi), kemudian disebutkan nama sisa asamnya.
Contoh:
FeCl2 : besi(II) klorida CoCl2 : kobalt(II) klorida
FeCl3 : besi(III) klorida CoCl3 : kobalt(III) klorida
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

Hubungan Bilangan Oksidasi dengan Penamaan Asam


Beroksigen (HxAOy)

Penamaan untuk unsur A dengan bilangan oksidasi rendah,


disebutkan asam diikuti nama Latin unsur A dengan akhiran -it.
Untuk unsur A dengan bilangan oksidasi tinggi, disebutkan asam
diikuti nama Latin unsur A dengan akhiran -at.

Unsur Biloks Rumus Kimia Asam Nama Asam

N +3 HNO2 Asam nitrit


+5 HNO3 Asam nitrat
P +3 H3PO3 Asam fosfit
+5 H3PO4 Asam fosfat
S +4 H2SO3 Asam sulfit
+6 H2SO4 Asam sulfat
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

C. Konsep Reaksi Redoks dalam Lingkungan


1. Peruraian Zat oleh Bakteri
Zat-zat yang ada di alam ini pada umumnya dapat
diuraikan oleh bakteri aerob (perlu udara) maupun bakteri
anaerob (tidak memerlukan udara).
Pada saat bakteri aerob bekerja >> terjadi reaksi oksidasi
Pada saat bakteri anaerob bekerja >> terjadi reaksi reduksi
Bakteri anaerob menghasilkan zat-zat yang berbau
sekaligus gas metana (CH4) yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar.
Bakteri anaerob untuk mereduksi senyawa-senyawa
organik dimanfaatkan untuk pembuatan biogas.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7

2. Pembakaran Hidrokarbon
Pembakaran batu bara, bahan bakar minyak (BBM), dan
kayu (hutan) juga merupakan reaksi redoks.
Pembakaran sempurna akan menghasilkan gas karbon
dioksida (CO2) dan air (H2O).
Pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan gas
karbon monoksida (CO).
Gas karbon monoksida bersifat racun dan merugikan bagi
manusia karena mengganggu kerja hemoglobin.
Oksidasi

CH4(g) + 2 O2(g) CO2(g) + 2 H2O(g)


Reduksi

Anda mungkin juga menyukai