Anda di halaman 1dari 26

Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Elektrolit Kuat (Banyak


Menghasilkan Ion-Ion)
jenis
Elektrolit
bersifat
Larutan Elektrolit Lemah (Sedikit
Menghasilkan Ion-Ion)
bersifat
Nonelektrolit

Asam Basa Garam


jenis jenis

Asam Kuat Asam Lemah Basa Kuat Basa Lemah


termasuk termasuk termasuk termasuk

Elektrolit Kuat Elektrolit Lemah Elektrolit Kuat Elektrolit Lemah

Netralisasi (Tidak Mengalami Perubahan Biloks)


kategori
Reaksi
Redoks (Mengalami Perubahan Biloks)
terdiri
dari
Oksidator (Zat yang Mengalami Reduksi) Reduktor (Zat yang Mengalami Oksidasi)
Reduksi: Penurunan Bilangan Oksidasi Oksidasi: Peningkatan Bilangan Oksidasi
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

A. Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit


 Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik.
 Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik.
 Untuk mengetahui suatu
larutan bersifat
elektrolit atau
nonelektrolit, dapat
diuji dengan alat penguji
elektrolit.

Alat penguji elektrolit


Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

2. Elektrolit Kuat dan Lemah


 Elektrolit kuat adalah elektrolit yang dapat menguraikan semua zat
terlarut (100%) menjadi ion-ionnya.
 Perbandingan antara zat yang terionisasi dengan zat mula-mula
disebut sebagai derajat ionisasi yang diberi lambang .

banyaknya zat yang terurai



banyaknya zat mula - mula

 Elektrolit kuat mempunyai harga  = 1. Contohnya larutan NaCl


dan larutan HCl.
 Nonelektrolit  = 0, contohnya larutan glukosa dan larutan urea.
 Harga  elektrolit lemah mendekati 0, misalnya asam asetat
(CH3COOH) dan amonium hidroksida (NH4OH).
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

3. Asam, Basa, dan Garam

 Menurut Arrhenius, asam adalah suatu zat yang jika dilarutkan


ke dalam air dapat menghasilkan ion H+.
 Basa adalah suatu zat yang jika dilarutkan ke dalam air dapat
menghasilkan ion OH–.
 Bagian anion yang dilepaskan oleh asam di samping H+ disebut
sebagai sisa asam.
 Asam kuat adalah asam yang dalam larutannya mudah
melepaskan ion H+. Asam-asam ini merupakan elektrolit kuat.
 Asam lemah adalah asam yang dalam larutannya sukar
melepaskan ion H+. Asam-asam ini merupakan elektrolit lemah.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

 Basa kuat adalah basa yang mudah melepaskan ion OH– dalam
larutannya. Basa-basa ini merupakan elektrolit kuat.

 Basa lemah adalah basa yang sukar melepaskan ion OH– dalam
larutannya. Basa-basa ini merupakan elektrolit lemah.

 Garam adalah persenyawaan yang terbentuk antara ion logam atau


ion amonium (NH4+) dengan sisa asam.

 Larutan garam yang mudah larut dalam air juga merupakan


elektrolit kuat.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

4. Reaksi Asam, Basa, dan Pembentukan Garam

 Reaksi-reaksi yang melibatkan asam, basa, dan garam dapat


ditulis sebagai persamaan reaksi molekuler maupun reaksi
ion.
 Reaksi antara ion H+dan ion OH– membentuk H2O disebut
reaksi penetralan.
 Pada saat ion H+ tepat habis bereaksi dengan ion OH– disebut
titik ekuivalen.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
a. Reaksi antara Logam dan Asam
Reaksi antara besi (Fe) dengan larutan asam klorida.
Reaksi molekuler:
Fe(s) + 2 HCl(aq) → FeCl2(aq) + H2(g)
Reaksi ion:
Fe(s) + 2 H+(aq) + 2 Cl–(aq) → Fe2+(aq) + 2 Cl–(aq) + H2(g)
Fe(s) + 2 H+(aq) → Fe2+(aq) + H2(g)
b. Reaksi antara Logam dan Garam (Reaksi Penggantian Logam
oleh Logam Lain dari Suatu Garam)
Reaksi antara logam Zn dengan larutan CuSO4(aq).
Reaksi molekuler:
Zn(s) + CuSO4(aq) → Cu(s) + ZnSO4(aq)
Reaksi ion:
Zn(s) + Cu2+(aq) → Cu(s) + Zn2+(aq)
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

c. Reaksi antara Oksida Asam dan Basa

Reaksi antara gas SO3 dengan larutan KOH.


Reaksi molekuler:
SO3(g) + 2 KOH(aq) → K2SO4(aq) + H2O(l)
Reaksi ion:
SO3(g) + 2 OH–(aq) → SO42–(aq) + H2O(l)

d. Reaksi antara Oksida Basa dan Asam

Reaksi antara CaO dan larutan HCl.


Reaksi molekuler:
CaO(s) + 2 HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l)
Reaksi ion:
CaO(s) + 2 H+(aq) → Ca2+(aq) + H2O(l)
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

e. Reaksi antara Oksida Basa dan Oksida Asam


Oksida basa + oksida asam → garam
Contoh, reaksi antara CaO dengan gas CO2.
Reaksi molekuler:
CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s)
Reaksi ion: tidak ada (sama dengan reaksi molekuler karena spesi-
spesi yang terlibat dalam reaksi tidak terionisasi).

f. Reaksi antara Logam dan Nonlogam

Logam + nonlogam → garam


Contoh, reaksi pembakaran magnesium oleh oksigen.
Reaksi molekuler:
2 Mg(s) + O2(g) → 2 MgO(s)
Reaksi ion: tidak ada
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

g. Reaksi Pengendapan
Reaksi pengendapan adalah reaksi yang menghasilkan endapan.
Contoh, reaksi antara perak nitrat dan natrium kromat
Reaksi molekuler:
2 AgNO3(aq) + Na2CrO4(aq) → Ag2CrO4(s) + 2 NaNO3(aq)
Reaksi ion:
2 Ag+(aq) + CrO42–(aq) → Ag2CrO4(s)
h. Reaksi yang menghasilkan gas
Contoh, reaksi antara natrium karbonat dan asam oksalat
menghasilkan gas CO2.
Reaksi molekuler:
Na2CO3(aq) + H2C2O4(aq) → Na2C2O4(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Reaksi ion:
CO32–(aq) + 2 H+(aq) → H2O(l) + CO2(g)
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Contoh:
Sebanyak 1,12 liter gas karbon dioksida (0 oC, 1 atm) dialirkan ke dalam
larutan kalsium hidroksida jenuh. Berapa gram endapan kalsium
karbonat yang dapat dihasilkan (Ar : Ca = 40, C = 12, O =16)?

Jawab:
1,12
Gas CO2 yang ada = 1,12 L = mol = 0,05 mol
22,4
Ca(OH)2(aq) + CO2(g) → CaCO3(s) + H2O(l)
mula-mula : 0,05 mol 0 mol
yang bereaksi : 0,05 mol –
setelah reaksi : 0 mol 0,05 mol

CaCO3 yang dihasilkan = 0,05 mol = 0,05 x Mr (CaCO3) g


= 0,05 mol x 100 = 5 g.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

B. Reaksi Oksidasi dan Reduksi


1. Perkembangan Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi

a. Konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan dan


pelepasan oksigen

Oksidasi : reaksi antara suatu zat dan oksigen.


Contoh:
2 Mg(s) + O2 (g) → 2 MgO(s)

Reduksi : reaksi pelepasan oksigen dari suatu zat.


Contoh:
CuO(s) + H2 (g) → Cu(s) + H2O(g)
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

b. Konsep oksidasi reduksi ditinjau dari pelepasan dan


penerimaan elektron

Oksidasi : melepaskan elektron


Reduksi : menerima elektron
Contoh:
2 K(s) + Cl2(g) → 2 K+Cl–(s)

Satu atom K melepaskan 1 elektron.


K → K+ + e– (oksidasi)
Satu atom Cl menerima 1 elektron.
Cl + e– → Cl– (reduksi)
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

c. Konsep oksidasi reduksi ditinjau dari perubahan bilangan


oksidasi
Oksidasi : peningkatan bilangan oksidasi
Reduksi : pengurangan bilangan oksidasi
 Bilangan oksidasi (biloks) : muatan yang dimiliki oleh suatu atom
dalam suatu ikatannya dengan atom lain.
 Biloks positif ditunjukkan oleh banyaknya elektron yang dilepas
oleh satu atom unsur
 Biloks negatif ditunjukkan oleh banyaknya elektron yang diterima
oleh satu atom unsur.
 Atom yang lebih kuat menarik elektron (elektronegativitasnya
lebih besar) mempunyai bilangan oksidasi negatif.
 Atom yang kurang kuat menarik elektron (elektronegativitasnya
kecil) bilangan oksidasinya positif.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Aturan penentuan biloks:
1. Biloks unsur bebas (unsur tidak membentuk senyawa dengan unsur lain,
misalnya Mg, K, Fe, Cl2, dan O2 ) = 0.
2. Biloks ion sesuai dengan muatan ionnya (misalnya, biloks Cl – = –1, SO42– =
–2, PO43– = –3).
3. Jumlah biloks unsur-unsur dalam suatu molekul atau ion sama dengan
muatan molekul (0) atau muatan ionnya.
4. Dalam senyawanya:
a. Biloks O = –2 (kecuali dalam OF2, biloks O = +2 dan dalam peroksida
seperti H2O2 dan BaO2, biloks O = –1).
b. Biloks H = +1 (kecuali dalam hidrida seperti NaH dan KH, biloks H =
–1).
c. Unsur yang elektronegativitasnya lebih besar ditandai berbiloks
negatif, sedangkan unsur yang elektronegativitasnya lebih kecil
ditandai berbiloks positif.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

d. Biloks golongan alkali (golongan IA), Li, Na, K, Rb, dan Cs = +1.
e. Biloks golongan alkali tanah (golongan IIA), Mg, Ca, Sr, dan Ba = +2.
f. Senyawa biner (senyawa yang hanya terdiri atas dua unsur), biloks
unsur-unsur golongan VIIA (F, Cl, Br, dan I) = –1, dan golongan VIA (O
dan S) = –2.

5. Unsur nonlogam dapat memiliki beberapa biloks bergantung pada atom


lain yang diikatnya.
Contoh, belerang (S) dapat menerima dua elektron (misalnya, Na 2S),
tetapi mungkin juga belerang membentuk senyawa dengan unsur yang
lebih elektronegatif sehingga pasangan elektronnya lebih tertarik ke
arah unsur yang lain. Misalnya, dalam SO2 biloks S = +4 dan dalam SO3
biloks S = +6. Dengan demikian, biloks S = –2, +4, dan +6.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Contoh:
Tentukan bilangan oksidasi masing-masing unsur dalam senyawa:
A. Na2O; B. K2Cr2O7.
Jawab:
A. Na2O
biloks O = –2 (aturan 4a), (1 atom O) x (–2) = –2
biloks Na = +1 (aturan 4d), (2 atom Na) x (+1) = +2
Jumlah biloks = 0 (aturan 3)
B. K2Cr2O7
biloks K = +1 (aturan 4d), (2 atom K) x (+1) = +2
biloks O = –2, (7 atom O) x (–2) = –14
biloks Cr = x, (2 atom Cr) x (x) = 2x
Jumlah biloks = 0
+2 – 14 + 2x = 0 maka x = +6. Jadi, biloks Cr = +6.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

2. Reaksi Otoredoks (Disproporsionasi)


Jika dalam suatu reaksi terdapat suatu zat yang mengalami oksidasi
dan reduksi secara bersamaan, reaksi tersebut disebut reaksi
Otoredoks atau reaksi disproporsionasi.
Reduksi

NaOH(aq) + Cl2(g) → NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)


0 –1 +1
Oksidasi

 Zat yang mengalami oksidasi berarti menjadikan zat lain mengalami


reduksi disebut reduktor.
 Zat yang mengalami reduksi berarti menjadikan zat lain mengalami
oksidasi disebut oksidator.
Tata Nama Senyawa Sederhana

Penamaan seyawa kimia yang terbentuk berdasar pada cara


sistematik yang disepakati secara internasional oleh IUPAC (The
International Union of Pure and Applied Chemistry).

1. Penamaan Senyawa Biner


a. Senyawa Biner dari Logam yang Jenis Muatannya Satu
dengan Nonlogam
Nama logam dituliskan terlebih dahulu diikuti nama anion
dengan akhiran ida.
Contoh:
NaCl : natrium klorida Mg3N2 : magnesium nitrida
CaO : kalsium oksida KH : kalium hidrida
ZnS : seng sulfida BaF2 : barium fluorida
Tata Nama Senyawa Sederhana

b. Senyawa Biner dari Logam yang Jenis Muatannya Lebih


dari Satu dengan Nonlogam

1. Cara lama, unsur-unsur dinamai dengan nama Latin. Unsur


dengan muatan yang kecil diberi akhiran o, sedangkan unsur
dengan muatan besar diberi akhiran i.

Contoh: FeCl2 : fero klorida CuCl : kupro klorida


FeCl3 : feri klorida CuCl2 : kupri klorida

2. Cara baru disebut sistem Stock (sesuai IUPAC). Cara ini


menggunakan nama Inggris + besarnya muatan yang ditulis
dengan huruf Romawi dalam tanda kurung.

Contoh: FeCl2 : besi(II) klorida CrS : kromium(II) sulfida


FeCl3 : besi(III) klorida Cr2S3 : kromium(III) sulfida
Tata Nama Senyawa Sederhana

c. Senyawa Biner antara Dua Nonlogam


Penamaan dengan menunjukkan banyaknya atom dalam molekul
yang dituliskan dengan menggunakan awalan Yunani:
mono- = 1 (sering tidak disebutkan)
di- = 2 penta- = 5 okta- = 8
tri- = 3 heksa- = 6 nona- = 9
tetra- = 4 hepta- = 7 deka- = 10

Contoh: SO2 : sulfur dioksida PCl5 : fosforus pentaklorida


SO3 : sulfur trioksida N2O5 : dinitrogen pentaoksida

Senyawa tertentu dengan H biasanya kata hidrogen diganti


dengan asam.
Contoh: HF : hidrogen fluorida atau asam fluorida.
HCl : hidrogen klorida atau asam klorida.
Tata Nama Senyawa Sederhana

2. Penamaan Senyawa Poliatomik (lebih dari Dua Atom)

Penamaan senyawa AyBx yang terbentuk dari kation Ax+ dan anion
By– : nama kation + nama anion.
Rumus
Kation Anion Nama Senyawa
Senyawa
H+ CN– HCN asam sianida
H+ CO32– H2CO3 asam karbonat
H+ SO42– H2SO4 asam sulfat
K+ OH– KOH kalium hidroksida
Al3+ OH– Al(OH)3 aluminium hidroksida
K+ SO42– K2SO4 kalium sulfat
Mg2+ CO32– magnesium karbonat
Al3+ MgCO3 aluminium sulfat
Fe3+ SO42– Al2(SO4)3 fero kromat (cara lama)
CrO42– Fe2(CrO4)3 besi(III) kromat (sistem Stock)
Tata Nama Senyawa Sederhana

3. Penamaan Senyawa Hidrokarbon Sederhana

Golongan Rumus Rumus


Nama Nama
(Rumus Umum) Molekul Molekul
Alkana CH4 metana C6H14 heksana
(CnH2n+2) C2H 6 etana C7H16 heptana
C3H 8 propana C8H18 oktana
C4H10 butana C9H20 nonana
pentana dekana
C5H12 C10H22
Alkena etena heptena
(CnH2n) C2H 4 propena C7H14 oktena
C3H 6 butena C8H16 nonena
C4H 8 pentena C9H18 dekena
C5H10 heksena C10H20
C6H12
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

C. Konsep Reaksi Redoks dalam Lingkungan


1. Peruraian Zat oleh Bakteri
 Zat-zat yang ada di alam ini pada umumnya dapat diuraikan
oleh bakteri aerob (perlu udara) maupun bakteri anaerob
(tidak memerlukan udara).
 Pada saat bakteri aerob bekerja >> terjadi reaksi oksidasi
 Pada saat bakteri anaerob bekerja >> terjadi reaksi reduksi
 Bakteri anaerob menghasilkan zat-zat yang berbau sekaligus
gas metana (CH4) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.
 Bakteri anaerob untuk mereduksi senyawa-senyawa organik
dimanfaatkan untuk pembuatan biogas.
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

2. Pembakaran Hidrokarbon
 Pembakaran batu bara, bahan bakar minyak (BBM), dan
kayu (hutan) juga merupakan reaksi redoks.
 Pembakaran sempurna akan menghasilkan gas karbon
dioksida (CO2) dan air (H2O).
 Pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan gas karbon
monoksida (CO).
 Gas karbon monoksida bersifat racun dan merugikan bagi
manusia karena mengganggu kerja hemoglobin.
Oksidasi

CH4(g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2 H2O(g)


Reduksi

Anda mungkin juga menyukai