Uji Pre klinik Dilakukan pada hewan coba Lebih dari 2 spesies Uji farmakokinetik ,farmakodinamik efek toksik Pengukuran cairan biologis Dilakukan 3 tahap : Uji toksisitas akut -> LD 50, gejala toksisitas dan patologis Uji toksisitas kronis -> fungsi dan patologi organ Uji Pre Klinik Uji toksisitas khusus ->sistem repro, sistem teratogenesis, uji karsinogenisitas, uji mutagenisitas, uji adiksi Uji hewan belum dapat dijadikan patokan karena perbedaan spesies-> kasus talidomid Uji Klinik Dilakukan pada manusia Fase I, II , III, IV Uji Klinis Fase I Merupakan uji pertama kali pada manusia Yang diteliti keamanan dan tolerabilitas obat, bukan efikasinya Dilakukan pada sukarelawan sehat kecuali untuk obat toksik dilakukan pada pasien Tujuan pertama fase ini adala menetukan dosis maksimal yang dapat ditoleransi (maximally Tolerated Dose =MTD) yakni dosis sebelum timbul efek toksik yang tidak dapat diterima. Biasanya dosis dimulai dari 1/50 x dosis minimal yang menimbulkan efek pada spesies hewan paling sensitif. Untuk mencari efek toksiknya dilakukan pemeriksaan hematologi , faal hati, faal ginjal, urin rutin dll Total jumlah subjek antara 20-50 orang Uji Klinis Fase II Obat pertamakali dicobakan pada pasien Untuk mengetahui apakah obat ini memiliki efek terapi Dilakukan dibawah pengawasan ahli farmakologi klinik dan klinisi lain Seleksi pasien harus ketat, tidak ada penyakit penyerta dan tidak mendapat terapi lain dan setiap pasien harus dimonitor dengan intensif Fase II dibagi menjadi 3 tahap yaitu fase II awal ( terbuka) fase II komparatif dan fase II Akhir atau tersamar ganda Jumlah subjeknya biasanya 100-200 pasien Uji Klinis Fase III Dilakukan untuk mengetahui efikasi terapi dan untuk mengetahui kedudukannya dibandingkan dengan obat standar. Uji klinik ini digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai: Efeknya jika digunakan secara luasdan diberikan oleh dokter yang kurang ahli Efek samping lain yang belum terlihat pada fasi II Dampak penggunaannya pada pasien yang tidak diseleksi secara ketat. Dilakukan pada pasien yang tidak diseleksi ketat dan dikerjakan oleh peneliti yang tidak terlaku ahli sehingga menyerupai keadaan sebenarnya dalam penggunaan sehari hari Pada fase III biasanya pembandingan dilakukan dengan plasebo , obat yang sama dengan dosis berbeda, obat standar dengan dosis ekuiefektif atau obat lain yang indikasinya sama dengan dosis yang ekuiefektif. Pengujian dilakukan secara acak dan tersamar ganda Jika lolos fase III maka obat dapat dipasarkan Jumlah sampel biasanya 500 orang Uji Klinis Fase IV Post Marketing Drugs surveillance Fase ini bertujuan menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektivitas dan keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya Fase ini tidak terikat protokol penelitian Merupakan survey epidemiologi mengenai efeksamping dan efektifitas obat adapun yang diamati adalah : Efek samping yang frekwensinya rendah atau yang timbul setelah pemakaian obat bertahun tahun lamanya Efektifitas obat pada pasien berpenyakit berat atau berpenyakit ganda, pasien anak atau usia lanjut atau setelah pemakaian berulang kali dalam jangka panjang Masalah penggunaan berlebihan atau salah (misuse) atau (abuse) Dewasa ini waktu yang diperlukan untuk pengembangan suatu obat baru mulai dari sintesis bahan kimianya sampai dengan dipasarkan mencapai waktu 10 tahun atau lebih Regulasi Obat Obat merupakan bahan yang diregulasi oleh pemerintah (BPOM)-> melindungi konsumen Simpulan Penemuan obat baru untuk manusia membutuhkan uji pre klinis dan uji klinis untuk menjamin keamanan dan keefektifan obat pada manusia Daftar Pustaka Farmakologi dan Terapi FK UI edisi 5