Anda di halaman 1dari 161

INTEGRASI PMTCT KEDALAM

PELAYANAN KIA
Pendahuluan 1/2

HIV merupakan wabah global. Jumlah orang


yang terjangkit HIV terus meningkat di seluruh
dunia, termasuk Indonesia.
Cara penularan HIV yang sering terjadi di
seluruh dunia adalah melalui heteroseksual.
Terdapat peningkatan persentase kasus HIV &
AIDS pada perempuan di Indonesia.

Modul 1, Halaman 2
Pendahuluan 2/2

Epidemi HIV berpotensi menimbulkan dampak


buruk untuk kesehatan, psikologis, ekonomi dan
sosial.
Upaya penanggulangan HIV meliputi kegiatan
pencegahan, kegiatan pengobatan & perawatan,
dan kegiatan penunjang, dengan melibatkan
kerjasama multisektor.

Modul 1, Halaman 3
Latarbelakang
• Adanya peningkatan jumlah kasus HIV
positif terutama pada kalangan penduduk
usia reproduksi
• Telah banyak kejadian infeksi HIV pada
Bayi
• Perlu ada upaya untuk pencegahan
penularan HIV dari Ibu ke bayinya
• PMTCT dilaksanakan secara integrasi dlm
kesehatan reproduksi dan P2M (HIV/AIDS)
sesuai Buku Pedoman Nasional
Equitable Quality of Integrated
HIV Services for All
Peraturan Menteri Kesehatan
• Permenkes 21/2013 ttg Penanggulangan
HIV dan AIDS
• Permenkes 51/2013 ttg Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak
• Permenkes 75/2014 ttg Pusat Kesehatan
Masyarakat
• Permenkes 5/2013 ttg Panduan Praktik
Klinis Dokter di Fasyankes Primer
PerMenKes 75 / 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
Kebijakan
• PMTCT dilaksanakan melalui 4 Prong
• Setiap perempuan yg datang ke layanan KIA
mendapat informasi dan tes HIV
• Layanan test HIV dimungkinkan bagi
pasangan yg ingin punya anak
• 100% ibu hamil dg test + mendapat ART
• 100% Ibu hamil bersalin di tenaga/fasilitas
kesehatan yang terampil (APN + PI +
HIV/AIDS)
Dampak global epidemi HIV & AIDS

Dampak ekonomi negatif bagi negara


Sistem perawatan kesehatan yang berlebihan
Menurunkan harapan hidup
Menurunkan jumlah anak yang berhasil
bertahan hidup
Meningkatkan angka anak yatim piatu

Modul 1, Halaman 9
Mazami Enterprise © 2009
Dinamika Epidemi HIV
Jumlah Penduduk Indonesia: 240 juta

230,000
Wanita
75.000 Penjaja seks
penasun
6,7 Juta Pria
membeli Sex 4,9 Juta
menikah
(2-20% dari Pria Dewasa) dg pria risiko
tinggi
1,13 Juta
GWL
Anak-anak
Laki-laki Perempuan
Populasi Populasi Masyarakat
Bayi
Kunci Jembatan umum

Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV Tahun 2012, Kemenkes


1 Pekerja seks = 5 pelanggan/hari
60% pelanggan adalah pria beristri
10% perempuan hamil
150 laki laki 90 IRT 10 Bayi
GELOMBANG EPIDEMI HIV DI INDONESIA

Gelombang 3

Gelombang 2
2007-sekarang :
penularan melalui
1997 – 2007 Heteroseksual
Penularan - dari laki-laki
Gelombang 1 melalui alat pembeli seks
suntik (penasun) kepada
istri/pasangan
1987-1997
- dari Ibu yang HIV
Penularan melalui ke bayi
Hubungan seks
sejenis laki-laki
(homo)
Roadmap P2P HIV
90% Pop kunci tahu
LKB & SUFA status HIV Target 90/90/90
100% bayi dr Ibu HIV+
diagnosis dini (EID)

2030
2012 2016 2018 2020 2022 2027

Permenkes ttg
Skrining HIV, Sifilis, 2030
bumil Tripel Eliminasi getting to zero

Jalur Cepat T-O-P : 90-90-90


Perkembangan Langkah
Pengobatan ARV di Indonesia

All HIV
Non CD4 :
- Bumil,
(test &
CD4 < 350- Bayi/anak, treat all)
- TB,
CD4 < 200 - IMS,
- Hepatitis,
- Populasi Kunci

AIDS - Serodiscordant
- Epid Meluas
Jalur Cepat TOP

Percepatan strategi
Temukan-Obati-Pertahankan
(TOP) untuk mencapai
eliminasi HIV-AIDS pada tahun
2030
Target 90-90-90

Temukan : 90% ODHA mengetahui


statusnya HIV-nya

Obati : 90% ODHA yang tahu status


mendapatkan terapi ARV

Pertahankan : 90% ODHA yang mendapat terapi ARV


tidak terdeteksi virusnya
STRATEGI JALUR CEPAT TOP

S-T O P
Suluh: 90% masyarakat paham HIV
Temukan: 90% ODHA tahu statusnya
Obati: 90% ODHA mendapat terapi ARV
Pertahankan: 90% ODHA yang ART tidak
terdeteksi virusnya
90 - 1
Berapa yang seharusnya ditemukan???
HIV dan AIDS

700,000
32% 39% 44% 52%
613,435 613,435
591,823 591,823
600,000

500,000

400,000
Estimasi ODHA
319,103 ODHA
300,000 270,362 ODHA total
232,242
191,568
200,000

100,000
40,778 40,674 38,120 48,741

-
2013 2014 2015 2016
Berapa yang seharusnya di tes ???

16,000,000
14,701,100
5% 8% 9% 8%
14,000,000 13,341,833
12,706,433
12,000,000 11,435,767

10,000,000 Estimasi ODHA yg belum


ditemukan
8,000,000 Estimasi yang harus di tes
(positivity rate 3%)
6,000,000 Tes th berjalan

4,000,000

2,000,000 1,095,148 1,263,871 988,942


664,909
-
2013 2014 2015 2016
90 – 2
Jika dibandingkan dengan yang HIV
ditemukan
35,000
32,711
32% 56% 65% 66%
30,935
30,000 29,037
27,963

25,000

20,183
20,000 18,477
18,192
HIV +

15,000 ART

9,412
10,000

5,000

-
2013 2014 2015 2016
Satu langkah sebelum 90 – 3
Adherence ODHA yang ART

25,000
43% 32% 32% 29%
20,183
20,000
18,192 18,477

15,000

ART
Still on ART
10,000 9,412

6,459
5,821
5,358.33
5,000 4,047

-
2013 2014 2015 2016
JUMLAH KASUS HIV/AIDS DI KABUPATEN BOGOR SECARA
KUMULATIF SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2016
1200 1151
1037
1000
835
800 734
646
600 537
455
367
400 242
145
200 2 4 11 32
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

SUMBER: Program HIV Bidang P2PKL Dinkes Kab. Bogor


JUMLAH KASUS BARU HIV/AIDS BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2003 - 2016

120
105
100 92
81 77 77
80
64 63
55 55 55
60 45
38 41 37
33
40 27
21 20
16 16
11
20 34 5
02 02
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

KETERANGAN :

PEREMPUAN

SUMBER: Program HIV Bidang P2P Dinkes Kab. Bogor LAKI –LAKI
DISTRIBUSI KASUS HIV / AIDS BERDASARKAN UMUR DI
KABUPATEN BOGOR S/D TAHUN 2015

1000 916
800
600
400
200 13 16 5 1 25 53 5 3 0
0
0 - <1 1-< 5 5-<9 9-< 14 - < 19 19 - < 45 44 - < 55 54 - < 60 60 - < 70 > 70 Th
Th Th Th 14Th Th Th Th Th Th

SUMBER: Program HIV Bidang P2PKL Dinkes Kab. Bogor


PERKEMBANGAN DARI HIV MENJADI AIDS:
Tertular

Periode
Jendela HIV + AIDS

3 - 6 BULAN 5 - 10 TAHUN 1 - 2 TAHUN


Area & Tempat Virus HIV Dapat Berada

Darah Cairan Semen Cairan Vagina Air Susu Ibu


Penularan HIV
HIV tidak dapat ditularkan melalui
Kontak fisik biasa Makanan dan minuman
• Kontak di tempat kerja/ sekolah • Air, makanan, minuman
• Kontak di tempat umum • Alat makan & minum bersama

Kontak intim biasa Transmisi tak langsung


• Berjabat tangan, bersentuhan • Gigitan serangga
• Berpelukan, berciuman • Batuk, bersin
• Kolam renang, Toilet umum

Modul 1, Halaman 27
Mazami Enterprise © 2009
DILEMATIKA PENULARAN HIV KE BAYI
Waktu & Risiko Penularan HIV
dari ibu ke anak

Masa Kehamilan Persalinan Post partum melalui ASI

14-36mg 36 mg Selama
0-14 mg 0-6 bln 6-24 bln
kelahiran persalinan

1% 4% 12 % 8% 7% 3%

Semua tanpa ASI 15-25 %


Semua dengan pemberian ASI sampai 6 bulan 25-30%
Semua dengan pemberian ASI sampai 18-24 bulan 30-45 %

Source : De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9):1175-82


Kourlis et al. JAMA 2001; Decock et al.JAMA 2000
% PENULARAN HIV
DARI IBU KE ANAKNYA
DASAR PEMIKIRAN IMPLEMENTASI
PROGRAM PMTCT

• Strategi Penanggulangan AIDS Nasional 2003 – 2007 


pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi merupakan
progr prioritas.

• Kebijakan Umum pencegahan penularan HIV dari ibu ke


bayi sejalan dg kebijakan umum KIA & kebijakan lainnya
selama ini.

• Layanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi bisa


diintegrasikan dg paket layanan KIA/KB di tiap jenjang
yankes.
Konsep dasar intervensi PMTCT
• Kurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif
• Turunkan Viral Load serendah-rendahnya
• Meminimalkan paparan janin/bayi dengan
cairan tubuh ibu HIV positif
• Optimalkan kesehatan ibu dengan HIV positif

Modul 2, Halaman 32
Kurangi jumlah ibu hamil dengan
HIV positif
Sikap:
1. Cegah HIV pada seluruh wanita usia reproduksi
2. Cegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita
usia reproduksi terinfeksi HIV
Keputusan untuk hamil:
• Pasangan
• Konseling • Dukungan Keluarga
• Pengobatan
• Pemantauan Pertimbangan dokter:
• CD4 > 500
• Viral load tidak terdeteksi
• Minum ARV teratur Halaman 33
Modul 2,
Turunkan Viral Load serendah-
rendahnya
Sikap:
1. Minum ARV teratur (bila tidak hamil)
2. Minum ARV Profilaksis teratur (bila hamil)

Modul 2, Halaman 34
Meminimalkan paparan janin/bayi
dengan cairan tubuh ibu HIV positif
Sikap:
1. Kehamilan: Ibu minum ARV Profilaksis
2. Persalinan:
• Seksio sesarea atau
• Pervaginam tanpa trauma ke ibu & janin

3. Laktasi:
• Susu Formula Eksklusif (bila memenuhi syarat AFASS)
• ASI Eksklusif (maksimal 6 bulan)

Tidak boleh MakananModul


Campuran
2, (Mix Feeding) !!! Halaman 35
Optimalkan kesehatan ibu
dengan HIV positif
Sikap:
1. Minum Roboransia
2. Pola Hidup Sehat:
• Cukup nutrisi, cukup istirahat, cukup olahraga
• Tidak merokok, tidak minum alkohol

3. Menggunakan kondom:
• Mencegah infeksi baru (bila pasangan non odha)
• Mencegah superinfeksi (bila pasangan odha)

Modul 2, Halaman 36
Target Cakupan Integrasi PMTCT
Jumlah ibu hamil 1,10 %*CBR* populasi
Jumlah pengunjung klinik ANC 90 % ibu hamil

100 % Ibu hamil yang ANC mendapat konseling HIV


60 % Ibu hamil yang mendapat konseling, melakukan uji HIV

Bagi ibu hamil reaktif HIV


100 % Mendapatkan terapi ARV
100 % Bersalin di fasilitas kesehatan yang sudah
melayani HIV
100 %Ibu hamil bersalin ditolong oleh Tenaga Kesehatan Terampil
(APN+ UP/HIV)
100 %Layanan KIA melaksanakan Kewaspadaan Universal/
Universal Precaution
Kejadian Unmet-need menurun
Modul 9,
25% dari kondisi awal
Halaman 37
Kerangka pikir peningkatan kualitas dan pelayanan PMTCT
Tenaga Masyarakat
Kesehatan Peningkatan

Eliminasi
Cakupan Kualitas
Stigma & Diskriminasi
Sosialisasi
Dukungan

RS Rujukan ARV
VCT 204
25 Mazami Enterprise © 2009
ARV 148 (124+24)
Advokasi
Mendapat
Hambatanlayanan
75 235
Ibu dengan Lintas Program
HIV
H H
Puskesmas RS Swasta Dukungan
H H
Pustu
H Bidan praktik
swasta
Lintas Sektor
Polindes
Modul
PMTCT dilaksanakan 9, Dit Binkes Ibu, Ditjen Binkesmas
oleh Halaman 38
Mazami Enterprise © 2009
FAKTOR RESIKO
PENULARAN HIV
• Kehamilan:
– Viral load ibu yg tinggi (infeksi
bari / AIDS lanjut.
– Infeksi plasenta (virus, bakteri,
parasit).
– Infeksi menular seksual.
FAKTOR RESIKO
PENULARAN HIV
• Persalinan:
– Viral load yg tinggi.
– Pecah ketuban dini (lebih 4 jam).
– Persalinan yg invasif.
– Chorioamnionitis.
FAKTOR RESIKO
PENULARAN HIV
• Menyusui:
– Viral load tinggi.
– Durasi menyusui.
– Makanan campuran pada tahap awal.
– Mastitis / abses pada payudara.
– Status gizi yang buruk.
– Penyakit mulut pada bayi.
Penularan HIV dari Ibu ke Anaknya

Kecenderungan infeksi HIV pada


perempuan dan anak meningkat

• Diperlukan berbagai upaya untuk mencegah


infeksi pada perempuan, serta mencegah
penularan dari ibu hamil ke bayi
– PMTCT (Prevention of Mother to Child
Transmission)
Kegiatan Komprehensif
1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada
perempuan usia reproduksi
2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
pada ibu dengan HIV
3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu
hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan
perawatan kepada ibu dengan HIV beserta bayi
& keluarganya
WHO
1 2 3

4 Modul 2, Halaman 43
Mazami Enterprise © 2009
1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada
perempuan usia reproduksi

A bsen seks
A bstinence
B ersikap saling setia B e Faithful
C egah dengan kondom C ondom
D ilarang menggunakan napza D rug No
Kegiatan Pencegahan Primer kepada
PUS sebelum terjadinya infeksi
•Penyebar luasan Informasi
•Penyuluhan berkelompok
•Konseling
•Mobilisasi masyarakat
•Layanan bersahabat untuk pria 1
Halaman 44
Mazami Enterprise © 2009
AKTIVITAS DI STRATEGI I

• 1. Menyebarluaskan informasi (KIE)


tentang HIV/AIDS
– Meningkatkan kesadaran perempuan tentang
bagaimana cara menghindari penularan HIV
dan IMS
– Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes
HIV secara sukarela
AKTIVITAS DI STRATEGI I

• 2. Mengadakan penyuluhan HIV/AIDS


secara kelompok (Peer Group Education).
– Mempelajari tentang pengurangan risiko
penularan HIV dan IMS (termasuk
penggunaan kondom)
– Bagaimana bernegosiasi seks aman
(penggunaan kondom) dengan pasangan

PMTCT Generic
Training Package
AKTIVITAS DI STRATEGI I

• 3. Mobilisasi masyarakat
– Melibatkan petugas lapangan (kader PKK,
bidan dll) untuk memberikan informasi
pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat
dan untuk membantu klien mendapatkan
akses layanan kesehatan.
AKTIVITAS DI STRATEGI I

• 4. Konseling untuk perempuan HIV


negatif
– Ibu hamil yang hasilnya tesnya HIV
negatif perlu didukung agar status
dirinya tetap HIV negatif
– Menganjurkan agar pasangannya
menjalani tes HIV

PMTCT Generic
Training Package
AKTIVITAS DI STRATEGI I

• 5. Layanan yang bersahabat untuk pria


– Membuat layanan kesehatan ibu dan anak yang
bersahabat untuk pria sehingga mudah diakses
oleh suami / pasangan ibu hamil
– Mengadakan kegiatan “kunjungan pasangan”
pada kunjungan ke layanan kesehatan ibu dan
anak
AKTIVITAS DI STRATEGI II
(Pencegahan kehamilan pada ibu HIV +)

 KIE tentang HIV/AIDS & praktek seks aman


 Konseling dan tes HIV sukarela untuk pasangan
 Pencegahan dan pengobatan IMS
 Promosi kondom
 Menganjurkan ibu HIV positif mengikuti keluarga
berencana dengan cara yang tepat
 Senantiasa menerapkan kewaspadaan universal
 Membentuk dan menjalankan layanan rujukan
AKTIVITAS DI STRATEGI III
(Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV(+) ke bayi)

 Layanan KIA yang komprehensif;


 VCT
 Pemberian ART
 Konseling tentang makanan bayi
 Layanan persalinan yang aman.
LAYANAN ANC UNTUK IBU HAMIL

 Diintegrasikan dg paket pelayanan ANC


di seluruh jenjang sarana layanan
kesehatan.
 Petugas kesehatan juga memberi
informasi tentang arti penting konseling &
tes HIV sukarela.
KONSELING & TES HIV
SUKARELA

 Ibu hamil dg kesadaran sendiri menentukan


sikap untuk menjalani / tidak menjalani
konseling & tes HIV
 Tidak boleh ada paksaan
 Perlu ruang khusus utk menjamin kerahasiaan
klien
 Pre tes konseling & post tes konseling
PEMBERIAN ARV

 Di bawah pengawasan dokter


 Jelaskan efek samping yg dapat terjadi
 Post partum, ARV dilanjutkan utk
meningkatkan kualitas hidup ibu
 Sebaiknya ada pendamping minum ARV,
krn tingkat kepatuhan sangat menentukan
efektivitas hasil penggunaan ARV
KONSELING PEMBERIAN
MAKANAN BAYI

 Ibu hamil dg HIV(+) perlu dikonseling agar mampu


memberi keputusan ttg makanan yg akan diberikan pd
bayinya.
 Pilihan I : susu formula selama 1 th.
 Pilihan II : ASI eksklusif selama 4-6 bln bila susu
formula tidak memungkinkan & tidak memenuhi AFASS
(Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, Safe).
 Tidak boleh memberikan ASI dicampur susu formula
LAYANAN PERSALINAN YG AMAN

 Ibu hamil perlu dikonseling agar memiliki


cukup informasi utk memberi keputusan
sendiri ttg cara persalinannya.
 Utk mengurangi risiko penularan HIV, ibu
dapat menjalani SC, walaupun tindakan
persalinan per vaginam dpt juga dijalani.
 Tenaga kesehatan perlu menerapkan KU
Strategi IV: MTCT Plus
Menyediakan Perawatan dan Dukungan kepada
Wanita terinfeksi HIV dan keluarganya

Perawatan Medis Dukungan Psikososial


• VCT • Konseling
• Terapi profilaksis • Dukungan spiritual
• Terapi IO • Konseling lanjutan
• HAART • Dukungan masyarakat
• Perawatan paliatif
DEWASA, ANAK-
ANAK DAN
KELUARGA YG
MENGALAMI
DAMPAK HIV

Dukungan HAM dan Dukungan sosioekonomis


Hukum: • Dukungan material
• Partisipasi ODHA • micro-credit
• Mengurangi • Dukungan gizi
PMTCT Generic
stigma/diskriminasi
Training Package
IMPLEMENTASI PROGRAM
Ibu Hamil Mobilisasi Masyarakat - P emerintah
- Tenaga Kader
- Tenaga LSM
Partisipasi
Pria
Layanan ANC untuk Ibu Hamil Penyuluhan Kesehatan - Petugas Kesh.
di Klinik ANC, Puskesmas & PMTCT di Masyarakat - Tenaga LSM
- Tenaga Kader

- Petugas Kesh.
Informasi Konseling & Tes HIV Sukarela (VCT) - Tenaga LSM
- Tenaga Kader

Tak Bersedia Dikonseling Bersedia di Konseling Konselor VCT


Pre - Test Pre - Test

Tak Bersedia Bersedia Bidan


di Test HIV di Test HIV

Pemeriksaan Laboratorium Petugas Lab.

Konseling Post - Test Konselor VCT

- Konselor VCT
Hasil Test Hasil Test - Relawan
HIV Negatif HIV Positif - Odha

Pemberian ARV - Dokter


- Relawan

Konseling Pemberian - Konselor


Makanan Bayi - Relawan

Layanan Persalinan yg Aman - Dokter


- Bidan

Dukungan Psikososial & Perawatan - Konselor


bagi Ibu HIV Positif dan Bayinya - Rela wan
PMTCT Generic - Dokter
Training Package - Bidan
MOBILISASI MASYARAKAT

KEGIATAN :
 Penyuluhan pada ibu hamil & pasangannya agar mau
memeriksakan kehamilannya ke layanan ANC
 Menyebarluaskan pesan tentang HIV/AIDS untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat & mengurangi
stigma & diskriminasi thd ODHA
 Memanfaatkan kader (Ibu PKK, tokoh masyarakat) utk
memotivasi ibu hamil menghadiri penyuluhan
kesehatan
PARTISIPASI PRIA

 Mendukung ibu hamil datang ke


layanan ANC
 Membantu ibu hamil pd saat2
penting : ikut tes HIV, mengambil
hasil tes, menggunakan obat ARV,
memilih makanan bayi
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL &
PERAWATAN

 Ibu hamil perlu terus mendapat dukungan


psikologis & sosial stl melahirkan, apalagi ia
membutuhkan ARV jangka panjang.
 Perlu ada hubungan kerja yg baik antara RS
dg LSM dalam memberikan layanan rujukan
medis & psikososial
AKSELERASI SUFA
TOP 90-90-90

HARI KE 2
Pemilihan Rute Persalinan:
Pervaginam-Perabdominam
TUJUAN
• Tidak terjadi penularan
- ke janin-bayi
- ke team penolong
- ke pasien lainnya

• Kondisi ibu baik

• Efektif dan efisien


TIDAK TERJADI PENULARAN
KE JANIN -BAYI

• Turunkan VL serendah-rendahnya
- Deteksi dini
- ARV
- Hidup normal

• Rute kelahiran tergantung:


- VL
- Kesiapan RS: Universal Precaution
- Status Obstetriks
KEWASPADAAN UNIVERSAL

 Suatu Program

 Bertujuan
– Mencegah/menimalkan penularan infeksi
– Antara: Medis – paramedis – Penunjang medis – pasien; melalui
atau tanpa alat kedokteran

 Prinsip Utama
– Semua dianggap potensial infektif

 Cara
– Prosedur Pencegahan infeksi
HIV HBV
 Transmisi melalui darah,  Transmisi melalui darah,
semen, duh vagina dan semen dan duh vagina,
ASI ASI ?
 10 – 60 partikel virus per  1juta – 1 milyar partikel
ml darah virus per ml darah
 Virus dapat bertahan  Dapat hidup diluar tubuh
diluar badan hanya dalam sampai beberapa hari
beberapa jam  100 kali lipat lebih
 Belum ada vaksin menular dari HIV
 Tersedia vaksin dengan 3
dosis (Resistensi ?)
RISIKO PENULARAN

Sumber Penularan HBV (%) HIV (%)

Luka dikulit 27 – 37 0,3 -04


(tertusuk jarum)

Mukokutan “Mudah” < 0,1

Gerberding 1995; Seelf 1978.


CARA
(PROSEDUR PENCEGAHAN INFEKSI)

 Cuci tangan
 Dekontaminasi
 Desinfeksi Tingkat tinggi
 Sterilisasi
 Pelindung (barriers)
– Sarung tangan
– Apron
– Google
– Masker
– Sepatu bot
Cuci tangan
 Prosedur utama/terpenting
 Sebelum dan sesudah memeriksa klien
 Saat tiba dan sebelum pulang
 Sebelum - sesudah makan
 Sebelum – sesudah BAK/BAB
 Sebelum (dekontaminasi) – sesudah (cegah
kemungkinan bocor) melepas sarung tangan
 Setelah terpapar darah/cairan tubuh (sekresi – ekskresi)
walau menggunakan sarung tangan
PROTECTIVE BARRIERS

Gunakan sarung tangan:


– Saat melakukan tindakan di klinik atau ruang
operasi
– Saat membereskan instrumen kotor, sarung
tangan atau peralatan lainnya
– Saat membuang limbah – kotoran (kasa, verban,
underpath, dll)
Gunakan kaca mata pelindung, masker dan
apron
– Jika ada risiko terpercik: cuci alat
Dekontaminasi
Prinsip:
– Membuat HBV dan HIV tidak aktif
– Alkes menjadi aman
– Harus dikerjakan sebelum mencuci
alat atau melepas sarung tangan

Kegiatan:
– Merendam alat dan sarung tangan
sehabis digunakan dalam chlorine
0.5%.
– Rendam selama 10 menit dan bilas
sampai bersih segera.
– Lap meja dan lantai dengan larutan
chlorin
PROSEDUR KECELAKAAN KERJA

• Pertolongan pertama:
– Kulit yang terluka harus dengan segera di
cuci dan digosok dengan sabun berulang kali
dan povidon iodine, atau klorhexidin
– Mata atau membrana mukosa harus di-irigasi
dengan NaCl 0.9% atau air bidestilata selama
5 – 10 menit
• Laporkan dan catat dalam buku laporan
kecelakaan kerja
• Laksanakan protap kecelakaan kerja
TANGGUNG JAWAB PROFESI

• Anda bertanggung jawab kepada:


Diri anda
Teman kerja
Klien
Siapapun ditempat kerja
Dan Lingkungan
PENATALAKSANAAN BAYI
DARI IBU HIV POSITIF

1/6/2018 75
Perawatan segera bayi yang
terpajan HIV
LAKUKAN
• Potong tali pusat dengan perlindungan kain
kasa.
• Tentukan makanan bayi sesuai pilihan ibunya.
• Berikan Vitamin K.
• Gunakan salep mata gentamisin bila terbukti
terdapat infeksi gonore (diplokokus)
• Berikan BCG sesuai protokol pemerintah.

1/6/2018 76
Perawatan segera bayi yang
terpajan HIV

JANGANLAH
 Melakukan suction kecuali jika terdapat cairan
mekonium.
 Menggunakan suction melalui mulut.
 Menggunakan suction mekanik dengan
tekanan lebih besar dari 100 mmHg.

1/6/2018 77
Profilaksis bayi
 Untuk semua bayi lahir dari ibu HIV (+)
 ZDV mulai hari pertama (umur 12 jam) selama 6 minggu
 NVP 1x/hari dalam masa 48-72 jam pertama

Dosis zidovudin
 Bayi cukup bulan: 2 mg/kgBB 4x/h
 Bayi prematur (<34 mgg): 1,5 mg/kgBB 2x/hari
selama 2 minggu, kemudian 2 mg/kgBB 3x/hari, 2
minggu, diikuti 2 mg/kgBB/hari, 2 minggu terakhir
Dosis nevirapin
 2 mg/kgBB

1/6/2018 78
PILIHAN MAKANAN BAYI
DALAM KONTEKS HIV

79
Pendahuluan
HIV dapat ditularkan saat dalam kandungan, persalinan,
saat menyusui.
Pengobatan dan pencegahan ARV pada ibu dan bayi dapat
mengurangi MTCT dalam kandungan dan persalinan, tapi
tidak bagi bayi yang disusui
ASI berpotensi menularkan HIV ( 5 – 20% WHO)
Beberapa keadaan dapat meningkatkan resiko penularan
melalui ASI ( Viral load, baru terinfeksi HIV,lama
menyusui,putingsusu lecet dsb)
HIV pada anak terutama terjadi dinegara
berkembang dimana ASI eksklusif diperlukan
untuk menurunkan kematian bayi dari penyakit
infeksi lain dan malnutrisi

80
Konseling dan dukungan pemberian
makanan bayi ibu HIV

Meningkatkan kualitas praktek pemberian


makanan bayi

Mencegah malnutrisi

Mencegah transmisi HIV pada bayi

Mengurangi resiko kematian bayi


81
Makanan Bayi :
Ibu yang terinfeksi HIV
REKOMENDASI WHO, UNICEF
Ibu dg HIV ( +) sebaiknya tidak menyusui bayinya
bila susu formula sejak lahir :
Acceptable (dapat diterima )
Feasible ( layak, memungkinkan )
Affordable ( terjangkau )
Sustainable ( berkelanjutan )
Safe ( Aman )
Bila keadaan tidak memungkinkan direkomendasikan
untuk memberikan ASI Eksklusif pada bulan-bulan
pertama
Untuk mengurangi resiko penularan HIV, menyusui
82 sebaiknya dihentikan bila keadaan sudah
memungkinkan
Pilihan Makanan Bayi :
Ibu yang terinfeksi HIV
Susu Artificial / pengganti
Susu formula komersiel
Formula buatan rumah
Susu hewan yang dimodifikasi
Susu bubuk dan susu evaporated
Exclusive Breastfeeding
Modified Breastfeeding
ASI Eksklusif dengan penghentian dini
ASI peras yang dipanaskan
Ibu susu
83
Bank ASI
Susu yang cocok dan tidak sebagai sumber
susu formula bayi modifikasi buatan rumah
Cocok Tidak cocok
Susu sapi, kambing, biri-biri , Susu hewan segar yang
kerbau yang segar dilarutkan dg jumlah yg tak
Susu Bubuk Full-cream atau jelas
whole milk Susu bubuk yang skim atau
Susu diuapkan (Evaporated) rendah lemak
Susu diolah dg panas tinggi Susu kental manis atau susu
(UHT) condensed
Bubur ecer dari gandum
Juice buah, teh
Diperlukan suplement zat gizi mikro, karena susu hewan
84 relatif lebih rendah kadar besi, zinc, vit A, C dan asam folat
Menyusui Eksklusif

0–6 6 – 12 bulan 6 – 12 bulan


bulan KEUNTUNGAN KERUGIAN
Cairan hidup yang Resiko MTCT selama
mengandung anti infeksi menyusui
Mudah dicernak Memerlukan menyusu
Bergizi dan lengkap sesuai permintaan bayi
Selalu tersedia, tak Ibu memerlukan kalori
85 diperlukan persiapan tambahan- gizi seimbang
Meningkatkan bonding
Menyusui Eksklusif dengan
penghentian secara dini

0 - 3-6 bln 3 - 6 bln 6 - 12 bln 12 - 24 bln


Kerugian:
Keuntungan:
Perlu pengganti ASI
Nutrisi ideal
Payudara bengkak
Melindungi terhadap infeksi
Risiko hamil meningkat
Membatasi paparan HIV
Resiko transmisi HIV
bayi
Meningkatkan resiko
Mudah didapat
86 diarrhea, malnutrisi
Minum dg gelas perlu sabar
ASI ibu lain ( Ibu Susu)
6 - 12 bln 12 - 24 bln
0 - 6 bln

KEUNTUNGAN : KERUGIAN:
ASI makanan bayi yg Harus dikonfirmasi ,
sempurna, melindungi dari melindungi diri dari infeksi HIV
infeksi lain Selalu siap menyusui
Murah bahkan gratis Resiko kehamilan dini
Tidak ada risiko infeksi HIV meningkat
87 jika ibu lain tidak HIV + Bayi menjalin hubungan dg
ibu lain
ASI perah yang dimasak
12 - 24 bln

KERUGIAN
Tidak efektif melindungi bayi
dari infeksi lain
0 - 6 bln 6 - 12 bln Perlu keterampilan, waktu ,air
bersih, bahan bakar
KEUNTUNGAN Minum dg cangkir perlu
•Virus HIV mati dg dipanaskan kesabaran
•Nutrisi ideal Disimpan di tempat dingin &
•Selalu tersedia digunakan 1 jam stl dipanaskan
•Orang lain dapat membantu Pertanyaan kenapa memasak
88
ASI
Butir-butir Penting
• Semua ibu dg HIV ( +) membutuhkan konseling
dan dukungan dalam memberikan makanan
pada bayinya
• Resiko penularan HIV menetap selama ibu menyusui
• Ibu berhak memilih cara pemberian makanan pada
bayinya, pertugas penyuluh kesehatan mendukung
pilihan ibu
• Ibu dg HIV ( + ) tidak dianjurkan menyusui bila
susu formula dapat diterima, memungkinkan,
mampu membeli, berkesinambungan dan aman

89
Butir-butir Penting….lanjutan

• Pemberian ASI eksklusif dengan penghentian


dini pada usia 6 bulan atau sebelumnya,
pilihan yang tepat bila ingin memberikan ASI

• Konsuling, pendidikan dan dukungan, kunci


keberhasilan dalam membuat dan
mempertahan-
kan praktek pemberian makanan bayi yang
aman

• Konseling postnatal dan follow up diperlukan


90 selama 2 tahun pertama kehidupan bayi
PENCEGAHAN KEHAMILAN
YANG TIDAK DIRENCANAKAN
PADA IBU HIV POSITIF
Alasan Mencegah Kehamilan
yang Tidak Direncanakan
 Cukup banyak ibu HIV+ yang melakukan aborsi (di China,
2004).
 Ibu HIV+ cenderung untuk tidak ingin memiliki bayi yang
memiliki penyakit fatal  khawatir dengan biaya
perawatan  siapa yang akan merawat bayinya jika si ibu
sakit-sakitan dan meninggal karena AIDS.
 Sebagian besar perempuan HIV+ tidak tahu status HIV
dirinya  mencegah kehamilan tak direncanakan perlu
juga bagi ibu HIV negatif.
 Perempuan HIV+ yang banyak tanda penyakit dan gejala
HIV memiliki viral load yang tinggi dan mempunyai risiko
tinggi untuk menularkan HIV ke bayi yang dikandungnya.
ALAT KONTRASEPSI
Pemberian alat kontrasepsi
yang aman dan efektif serta
konseling yang berkualitas

membantu ibu HIV + dalam melakukan


seks yang aman, mempertimbangkan jumlah
anak yang dilahirkannya, serta menghindari
lahirnya anak-anak yang terinfeksi HIV.
Alat kontrasepsi yang
dianjurkan adalah kondom
karena bersifat proteksi ganda:

1. dapat mencegah kehamilan;


2. dapat mencegah penularan HIV dan IMS;
(meskipun angka keberhasilan kondom untuk mencegah
kehamilan lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral
ataupun implant).
ALAT KONTRASEPSI

Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim


tidak diajurkan karena bisa menjalarkan
infeksi ke atas sehingga mengakibatkan
penyakit radang panggul.

Ibu HIV + yang memakai IUD cenderung


mengalami perdarahan yang bisa
meningkatkan risiko penularan HIV kepada
orang lain.
ALAT KONTRASEPSI

Kontrasepsi oral dan kontrasepsi


hormon jangka panjang seperti
implant dan suntik bukan
kontraindikasi pada ibu HIV positif.
Spons dan diafragma kurang
efektif untuk mencegah terjadinya
kehamilan maupun penularan HIV.
Ibu HIV + ada yang memanfaatkan
efek menyusui bayi sebagai upaya
untuk menunda kehamilan berikutnya
(konstrasepsi laktasi).
Namun, karena khawatir terjadinya
penularan HIV ke bayi, ibu HIV positif
tidak lagi menyusui bayinya.

Perlu penggunaan alat


kontrasepsi lain sebagai
pengganti kontrasepsi laktasi.
Apapun cara kontrasepsi
yang pilih untuk mencegah
kehamilan

setiap berhubungan seks


dengan pasangannya ibu HIV+
harus menggunakan kondom.
KONSELING & TES HIV
Tujuan Utama
• Untuk membuat keputusan klinis dan atau
menentukan pelayanan medis khusus
yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa
mengetahui status HIV seseorang, seperti
misal ART.
Sasaran ( 1 )
• Ibu hamil
• Bayi/anakterinfeksi HIV
• pasien IMS
• pasien TB
• pasien Hepatitis
• pasangan ODHA
• Populasi Kunci : WPS, LSL, TG, Penasun,
WBP
• Semua orang yg tinggal di daerah epidemi
meluas
Sasaran ( 2 )
• Disarankan kepada semua pasien yang
menunjukkan gejala dan tanda klinis yang
mungkin mengindikasikan infeksi HIV, tanpa
memandang tingkat epidemi daerahnya
• Sebagai prosedur baku perawatan medis
pada semua pasien yang datang di sarana
kesehatan di daerah dengan epidemik
meluas
• Disarankan dengan lebih selektif kepada
pasien di daerah dengan tingkat epidemi
terkonsentrasi atau rendah.
Bagaimana caranya?
• Memberikan informasi penting tentang
HIV/AIDS
• Menjelaskan bahwa konfidensialitas akan
terjaga dan jelaskan prosedurnya
• Memastikan kesediaan pasien untuk
menjalani tes HIV dan minta persetujuannya
• Informasi tambahan bila diperlukan dapat
diberikan melalui rujukan untuk konseling
tambahan.
KONSELING & TES HIV
• VCT :
– Voluntary counseling and Testing
– Client-Initiated HIV testing and Counseling
– Konseling dan tes HIV sukarela
• PITC:
– Provider-Initiated HIV testing and Counseling
– Tes dan konseling HIV atas prakarsa petugas
kesehatan
PITC
• Adalah suatu tes HIV dan konseling atau
tepatnya pemberian informasi selama 5 –
10 menit yang diinisiasi oleh petugas
kesehatan kepada pengunjung sarana
layanan kesehatan sebagai bagian dari
standar pelayanan medis.
• Inisiasi oleh petugas kesehatan secara
aktif kepada klien atau pasien.
Layanan PITC
• Sebagai Diagnostik
– Pasien datang dg gejala dan keluhan yang
kemungkinan terkait dg HIV yg diagnosis dan
tatalaksana klinisnya tergantung pada
diagnosis HIV
• Sebagai prosedur rutin
– Penawaran tes HIV sebagai kegiatan dari
evaluasi setiap pasien di layanan yang
terletak di daerah prevalensi HIV yang tinggi
Pelaksanaan PITC
• Petugas kesehatan
• Komunikasi Pra –Tes
• Konseling paska tes disesuaikan dg hasil
tes pasien
• Disertai rujukan untuk mengakses ART
• Pencatatan serta pelaporan
Pelaksanaan PITC
• Sesuai dengan pedoman WHO/UNAIDS :
mengedepankan “ 5C 2R”
• Infomed consent, counseling, correct
testing, Connection/linkage to prevention,
care and treatment services.
• Referral and recording reporting
Pelaksanaan PITC
• Tingkat epidemi HIV yang meluas
– Bertujuan mengidentifikasi infeksi HIV pada
seuruh pasien yang berobat
• Tingkat epidemi HIV yang terkonsentrasi
dan rendah
Keuntungan PITC pada program
• Membiasakan konseling dan tes HIV di
layanan kesehatan dan masyarakat
• Meningkatkan cakupan layanan tes dan
konseling
• Mengidentifiksi pasien yang memerlukan
ART
• Memperbaiki tatalaksana IO dan HIV
DIAGNOSIS
• ANTIBODI
– RDT (Rapid Diagnostic Test)
– EIA (Enzyme Immuno-Assay)
– WB (Western Blot)

• ANTIGEN
– p24
– PCR-DNA atau EID (Early Infant Diagnosis)
KELEBIHAN

• Meningkatkan akses untuk pencegahan


dan intervensi
• Konseling dan diagnosis di hari yang sama
• Mudah digunakan
• Tidak dibutuhkan keahlian khusus
• Waktu pemeriksaanan di bawah 30 menit
• Tidak membutuhkan pendinginan
• Tidak membutuhkan peralatan khusus
KEKURANGAN
• Jumlah pemeriksaan yang dapat
dikerjakan per running sedikit
• Quality Assurance (QA)/Quality Kontrol
(QC) sulit dilakukan
• Pembacaan hasil pemeriksaan subyektif
• Hasil harus dibaca pada waktu singkat.
• Dokumentasi dan reprodusibilitas
pemeriksaan rendah
HASIL TES RAPID
(Imunokromatografi)

Terdapat pita pada


C (Control) dan
T (Test)
 Hasil Reaktif

HAL PENTING
Reaktif Non
Reaktif KETEBALAN PITA
WAKTU PEMBACAAN
STRATEGI 3
INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN ANTI
HIV
TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN ANTI HIV
PEMILIHAN REAGENSIA
1. PERHATIKAN :
1. REAGEN 1 SENSITIFITAS > 99 %
2. REAGEN 2 SPESIFISITAS > 98%
3. REAGEN 3 SPESIFISITAS > 99 % DAN
REAGEN 2
2. JUMLAH DAN MASA KADALUARSA
REAGENSIA
PrEP dan PEP

Pre Exposure Prophylaxis dan Post


Exposure Prophylaxis
Workshop Akselerasi SUFA dan TOP
PEMAPARAN KERJA TERHADAP
PENULARAN HIV

Risiko terinfeksi HIV pada petugas kesehatan jika


pemaparan tersebut terjadi dengan darah,
jaringan atau
cairan tubuh lain yang cukup mengandung darah:
• Cidera pada kulit (misalnya tusukan jarum atau
terpotong benda tajam)
• Kontak dengan selaput lendir atau kulit yang
tidak utuh (misalnya kulit terbuka yang pecah,
lecet atau terkena dermatitis)
RISIKO KECELAKAAN KERJA

• Risiko penularan HIV setelah tertusuk


jarum dari klien HIV positif  3 : 1000
• Risiko penularan HBV setelah tertusuk
jarum dari klien HBV positif  27-37 : 100
• Volume Percikan Darah terinfeksi HBV
yang mampu menularkan HBV  10-8ml =
0.00000001 ml
RISIKO PENULARAN DI
SARANA PELAYANAN KESEHATAN

Agen Cara pajanan Resiko infeksi

HBV Perkutaneus 30 %

HCV Perkutaneus 3%

HIV Perkutaneus 0.3 %

HIV Mukokutaneus 0.03 %


PENGOBATAN PASCA-PEMAPARAN

Langkah-langkah yang segera pasca-pemaparan


• Bersihkan luka atau kulit yang terpapar dengan
sabun dan air
• Untuk luka suntik atau alat tajam, biarkan darah
keluar untuk beberapa saat sebelum dibersihkan
• Beritahukan supervisor mengenai jenis
pemaparan dan langkah-langkah yang diambil
• Jaga kerahasiaan dan dukung serta beri rujukan
untuk pengobatan
Direkomendasikan obat ARV jangka pendek untuk
mengurangi kemungkinan penularan
PrEP
• PrEP adalah singkatan dari Pre-Exposure
Prophylaxis.
• Profilaksis artinya “mencegah penyebaran
penyakit”. Menekan penularan HIV dan
PrEP adalah salah satu metode baru yang
digunakan.
PrEP
• Seorang dengan HIV negatif akan meminum
sebutir tablet (mengandung dua jenis obat
antiretroviral) setiap hari untuk mencegah
tertular HIV. Hal ini, digabungkan dengan
metode pencegahan lainnya seperti misalnya
pemakaian kondom, dapat menjadi perlindungan
yang sangat baik.
• Kombinasi dari 2 obat ARV: tenofovir dan
emtricitabine ( Truvada ® )
PrEP
• Jadi siapa saja yang mengonsumsi PrEP ?

• Obat ini tidak direkomendasikan untuk sembarang


orang, melainkan hanya untuk orang-orang yang
terus-menerus berisiko tinggi terserang HIV, misalnya:
pasangan penderita HIV positif, pekerja seksual para
pelaku hubungan intim sejenis.
• Metode ini dapat juga digunakan ketika pasangan
yang salah satunya menderita HIV ingin mempunyai
keturunan. Penting untuk dicatat bahwa ini bukanlah
vaksin untuk HIV, melainkan hanyalah strategi
pencegahan namun PrEP saat ini belum tersedia di
Indonesia.
PEP
• PEP adalah singkatan dari Post-Exposure
Prophylaxis. Setelah seseorang terpapar
pada HIV, PEP dapat diberikan untuk
mengurangi risiko menularkan
penyakitnya.
• Biasanya jenis pengobatan ini untuk
situasi: setelah terjadinya pemerkosaan,
dan bagi pekerja medis jika terluka ketika
bekerja (misalnya tertusuk jarum suntik).
PEP
• Agar efektif, obat ini harus dikonsumsi dalam
kurun waktu 72 jam sejak pemaparan dan
mengandung 2 sampai 3 antiretroviral yang
harus dikonsumsi selama satu bulan.
• Tes HIV terlebih dahulu sebelum memulai
pengobatan (sebab obat ini hanya diberikan
pada orang yang HIV negatif). Apabila status
HIV positif segera melakukan pengobatan HIV.
• Pengobatan diulang pada minggu keenam, lalu
bulan ketiga dan bulan keenam.
PEP
• Ada dua jenis PEP :
– Occupational PEP (oPEP) yaitu seseorang yg
bekerja di pelayanan kesehatan potensial
terpapar bahan yang terinfeksi HIV.
– Non-occupational PEP yaitu seseorang
potensial terpapar HIV diluar area kerja
(misalnya : kondom yg rusak, aniaya
seksual).
ALUR TATALAKSANA PAJANAN DARI
PASIEN TERINFEKSI HIV

Apakah sumber pajanan berupa darah, cairan berdarah,


atau bahan lain yang berpotensi menularkan atau alkes
yang tercemar

Macam pajanan Kulit intak, PPP (-)

Kulit/ mukosa non Menembus kulit


intak

Jarum
Vol. Vol Jarum solid/
berlubang
sedikit banyak goresan
besar,
(KP1) (KP2) supervisial
tusukan
(KP2)
dalam(KP3)
KODE STATUS HIV (KS)

Status HIV sumber Pajanan

HIV (-) PPP (-) HIV (+) Tidak


diketahui
status /
sumbernya
Titer tinggi, AIDS CD4
Titer rendah rendah VL meningkat
Asimtomatik, HIV Primer
CD4 tinggi
KS tidak tahu
KS 2
KS 1
MENANGANI DAN
MENDEKONTAMINASI
PERALATAN DAN BAHAN
PENGERTIAN
• Dekontaminasi: Langkah pertama dalam membuat perlengkapan
aman untuk ditangani. Ini membutuhkan perendaman dalam cairan
klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah yang penting ini dapat
membunuh baik virus hepatitis B maupun HIV.
• Pencucian: Pencucian yang efisien dengan sabun dan air panas
adalah hal yang penting sebelum proses disinfeksi atau sterilisasi.
– Buang mikroorganisme yang berjumlah besar.
– Buang kontaminan seperti debu, minyak, garam dan
bahan-bahan organis yang melindunginya.
• Disinfeksi: Sebuah prosedur kimia yang menghilangkan sebagian
besar mikroorganisme patogenik yang umum. Tidak mematikan
semua bentuk mikroba (misalnya spora bakteri).
• Sterilisasi: Mematikan semua mikroorganisme.
Menangani Peralatan dan Bahan

Strategi-strategi mengurangi risiko


• Periksa kondisi peralatan pelindung
• Buang bahan bekas dengan aman
• Sediakan bahan pembersih dan disinfeksi yang tepat
• Dekontaminasi alat-alat dan perlengkapan
• Pantau keutuhan kulit
Menangani dan Membuang
Benda Tajam

• Hanya menggunakan alat semprot dan alat suntik


satu kali.
• Menghindari penutupan ulang, membengkokkan,
atau mematahkan jarum.
• Gunakan wadah anti bocor untuk pembuangan.
• Bubuhkan tanda pada wadah – “TAJAM”
• Jangan mengisi terlalu penuh atau menggunakan
kembali wadah alat tajam.
• Membuang alat tajam sesuai dengan protokol lokal
Menangani Jarum dan Alat Tajam

• Gunakan wadah anti bocor untuk penyimpanan


dan/atau pembuangan.
• Jangan menutup ulang jarum sebelum membuang
kecuali menggunakan teknik satu tangan.
Peralatan Pelindung Personal

Peralatan pelindung personal dasar


• Sarung tangan – ukuran yang benar
• Celemek – sebagai pelindung anti air
• Pelindung mata – untuk mencegah percikan
yang tidak disengaja
• Alas kaki – boot karet atau sepatu kulit yang
bersih
Cara Kerja yang Aman

Untuk mengurangi risiko kerja


• Periksa situasi dan wilayah risiko tinggi
• Kembangkan standar dan protokol keselamatan
• Buat langkah-langkah untuk mengurangi
tekanan kerja
• Orientasikan staf yang baru dengan protokol
• Berikan pendidikan dan supervisi yang terus-
menerus kepada staf
• Kembangkan protokol untuk pengobatan pasca-
pemaparan
Mengurangi Risiko pada
Fasilitas Obstetrik

Minimalisasi risiko tinggi pemaparan terhadap darah


atau cairan tubuh yang tertular HIV pada unit obstetrik
• Tutupi kulit yang luka dengan pembalut anti air
• Gunakan pakaian pelindung yang benar
• Buang limbah padat sesuai dengan protokol lokal
TATALAKSANA
TERAPI ANTIRETROVIRAL
(ART)
Tujuan Terapi ARV

• Menurunkan jumlah virus dalam


darah sampai tidak terdeteksi dan
mempertahankannya
• Memperbaiki kualitas hidup
• Mencegah infeksi oportunistik
• Mencegah progresi penyakit
• Mengurangi transmisi kepada yg lain
Obat ARV yang tersedia

NRTI NNRTI PI
Zidovudine (AZT) Efavirenz (EFV) Indinavir (IDV)
Stavudine (d4T) Delavirdine (DLV) Nelfinavir (NFV)
Lamivudine (3TC) Nevirapine (NVP) Saquinavir (SQV)
Didanosine (ddl) Etravirine (ETV) Amprenavir (APV)
Abacavir (ABC) Rilpivirine (RPV) Ritonavir (RTV)
Zalcitabine (ddC) Lopinavir (LPV)
Emtricitabine (FTC) Atazanavir (ATV)
Integrase inh Fosamprenavir (FPV)
Raltegravir (RAL) Tipranavir (TPV)
Dolutegravir (DTG) Darunavir (DRV)

Elvitegravir (EVG)
NtRTI CCR5 antagonis FI
Tenofovir (TDF) Maraviroc (MRV) Enfuvirtide (ENF)
Tenofovir Disoproxyl Fumarate (TDF)

TDF + Emtricitabine (FTC)


Lamivudine (3TC) Zidovudine (AZT/ZDV)

AZT + 3TC Stavudine (d4T)


Nevirapine (NVP)

Efavirenz (EFV)
TDF + 3TC + EFV

Didanosine (ddI) Lopinavir/ritonavir


(Aluvia)
ART – MENURUNKAN STIGMATISASI

• Apabila orang mengetahui tersedianya


pengobatan HIV, maka :
– Meningkatkan jumlah orang yang
meminta VCT
– Meningkatkan kepedulian masyarakat
– Meningkatkan motivasi petugas
kesehatan “mereka dapat melakukan
sesuatu untuk pasien HIV”
Alur Evaluasi Terapi ARV
PROFILAKSIS
INFEKSI
OPORTUNISTIK
INFEKSI OPORTUNISTIK YANG
PENTING PADA HIV

• Tuberkulosis: Seluruh dunia


• Penyakit Pneumokokal : Seluruh
dunia
• Salmonelosis non-tifoid : Afrika Timur
dan Barat, Thailand, Kamboja
• Kriptokokosis: Asia Tenggara, Pasifik
• Pnemonia Pneumocystis jiroveci :
seluruh dunia
• Penisiliosis: Thailand
Pencegahan penyakit

• Pencegahan Primer
- Diberikan sebelum penyakit-penyakit
muncul
• Pencegahan Sekunder
- Diberikan setelah pengobatan penyakit,
untuk mencegah kekambuhan
Pencegahan Primer

• Kotrimoksazol (TMP/SMX)
(Trimethoprim/Sulfametoksazol)
• Secara aktif mencegah
- Streptococcus pneumoniae, Salmonella sp.,
Nocardia: pneumonia bakteri
- Pneumocystis jiroveci: pnemonia
- Toksoplasmosis: abses otak
- Isospora belli, Cyclospora: Diare kronis
Profilaksis Kotrimoksazol
• ODHA dewasa
– Dengan gejala (stadium 3 atau 4 WHO )
- CD4 < 200
- Wanita hamil setelah trimester pertama
• Semua bayi HIV yang terpajan sejak umur 6
minggu
- Anak yang terlahir dari seorang ibu yang terinfeksi HIV
- Anak umur < 1 th yang terdiagnosis HIV (+) secara
serologis dan klinis
- Anak umur >15 bulan dengan penyakit yang terkait
AIDS atau CD4/ hitung limfosit <15%
DOSIS

- Kotrimoksazol (SMX 400mg +TMP 80mg)


2 tablet sehari (960mg)
- Anak-anak: SMX 50mg/kg, TMP 10mg/kg (sehari)
LAMANYA

- Seumur hidup pada dewasa dan anak yang


terinfeksi HIV > umur 15 bulan
- Bayi yang terpajan HIV hingga umur 15
bulan, sampai terbukti HIV (-) dan risiko
pajanan telah hilang (Mis. ASI)
- Anak >15 bulan dengan penyakit yang terkait
AIDS atau CD4/Limfosit Total <15%
KRITERIA UNTUK MENGHENTIKAN

- Reaksi kulit yang berat


- Sindrom Stevens Johnson,
- gagal ginjal atau gagal hati,
- gangguan hematologis
- ODHA dengan ART dan 2 kali pemeriksaan
CD4 >200 dengan interval 3 bulan
MONITORING

- Dewasa :
- awalnya setiap bulan
- jika obat dapat ditoleransi dengan baik 
setiap tiga bulan
- Anak-anak: setiap bulan
- Pantau hemoglobin, hitung lekosit setiap 6 bln,
- Cek toksisitas dan setiap kelainan klinis
PRINSIP PENGOBATAN PENCEGAHAN
DENGAN INH (PP INH)

• Mencegah ODHA menderita sakit TB.


• Tujuan pemberian adalah untuk menurunkan
beban TB pada ODHA
• Sasaran semua ODHA yang berkunjung ke
fasyankes
Algoritma IPT
PADUAN PENGOBATAN

Isoniazid Vitamin B6
(INH) 25mg setiap hari
& atau
 dosis 300 mg
50mg 2 hari sekali
 setiap hari
 selama 6 bulan
 Total 180 dosis.
EFEK SAMPING DAN PENANGANAN
EFEK SAMPING PP INH

Efek Samping Penanganan


Gatal, kemerahan *lihat penatalaksanaan Gatal
kulit
Mual, muntah, INH diminum malam sebelum
tidak nafsu makan tidur
Ikterus tanpa Hentikan INH sampai
penyebab lain ikterus menghilang
Baal, kesemutan Tambahkan dosis vitamin B6
sampai dengan 100mg

Anda mungkin juga menyukai