Anda di halaman 1dari 52

Laporan Kasus

Januari 2018

Oleh :
Dwi Pascawitasari
K1A1 12 105

Pembimbing :
dr. Ahmad Safari, M.Kes., Sp.An

BAGIAN ANASTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I

 Nama : Ny. S
 Tgl Lahir : 31-12-1972
 Umur : 45 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Berat Badan : 45 kg
 Tinggi Badan : 155 cm
 Alamat : Jl. Bulu No.10
 Agama : Islam
 Diagnosis pre operasi : Ca Mammae Dextra
 Jenis pembedahan : Mastektomi
 Jenis anestesi : General Anestesi
 Tanggal Operasi : 6 Januari 2018
 No.Rekam Medis : 510141
Keluhan utama :
Pada anamnesis didapatkan pasien
mengeluh nyeri pada payudara kanan
sejak ± 6 bulan yang lalu, awalnya
pasien hanya merasakan nyeri tanpa
memeriksa payudara secara lebih teliti,
setelah 1 bulan merasakan payudara
Nyeri pada nyeri, pasien merasakan ada benjolan
payudara kanan yang semakin lama semakin
membesar, benjolan padat, terfiksir,
tidak dipengaruhi oleh siklus
menstruasi, nanah (+). Keluhan lain
tidak ada
 Riwayat penyakit dahulu :
 Riwayat penyakit TB (+) satu tahun yang lalu, sudah tuntas berobat
6 bulan
 Riwayat penyakit DM Type 2 (+)
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
 Riwayat operasi sebelumnya (+) biopsy pada bulan September 2017
 Riwayat konsumsi obat: setelah dilakukan biopsy pada bulan
September 2017 pasien diberikan 3 macam obat yaitu paclitaxel 247
mg, doxorubicin 70,6mg, dan endoxan 705 mg.
 Riwayat penyakit keluarga : Diabetes Melitus (+), batuk lama (+),
alergi dan riwayat penyakit yang sama dengan pasien disangkal.
 Riwayat Kebiasaan : Pasien sering mengkonsumsi makanan cepat
saji
Status Present Tanda Vital
KU : Sakit Sedang TD : 120/80 mmHg

Nadi : 68x/menit
BB : 45 kg
Suhu : 36,00C/axillar
Kesadaran : Pernapasan :
Composmentis 20x/menit

VAS : Skala 2-3 sedang


 B1 (Breathing)
Clear, tidak menggunakan alat pembebas jalan nafas,
RR: 20x/m
• Inspeksi : Bentuk simetris, gerak pernafasan (+/+)

• Palpasi : Nyeri tekan (-/-) Fremitus vocal (+/+)

• Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru

• Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak terdapat


ronkhi -/-, wheezing -/-
 B2 (Bleeding)
TD: 120/80 mmHg, HR: 68x/m, regular
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kiri sela iga V linea
midklavikula sinistra, Batas jantung
kanan sela iga IV linea parasternal dextra,
Auskultasi : Bunyi jantung I – II reguler
 B3 (Brain)
GCS: E4V5M6, pupil bulat isokor diameter 2,5mm D/S, reflex
cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
 B4 (Bladder)

Prouksi urin ± 50 cc/jam, warna kekuningan jernih


 B5 (Bowel)

Nafsu makan sedikit menurun, mual muntah (-), defekasi 1-


2x/hari
Abdomen:
Inspeksi : datar, ikut gerak nafas
Auskultasi : peristaltik (+) dalam batas normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
ballotemen ginjal (-)
Perkusi : tympani (+)
 B6 (Bone)

Akral: sedikit hangat, tampak agak pucat pada telapak tangan dan
kaki. Tidak ada kesulitan beraktivitas, namun terkadang mudah
lelah saat beraktivitas berat
Pemeriksaan 27 / 12 / 2017 Nilai normal
Pemeriksaan
Laboratorium Leukosit 7,91 4000-10000/L
Eritrosit 3,78 4,0-6,0x106/
Hemoglobin 10,1 12,0-16 g/dL
Hematokrit 31,3 37-48%
Trombosit 547 150000-450000/L
Neutrofil 4,96 52,0-75,0 x 103/L
SGOT 27 P=<45 W=<31
SGPT 19 P=<41 W=<31
Ureum 10 P=19-44 W=15-40
Creatinin 0,5 P=0,7-1,2 W=0,5-
1,0
GDS 131 70-180 mg/dl
Seroimmunologi
HbsAg Negatif Negatif
Pemeriksaan EKG (Tgl 05/01/2018)
Pemeriksaan USG Abdomen (Tgl 04/09/2017)

Hepar : ukuran normal,


intensitas normal, tak
tampak lesi

KGB : tak tampak


pembesaran KGB

Kesan: tak tampak


metastasis di hepar. Saat ini
hepar, GB, lien, pancreas,
ginjal kanan dan kiri, uterus,
buli tak tampak kelainan
Pemeriksaan Ro Thorax Posisi PA (Tgl 04/09/2017)

• Tampak bercak berawan pada apeks paru kanan


dan garis fibrosis pada lapangan atas paru kiri
• Tampak perselubungan pada thoraks kanan, kesan
berasal dari mammae
• Tidak tampak nodul kedua paru
• Cor : bentuk, letak dan ukuran CTI dalam batas
normal
• Kedua sinus costophrenicus lancip
• Diafragma dalam batas normal
• Tulang-tulang intak
• Kesan : TB Paru Lama Aktif, tidak tampak
nodul paru

Pemeriksaan Biopsi (26/09/2017)

Hasil biopsy menunjukkan Ca


Mammae Dextra cT4cN1M0
Kelas Status fisik
I Pasien normal yang sehat
II Pasien dengan penyakit sistemik ringan
III Pasien dengan penyakit sistemik berat selain penyakit yang akan
dioperasi, tetapi belum mengancam jiwa
IV Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam jiwa selain
penyakit yang akan dioperasi
V Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin
saja dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar.
VI
Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan
diangkat untuk kemudian diberikan sebagai donor bagi yang
membutuhkan
E Kasus-ksus emergensi diberi tambahan hurup “E” ke angka.
Kelas 1 Tonsil, palatum mole, dan uvula terlihat jelas seluruhnya

Kelas 2 Palatum durum dan palatum mole masih terlihat,


sedangkan tonsil dan uvula hanya terlihat bagian atas

Kelas 3 Hanya palatum mole dan palatum durum yang terlihat,


sedangkan dinding posterior faring dan uvula tertutup
seluruhnya oleh lidah
Kelas 4 Hanya palatum durum yang terlihat, sedangkan dinding
posterior faring, uvula, dan palatum mole tertutup
seluruhnya oleh lidah
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik,
maka:

 Diagnosis pre operatif : Ca Mammae Dextra


 Status operatif : ASA II, Mallampati II
 Jenis operasi : Mastektomi
 Jenis anestesi : General Anestesi
 Prognosis : Dubia
BAB II

 Informed Consent (+)


 Puasa ± selama 11 jam
 Gigi palsu dilepas
 IV line terpasang dengan infus RL 1000 cc sebanyak 2
kolf
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda vital
Tekanan darah : 117/60 mmHg
Nadi : 96 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,8 0C
VAS : Skala 2-3, Sedang
Sebelum dilakukan tindakan anestesi, pasien
diberikan:
 Ondansetron 4 mg/iv
 Ranitidin 50 mg/iv
 Dexamethasone 10 mg/iv
 Midazolam 2 mg/iv
Melakukan monitoring terus menerus tentang keadaan
pasien yaitu reaksi pasien terhadap pemberian obat
anestesi khususnya terhadap fungsi pernapasan dan
jantung.
 Kardiovaskular : Nadi setiap 5 menit, Tekanan darah

setiap 5 menit
 Respirasi : Inspeksi pernapasan spontan pada
pasien, saturasi oksigen (SpO2)
 Cairan : Monitoring input cairan
Jam Tindakan Tekanan Nadi SPO2
Darah (x/menit) (%)
(mmHg)
10.50  Persiapan kamar operasi
 Pastikan mesin anestesi layak dipakai dan tidak ada kebocoran
 Persiapan obat-obatan anestesi dan obat emergency
 Persiapan STATICS untuk intubasi
10.55  Pasien masuk ke kamar operasi, dan 124/79 106 100
dipindahkan ke meja operasi
 Pemasangan monitoring tekanan darah, nadi,
saturasi O2
 Infus RL terpasang pada tangan kiri.
11.00  Premedikasi : 123/79 104 100
- Ondansetron 4mg/ iv
- Ranitidin 50 mg /iv
- Dexamethason 10 mg/iv
Jam Tindakan Tekanan Nadi SPO2
Darah (x/menit) (%)
(mmHg)
11.05 Midazolam 2 mg/iv 132/82 88 100
11.08 Fentanyl 100µg/iv 130/81 84 100
11.10  Monitoring ABC 131/82 86 100
 Preoksigenasi face mask O2 8 l/m
 Persiapan induksi
11.15  Masukkan obat induksi secara iv: Propofol 124/79 106 100
100 mg
 Cek Refleks Bulu mata dan pergerakan
dinding dada
 Ventilasi Tekanan Positif » O2 8 L/m
 Pasang gudle » ventilasi adekuat
11.20  Masukkan obat pelumpuh secara iv : 95/53 112 100
Atrakurium Besilate 30 mg/iv
Jam Tindakan Tekanan Nadi SPO2
Darah (x/menit) (%)
(mmHg)
11.25  Persiapan Intubasi: 109/68 118 100
- Masukkan laryngoscope
- Sellick’s Manuver
- Insersi ETT ukuran 7,5
- Kembangkan cuff ETT menggunakan spoit 10cc
- Menyambungkan dengan sirkuit mesin anestesi,
mengecek pengembangan dinding dada,
mendengarkan bunyi pernapasan dengan stetoskop
- Fiksasi ETT sebelah kanan
11.30 Maintenance dengan : 110/72 106 100
- O2 4 l/m
- Isoflurane 2% vol
- Fentanyl 30 µg/iv/jam
- Propofol 50 mg/iv/jam
11.45 Operasi dimulai 122/74 98 100

12.10 Injeksi Fentanyl 30 µg/iv/jam dan Propofol 50 204/98 115 99


mg/iv/jam
Jam Tindakan Tekanan Nadi SPO2
Darah (x/menit) (%)
(mmHg)
12.20 Monitoring ABCD 135/64 121 100
12.55 Monitoring ABCD 123/71 109 99
Hemodinamik Stabil
Ventilasi kontrol
13.00 Hemodinamik Stabil 128/59 110 98
Ventilasi bantu (+) asis
13.05 Hemodinamik stabil 122/64 102 99
Ventilasi spontan adekuat
13.10  Monitoring ABCD 98/53 106 99
 Kondisi pasien terkontrol
 Injeksi ketorolac 30 mg/iv
Jam Tindakan Tekanan Nadi SPO2
Darah (x/menit) (%)
(mmHg)
13.15  Operasi selesai 106/62 108 100
 Pasien stabil
 Gas dihentikan (isoflurane)
 O2 8 l/m
 Pasang gudel >> suction
13.20  Melakukan ekstubasi 112/68 106 100
 Oksigenasi dengan menggunakan face mask
 Pelepasan alat monitoring (saturasi dan
tensimeter)
13.25  Pasien dipindahkan ke ruang RR (Recovery 114/68 102 100
Room)
 Pasang alat monitor direcovery room
Tindakan Operasi : Mastektomi
Tindakan Anestesi : General anestesi
Lama Operasi : 1 jam 30 menit (11.45-13.15)
Lama Anestesi : 2 jam (11.15 – 13.15)
Jenis Anestesi : General anestesi dengan ETT No.7,5 cuff
(+) menggunakan O2 4L dan Isoflurane 2% Vol
Posisi : Supine
Pernafasan : Kontrol
Infus : Ringer Laktat pada tangan kiri ± 1500cc
Premedikasi : Ondansetron 4 mg/iv, Ranitidin 50 mg/iv
Dexamethasone 10 mg/iv, Midazolam 2mg/iv
Induksi : Fentanyl 100 µg/iv
Propofol 100 mg/iv,
Atrakurium Besilate 30 mg/iv
Maintenance : O2 4 L/m
Isoflurane 2% vol
Fentanyl 30µg/iv
Propofol 50 mg/iv
Medikasi : Ceftriaxon 2 g i.v
Ketorolac 30 mg/iv
Intubasi : Laringoskop blade no 3
Endotracheal Tube No. 7,5 cuff (+)
Cairan : Cairan Masuk: RL ± 2500 cc
Cairan Keluar: Urine bag 150 cc
Darah di Tabung 200cc
10 bungkus kasa kecil: ± 400cc
2 big kasa: ± 150cc
Total ± 900cc
 Pasien masuk ruang pemulihan dan setelah itu
dibawa ke ruang perawatan Laika Waraka Bedah.
 Observasi tanda- tanda vital dalam batas normal
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 124/69 mmHg
Nadi : 96x/min
Pernapasan : 18x/m
Saturasi : 100%
VAS : skala 2-3, sedang
 Penilaian pemulihan kesadaran, penilaian score
Aldrete. Pada pasien ini didapatkan nilai aldrete
skor 9, pasien dipindahkan ke ruang perawatan
bangsal untuk dilakukan observasi lebih lanjut.
Aldrete Score
Skor Pasien
Variabel Tem Skor
Gerak ke-4 anggota gerak atas perintah 2
Gerak ke-2 anggota gerak atas perintah 1
Aktivitas 2
Tidak respon 0
Dapat bernapas dalam dan batuk 2
Respirasi Dispnea, hipoventilasi 1 2
Apnea 0
Perubahan < 20 % TD sistol preoperasi 2
Perubahan 20-50 % TD sistol preoperasi 1
Sirkulasi 2
Perubahan .> 50 % TD sistol preoperasi 0
Sadar penuh 2
Kesadaran Dapat dibangunkan 1 1
Tidak respon 0
Merah 2
Warna kulit Pucat 1 2
Sianotik 0
Skor Total 9
≥ 9 : Pindah dari unit perawatan pasca anestesi
5- 8 : Dipindahkan ke ruang perawatan bangsal
≤ 5 : dipindahkan ke ruang perawatan intensif (ICU)
Kasus Kepustakaan

Diagnosis Ca Mammae Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan


Dextra dengan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis Ca
Mastektomi, Status Mammae Dextra dengan ASA II dan Mallampati II.
Pada pasien, status PS ASA II yakni pasien dengan
Operatif ASA II,
penyakit sistemik ringan yaitu penyakit DM Tipe 2
Mallampati II dan terkontrol, dibuktikan berdasarkan hasil
pemeriksaan kimia darah yaitu GDS 131 mg/dl.
Mallampati II karena pada pemeriksaan mulut
didapatkan palatum durum dan palatum mole masih
terlihat, sedangkan tonsil dan uvula hanya terlihat
bagian atas sehingga tidak menyulitkan saat
intubasi.8,9
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa biopsy tanggal
26/9/2017 pasien didiagnosis Ca Mammae Dextra
yakni penyakit tumor ganas pada payudara kanan
yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti
namun memiliki beberapa faktor risiko, sehingga
pasien dianjutkan untuk melakukan operasi
mastektomi. 1,3
Kasus Kepustakaan

Anestesi General dengan Pada pasien dilakukan operasi mastektomi


Pipa Endotrakheal dengan teknik anestesi yaitu General Anestesi
(GA) dengan pemasangan ETT (Endotrakheal
Tube) karena indikasi dilakukan GA pada
pasien dilakukan operasi daerah toraks, agar
jalan nafas selalu paten, suction dilakukan
dengan mudah, memudahkan respiration
control dan mempermudah pengontrolan
tekanan intrapulmonal.8 Ukuran ETT yang
dipilih pada pasien adalah No.7,5 cuff karena
secara subjektif dinilai cocok untuk ukuran
pasien.
Kasus Kepustakaan

Premedikasi : Pada pasien diberikan premedikasi yaitu


-Ondansetron 4 mg/iv ondansetron 4 mg. Ondansetron merupakan
- Ranitidin 50 mg/iv antagonis reseptor serotonin 5-HT3 selektif
- Dexamethason 10mg/iv yang dapat menekan mual dan muntah.
Mekanisme kerja obat ini diduga dengan
mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat
pada chemoreceptor trigger zone di area
postrema otak yang merupakan pusat muntah
dan pada aferen vagal saluran cerna.
Ondansetron diberikan pada pasien untuk
mencegah mual muntah yang bisa
menyebabkan aspirasi dan rasa tidak nyaman
pasca pembedahan. Pada pasien ini diberikan
juga Ranitidin 50 mg i.v dan dexamethason 10
mg i.v mencegah terjadinya reaksi alergik dan
bronkospasme.
Kasus Kepustakaan

Premedikasi : Indikasi : sedatif, amnesik, antikonvulsan


-Midazolam 2 mg/iv dan relaksan otot skelet. Digunakaan saat
premedikasi, sedasi sadar, dan obat
induksi suplementasi anestesia. Dosis IV
50-350 µg/kg.
Dosis premedikasi 0,5 mg – 5 mg IV.
Efek samping menyebabkan depresi ringan
vaskuler sistemik dan curah jantung. Laju
jantung biasanya tidak berubah.
Perubahan hemodinamik yang berat dapat
terjadi jika pemberian dilakukan secara
cepat dalam dosis besar atau bersama-
sama dengan narkotik. Pemberian
midazolam juga menyebabkan depresi
ringan pada volume tidal, laju napas.
Kontraindikais : digunakan bersama
dengan opioid dan pada pasien dengan
penyakit obstruktif jalan napas.
Kasus Kepustakaan

Induksi : Fentanyl 100 µg/iv dengan indikasi analgesia


Fentanyl 100 µg/iv selama pembedahan, memperdalam anestesi.
Fentanyl merupakan zat narkotik sintetik dan
memiliki potensi 100x lebih kuat dibandingkan
petidin dan 50-100x lebih kuat dari morfin. Efek
samping : depresi napasnya lebih lama dibanding
dengan efek analgesiknya. Efek analgesik kira-kira
hanya berlangsung 30-60 menit, karena itu hanya
digunakan untuk anestesi pembedahan tidak
untuk pasca bedah. Kontraindikasi Depresi
pernapasan. Cedera kepala, Serangan asma akut.
Hamil, laktasi. Dosis induksi intravena 5-40 µg.
Obat ini dimetabolisme dalam hati menjadi
norfentanil dan hidroksipropionil fentanyl dan
hidroksipropionil norfentanil, yang selanjutnya
dibuang melalui empedu dan urin. Efek depresi
napasnya lebih lama dibanding dengan efek
analgesiknya. Efek analgesik kira-kira hanya
berlangsung 30 menit, karena itu hanya
digunakan untuk anestesi pembedahan tidak
untuk pasca bedah. 10,11
Kasus Kepustakaan

Propofol 100 mg/iv Pada pasien ini, dilakukan induksi dengan


menggunakan propofol 100 mg (dosis
induksi 2-2,5mg/kgBB). Propofol
merupakan derivat fenol dengan nama
kimia di-iso profil fenol yang bersifat
hipnotik murni dan tidak memiliki efek
analgetik. Obat ini digunakan sebagai
induksi anestesi. Obat ini mempunyai onset
40 - 60 detik dan mempunyai efek
menurunkan tekanan darah kira-kira 30%
yang disebabkan oleh vasodilatasi perifer
pembuluh darah. Efek propofol pada sistem
pernapasan yakni mengakibatkan depresi
pernapasan sampai apneu selama 30
detik.10
Kasus Kepustakaan
Lalu diberikan Atrakurium Besilate 30 mg
(dosis 0,3-0,5 mg/kg). Tramus (Atrakurium
Besilate) merupakan obat golongan pelemas
Atrakurium Besilate otot non depolarisasi . Golongan non
30 mg/iv depolarisasi merupakan inhibitor kompetitif
dari asetilkolin., memiliki onset < 3 menit
dengan durasi kerja 20-35 menit.10,11
Kasus Kepustakaan

Sediaan :
Isofluran 3-3,5%
O2 maintenance : 0,5%-3%
Fentanyl 0,5-3 µg/kgBB/jam
Propofol 25-50 mg/iv diulang sesuai
Maintenance: respon atau 4-12 mg/kgBB/jam
Isoflurane 2% vol
O2 4 L/m Untuk maintenance selama operasi
Fentanyl 30 µg/iv berlangsung diberikan O2 4L, dan gas
Propofol 50 mg/iv inhalasi berupa isoflurane 2 vol% melalui
mesin anestesi. Isofluran merupakan
isomer dari enfluran. Induksi dan masa
pulih anestesia dengan isoflurane cepat.
Efek terhadap depresi jantung dan curah
jantung minimal sehingga banyak digemari
untuk anestesi teknik hipotensi.
Kasus Kepustakaan

Selama operasi, keadaan pasien stabil,


namun pada pukul 12.10 tensi menjadi
204/98 mmHg, Nadi 115x/m dan SpO2
99%, maka segera dimasukkan fentanyl
30µg/iv dan propofol 50 mg/iv. Pada
Maintenance: pasien diberikan kedua obat ini sebagai
Fentanyl 30 µg/iv maintenance dalam kasus. Berdasarkan
Propofol 50 mg/iv teori kedua obat ini tidak hanya digunakan
untuk induksi namun juga pemeliharaan.
Fentanyl diberikan dengan tujuan sebagai
pemulihan. Sedangkan propofol diberikan
juga agar terjadi pemulihan cepat dan
dapat menurunkan tekanan arteri sistemik
kira-kira 30% tetapi efek ini lebih
disebabkan oleh vasodilatasi perifer
ketimbang penurunan curah jantung.10
Obat Dalam Jumlah di Pengenceran Dalam Dosis (mg/kgBB) 1 cc
sediaan sediaan spuit spuit =
Fentanyl 0,05 Aquades 8 cc 10 CC 0,05mg
mg/cc
Recofol ampul 200mg/ 10cc + lidocain 1 10 cc 2-2,5 10 mg
(Propofol) ampul
20cc
Ketamin vial 100mg/cc 1cc + aquadest 10 cc 1-2 10 mg
9cc
Atrakurium ampul 10mg/cc Tanpa 5 cc Intubasi: 0,5-0,6, 10 mg
Besilat pengenceran relaksasi: 0,08,
(Tramus/ maintenance: 0,1-
Tracrium) 0,2
Efedrin HCl ampul 50mg/cc 1cc + aquadest 10 cc 0,2 5 mg
9cc
Sulfas Atropin ampul 0,25mg/cc Tanpa 3 cc 0,005 0,25
pengenceran mg
Ondansentron ampul 4mg/2cc Tanpa 3 cc 8 mg (dewasa) 2 mg
HCl (Narfoz) pengenceran
5 mg (anak)
Dexamethason ampul 5 mg/cc Tanpa 1 5 mg
pengenceran
Midazolam ampul 5mg/5cc Tanpa 0,07-0,1 1 mg
(Sedacum) pengenceran
Ketorolac ampul 60 mg/2cc Tanpa 30 mg
pengenceran
Kasus Kepustakaan

Cairan RL Cairan yang diberikan adalah RL (Ringer Laktat) karena


merupakan kristaloid dengan komposisinya yang
Pre Operasi : lengkap (Na+, K+, Cl-, Ca++, dan laktat) yang
Pengganti Puasa ± 1000ml RL mengandung elektrolit untuk menggantikan kehilangan
2 kolf -> 990 ml cairan selama operasi, juga untuk mencegah efek
hipotensi akibat pemberian obat-obatan intravena dan
Intraoperasi : gas inhalasi yang mempunyai efek vasodilatasi.
Jam I : 855 ml
Jam II : 608 ml M : 2 ml/kgBB, 2 X 45 = 90 ml
RL ± 1500 ml (3 kolf) PP : 11X90= 990 ml
SO : Sedang, 6ml/kgBB = 6 x 45 = 270 ml

Keb. Cairan Jam I


= M x SO x 1/2 PP
= 90 cc + 270 cc + 495 cc = 855 cc

Keb. Cairan jam II dan III


= M + SO + 1/4 PP
= 90 + 270 + 248 = 608 cc
 Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang yang lengkap, pasien;
 Diagnosis pre operatif : Ca Mammae Dextra
 Status operatif : ASA II, Mallampati II
 Jenis operasi : Mastektomi
 Jenis anestesi : General Anestesi dengan
Intubasi
 Lama Operasi : 1 jam 30 menit (11.45-13.15)
 Lama Anestesi : 2 jam (11.15 – 13.15)
 Input Cairan : RL ± 2500 cc
 Output Cairan : Darah ± 750 cc, Urine 150 cc
 Diagnosis post operatif : Post Mastektomi Mammae
Dextra
 Prognosis : Dubia
1. Sabiston, David. 2012. Buku Ajar Bedah Sabiston Bagian 1. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
2. Robbins, Vinay K dan Ramzi SC. 2012. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
3. Harahap, Wirsma Arif. 2015. Pembedahan pada tumor Ganas Payudara, Journal
Kedokteran Andalas Divisi Bedah Onkologi. Vol. 38, No. 1.
4. http://www.cancerhelps.com/pembedahan-kanker-payudara.htm (diakses
tanggal 13/1/2018)
5. Budiono U. 2011. JAI Jurnal Anestesiologi Indonesia. Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intesif Fakultas Kedokteran UNDIP. Maret. Vol. III. No.1
6. Santosa, Agus Budi. Makalah Anestesiologi. Fakultas Kedokteran UGM
7. General Anestesi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
8. Soenarjo dan Heru DJ. 2010. Anestesiologi. Semarang: Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UNDIP.
9. http://drpaulose.com/laser-treatment/osa-surgery-and-mallampati-score
(diakses tanggal 10/01/2018).
10. Mardjono dkk. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Departemen
Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11. Badan POM RI. 2009. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Badan POM.
T
R
I
A
S
Keuntungan

Kerugian
Mengurangi kesadaran pasien
intraoperative
Memungkinkan relaksasi otot yang tepat Terkait dengan komplikasi yang
untuk jangka waktu yang lama. kurang serius seperti mual atau
Memfasilitasi kontrol penuh terhadap muntah, sakit tenggorokan, sakit
jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. kepala, menggigil, dan
memerlukan masa untuk fungsi
Dapat digunakan dalam kasus mental yang normal.
sensitivitas terhadap agen anestesi
lokal.
Terkait dengan hipertermia di
mana paparan beberapa (tetapi
Dapat disesuaikan dengan mudah untuk tidak semua) agen anestesi umum
prosedur durasi tak terduga . menyebabkan kenaikan suhu akut
Dapat diberikan dengan cepat. dan berpotensi mematikan,
hiperkarbia, asidosis metabolik,
Dapat diberikan pada pasien dalam
dan hiperkalemia.
posisi terlentang
Infant dan anak usia muda.

Dewasa yang memilih anestesi umum.

Pembedahan luas.

Penderita sakit mental.

Pembedahan lama.

Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak


memuaskan.

Riwayat penderita toksik/alergi obat anestesi lokal.

Penderita dengan pengobatan antikoagulan


 Persiapan Pra-Anestesia Umum
Persiapan Pasien : Anamnesis, Pemeriksaan Fisik ;
ASA, dan Mallampati, Lab, Masukan oral.
Penentuan ASA (American Society of
Anaesthesiologist )
Kelas Status fisik

I Pasien normal yang sehat

II Pasien dengan penyakit sistemik ringan

III Pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak melemahkan


(incapacitating)

IV Pasien dengan penyakit sistemik yang melemahkan dan merupakan ancaman konstan terhadap
kehidupan

V Pasien sekarat yang diperkirakan tidak bertahan selama 24 jam dengan atau tanpa operasi
E Kasus-ksus emergensi diberi tambahan hurup “E” ke angka.
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam
sebelum induksi anesthesia dengan tujuan untuk
melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari
anesthesia diantaranya :
 Meredakan kecemasan dan ketakutan
 Memperlancar induksi anesthesia
 Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
 Meminimalkan jumlah obat anestetik
 Mengurangi mual muntah pasca bedah
 Menciptakan amnesia
 Mengurangi isi cairan lambung
 Mengurangi refleks yang membahayakan
 S : Scope  Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan
jantung. Laringoskop pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai
dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
 T : Tubes  Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa
balon (cuffed) dan usia > 5 tahun dengan balon (cuffed).
 A : Airway  Pipa mulut-faring (Guedel,orotracheal airway) dan
pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk
menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya
lidah tidak menyumbat jalan napas.
 T : Tape  Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau
tercabut
 I : Introducer  Mandrin atau stillet untuk memandu agar pipa
trakea mudah dimasukkan
 C : Connector  Penyambung antara pipa dan peralatan
anesthesia
 S : Suction  Penyedot lender, ludah, dan lain-lainnya
Aldrete Score

Anda mungkin juga menyukai