Syahrir (kabinet jatuh Juni 1947) dan Amir Syarifudin (kabinet 3 Juli)
dapat menerima beberapa usulan, tapi menolak pembentukan Pasukan
Keamanan Bersama di wilayah RI.
Tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan "aksi polisional" yang
pertama. Pasukan bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk
menduduki Jawa Barat, dari Surabaya untuk menduduki Madura dan
Ujung Timur. Pasukan yang lebih kecil mengamankan wilayah
semarang. Di Sumatra, di perkebunan sekitar Medan. Instalasi minyak
dan batu bara di palembang dan padang diamankan.
Ibukota RI dikurung oleh Belanda. Pelabuhan dan derah penghasil
beras jatuh ke tangan Belanda. Hubungan ke luar negeri juga
terhambat karena blokade Belanda, namun tidak menghancurkan
mental dan kekuatan Tentara Indonesia yang didukung juga oleh rakyat
Pada tanggal 30 Juli 1947 Pemerintah India dan Australia meminta
agar masalah Indonesia-Belanda dimasukan dalam agenda Dewan
Keamanan PBB. Tanggal 1 Agustus 1947 PBB memerintahkan
penghentian permusuhan antara kedua belah pihak dan berlaku sejak
tanggal 4 November 1947. Untuk mengawasi gencatan senjata, PBB
membentuk Komisi Konsuler yang beranggotakan para konsul Jendral
di wilayah Indonesia
Komisi Konsuler diperkuat dengan personil militer Amerika
Serikat dan Prancis sebagai peninjau militer. Komisi Konsuler
melaporkan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa tanggal 30 Juli
sampai 4 agustus 1947 pasukan masih melakukan gerakan militer.
Pemerintah Indonesia menolak garis damarkasi. penghentian
tembak menembak tidak di musyawarahkan dan belum ditemukan
cara untuk menyelesaikannya.
Pada tanggal 3 agustus 1947 Belanda menerima resolusi DK
PBB dan memerintahkan kepada Van Mook untuk menghentikan
tembak menembak. Pelaksanaan dimulai pada malam hari
tanggal 4 Agustus 1947. Tanggal 14 Agustus 1947 dibuka sidang
DK PBB, Sutan Syahrir menegaskan agar mengakhiri berbagai
pelanggaran dan menghentikan pertempuran.
Ternyata Belanda terus berulah. Belanda mendesak agar
memperluas wilayah kedudukannya. Pada tanggal 29 Agustus
1947 Van Mook memproklamasikan garis damarkasi Van Mook.
Garis itu pada umumnya menghubungkan titik tedepan posisi
Belanda
Peran Komisi Tiga Negara
Puncak serangan TNI adalah serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada
tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Letkol Soeharto.
Untuk memudahkan penyerangan, maka dibentuk beberapa sektor yaitu:
a. sektor Barat dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual,
b. sektor Selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor Sardjono,
c. sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno,
d. sektor Kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.
Pagi hari tanggal 1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene berbunyi,
serangan dilancarkan dari segala penjuru kota. Letkol Soeharto langsung memimpin
penyerangan dari sektor Barat sampai batas Jalan Malioboro sampai pukul 12.00
WIB tepat,
Lanjutan…..
Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949.
a. Ke dalam
1) Mendukung perjuangan yang dilakukan secara diplomasi.
2) Meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
b. Ke luar
1) Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk
mengadakan ofensif.
2) Mematahkan moral pasukan Belanda
PERJANJIAN ROEM ROYEN
Tidak
mengakui
Pasca KMB
Proklamasi
Indonesia
KEMBALI KE NEGARA
KESATUAN
UU Darurat
Rasa tidak
No. 11 tahun
puas
1950
Terbentuk NKRI
Kesepakatan
UUDS 1950
membuat NKRI