Anda di halaman 1dari 14

DISUSUN OLEH :

BARBARA CINTYA B
FAISAL AHMAD RIANTO
HENDRA DANUN
IDUL FITRI IRIANTO
INDRI ASTRIANY
KRISDAYANTI
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan
sebuah cerita. Agar menghasilkan cerita yang menarik,
diksi atau pemilihan kata harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan
gagasan.
2. Pengarang harus memiliki kemampuan dalam
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai
dengan gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa pembaca.
3. Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu
memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang
jelas, efektif, dan efisien
Makna denotatif (makna konseptual) adalah makna
dalam alam wajar secara eksplisit. Makna konotatif
(makna asosiatif) adalah makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap social, sikap pribadi dan criteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual. Makna-makna konotatif sifatnya lebih
professional dan operasional daripada makna
denotative. Makna denotative adalah makna yang
umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah
makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi
tertentu.
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya
mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya
berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya
ada kesamaan atau kemiripan. Sinonim ini
dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata
pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak
membosankan
Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-
kata yang mirip ejaannya itu, makna akan membawa
akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham.
Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan
perkembangan dalam masyarakat. Perkembangan
bahasa pertama-tama tampak dari pertambahan jumlah
kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap
orang boleh menciptakan kata baru seenaknya
Kata-kata atau istilah- e. Makna Umum dan Khusus
istilah asing boleh f. Kata Konkret dan Abstrak
dipakai (mungkin kita g. Pemakaian Kata Indria
pilih) dengan h. Perubahan Makna
pertimbangan sebagai i. Kelangsungan Pilihan Kata
berikut : j. Pemakaian Kata Yang Lugas
a. Lebih cocok karena
intonasinya
b. Lebih singkat jika
dibandingkan dengan
terjemahannya
c. Bersifat internasional
d. Pemakaian Kata Idiom
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil
dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai
dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata
dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan.
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk
menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil
pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun
fungsi diksi antara lain :
a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d. Mencegah perbedaan penafsiran.
e. Mencagah salah pemahaman.
f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi
Adapun syarat syarat ketepatan pilihan kata adalah :
a. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir
bersinonim.
c. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.
d. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif
berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum
dapat dipastikan.
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus
memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna
dan relasi makna. Makna sebuah kata / sebuah kalimat
merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas
beberapa kelompok yaitu :
a. Makna Leksikal
b. Makna Referensial dan Nonreferensial
c. Makna Denotatif dan Konotatif
d. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
e. Makna Kata dan Makna Istilah
f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
g. Makna Kias dan Lugas
a. Kejelasan (clarity)
Karangan ilmiah harus kongkret dan jelas. Kejelasan itu tidak
saja berarti mudah dipahami, mudah dibaca, tetapi juga harus
tidak member ruang untuk disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat
samar-samar, tidak boleh kabur, tidak boleh ada wilayah abu-abu.
(Bahasa Jawa : keduh gambling wijang-wijang).
Kejelasan di dalam karangan ilmiah itu ditopang oleh hal-hal
berikut :
1. Pemakaian bentuk, kebahasaan yang lebih dikenal daripada
bentuk kebahasaan yang masih harus dicari-cari dulu maknanya,
bahkan oleh penulisnya.
2. pemakaian kata-kata pendek, tajam, lugas, dari pada kata-kata
yang berbelit, yang panjang, yang rancu, yang boros
3. pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata
dalam asing.
b. Ketepatan ( accuracy)
Karangan ilmiah menjunjung tinggi keakuratan. Hasil
penelitian ilmiah dan cara penyajianhasil penelitian itu
haruslah tepat/akurat. Supaya karangan ilmiah sungguh-
sungguh akurat, penulis/peneliti harus sangat cermat, sangat
teliti, tidak boleh sembrono, atau main-main. Dalam cara
penyampaiannya, didalam karangan ilmiah itu harus
terwadai butir-butir gagasan dengan kecocokan sepenuhnya
seperti yang dimaksud oeleh peneliti/penulisnya. Kualifikasi
demikian itulah yang dimaksud dengan istilah efektif-
sangkil.
c. Keringkasan (brevity)
Karangan ilmiah haruslah ringkas. Ringkas tidak sama
dengan pendek.karangan yang tebalnya 500 halaman dapat
dikatakan ringkas sejauh di dalamnya tidak terdapat
bentuk-bentuk kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-
kalimat yang bertumpukan (running-on sentences), dan
sarat dengan kemubaziran dan kerancuan. Jadi, karangan
ilmiah itu tidak boleh menghamburkan kata-kata, tidak
boleh mengulang-ulang ide yang telah diungkapkan, dan
tidak berpura-pura dalam mengungkapkan maksud atau
gagasan. Karangan ilmiah harus dibangun dari ide yang
kaya dengan bahasa yang hemat dan sederhana. Jadi bukan
sebaliknya, ide yang miskin namun dengan bahasa yang
berbunga-bunga.

Anda mungkin juga menyukai