Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

CIDERA KEPALA
Ns. Pujiarto, S.Kep
DEFINISI
 Cidera kepala adalah trauma pada otak yang disebabkan
adanya kekuatan fisik dari luar yang dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kesadaran. Akibatnya dapat
menyebabkan gangguan kognitif, gangguan tingkah laku,
atau fungsi emosional. Gangguan ini dapat bersifat
sementara atau permanen, menimbulkan kecacatan baik
partial atau total dan juga gangguan psikososial. (Donna,
1999)
 Cidera kepala adalahsuatu keadaan traumatic yang mengenai
otak dan menyebabkan perubahan-perubahan fisik,
intelektual, emosional, social, dan vokasional. (Joyce, M
Black, 1997)
 Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi
otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisial
dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas
otak.
ETIOLOGI
1. Cidera setempat (benda tajam)
mis: pisau, peluru atau berasal dari serpihan atau pecahan dari
fraktur tengkorak.
Trauma benda tajam yang masuk kedalam tubuh merupakan
trauma yang dapat menyebabkan cidera setempat atau kerusakan
terjadi terbatas dimana benda tersebut merobek otak.

2. Cidera Difus (cidera tumpul)


mis : terkena pukulan atau benturan.
Trauma oleh benda tumpul dapat menyebabkan/menimbulkan
kerusakan menyeluruh (difuse) karena kekuatan benturan. Terjadi
penyerapan kekuatan oleh lapisan pelindung spt : rambut, kulit,
kepala, tengkorak. Pada trauma berat sisa energi diteruskan keotak
dan menyebabkan kerusakan dan gangguan sepanjang perjalanan
pada jaringan otak sehingga dipandang lebih berat.
Berat ringannya masalah yg timbul akibat trauma
bergantung pd beberapa factor yaitu:
 Lokasi benturan
 Adanya penyerta seperti : fraktur, hemoragik
 Kekuatan benturan
 Efek dari akselerasi (benda bergerak membentur kepala
diam) dan deselerasi (kepala bergerak membentur benda
yang diam)
 Ada tidaknya rotasi saat benturan
Dapat pula dibagi menjadi :
1. Trauma primer
Terjadi karena benturan langsung ataupun tak
langsung (akselerasi/deselerasi otak)
2. Trauma otak sekunder
Merupakan akibat dari trauma saraf (melalui akson)
yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia,
hiperkapnea, atau hipotensi sistemik.
KRITERIA CIDERA KEPALA
1. Cidera kepala ringan
Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan
kesadaran < 30 menit tapi ada yang menyebut < 2 jam,
tidak ada penyerta spt fraktur tengkorak, kontusio atau
hematoma. Frekuensi 55%.
2. Cidera kepala sedang
Jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau amnesia
antara 30 menit- 24 jam ada juga yang menyebut antara
2-5 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorentasi
ringan (bingung). Frekuensinya 24%.
3. Cidera kepala berat
Jika GCS 3-8, hilang kesadaran > 24 jam, juga meliputi
kontusio cerebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
Frekuensi 21%.
PATOFIOLOGI
Trauma kepala

Kerusakan jaringan otak

Iskemia

Hipoksia

Nekrosis

Pe  TIK (33 mmHg) Metabolisme anaerob


 
Pe  TIK (> 45 mmHg) Penimbunan asam laktat
 
Herniasi otak PO2 , PCO2 , PH 
 
Perubahan sensori motorik Pompa Na dan K gagal
 (retensi Na dan air)
Kematian 
Edema
TANDA DAN GEJALA
• Cidera kepala ringan-sedang
– Disorientasi ringan
– Amnesia post trauma
– Hilang memori sesaat
– Sakit kepala
– Mual dan Muntah
– Vertigo dan perubahan posisi
– Gangguan pendengaran
• Tanda yang potensial berkembang :
– Penurunan kesadaran
– Perubahan pupil
– Mual makin hebat
– Sakit kepala semakin hebat
– Gangguan pada beberapa saraf cranial
– Tanda-tanda meningitis
– Apasia
– Kelemahan motorik
• Cidera kepala sedang-berat
– Tidak sadar dalam waktu lama
– Fleksi dan ekstensi abnormal
– Edema otak
– Tanda herniasi
– Hemiparese
– Gangguan akibat saraf cranial
– Kejang
KOMPLIKASI
1. Edema Pulmonal
2. Kejang
3. Infeksi
4. Bocor cairan otak
5. Hipertermia
6. Masalah mobilisasi
7. SIADH
8. Hipovolemia
CIDERA KHUSUS OTAK
1. Fraktur Tengkorak
Susunan tulang tengkorak dan lapisan kulit kepala membantu
menghilangkan tenaga benturan kepala sehingga sedikit kekuatan yang ditransmisikan kedalam jaringan otak. Ada 2
bentuk umum dari fraktur yaitu : fraktur linier yang umum terjadi yang mana disebabkan oleh pemberian kekuatan
yang amat berlebih terhadap luas area tengkorak tertentu dan fraktur tengkorak basiler yakni terbatas pada tulang
dasar tengkorak seperti bagian tulang frontal atau temporal. Masalah ini bisa jadi cukup serius karena cairan otak dapat
keluar dari fraktur ini.
2. Gegar otak
Merupakan sindrom yang melibatkan bentuk cidera otak ringan yang menyebar. Gangguan neurologis sementara dan
dapat pulih tanpa ada kehilangan kesadaran. Pasien mungkin mengalami disorientasi ringan, pusing, gangguan memori
sementara, kuang konsentrasi. Mungkin juga mengalami amnesia retrograte. Pasien sembuh cepat. Tetapi ada satu
bahya yang timbul yang kemungkinan dapat terjadi gejala yang berlanjut post gegar.
3. Kontusio
Menggambarkan area otak yang mengalami “memar”. Memar umumnya pada permukaan yang disertai dengan
hemoragik kecil-kecil pada substansi otak. Gejala bervariasi tergantung lokasi dan derajat. Dapat menimbulkan edema
cerebral 2-3 hari post trauma. Akibatnya dapat menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial dan meningkatkan
mortalitas (45%).
4. Hematoma Epidural
Perdarahan yang terjadi pada ruang epidural yaitu antara tulang tengkorak dan lapisan durameter. Ini terjadi karena
adanya robekan cabang kecil artery meningeal media atau meningeal frontal
5. Hematoma Subdural
Perdarahan yang terjadi pada ruang subdural antara lapisan durameter dan lapisan arakhnoid. Terjadi sebagai akibat
robekan vena yang ditemukan pada ruang ini.
6. Hematoma Subarakhnoid
Perdarahan yang terjadi pada ruang arakhnoid yakni antara lapisan arakhnoid dengan piameter, seringkali terjadi
karena adanya robekan vena yang ada didaerah tersebut seringkali bersifat kronik.
7. Perdarahan Intracerebral
Pengumpulan darah 25 ml atau lebih pada parenkim otak. Penyebabnya seringkali karena adanya infresi fraktur.
Gerakan akselerasi dan deselerasi yang tiba-tiba. Penanganannya sampai saat ini masih controversial.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum
ABC (Airway, Breathing, Circulasi)
2. Penatalaksanaan Khusus
Konservatif : Pemberian monitol, gliserol, furosemid, steroid,
antibiotik, barbiturat.
Simptomatik : Mengatasi kejang, agitasi, gelisah, encephalopaty
3. Penatalaksanaan Lain
Manajemen respiratori
Surgical repair : Craniotomy, ventrikulotomy, cranioplasti
Pengobatan
Monitor TIK
Managemen cairan dan elektrolit
Gizi dan diit
Therapi fisik
Rehabilitasi
• PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Beberapa jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya kelainan atau abnormalittas yang terjadi
seperti perdarahan, hematom, dan edema pada cedera kepala ini.
• Akan tetapi yang sering dilakukan:
• Foto Kepala (X-Ray)
• Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran
struktur dari garis tengah (krn perdarahan, edema) adanya fragmen
tulang.
• CT Scan (tanpa/dgn kontras)
• Mengidentifikasi adanya SOL, hemoragik, menentukanukuran
ventrikel, pergeseran jaringan otak
• MRI
• AGD (Analisa Gas Darah)
• Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan
dapat meningkatkan TIK
• Kadar kimia/elektrolit darah
• Mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam
meningkatkan TIK/perubahan mental
• Pemeriksaan lain hanya berupa dukungan jika hasil ini belum
memberikan hasil yang cukup.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia cara berjalan tak tegap,
masalah dalam keseimbangan, cedera (tauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik.
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung
(bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi, disritmia
3. Integritas EGO
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan inpulsif
4. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi
5. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian. Vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstermitas.
Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang
pandang, fotofobia.
Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental (orientasi,
kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan
memori)
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata, ketidakmampuan
mengikuti.
Kehilangan pengindraan, spt: pengecapan, penciuman dan pendengaran.
Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon dalam tidak ada atau
lemah, apraksia, hemiparese, quadreplegia, postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat
sensitive terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam
menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah
tidak bisa beristirahat, merintih.
8. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas
berbunyi, stridor, tersedak.
Ronkhi, mengi positif (kemungkinan karena respirasi)
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt “raccoon eye”, tanda battle disekitar telinga
(merupakan tanda adanya trauma). Adanya aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung
(CSS).
Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum
mengalami paralysis. Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
10. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang ulang, disartris,
anomia.
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain
Pertimbangan rencana pemulangan :
Membutuhkan bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi, menyiapkan makan,
belanja, perawatan, pengobatan, tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata ruang, atau
penempatan fasilitas lainnya dirumah.

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


Perubahan perfusi jaringan serebral
Risiko tinggi pola nafas tidak efektif
Perubahan persepsi sensori
Perubahan proses piker
Kerusakan mobilitas fisik
Risiko tinggi terhadap infeksi
Risiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan proses keluarga
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan

Anda mungkin juga menyukai