Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

Kalazion
Pembimbing :
Dr. dr. Arti Lukitasari Sp.M

Oleh :
Nilam Purnama Wardani
201710401011004

SMF MATA RS BHAYANGKARA KEDIRI


Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang
Anatomi Palpebra
Kalazion
• Kalazion adalah radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik
pada kelenjar meibom
• Umumnya ditandai ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak
terasa sakit dan berkembang beberapa minggu (Sullivan, Sethlar dan
Whitcher, 2015)
Epidemiologi
• Terjadi pada semua umur
• Kasus pada anak- anak mungkin juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal
terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan
terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan
(Wessels, 2010).
Etiologi
• Idiopatik (Sullivan, Sethlar dan Whitcher, 2015)
• Berhubungan dengan blefaritis kronik.
• Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum.
• Kalazion yang rekuren dihubungkan dengan acne rosacea (Kinski,
2016).
Patofisiologi
• Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan
granulasi dan mengakibatkan inflamasi.
• Selama pemrosesan jaringan granulasi lipid dilarutkan oleh pelarut,
sehingga pada gambaran histologis menunjukkan histiosit dan sel
raksasa multinukleat yang menyelimuti ruang yang jelas secara optik
("lipid dropout"). Limfosit, sel plasma, dan neutrofil juga sering hadir
(AAO, 2015).
Gejala klinis
• Benjolan pada kelopak mata
• Tidak hiperemi
• Tidak ada nyeri tekan
• Pseudoptosis
• Tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler
• Kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena
penekanan pada mata
• Pada anak muda : diabsorbsi spontan
Diagnosa
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pasien dengan kalazion
adalah pemeriksaan fisik pada kelopak mata pasien.
• Inspeksi : pada pemeriksaan secra inspeksi dapat dilihat adanya nodul
pada kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul menonjol ke arah
konjungtiva dan tampak adanya daerah berwarna kemerahan pada
palpebra bagian dalam.
• Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan adanya
masa yang keras dan terfiksasi pada tarsus.
• Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali
sehingga dicurigai keganasan.

• Pemeriksaan Tonografi
Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
pada mata. Biasanya tidak terjadi peningkatan, namun pemeriksaan tetap
dilakukan untuk memperkuat diagnosis

• Pemeriksaan Darah Lengkap


Kadang kalazion dapat diikuti infeksi pada mata. Selain itu juga untuk
membedakan antara kalazion dan herdeolum.

• Pemeriksaan Lipid Serum


Digunakan untuk memperkuat diagnosis.
Diagnosis Banding
• Hordeolum
merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum
biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea
kelopak mata.
• Blefaritis
Blepharitis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak mata
(palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak (Blefaritis posterior)
ataupun pada tepian kelopak (blefaritis anterior). Blepharitis dapat
disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan kronis
dan bilateral.
• Cysta kelenjar meibom
• CA kelenjar meibom
Penatalaksanaan
• Penanganan konservatif kalazion. Setidaknya sepertiga dari
kasus kalazion membaik dengan terapi konservatif.
• Injeksi steroid ke dalam kalazion (Triamcinolone
(kortikosteroid) 0,2-2 ml terlarut dalam lidokain).
• Pemberian antibiotik
• Pembedahan (insisi dan kuretase)
Komplikasi
• Astigmatisma
• Trichiasis, dan kehilangan bulu mata

Prognosis
• Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik.
• Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama
akibat drainase yang kurang baik.
• Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan
sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.
Kesimpulan
• Kalazion merupakan salah satu kelainan pada palpebra yang
menyebabkan keterbatasan baik karena proses inflamasi maupun
estetika.
• Terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak mungkin juga bisa
terjadi.
• Diagnosis kalazion ditegakkan melalui profil pasien, anamnesa,
gambaran klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
• Setidaknya sepertiga dari kasus kalazion membaik dengan terapi
konservatif terutama pada lesi kecil dengan letak marginal, sedangkan
jalur pembedahan (insisi dan kuretase) ditempuh apabila terapi
konservatif dan injeksi steroid gagal mengatasi lesi pada pasien
Daftar Pustaka
• American Academy of ophthalmology. 2015. . Chapter 13 Eyelids dalam
Ophthalmic Pathology and Intraocular Tumors. Section 4. Hal 277
• Ilyas, Sidarta, Prof. dr. H, Sp.M, Yulianti, Sri Rahayu, dr. Sp.M. 2013. Ilmu Penyakit
Mata. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 96-97.
• Jin KW, Shin YJ, dan Hyon JY, 2017. Effects of Chalazia on Corneal Astigmatism :
Large-Sized Chalazia in Middle Upper Eyelids Compress The Cornea and Induce
The Corneal Astigmatism. BMC Ophthalmol. 17(1);36.
• Kanski. 2016, Kanski’s Clinical Ophthalmology, Edisi 8, Elsevier, USA. Hal 3-5.
• Khurana AK. 2007. Disease of The Eyelids dalam Comprehensive Ophthalmology.
Eds 4. New Delhi. Hal 340-348.
• Park, Y. M., & Lee, J. S. 2014. The effects of chalazion excision on corneal surface
aberrations. Contact Lens and Anterior Eye, 37(5). Hal 342-345.
• Riordan-Eva. 2015, Anatomi dan Embriologi Mata dalam Buku Vaughan, D.G.
Oftalmologi Umum, Edisi 17, Cetakan I, EGC, Jakarta. Hal 16-19.
• Sullivan, JH., Sethlar, DJ., dan Whitcher, JP. 2015, dalam Buku Vaughan, D.G.
Oftalmologi Umum, Edisi 17, Cetakan I, EGC, Jakarta. Hal 79.

Anda mungkin juga menyukai