Anda di halaman 1dari 35

Dr. Suara Ginting, Sp.

PD
 Nama : Tn. Sopar
 Umur : 40 tahun
 Jenis Kelamin: Laki-laki
 Nomor RM : 16.42.14
 Tanggal MRS : 10 Juli 2018
Keluhan Utama : Demam dan Nyeri perut kanan
atas
Telaah
Keluhan dirasakan Os sejak ± 2 Bulan SMRS,
Nyeri seperti ditusuk tusuk, menjalar Sampai
Ke Ulu Hati. Os juga Mengeluhkan Sesak Berat
Apabila Os berubah posisi. Mual (+), muntah
(-), batuk (-).
Riwat Penyakit Sebelumyna:
 Hipertensi (-)
 Hepatitis (-)
 Jantung (-)
Riwat Penyakit Keluarga : Disangkal
Riwat Pengobatan : (-)
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum :
Tampak Sakit Ringan
 Kesadaran :
 Composmentis
Vital Signt
- TD : 120/80 mmhg - RR : 20x/i

- HR: 80 x/i - Suhu : 36 c


 Kepala •Telinga
bentuk : nyeri tekan tragus :
normocephali (-/-)
rambut : hitam, tdk serumen : (-/-)
mudah rontok • Hidung
muka : simetris deviasi septum : (-
 Mata
/-)
konjuntiva : anemis
secret : (-/-
(+/+)
)
Pernafasan Cuping
sklera : ikterik (+/+) Hdung : (-/-)
pupil : isokor (+/+)
 Mulut
Bibir : Sianosis (+)
Gigi : DBN
 Leher
Peningkatan jvp : (+)
Pembesaran KGB : (-)
Pembesaran tiroid : (-)
 Paru Abdomen
I : Normothorax, • I : Simetris
simetris kanan=kiri • A : Peristaltik (+) kesan
normal
P : Vocal fremitus • P : Hepar teraba 4 cm
kanan = kiri Bawah Arcus Costa,
P : sonor kanan = kiri permukaan fluktuatif,
konsistensi lunak, tepi
A : BP vesikuler reguler, nyeri tekan (+) Lien
 Jantung tidak teraba Massa Tumor (-
I : IC tidak tampak ), Nyeri Tekan hipokondrium
kanan (+) dan epigastrium
P : IC tidak teraba (+), nyeri tekan regio
P : pekak, batas abdomen lainnya (-),
jantung kesan • P :timpani (+)
normal Extremitas :
• Superior Inferior
A : BJ I/II murni, Edema -/- Edema -/-
regular, bising (-) Akral hangat +/+
 Laboratorium:
WBC : 43,15 + 10º/l
Hb : 9,6 – g/dl
PLT : 497 + 10º/l
Glukosa Darah
Glukosa: Puasa ; Sewaktu ; 2 jam-PP : Ad =
137
Fungsi Ginjal
o Ureum : 23 mg/dl
o Kreatinin : 0,4 mg/dl
o Asam urat: 6,3 mg/dl
 USG Abdomen : Abses hepar
 Abses lien
 hepatoma
 hepatitis
 Abses Hepar
 Bedrest
 O2 4L
 Diet M II
 Inf. RL 20 gtt/l
 Inj, Furosemid 2g/6j
 Candesartan 1x1
 KSR 2x1
Anotomi dan Fisiologi Hati
Abses hati adalah rongga
patologis berisi jaringan
nekrotik yang timbul
dalam jaringan hati.
Di negara-negara yang sudah berkembang,
AHA didapatkan secara endemik dan jauh
lebih sering dibandingkan AHP. AHP tersebar
di seluruh dunia, dan terbanyak di daerah
tropis dengan kondisi sanitasi yang kurang.
AHP lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan perempuan, dengan rentang
usia berkisar lebih dari 40 tahun, dengan
insidensi puncak pada dekade ke-6
Amoeba

Bakteri Gram Negatif

Fungi
PATOGENESIS
 Gambaran klinik:
◦ Demam
◦ Rasa sakit di perut kuadran atas, bertambah bila
tekanan intra abdominal bertambah, seperti saat
batuk atau bersin.
◦ Sakit di dada kanan bawah, dan di epigastrium.
◦ Anoreksia, mual muntah, perasaan lemah badan
dan penurunan lemah badan.
◦ Batuk-batuk dan gejala iritasi pada diafragma
seperti cegukan (hiccup).
◦ Diare.
 Pemeriksaan Fisik:
◦ Demam biasanya tidak terlalu tinggi, kurva suhu
bisa intermitten atau remitten.
◦ Hepatomegali yang apabila ditekan terasa nyeri,
dan mungkin akan mendesak ke arah perut atau
ruang interkostal. Konsistensi biasanya kistik, tetapi
bisa pula agak keras seperti keganasan.
◦ Tanda Ludwig positif dan ini khas pada penyakit
abses hepar.
◦ Abses yang besar tampak sebagai masa yang
membenjol di daerah kanan bawah.
 Laboratorium:
◦ Leukositosis, biasanya antara 13.000-16.000, bila
disertai infeksi sekunder biasanya >20.000/mm3.
◦ Sebagian besar penderita menunjukkan peninggian LED.
◦ Pemeriksaan serologi (+) berarti pasien sedang atau
pernah terjadi amoebiasis invasif.
◦ Cara pemeriksaan yang cukup sensitif adalah IHA dan
yang paling sensitif adalah ELISA. Titer > 1/512 (positif
kuat) secara IHA menyokong adanya abses amuba.
◦ Pemeriksaan parasit E. Histolytica dilakukan pada isi
abses, biopsi abses, tinja atau biopsi
kolonoskopi/sigmoidoskopi.
 Radiologi:
◦ Kelainan foto thorax dapat berupa peninggian
diafragma kanan, mungkin ada efusi pleura, ada
pula kelainan lain berupa corakan bronkhovaskular
paru kanan bawah bertambah.
◦ Abses paling sering terjadi di bagian superoanterior
hepar sehingga tampak kubah di bagian
antromedial diafragma kanan.
 USG:
◦ Gambaran yang sangat mencurigakan untuk abses
amuba adalah:
 Lesi hipoechoic pada ”gain” normal maupun
ditinggikan dan ”gain” tinggi jelas tampak echo halus
homogen tersebar merata.
 Lesi berbentuk oval atau bundar, dengan tepi yang
jelas.
 Kriteria Sherlock:
◦ Hepatomegali yang nyeri tekan
◦ Respon baik terhdp obat amubisid
◦ Leukositosis
◦ Peninggian diafragma kanan da pergerakan yang
kurang
◦ Aspirasi pus
◦ USG: rongga dalam hati
◦ Tes hemaglutinasi positif
 Kriteria Ramachandran (minimal terdapat 3
dari salah satu di bawah):
◦ Hepatomegali yang nyeri
◦ demam
◦ Riwayat disentri
◦ Leukositosis
◦ Kelainan radiologis
◦ Respon baik terhadap amubisid
 Kriteria Lamont & Pooler (minimal terdapat 3
dari salah satu di bawah):
◦ Hepatomegali yang nyeri
◦ Kelainan hematologis
◦ Kelainan radiologis
◦ Pus amoebik
◦ Tes serologi positif
◦ Kelainan sindikan hati
◦ Respon baik terhadap amubisid
 Gambaran Klinis:
◦ Demam.
◦ Berat badan turun
◦ Mual
◦ Muntah
◦ Nyeri abdomen (biasanya right upper quadrant atau
epigastrium)
◦ Pleuritic chest pain
◦ Batuk
◦ Hepatomegali
◦ Distensi abdomen
◦ Ikterik
◦ Sepsis
◦ Asites
 Pemeriksaan Laboratorium:
◦ Leukositosis
◦ Anemia
◦ Peninggian alkali fosfatase
◦ Kadar albumin serum di bawah 3 gr %
◦ Waktu protrombin memanjang
 Radiologi:
◦ Diafragma kanan meninggi
◦ Efusi pleura
◦ Atelektasis basiler
◦ Empiema
◦ Abses paru
 Tirah baring
 Diet tinggi kalori dan
protein
Abses Amuba
 Drugs of Choice
◦ Metronidazole ATAU tinidazole dengan
◦ Diloxanide furoate ATAU
Iodoquinol(Diiodohydroxyquin) dengan
◦ Chloroquine
 Obat alternatif
 Dehydroemetine atau Emetine dengan
 Chloroquine dengan
 Diloxanide furoate ATAU
 Iodoquinol(Diiodohydroxyquin)
 Abses Piogenik

sesuai dengan hasil kultur kuman


◦ Sefalosporin generasi ke III,
◦ golongan Aminoglikosid
◦ Meronem
Aspirasi jarum
Indikasi dilakukannya aspirasi jarum
 abses besar, ancaman ruptur, diameter >7cm
atau 10 cm
 respon medikamentosa kurang
 infeksi campuran
 letak abses permukaan kulit
 tidak ada tanda perforasi
 abses pada lobus kiri hati
 abses ganda dengan diameter lebih dari 3 cm

Drainage secara operasi
jarang dilakukan kecuali pada
 abses dengan ancaman ruptur
 gagal aspirasi biasa.
 Perforasi intrapleural terjadi karena letak
abses yang besar di lobus kanan atas dekat
diafragma.
 Perforasi intraperikardial terjadi bila abses
hepar di lobus kiri dekat diafragma kiri
sehingga timbul efusi pericardial.
 Komplikasi lain yang dapat terjadi seperti
perforasi intraperitoneal, komplikasi vaskular,
parasitemia, serta amubiasis serebri akibat
dari E. Histolytica yang masuk ke dalam aliran
darah sistemik dan menyangkut di organ lain
misalnya otak dan akan memberikan
gambaran klinik dari lesi fokal intrakranial.

Anda mungkin juga menyukai