Anda di halaman 1dari 4

1.

PAJAK HIBURAN
Kelompok D:
1. Anggun Purnama
2. Edy Purwanto
3. Fitro Wijaya
4. Elmanto Hutagalung
5. Imam Santoso
PAJAK HIBURAN
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan Hiburan. Pajak ini diatur dalam
Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (bagian kesembilan).
Objek pajak hiburan ini mencakup antara lain (pasal 42):
• tontonan film;
• pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
• kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;
• pameran;
• diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;
• sirkus, akrobat, dan sulap;
• permainan bilyar, golf, dan boling;
• pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan;
• panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan
• pertandingan olahraga.
LANJUTAN
Pada pasal 43, Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan
yang menikmati Hiburan. Sedangkan Wajib Pajak Hiburan adalah orang
pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.
Dasar pengenaan Pajak Hiburan (pasal 44) adalah jumlah uang yang
diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan.
Menurut pasal 45, tarif Pajak Hiburan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Untuk tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh
lima persen). Sedangkan khusus untuk Hiburan berupa pagelaran busana,
kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan,
panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling
tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen).
POTENSI PERMASALAHAN YANG
TERJADI PADA PAJAK HIBURAN
• Belum semua obyek pajak hiburan tercakup dalam Peraturan Daerah.
• Belum diterapkannya sistem online perpajakan di pemerintah daerah
mengakibatkan perhitungan pendapatan dari sektor perpajakan tidak dapat
diperoleh secara cepat dan tepat.
• Terdapat kesalahan pengenaan besaran tarif pajak, yaitu terlalu kecil atau
terlalu besar dari tarif yang seharusnya.
• Adanya keterbatasan SDM pemungut pajak, maka terdapat kesulitan dalam
mengidentifikasi lokasi/tempat hiburan baru sebagai obyek pajak.
• Belum diatur sanksi terhadap wajib pajak yang tidak taat.
• Lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggar pajak.
• Kurangnya sosialisasi pajak hiburan sehingga pengetahuan dan kesadaran
masyarakat untuk membayar pajak rendah.

Anda mungkin juga menyukai