Anda di halaman 1dari 19

PEMBOBOTAN

DALAM PENYELESAIAN
HITUNG KUADRAT TERKECIL

Disampaikan dalam kuliah Hitung


Perataan II
Teknik Geodesi
PENDAHULUAN

• Dalam setiap pengukuran pasti ada unsur kesalahan.


• Namun apakah kesalahan dalam setiap pengukuran
memiliki porsi yang sama besar dalam menentukan
hasil dari pengukuran tersebut ?
Contoh kasus
• Ketika kita melakukan pengukuran jarak dengan
menggunakan 3 alat yang berbeda, yaitu :
- Total Station (TS)
- Waterpass
- pita ukur
• Dari penggunaan ketiga alat ukur tersebut, tentu
masing – masing memiliki ketelitian yang berbeda.
• Dengan ketelitian yang berbeda tersebut, apakah
kita akan memenerikan porsi koreksi kesalahan yang
sama pada ketiga hasil pengukuran tersebut ?
Penyelesaian dengan Pembobotan

• Oleh karena itu perlu adanya peneyelesaian dengan


pembobotan agar diperoleh hasil yang seimbang (adil) dari
masing – masing pengukuran.
• Penentuan bobot ukuran dapat dinyatakan dengan persamaan
(Mikhail, 1981).
(1)
Matriks Pembobotan
• Apabila antar data ukuran tidak berkorelasi maka
matriks P adalah matriks diagonal dengan element
entri pada diagonal utamanya.
• Dan Apabila varian apriori 𝜎02 telah ditentukan
nilainya yaitu 1, matriks P dapat ditulis :

(2)
Pembobotan dalam pengukuran
beda tinggi
• Dalam pengukuran beda tinggi matriks bobot tidak hanya
menggunakan data varian pengukuran, namun bisa
menggunakan data jarak.
• Sehingga diperoleh :

.........................(3)
Contoh kasus

• Didefinisikan tinggi titik C (HC) adalah 100 m


• Maka tentukan tinggi titik lain dengan menggunakan matriks
bobot.
Beda Besaran Jarak
tinggi (m) (m)
L1 2 10
L2 3 12
L3 4 11
L4 - 8,8 12
L5 4,7 15
L6 6,7 17
L7 2,3 11
L8 - 7,2 10
Penyelesaian dengan metode
kombinasi
• Jumlah pengamatan (n) = 8
• Jumlah minimum pengamatan (n0) = 4
• Jumlah parameter yang akan ditentukan (u) = 4
• Jumlah persamaan kombinasi yang akan terbentuk (r)
= n – n0 + u = 8 – 4 + 4 = 8
Bentuk persamaan normal

• L7 + L1 + L6 + L8 = 0 • L7 + (HB – HA) + L6 + L8 = 0
• L1 + L6 + L4 = 0 • L1 + L6 + (HA – HD) = 0
• L5 + L3 + L4 = 0 • (HC – HA) + L3 + L4 = 0
• L2 + L3 – L6 = 0 • L2 + (HD – HC) – L6 = 0
• L1 + L2 – L5 = 0
• L1 + (HC – HB) – L5 = 0
• L8 + L7 – L4 = 0
• L8 + (HA – HE) – L4 = 0
• L7 + L5 + L3 + L8 = 0
• L7 + L5 + L3 + (HE – HD) = 0
• L4 + L5 – L2 + L6 = 0
• L4 + L5 – L2 + (HD – HB) = 0
Bentuk akhir persamaan

• (L7 + V7) + HB – HA + (L6 +V6) + (L8 + V8) = 0


• (L1 + V1) + (L6 + V6) + HA – HD = 0
• HC – HA + (L3 + V3) + (L4 + V4) = 0
• (L2 + V2) + HD – HC – (L6 + V6) = 0
• (L1 + V1) + HC – HB – (L5 + V5) = 0
• (L8 + V8) + HA – HE – (L4 + V4) = 0
• (L7 + V7) + (L5 + V5) + (L3 + V3) + HE – HD = 0
• (L4 + V4) + (L5 + V5) – (L2 + V2) + HD – HB = 0
Matriks yang terbentuk (1)

0 0 0 0 0 1 1
1 V 1 
1 0 V 2
 0 0 0 0 0
1  
0 0 1 1 0 0 0 0 V 3
   
F 0 1 0 0 0  1 0 0  V 4
8 B8   8 V1 
V 1 0 0 0  1 0 0 0 V 5
   
0 0 0  1 0 0 0 1 V 6
0 0 V 7 
1 0 1 0 1 0  
 
0  1 0 1 1 0 0 0 V 8 
Matriks yang terbentuk (2)

 1 1 0 0 
 1 0 1 0 
 
 1 0 0 0   HA 
   HB 
F  0 0 1 0  4 X1 
 
8 A4    HD 
X  0  1 0 0 
   
 1 0 0  1  HE 
 0 0 1 1 
 
 0  1 1 0 
Matriks yang terbentuk (3)

 L7  L6  L8  1 0 0 0 0 0 0 0 
 L1  L6   D1 
   0 1
D2
0 0 0 0 0 0 
 HC  L3  L 4  1 
 0 0 0 0 0 0 0 
   0
D3
 L 2  HC  L 6   0 0 1 0 0 0 0 
W  8 P8 
D4
8 1
 L1  HC  L5   0 0 0 0 1 0 0 0 
   D5 
 L8  L 4   0 0 
0 0 0 0 1 0
 D6 
 L 7  L5  L3   0 0 0 0 0 0 1 0 
  
D7
1 
 L 4  L5  L 2   0 0 0 0 0 0 0
D8
Penyelesaian Matriks
(tanpa matriks bobot)
• Metode Kondisi : BV + W = 0
Penyelesaian : V = -BT (BBT)-1 W
• Metode Parameter : AX + W = 0
Penyelesaian : X = - (ATA)-1 ATW
• Metode Kombinasi : BV + AX + W = 0
Penyelesaian :
X = - (AT (BBT)-1 A)-1 AT (BBT)-1 W
V = - BT (BBT)-1 (AX + W)
Penyelesaian Matriks
(dengan matriks bobot)
• Metode Kondisi : BV + W = 0
Penyelesaian : V = -BT (BP-1BT)-1 W
• Metode Parameter : AX + W = 0
Penyelesaian : X = - (ATP-1A)-1 ATP-1W
• Metode Kombinasi : BV + AX + W = 0
Penyelesaian :
X = - (AT (BP-1BT)-1 A)-1 AT (BP-1BT)-1 W
V = - P-1BT (BP-1BT)-1 (AX + W)
Hasil yang diperoleh
(tanpa matriks bobot)
 HA   95,585 
 HB   97,150 
  
• X = - (AT (BBT)-1 A)-1 AT (BBT)-1 W =  HD  103,565
   
 HE   94,825 
V 1  0.435
V 2   0,15 
   
V 3  0,435
   
• V = - BT (BBT)-1 (AX + W) = V 4
  0 ,820 
V 5  0,285
   
  
V 6  0 , 285
V 7   1,540 
   
V 8   1,540 
Hasil yang diperoleh
(dengan matriks bobot)
 HA   95,6507 
 HB   97,2283 
  
• X = - (AT (BP-1BT)-1 A)-1 AT (BP-1BT)-1 W =  HD  103,5336
   
 HE   94,9132 
V 1  0.4224
V 2   0,2283
   
V 3  0,4664
   
• V = V = - P-1BT (BP-1BT)-1 (AX + W) = V 4
  0,9171 
V 5  0,3507
   
  
V 6  0 ,3947 
V 7   1,5625 
   
V 8   1,4204 
Kesimpulan

• Dari hasil yang diperoleh dengan perhitungan tanpa


menggunakan matriks bobot dan perhitungan dengan
menggunakan matriks bobot, diperoleh perbedaan hasil.
• Dimana pengukuran yang memiliki jarak pengukuran paling
besar, diperoleh selisih koreksi pengukuran yang besar pula.
• Misal : L6 dengan jarak (D6) = 17 m
pada perhitungan pertama tanpa menggunakan matriks
bobot, diperoleh besarnya kesalahan sebesar V6 = -0,285
pada perhitungan kedua tanpa menggunakan matriks bobot,
diperoleh besarnya kesalahan sebesar V6 = -0,3947
SELAMAT BELAJAR

SEMOGA SUKSES

Anda mungkin juga menyukai