Anda di halaman 1dari 45

SISTEM IMUN VERTEBRATA

(IKAN)

OLEH:

SRIWULAN
Immunity Ikan
• Vertebrata dan invertebrata : inang berbagai patogen
• Immunity: Ikan vs Crustacea
– Persamaan: sistem pertahanan terutama oleh aKtivitas sel darah
atau haemosit pada crustacea dan leukosit pada ikan. Haemosit
melakukan fungsi fagositosis, enkapsulasi, formasi nodul dan
memediasi citotoksiti.

– Crustacea; penutupan luka karena penggumpalan darah untuk


mencegah kehabisan darah dan mentrap patogen sehingga tidak
menyebar keseluruh tubuh

– Ikan; disamping memiliki sistem pertahanan seperti pada


crustacea di atas juga memiliki sistem pengenalan/memori
terhadap patogen, yang disebut adaptive immune sistem atau
imuniti/kekebalan spesifik
4
Sistem Kekebalan Ikan
• Sietem kekebalan ikan dibagi menjadi 2:
– Kekebalan Innate/non spesifik
– Kekebalan adaptif/spesifik
• Kekebalan non spesifik:
– garis pertama pertahanan inang
– Tidak memiliki sistem memori
– Aktif terhadap berbagai macam patogen
– Cepat memberikan respon terhadap patogen
• Kekebalan spesifik:
– Hanya ditemukan pada golongan vertebrata
– Spesifitas tinggi terhadap patogen dan memori
– Respon tidak cepat, karena harus mensintesa antibodi
spesifik terhadap patogen
– Sistem pertahanan lapis kedua tetapi lebih spesifik terhadap
patogen tertentu
Komponen Utama Sistem Kekebalan Ikan

Respon kekebalan Respon


non spesifik kekebalan
spesifik
Factor
Protein Fase Akut/acute phase proteins Antibody
Terlarut Penghambat Enzim/Enzim inhibitors
Enzim Lytic Sel/Cell lytic enzymes
Agglutinins

Sel Fagosit B-Lymfosit


Natural Killer Sel T-Lymposit
KEKEBALAN NON SPESIFIK

• Meliputi berbagai jenis penghalang fisik (physical


barrier) dan penghalang selular, secara bersama
menjadi baris pertahanan pertama terhadap infeks
penyakit

• Segera bekerja setelah antigen/patogen menyerang


JENIS-JENIS KEKEBALAN NON SPESIFIK
• Penghalang fisik (physical barrier)
• Penghalang terlarut (Soluble/humoral barrier):
– Acute phase protein dan complement factor
– Transferin dan lactoferin
– Ceruloplasmin
– Metallothionein
– Enzyme inhibitor
– Cell Lytic Enzyme
– Agglutinin
• Penghalang selular:
– Inflamasi
– Natural cytotoxic sel
– fagositosis
1. Penghalang Fisik (Physical Barrier)
• Kulit, sisik, membran mukosa saluran pencernaan
• Cairan/fluida, seperti lendir dan cairan saluran
pencernaan yang diekskresikan/sekresi pada permukan
epitel mengandung komponen bahan kimia yang
berfungsi sebagai antimikroba
• Lendir yang disekresi oleh Sel Goblet (goblet cell) pada
epidermis ikan mengandung imunoglobulin (IgM)
• Ig M  berperan sbg reseptor permukaan sel B &
disekresi pd tahap awal respons sel plasma
• Lendir mengandung precipitin, agglutinin alami, lysin,
lysozyme, C-reactive protein dan complemen
2. Penghalang Terlarut
(Soluble/Humoral Barrier)

• Cairan internal (humor) ikan mengandung sejumlah


substansi yang bereaksi terhadap bermacam-macam
mikroba untuk melisis, mengisolasi (coat) atau
menghambat pertumbuhan mikroba patogen
• Substansi yang menghambat pertumbuhan patogen:
transferrin, lactoferin, ceruloplasmin,
methallothionein, cecropins, defensin, magainins)
• Enzim yang melisis sel: lysin, lysozyme, protease
a. Acute phase proteins and
complement factors
• Jenis protein dalam sel darah yang meningkat selama infeksi:
acute phase proteins, contoh C-reactive protein
• C-reactive protein mengikat molekul permukaan dinding sel
patogen (bakteri dan jamur)
• Pada saat C-reactive protein mengikat permukaan bakteri,
complement factor hadir dalam darah dan mengikat secara kuat
bakteri, sehingga mudah di fagositasi.
• Proses yang memfasilitasi fagositosis tersebut dengan
membungkusnya dengan protein disebut OPSONISASI
• C-reaktive protein pada ikan jumlahnya 500 kali lebih banyak
dibanding dengan mamalia
• Complemen factor bereaksi dengan permukaan komponen
bakteri seperti lipopolysakarida (LPS) atau ß-1,3 glucan. Reaksi
ini disebut alternative pathway of Activation.
b. Transferrin dan Lactoferrin

• Transferrin adalah serum protein dengan berat


molekul 70 – 80 kDa
• Transferrin mengikat besi yang dibutuhkan bakteri
sehingga bakteri menjadi terhambat
pertumbuhannya, dan proses infeksinya menjadi
tertunda
• Lactoferrin tidak ditemukan pada ikan, tetapi dapat
meningkatkan pertahanan ikan jika diberikan melalui
makanan.
c. Ceruloplasmin

• Mengikat copper dan ion logam


• Caeruloplasmin berperan dalam mengoksidasi
besi menjadi ion ferric, yang kemudian
berikatan dengan transferrin. Jadi berfungsi
dalam mengurangi ketersediaan besi
d. Metallothionein

• Metallothionein adalah peptida yang kaya


dengan cystein dan memiliki afinitas yang
tinggi terhadap ion logam. Keberadaannya
dapat mengurangi ketersediaan ion logam
yang sangat dibutuhkan oleh bakteri
e. Enzyme Inhibitors

• Protease inhibitor ditemukan pada ikan,


berperan dalam menghambat invasi patogen
atau parasit
• Berperan dalam menetralisis enzim-enzim
proteolitik patogen yang dapat merusak
jaringan inang.
• Patogen dapat mengeluarkan enzim
proteolitik yang dapat merusak dan
menembus jaringan inang.
f. Cell Lytic Enzymes
• Lysozyme adalah enzim bakteriolitik yang dapat
memecah mukopolisakarida dinding sel bakteri
sehingga bakteri mati
• Lysozyme terdapat pada sebagian besar jaringan dan
sekresi ikan, kadarnya bervariasi tergantung pada
kondisi lingkungan
• Stress mengurangi aktivitas lysozyme ikan
• Lysozyme diproduksi pada makrofage, sehingga
kadarnya yang rendah menunjukkan aktifitas
makrofage juga rendah
• Selain lysozyme pada darah juga terdapat molekul dan
protease mirip tripsin yang dapat melisis bakteri
g. Agglutinins

• Pada serum, kulit dan lendir ikan mengandung faktor


yang mirip imunoglobulin atau antibodi dalam hal
kemampuannya untuk mengaglutinasi dan
menyebabkan lisis pada sel asing dan bakteri
• Agglutinin adalah tidak spesifik dan mirip dengan lectin
pada invertebrata yang memiliki peran untuk mengenal
dan mengikat gula pada permukaan bakteri dan
memediasi terjadinya proses fagositosis
h. Complemen
PENGHALANG SELULAR PADA SISTEM PERTAHANAN NON
SPESIFIK

1. INFLAMASI
– Inflamasi dapat diamati terjadi pada tubuh yang
mengalami kerusakan
– Merupakan respon lokal terhadap luka pada
jaringan dan serangan patogen, dicirikan oleh
infiltrasi granulosit dan makrofage, penghilangan
sel-sel mati dan sel asing dan debris, diikuti
adanya perbaikan jaringan
– Respon inflamasi dapat terjadi karena infeksi
bakteri, virus, jamur dan protozoa dan parasit.
Lanjutan………………

2. Natural Cytotoxic Cell


– Beberapa sel memiliki toxicity terhadap sel-sel asing.
– Dapat menghancurkan beragam jenis sel-sel asing dan
menghancurkan parasit multiselular yang menginfeksi ikan
3. Fagositosis
– Sel fagosit: makrofage, monosit, granulosit, dan neutrofil
– Makrogfage teraktifasi menghasilkan metabolit oksigen
seperti anion superoksida pada proses yang disebut
respiratory burst. Radikal oksigen ini bersifat bakterisidal
Respiratory Burst
Sistem Kekebalan Spesifik/adaptif

• Konsep sistem kekebalan spesifik terdiri dari 3


komponen penting, yaitu:
1. Kemampuan mengenal dan merespon secara
selektif
2. Kemampuan mengenal dan merespon pada
substansi asing
3. Kemampuan untuk merespon patogen yang
berulang-ulang
Sistem Kekebalan Spesifik/adaptif
1. Antigen
 Substansi spesifik yang memicu respon kekebalan
disebut antigen
 Sebagian besar berupa molekul ukuran besar seperti
protein, polisakarida dan asam nukleat
 Sistem kekebalan hanya merespon bagian kecil dari
molekul besar, yang disebut antigenic determinant atau
hapten
 Setiap substansi antigenik dapat memiliki beberapa
hapten berbeda pada molekul besar
 Molekul asing ukuran kecil dapat berperan sebagai
hapten terhadap molekul yang lebih besar
Lanjutan……..
2. Sel
– Ada dua jenis sel yang terlibat dalam respon kekebalan
spesifik, yaitu
• B-limfosit
• T-limfosit
• Antigen Presenting Cells (APCs), termasuk makrofage
3. Reseptor
– Lymfosit, memiliki membran reseptor untuk antigen
spesifik
– Reseptor tsb adalah protein yang mengenal secara spesifik
dan mengikat antigen
Imunitas/kekebalan spesifik

• Pengenalan terhadap patogen terjadi karena Memiliki


reseptor dalam jumlah banyak sehingga bisa mengenal
berbagai jenis patogen
• Memiliki sistem memori terhadap patogen yang telah
menyerang
• Sistem memori memungkinkan untuk lebih efektif
menghilangkan patogen yang sebelumnya telah
menyerang
Reseptor pada inang
• Reseptor pada inang disebut reseptor antigen
• Ditemukan pada limfosit inang. Limfosit hanya
ditemukan pada golongan vertebrata
• Substansi/ligand yang melekat pada reseptor disebut
antigen
• Semua substansi/ligand yang asing bagi inang disebut
antigen
• Substansi/ligand dapat berupa: protein, polisakkarida,
dan asam nukleat. Substansi ini ditemukan pada
dinding sel mikroba/patogen
Lymfosit

• Berdasarkan reseptor antigen yang dimiliki, limfosit


dikelompokkan menjadi 2, yaitu
– T–limfosit
– B–limfosit
• Bila antigen melekat pada reseptor, maka B–limfosit
menjadi aktif memberikan respon pertahanan
dengan memproduksi dalam jumlah besar
imunoglobulin yang disebut antibodi
Sistem kekebalan selular vs humoral
• Ada dua bentuk kekebalan spesifik yang berbeda
yaitu humoral (antibody-mediated) dan selular (cel-
mediated).
• Kekebalan selular bekerja dengan cara kontak
langsung sel dengan sel untuk melindungi tubuh dari
virus yang telah menginfeksi sel dan terhadap sel
tumor
• Kekebalan humoral bekerja dengan cara mensekresi
protein terlarut (antibodi atau imunoglobulin) yang
tersirkulasi dalam darah dan lymph dimana bahan
tersebut akan bergabung dengan antigen dan
menetralisirnya.
Kekebalan humoral/humoral immunity
1. Aktif dan pasif
Kekebalan humoral (antibody mediated) dapat berupa kekebalan aktif
atau pasif. Kekebalan aktif terjadi ketika antibodi dibuat dalam sistem
kekebalan tubuh. Kekebalan pasif terjadi ketika antibodi datang dari
luar tubuh. Contoh, hewan menyusui mendapat kekebalan dari
induknya melalui antibodi yang disekresi pada susu. Pada telur dan
larva ikan yang mengandung antibodi dari induk.
2. Antibodi (imunoglobulin – Ig)
Antibodi adalah protein berbentuk Y yang terbentuk dari dua pasang
rantai polipeptida (dua rantai berat dan dua rantai ringan) yang
berikatan secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setiap antibody dapat
mengikat secara selektif pada satu jenis antigen. Tetapi setiap lengan
dari Y memiliki tempat pelekatan, sehingga setiap molekul antibodi
dapat mengikat dua molekul antigen yang sama. Batang dari Y dapat
dikenal oleh sel lain dari tubuh, sehinga dapat membantu menentukan
apa yang terjadi terhadap kompleks antigen-antibodi
Lanjutan……….

3. Diversitas antibodi
Tempat melekatnya antigen pada antibody adalah sangat spesifik dan
selektif terhadap satu jenis antigen. Tubuh sanggup membuat antibodi
yang dapat bergabung dengan antigen yang sesuai. Ada 5 klas
imunoglobulin yaitu IgG, IgM, IgE, IgA, dan IgD. Perbedaan terletak pada
jenis protein yang membentuk batang Y.
Produksi Antibodi
• Sel plasma
– Sel-sel plasma adalah sel efektor kekebalan humoral.
Mensintesa dan mensekresi antibodi (IgM dan IgG). Sel
plasma adalah Limfosit B yang telah diaktifasi melalui
interaksi dengan pasangan antigennya. Reseptor antigen
pada membran limfosit B yang tidak terstimulasi adalah
antibodi klas IgM dan IgD yang memiliki spesifitas yang sama
dengan IgG. Mereka memproduksi plasma cel
– Tujuan stimulasi limfosit B untuk membentuk sel plasma yang
diperlukan untuk menghasilkan sejumlah antibodi. Selain B
limfosit, juga melibatkan sel-sel seperti makrofage dan
limfosit T (helper sel). Proses ini juga tergantung pada
keberadaan membran protein khusus (major histo-
compatibility atau MHC protein) yang ada pada permukaan
sel ini
Mekanisme spesifik imun
Produksi antibodi
Respons Imun thd Invasi Bakteri

43
Respons Imun thd Invasi Virus

44
Diagram alur sederhana sistem pertahanan krustasea (Smith et al. 2003).

Anda mungkin juga menyukai