Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN FAKTORIAL

Percobaan Faktorial
Faktorial : Bukan rancangan, tetapi cara menyusun perlakuan di mana perlakuan terdiri
dari kombinasi antara 2 faktor atau lebih dan masing-masing faktor terdiri dari
2 level atau lebih.
Misalnya :
- Kombinasi perlakuan antara jenis pengawet dan dosisnya
- Kombinasi perlakuan antara suhu oven dan campurkan bahan dalam pembuatan roti.

-Dalam percobaan faktorial bisa diketahui pengaruh 2 hal atau lebih secara sekaligus.
Secara umum pemberian notasi sbb :
A : Faktor ke-1 ; a1, a2, …… (level-level dari A)
B : Faktor ke-2 ; b1, b2, ……. (level-level dari B)
C : Faktor ke-3 ; c1, c2, …… (level-level dari C)
Oleh karena bukan rancangan, maka cara melaksanakannya bisa menggunakan
rancangan percobaan berikut tergantung keadaan lingkungan :

• RAL = Rancangan Acak Lengkap


• RAK = Rancangan Acak Kelompok
• RPT = Rancangan Petak Terbagi, dll
Model Untuk Rancangan Percobaan dengan RAL
Yijk  μ  αi  β j  ( αβ ) ij  εijk
i  1,2 ,...,a
j  1,2 ,...,b
k  1,2 ,...,n
Yijk  hasil/nil ai pengama tan untuk faktor A level ke-i
faktor B level ke-j dan pada ulangan ke k
μ  Nilai teng ah umum
αi  Pengaruh faktor A pada level ke-i
β j  Pengaruh faktor B level j
( αβ ) ij  Interaksi AB pada l evel A ke-i, level B ke j
εijk  Galat pengama tan untuk faktor A level ke-i
faktor B level ke-j dan pada ulangan ke k
Contoh :
untuk 2 faktor yang dipelajari (A & B) maka bisa
diketahui
• Main effect (pengaruh faktor tunggal)
?A
?B
• Interaksi (keadaan saling mempengaruhi)
?A* B
? A pada masing – 2 level B Rata-rata perlakuan
? B pada masing – 2 level A A1B1 = 10
• Ada 3 keadaan yang bisa terjadi A2B1 = 20
a. A & B bebas pengaruhnya Pengaruh A pada B2=10
tidak ada interaksi Rata-rata perlakuan
b. A & B saling berpengaruh A1B2 = 20
Interaksi positif A1B2 = 30
Interaksi negatif Pengaruh A pada B1=10

Pengaruh A pada B1 = Pengaruh A pada


B2 = 10
Tidak ada interaksi/keterkaitan
A&B
A1 A2
Rata-rata perlakuan
A1B1= 10
A2B1= 20
Pengaruh A pada B1= 10

Rata-rata perlakuan
A1B2 = 25
A2B2 = 50
Pengaruh A pada B1= 25
Pengaruh A pada B2 (25) > pengaruh A pada B1 (10)
terdapat interaksi positif (searah)
Rata-rata perlakuan
A1B2= 10
A2B1= 40
Pengaruh A pada B1= 30

Rata-rata perlakuan
A1B2 = 30
A1B2 = 20
Pengaruh A pada B2 (-10) < pengaruh A pada B1 (30) Pengaruh A pada B1= -10
terdapat interaksi negatif (berlawanan arah)
Teladan :
Pengaruh dosis tambahan makanan sapi dan frekuensi pemberian terhadap kualitas susu
Faktor A : Dosis tambahan (3 level) = 3 aras
A1 : 3% dari makanan
A2 : 6% dari makanan
A3 : 9% l dari makanan
Faktor B : frekuensi pemberian(2 level) = 2 aras
B1 : 1 kali sehari
B2 : 2 kali sehari

Dengan demikian ada 6 kombinasi perlakuan yang diberi nomor/kode sbb :


Perik. 1 : A1 B1 = 3% dari makanan, 1 kali sehari
2 : A2 B1 = 6% dari makanan, 1 kali sehari
3 : A3 B1 = 9% dari makanan, 1 kali sehari
4 : A1 B2 = 3% dari makanan, 2kali sehari
5 : A2 B2 = 6% dari makanan, 2kali sehari
6 : A3 B1 = 9% dari makanan, 2kali sehari
Karena faktorial = cara menyusun perlakuan maka bisa dilaksanakan dengan RAL, RAK, SPLIt PLOT,
NESTED, dll. Menurut keadaan dan jenis faktornya.
Cara mengacak perlakuan menurut rancangan yang dipilih.
Berikut ini merupakan berbagai denah percobaan seandainya 6 perlakuan tersebut di atas diulang 4x.
A. Denah jika dilaksanakan dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap)

2 1 6 4 Tabel Anova
4 3 5 2
3 6 1 4 SK db
1 2 6 1 Perlakuan 5
5 6 3 3 Acak/Galat 18
4 5 2 5
Total 23
B. Denah jika dilaksanakan dengan RAK (Rancangan Acak Kelompok)

I 3 1 5 2 6 4 Tabel Anova
2 4 6 5 1 3
II SK db
6 4 3 1 5 2
III 1 5 2 3 6 4 Perlakuan 5
IV Ulangan 3
Acak 15
Total 23
Hasil pengamatan (data buatan) disusun sebagai berikut:
Ulangan
Perlakuan Total Rata2
I II III IV
1 : A1 B1 30.5 29.4 31.7 29.1 120.7 30.18
2 : A2B1 35.3 36.5 36.1 35.7 143.6 35.90
3 : A3B1 45.2 40.2 46.0 43.1 174.5 43.62
4 : A1B2 30.1 30.2 32.8 31.6 124.7 31.18
5 : A2B2 40.4 36.2 40.6 39.2 156.4 39.10
6 : A3B2 50.1 47.1 49.2 48.3 194.7 49.68
Total 231.6 219.6 236.4 227.0 914.6 38.11

Cara menghitung JK (dasarnya seperti RAK)

30.5 2  ...  48.3 2 914.6 2


JK Total    1083.15
1 24
120.7 2  ...  194.7 2 914.6 2
JK Perlakuan    1035.82
4 24
231.6 2  ...  227.0 2 914.6 2
JK Ulangan    25.56
6 24
JK Acak  JK Total  JK Perlakuan  JK Ulangan  21.76
Untuk menghitung JK A, B, AB dan seterusnya harus disusun tabel dua arah
untuk mempermudah perhitungan

Tabel dua arah A dan B


A1 A2 A3 Total Rata2
B1 120.7 143.6 174.5 438.8 (12) 36.57
(4) (4) (4)
B2 124.7 156. 4 (4) 194.7 (4) 475.7 (12) 39.65
(4)
Total 245.4 300.0 (8) 369.2 (8) 914.6 (24)
(8)
Rata2 31.80 37.50 46.15

245.4 2  300.0 2  369.2 2 914.6 2


JK A    962.34
8 24
438.8 2  475.8 2 914.6 2
JK B    57.04
12 24
JK AB  JK Perlakuan  JK A  JK B  16.44
120.7 2  143.6 2  174.5 2 438.8 2
JK A dlm B1    364.47
4 12
124.7 2  156.4 2  194.7 2 4752
JK A dlm B2    614.31
4 12
Apabila disusun dalam tabel Anova
Tabel Anova 1
SK db JK KT Fhit
Ulangan 3 25.6 8.522 5.87**
Perlakuan 5 1035.82 207.166 142.70**
A 2 962.34 481.172 331.61**
B 1 57.04 57.040 39.31**
A*B 2 16.44 8.220 5.66*
Acak 15 21.76 1.451
Total 23 1083.15
Kesimpulan Anova I
-Ulangan berpengaruh sangat nyata
-Pengaruh perlakuan sangat nyata
- Faktor A (Dosis tambahan) sangat nyata
- Faktor B (Frekuensi pemberian) sangat nyat
- Interaksi A * B nyata
Untuk melihat bagaimana bentuk interaksinya, dapat dilihat pada tabel Anova II
berikut SK db JK KT Fhit
Tabel Anova II
Ulangan 3 25.6 8.522 5.87*
Perlakuan 5 1035.82 207.166 142.70**
B 1 57.04 57.04 39.31**
A dlm B1 2 364.47 182.24 125.60**
A dlm B2 2 614.31 307.16 211.69**
Acak 15 21.76 1.451
Total 23 1083.15
Kesimpulan tabel Anova II
- Ulangan sangat nyata
- Perlakuan sangat nyata
- B sangat nyata
- A dalam B1 (dosis tambahan jika pakai B1) sangat nyata
- A dalam B2 (dosis tambahan jika pakai B1) sangat nyata
Dalam hal tertentu bisa dibuat Anova III
SK dB JK KT F
Ulangan 3
perlakuan 5
1-2
B dl A1-1
B dl A2-1
B dl A3-1
Galat 15
Total 23
Kemungkinan hasil ASR
AB * * * * - - - -
A - * - * - * - *
B - - * * - - * *

Kalau AB* nyata – dibahas interaksi saja sedang pengaruh main effect A & B
tidak perlu dibahas; karena A & B pengaruhnya saling berkaitan.
Kalau A* dan B* saja yang nyata – dibahas main effect mana yang nyata
pengaruhnya
Uji BNT
Nilai BNT untuk membandingkan effect A
BNT A  t a %, dbacak xSED( A )
2 KTAcak
SED( A )  S d ( A ) 
n x levelB

Nilai BNT untuk membandingkan pengaruh B


BNTB  t a %, dbacak xSED( B )
2 KTAcak
SED( B )  S d ( B ) 
n x levelA

Nilai BNT untuk membandingkan pengaruh interaksi AB


BNT AB  t a %, dbacak xSED( AB )
2 KTAcak
SED( AB )  S d ( AB ) 
n
Misal : A1 B1 VS A1 B2
A1 B1 VS A2 B2 SED ( A B )

Karena dalam contoh di atas AB*, maka yang dibahas interaksinya

2KTG
BNTAB  t 5% ,15 x  1.753x0.852 
Ulangan
Perlakuan Rata2
A1B1 30.18a
A1B2 31.18a
A2B1 35.90b
A2B2 39.10c
A3B1 43.62d
A3B2 48.68e
Semua rata-rata yang didampingi huruf sama tidak berbeda dengan p value 5%
Apabila dikelompokkan
A1B1 30.18a
A2B1 35.90b
A3B1 43.62c pengaruh A dl B1
A1B2 31.18a
A2B2 39.10b
A3B2 45.68c pengaruh A dl B2

Semua rata-rata yang didampingi huruf sama tidak berbeda dengan p value 5%
Cara menghitung JK seandainya percobaan dilaksanakan dengan RAL
JK Total = 1083.15 (lihat hubungan pada RAK)
JK Perlakuan = 1035.82
JK Acak / Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 1083.15-1035.82=47.33

Cacatan:
JK Acak (RAL) = JK Ulangan + JK Acak (RAK)
Hasil lengkap analisis ragam sebagai berikut:
SK dB JK
Perlakuan 5 1035.82
I A -2
B -1
A*B -2
II A -1
A dalam B1 -2
A dalam B2 -2
Acak 18 47.33
Total 23 1083.15

Pembahasan selanjutnya sama dengan pada RAK


Variasi lainnya dengan Nested Design / Rancangan Tersarang

Percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh dosis dan jenis pengawet


terhadap suatu produk
Penentuan dosis secara tersarang sebagai berikut:
B1 (Pengawet -1) A1 (2 g/l) -Rendah
A2 (4 g/l) -Sedang
A3 (6 g/l) -Tinggi
B2 (Pengawet-2) A1 (10 cc/l) -Rendah
A2 (20 cc/l) -Sedang
A3 (30 cc/l) -Tinggi
Dalam analisis ragam dibuat label 2 arah
A1 A2 A3 Total
B1 V v v V
B2 V v v v
Total ? ? ? ?
JK A tidak bisa dihitung karena
A1 pada B1 ≠ A1 pada B2
A2 pada B1 ≠ A2 pada B2
A3 pada B1 ≠ A3 pada B2
Oleh karena itu dalam Anova, SK dan db-nya adalah sebagai berikut (RAK dengan
4x ulangan):
SK dB JK KT Fhit

Ulangan 3

perlakuan 5

1-2

B -1

A dlm B1 -2 = db perlakuan

A dlm B2 -2
CONTOH SOAL
Seorang ahli hama tumbuhan mengadakan penelitian
terhadap 4 jenis insektisida dan tiap-tiap jenis digunakan
3 dosis yang sama. Rancangan yang digunakan adalah
RAK dengan 4 ulangan/kelompok. Hasil pengukuran
yang merupakan persentase serangan wereng kedelai
adalah :
CONTOH SOAL LANJUTAN
Keterangan :
I = Insektisida dengan 4 jenis I1, I2, I3, I4
D = Dosis masing-masing insektisida, Rendah
(D1), Sedang (D2) dan Tinggi (D3)
Lakukan analisis ragam yang bisa menjawab
Insektisida mana yang lebih baik dan untuk
masing-masing Insektisida sebaiknya digunakan
dosis yang mana. Pergunakan taraf uji 5%.
Materi UAS
• RAL
• RAK
• Uji Lanjutan
• Analisis Regresi
• Nonparametrik
• Faktorial

Anda mungkin juga menyukai