Oleh :
MAULANA RIZKI
NIM : 201213042
Latar Belakang
Pemanfaatan sumber daya air (SDA) pada sektor pertanian dalam struktur
perekonomian nasional sangat strategis.Kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari
pemanfaatan air irigasi. Dengan demikian, air irigasi adalah sebagai salah satu faktor
pendukung keberhasilan pembangunan pertanian, terutama dalam rangka meningkatkan serta
mempertahankan produksi pertanian tanaman pangan, terutama padi dan palawija.Penelitian
ini dilakukan terhadap pemanfaatan jaringan irigasi yang telah dibangun, perlu usaha-usaha
pemantauan kinerja dari masing-masing jaringan irigasi tersebut.Hal ini dimaksudkan sebagai
bahan dan upaya perbaikan atau rehabilitasi jaringan irigasi yang kinerjanya kurang
maksimal/optimal atau karena menurunnya fungsi dari saluran dan bangunan irigasi.Untuk
itu, upaya optimalisasi pemeliharaan jaringan irigasi sangat diperlukan karena disamping
untuk meningkatkan kinerja dari jaringan irigasi tersebut, juga untuk peningkatan pelayanan
kebutuhan air irigasi terhadap lahan pertanian untuk menjamin tercapainya daya guna serta
fungsi yang optimum. Beberapa sebab penurunan fungsi atau kinerja jaringan irigasi antara
lain :
• Kerusakan pada jaringan irigasi karena kurangnya pemeliharaan.
• Alih fungsi lahan irigasi untuk kepentingan non irigasi.
• Menurunnya daya dukung air.
• Kurangnya peran serta masyarakat petani didalam pengelolaan irigasi.
Salah satu Daerah Irigasi (DI) yang mengalami penurunan fungsi kinerja jaringan
irigasinya adalah Daerah Irigasi (DI) Payasordang. Daerah Irigasi Payasordang terletak di
Kabupaten/kota Tapanuli Selatan Padangsidimpuan
Provinsi Sumatera Utara. Kondisi prasarana irigasi yangada pada Saluran Induk
Payasordang Desa Pasir Matogu – Kelurahan Sigalangan mengalami pendangkalan
akibat tingginya angkutan sedimen yang berasal dari erosi pada sekitar dinding-
dinding saluran sehingga mengalami penyempitan saluran. Disamping itu,
pendangkalan diduga bersumber dari buangan pemukiman serta dari pembuangan
sampah masyarakat sekitar. Pendangkalan akan lebih cepat akibat tumbuhnya atau
timbulnya tumbuh-tumbuhan/ rumput liar yang mengganggu aliran air. Hal-hal
tersebut di atas secara keseluruan mengakibatkan degradasi pada kinerja Saluran
Payasordang sehingga upaya pemenuhan kebutuhan air irigasi menjadi tidak
optimal.
Perumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas pada sub bab sebelumnya, maka rumusan
permasalahan yang perlu dikaji lebih detail adalah :
• Kondisi eksisting pada Saluran Primer daerah irigasi Payasordang desa Pasir
Matogu dan Kelurahan Sigalangan
• Pengamatan terhadap penurunan kapasitas saluran
• Rencana pemeliharaan pada Saluran Primer daerah irigasi Payasordang Desa Pasir
Matogu dan Kelurahan Sigalangan agar bisa lebih optimal
Batasan Masalah
Untuk memudahkan dalam Pemecahan masalah tersebut,diperlukan adanya
pembatasan Masalah, Yaitu :
• Daerah Irigasi yang menjadi obyek penelitian adalah daerah irigasi Payasordang
pada saluran primer Desa Pasir Matogu dan Kelurahan Sigalangan
• Penelitian ini akanmencakup permasalahan terhadap penurunan kapasitas debit
saluran dan kondisi eksisting pada saluran irigasi Desa Pasir Matogu dan Kelurahan
Sigalangan serta pemecahan masalahnya, sesuai dengan lingkup bahasan dan waktu
pembahasan.
• Pembahasan akan dititikberatkan pada, analisa penurunan kapasitas debit saluran
dan analisa optimalisasi peningkatan kapasitas debit saluran
Tujuan Penelitian
• Mengetahui kondisi eksisting saluran Primer daerah irigasiPayasordang Desa Pasir
Matogu dan Kelurahan Sigalangan
• Mengetahui penurunan kapasitas saluran primer pada daerah irigasi Payasordang di
Desa Pasir Matogu dan Kelurahan Sigalangan
• Menganalisa rencana pemeliharaan Saluran Primer pada daerah irigasi Payasordang
yang optimal
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan :
• Akan diperoleh penyebab penurunan kapasitas Saluran Primer pada daerah irigasi
Payasordang Desa Pasir Matogu dan Kelurahan Sigalangan
• Memberikan usulan/alternatif pemecahan masalah pada Daerah Irigasi
Payasordang, khususnya pada saluran primer daerah irigasi Payasordang Desa Pasir
matogu dan Kelurahan Sigalangan yang mengalami penurunan kapasitas saluran.
• Memberikan masukan pada penentu kebijakan untuk langkah-langkah penanganan
Daerah Irigasi Payasordang di masa mendatang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Irigasi
Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006,
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air guna untuk menunjang kegiatan
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan pertumbuhan tanaman
yang ada di dalam tanah hanya dapat terjadi apabila ada air, oleh sebab itu air
merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti suatu tindakan yang dilakukan untuk mengalirkan air dari
sumber nya untuk memenuhi kebutuhan tanaman.Dengan demikian tujuan irigasi
adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman, terutama apabila
keadaan tanah mengalami kekeringan sehingga tidak dapat untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, dengan adanya irigasi tanaman bisa tumbuh secara normal.
Fungsi irigasi
Fungsi irigasi ialah :
• Memasukkan kebutuhan air tanaman
• Menjamin ketersediaan air apabila terjadi kekeringan tanah
• Menurunkan suhu tanah
• Mengurangi kerusakan akibat frost
• Melunakkan lapisan keras pada saat pengolahan tanah
Tujuan irigasi
• Irigasi bertujuan untuk membantu para petani untuk mengolah lahan
pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering kekurangan air.
• Meningkatkan produksi pangan terutama beras
• Meningkatkan intensitas tanam
• Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi
• Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat petani dalam pembangunan
jaringan irigasi
Manfaat irigasi
• Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian,sehingga dapat dipergunakan untuk
menggarap sawah tiap tahunnya,atau keperluan lainnya.
Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yangdiperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,pembagian,
pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagimenjadi
jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran
primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan
saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan
air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi (Direktorat Jenderal
Pengairan,1986). Mengacu pada Direktorat Jenderal Pengairan (1986) cara
pengaturan,pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
• (1) jaringan irigasi sederhana
• (2) jaringan irigasi semiteknis
• (3) jaringan irigasi teknis
Perencanaan Saluran Irigasi
Jika air yang dialirkan oleh jaringan juga untuk keperluan selain irigasi, maka debit
rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan itu, dengan
memperhitungkan efisiensi peng-aliran. Kebutuhan air lain selain untuk irigasi yaitu
kebutuhan air untuk tambak atau kolam, industri maupun air minum yang diambil dari saluran
irigasi ."Lengkung Kapasitas Tegal" yang dipakai sejak tahun 1891, tidak lagi digunakan
untuk perencanaan kapasitas saluran irigasi. Alasannya adalah:
• sekarang telah ada metode perhitungan kebutuhan air di sawah yang secara lebih tepat
memberikan kapasitas bangunan sadap tersier. jika dipakai bersama-sama dengan angka-
angka efisiensi di tingkat tersier.
• pengurangan kapasitas saluran yang harus mengairi areal seluas lebih dari 142 ha, sekarang
digabungkan dalam efisiensi pengaliran. Pengurangan kapasitas yang diasumsikan oleh
Lengkung Tegal adalah 20 % untuk areal yang ditanami tebu dan 5 % untuk daerah yang tidak
ditanami tebu. Persentase pengurangan ini dapat dicapai jika saluran mengairi daerah seluas
710 ha atau lebih. Untuk areal seluas antara 710 ha dan 142 ha koefisien pengurangan akan
turun secara linier sampai 0.
Dimana :
Q = debit saluran, m3/dt
v = kecepatan aliran, m/dt
A = potongan melintang aliran, m2
R = jari – jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan saluran)
k = koefisien kekasaran Stickler, m1/3/dt
m = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)
Koefisien Kekasaran Strickler
Koefisien kekasaran bergantung kepada faktor – faktor berikut :
• Kekasaran permukaan saluran
• Ketidakteraturan permukaan saluran
• Trase
• Vegetasi (tetumbuhan), dan
• Sedimen
Harga – harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran irigasi tanah
Erosi
Kecepatan maksimum yang diizinkan adalah kecepatan aliran (rata-rata)
maksimum yang tidak akan menyebabkan erosi di permukaan saluran. Konsep itu
didasarkan pada hasil riset yang diadakan oleh US Soil Conservation Service (USDA
- SCS, Design of Open Channels, 1977) dan hanya memerlukan sedikit saja data
lapangan seperti klasifikasi tanah (Unified System), indeks plastisitas dan angka
pori.
Kecepatan maksimum yang diizinkan ditentukan dalam dua langkah:
1. Penetapan kecepatan dasar (vb) untuk saluran lurus dengan ketinggian air 1 m
seperti pada Gambar 3.2 ; vb adalah 0,6 m/dt untuk harga – harga PI yang lebih
rendah dari 10.
2. Penentuan faktor koreksi pada vb untuk lengkung saluran, berbagai ketinggian air
dan angka pori
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Daerah Irigasi (DI) Payasordang pada saluran
primer desa Pasir Matogu dan Kelurahan Sigalangan kecamatan Batang Angkola,
kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Seperti terlihat pada gambar sebagai
berikut :