Anda di halaman 1dari 45

REFERAT

ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL


Pembimbing :
dr. Hermin P, Sp.An - KIC
Oleh :
Ratna Juwita G1A209179
Yosefin Ratnaningtyas G1A209161
PENDAHULUAN
Prosedur anestesi merupakan prosedur
yang dijalani oleh setiap pasien yang akan
menjalani tindakan invasif, seperti
tindakan bedah.
Anestesi :suatu tindakan menghilangkan
rasa sakit ketika melakukan
pembedahan/prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Obat penghilang nyeri : analgetik dan
anestesi.
Tipe anestesi:
◦ anestesi total : hilangnya kesadaran secara total
◦ anestesi lokal : hilangnya rasa pada daerah
tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil
daerah tubuh)
◦ anestesi regional : hilangnya rasa pada bagian
yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif
jaringan spinal dan saraf terkait
PEMBAHASAN
I. Anestesi Regional
Definisi
Anestesi regional : hambatan impuls nyeri
suatu bagian tubuh sementara pada impuls
syaraf sensorik (diblokir untuk
sementara/reversibel).
Fungsi motorik dapat terpengaruh
sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien
tetap sadar.
Pembagian
Blok sentral (blok neuroaksial), meliputi
blok spinal, epidural dan kaudal
Blok perifer (blok saraf) misalnya
anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok
lapangan, blok saraf, dan regional
intravena
Obat-obatan
Senyawa ester
umumnya kurang stabil dan mudah
mengalami metabolisme
Contoh: tetrakain, benzokain, kokain,
prokain
Senyawa amida
Contoh: dibukain, lidokain, mepivakain
dan prilokain.
Komplikasi obat
Obat anestesi melewati dosis tertentu
merupakan zat toksik, sehingga untuk tiap
jenis obat anestesi lokal dicantumkan
dosis maksimalnya. Komplikasi dapat
bersifat lokal atau sistemik
Komplikasi Lokal
Terjadi ditempat suntikan berupa edema,
abses, nekrosis dan gangrene.
Komplikasi infeksi hampir selalu
disebabkan kelainan tindakan asepsis dan
antisepsis.
Iskemia jaringan dan nekrosis karena
penambahan vasokonstriktor yang
disuntikkan pada daerah dengan arteri
buntu.
Komplikasi Sistemik
umumnya berupa reaksi neurologis dan
kardiovaskuler.
Pengaruh pada korteks serebri dan pusat
lebih tinggi : perangsangan sedangkan
pengaruh pada pons dan batang otak :
depresi.
Pengaruh kardiovaskuler : penurunan
tekanan darah dan depresi miokardium
serta gangguan hantaran listrik jantung.
Persiapan Anesthesia Regional
Sama dengan persiapan GA, untuk
mengantisipasi toksik sistemik reaction yg
berakibat fatal, perlu persiapan resusitasi.
obat anestesi spinal/epidural masuk ke
pembuluh darah → kolaps kardiovaskular
sampai cardiac arrest.
Keuntungan Anestesi Regional
Alat minim dan teknik relatif sederhana,
sehingga biaya relatif lebih murah.
Relatif aman untung pasien yg tidak puasa
(operasi emergency, lambung penuh) karena
penderita sadar.
Tidak ada komplikasi jalan nafas dan
respirasi.
Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas
anestesi.
Perawatan post operasi lebih ringan.
Kerugian Anestesi Regional
Tidak semua penderita mau dilakukan
anestesi secara regional.
 Membutuhkan kerjasama pasien yang
kooperatif.
 Sulit diterapkan pada anak-anak.
Tidak semua ahli bedah menyukai
anestesi regional.
Terdapat kemungkinan kegagalan pada
teknik anestesi regional.
Blok Sentral
Spinal dan Epidural Anestesi
Neuroaksial blok (spinal dan epidural
anestesi) akan menyebabkan blok
simpatis, analgesia sensoris dan blok
motoris (tergantung dari dosis,
konsentrasi dan volume obat anestesi
lokal).
Anestesi Spinal
pemberian obat anestetik lokal ke dalam
ruang subarackhnoid.
Untuk mencapai cairan serebrospinal,
jarum suntik akan menembus kutis 
subkutis  lig. Supraspinosum  lig.
Interspinosum  lig. Flavum  ruang
epidural  durameter  ruang
subarachnoid.
Indikasi Anestesi Spinal
Bedah ekstremitas bawah.
 Bedah panggul
 Tindakan sekitar rektum-perineum
 Bedah obstetri ginekologi
 Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Kontra Indikasi Anestesi Spinal
Kontra indikasi absolut :
Pasien menolak dilakukan anestesi spinal
 Terdapat infeksi pada tempat suntikan
 Hipovolemia berat sampai syok
Menderita koagulopati dan sedang mendapat
terapi antikoagulan
Tekanan intrakranial yang meningkat
Fasilitas untuk melakukan resusitasi minim
Kurang berpengalaman atau tanpa konsultan
anestesi
Kontraindikasi Relatif
Menderita infeksi sistemik ( sepsis,
bakteremi )
Terdapat infeksi disekitar tempat suntikan
Kelainan neurologis
 Kelainan psikis
Bedah lama
Menderita penyakit jantung
Hipovolemia
Nyeri punggung kronis.
Persiapan Anestesi Spinal
Daerah disekitar tempat tusukan diteliti
apakah akan menimbulkan kesulitan,
misalnya ada kelainan anatomis tulang
punggung atau kegemukan sehingga tidak
teraba tonjolan prosesus spinosus.
Selain itu harus pula dilakukan :
◦ Informed consent
◦ Pemeriksaan fisik
◦ Pemeriksaan laboratorium anjuran
Peralatan Anestesi Spinal
Peralatan monitor, untuk memonitor
tekanan darah, nadi, oksimeter denyut dan
EKG
Peralatan resusitasi /anestesia umum 
Jarum spinal

Jarum pinsil Jarum tajam


(whitecare) (Quincke-
Babcock)
Teknik Anestesi Spinal
Setelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi
dekubitus lateral atau duduk dan buat pasien
membungkuk maksimal agar procesus spinosus
mudah teraba.
Perpotongan antara garis yang menghubungkan
kedua Krista iliaka dengan tulang punggung ialah
L4 atau L4-L5, tentukan tempat tusukan misalnya
L2-L3, L3-L4 atau L4-L5. Tusukan pada L1-L2
atau atasnya berisiko trauma terhadap medulla
spinalis.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadine dan
alcohol
Beri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya
lidokain 1% 2-3ml.
Cara tusukan adalah median atau paramedian.
Jarum spinal besar 22G, 23G, atau 25G dapat
langsung digunakan. Sedangkan jarum kecil 27G
atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun
jarum (introducer). Jarum akan menembus kutis,
subkutis, sampai ruang subarachnoid.
Jarum spinal dicabut cairan serebrospinal akan
menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan
obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid
tersebut.
Keuntungan A. spinal
◦ Obat anestesi lokal lebih sedikit
◦ Onset lebih singkat
◦ Level anestesi lebih pasti
◦ Teknik lebih mudah
Anestesi Epidural
Blokade saraf dengan menempatkan obat
di ruang epidural (antara ligamentum
flavum dan duramater). Kedalaman ruang
rata-rata 5mm.
Obat anestetik bekerja langsung pada
akarsaraf spinal yang terletak dilateral,
lebih lambat dibanding anestesi spinal,
sedangkan kualitas blockade sensorik-
motorik juga lebih lemah.
Keuntungan A. Epidural
◦ Bisa segmental
◦ Tidak terjadi headache post op
◦ Hypotensi lambat terjadi
◦ Efek motoris lebih kurang
◦ Dapat 1–2 hari dengan kateter  post op pain
Kerugian
◦ Teknik lebih sulit
◦ Jumlah obat anestesi lokal lebih besar
◦ Reaksi sistemis 
◦ Total spinal anestesi
◦ Obat 5–10x lebih banyak untuk level analgesi
yang sama
Anestesi Caudal
Indikasi : operasi perineal
Cara :
◦ Cari cornu sacralis kanan-kiri
◦ Diantaranya adalah membran sacro coccygeal
 hiatus sacralis
Efek Fisiologis Neuroaxial Block
Efek Kardiovaskuler
Akibat blok simpatis : hipotensi.
dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-
loading) untuk mengurangi hipovolemia
relatif akibat vasodilatasi. Apabila telah
terjadi hipotensi, dapat diterapi dengan
pemberian cairan dan vasopressor seperti
efedrin.
Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal
(blok pada cardioaccelerator fiber di T1-T4),
dapat menyebabkan bardikardi sampai
cardiac arrest.
Efek Repirasi
Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal
(blok lebih dari dermatom T5)
mengakibatkan hipoperfusi dari pusat nafas
di batang otak dan menyebabkan terjadinya
respiratory arrest.
Bisa juga terjadi blok pada nervus phrenicus
menyebabkan gangguan gerakan diafragma
dan otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi
dan ekspirasi.
Efek GIT
Mual muntah (hiperperistaltik
gastrointestinal) akibat aktivitas
parasimpatis. Hal ini menguntungkan pada
operasi abdomen karena kontraksi usus dapat
menyebabkan kondisi operasi maksimal.
Mual muntah juga bisa akibat hipotensi,
dikarenakan oleh hipoksia otak yg
merangsang pusat muntah di CTZ (dasar
ventrikel ke IV)
Blok Perifer
Anestesi Lokal
obat yang menghambat hantaran saraf
bila digunakan secara lokal pada jaringan
saraf dengan kadar cukup.
Anestetik lokal diikuti pulihnya konduksi
saraf secara spontan dan lengkap tanpa
kerusakan struktur saraf.
Di Indonesia, paling banyak digunakan :
lidokain dan bupivakain.
Syarat obat anestesi lokal
Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan
saraf secara permanen
Batas keamanan harus lebar
Efektif dengan pemberian secara injeksi
atau penggunaan setempat pada membran
mukosa
Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan
bertahan untuk jangka waktu yang yang
cukup lama
Dapat larut air dan menghasilkan larutan
yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.
Mekanisme Kerja
bekerja pada reseptor spesifik saluran
natrium (sodium channel), mencegah
peningkatan permeabilitas sel saraf
terhadap ion Na dan K sehingga terjadi
depolarisasi pada selaput saraf dan
hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf.
Lama kerja dipengaruhi oleh:
Ikatan dengan protein plasma karena
reseptor anestetika lokal adalah protein
Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi
Dipengaruhi oleh banyaknya pembuluh
darah perifer di daerah pemberian
Farmakokinetik
Absorbsi dipengaruhi
Tempat suntikan tergantung banyaknya
vaskularisasi tempat suntikan
Penambahan vasokonstriktor (Adrenalin 5
µg/ml atau 1:200 000) membuat
vasokonstriksi pembuluh darah tempat
suntikan  memperlambat absorpsi
sampai 50%
Distribusi dipengaruhi oleh ambilan organ
(organ uptake). Otot merupakan tempat
reservoir bagi anestetika lokal
Metabolisme dan ekskresi
◦ Golongan ester sangat cepat dan metabolit
diekskresi melalui urin
◦ Golongan amida lebih lambat dari hidrolisa
ester. Metabolit lewat urin dan sebagian
diekskresi dalam bentuk utuh.
Efek Samping pada Sistem Tubuh
Sistem kardiovaskular
◦ Depresi automatisasi miokard
◦ Depresi kontraktilitas miokard
◦ Dilatasi arteriolar
◦ Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps
sirkulasi
Sistem pernafasan
◦ Relaksasi otot polos bronkus
◦ Henti nafas akibat paralisis saraf frenikus
◦ Paralisis interkostal
◦ Depresi langsung pusat pengaturan nafas
 Sistem saraf pusat
◦ Parestesia lidah
◦ Pusing
◦ Tinnitus
◦ Pandangan kabur
◦ Agitasi
◦ Depresi pernafasan
◦ Tidak sadar
◦ Konvulsi
◦ Koma
 Imunologi
◦ Reaksi alergi
 Sistem musculoskeletal
◦ Miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain)
 INFILTRASI LOKAL
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan
sekitar tempat lesi
 BLOK LAPANGAN (FIELD BLOCK)
Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi
tumor kecil)
 ANALGESIA PERMUKAAN (TOPIKAL)
Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput
mukosa
 ANALGESIA REGIONAL INTRAVENA
Penyuntikan larutan analgetik lokal intravena. Ekstremitas
dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya dengan
torniket pneumatik dari sirkulasi sistemik.
Anestetik lokal
Kokain  dalam bentuk topikal semprot 4%
untuk mukosa jalan nafas atas. Lama kerja 2-30
menit.
Prokain  untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%,
blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB dan lama
kerja 30-60 menit.
Lidokain  konsentrasi efektf minimal 0,25%,
infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot
cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung
konsentrasi larutan.
Bupivakain  konsentrasi efektif minimal
0,125%, mula kerja lebih lambat dibanding
lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam.

Anda mungkin juga menyukai