Anda di halaman 1dari 32

DRUG RELATED PROBLEM

Widarika Santi H, MS\.Sc., Apt


Slide Title

• Society Consultant American Pharmacist menyatakan


bahwa tujuan dari pengobatan adalah perbaikan
kualitas hidup pasien melalui pengobatan atau
pencegahan penyakit, mengurangi timbulnya gejala,
atau memperlambat proses penyakit. DRP akan
terjadi jika kebutuhan pasien akan terapi obat tidak
terpenuhi (Cipolle et al, 1998)
Slide Title
• Drug related problem (DRP) • Menurut Pharmaceutical
atau masalah terkait obat Care Network Europe
merupakan kejadian yang (PCNE) DRP adalah kejadian
tidak diharapkan dan suatu kondisi terkait dengan
pengalaman pasien akibat terapi obat yang secara
atau diduga akibat terapi nyata atau potensial
obat sehingga secara aktual mengganggu hasil klinis
dan potensial mengganggu yang diinginkan.
keberhasilan penyembuhan
(Cipolle et al, 1998)
• DRP aktual merupakan DRP yang
sudah terjadi dan sehingga harus
diatasi dan dipecahkan.
• DRP potensial merupakan DRP yang
dapat terjadi jika tidak dilakukan
pencegahan seperti keadaan
kontraindikasi seseorang pada
pengobatan tertentu (Rovers et al,
2003).
KOMPONEN DRP
• Kejadian atau resiko yang tidak diharapkan yang terjadi
pada pasien.
– Kejadian ini dapat disebabkan oleh kondisi ekonomi,
psikologis, fisiologis, atau sosiokultural pasien
• Terdapat hubungan atau dugaan hubungan antara kejadian
yang tidak diharapkan yang dialami pasien terkait obat.
– Hubungan ini meliputi konsekuensi dari terapi obat
sehingga penyebab/diduga sebagai penyebab kejadian
tesebut dibutuhkan terapi untuk mencegah kejadian
tersebut.
KATEGORI DRP (CIPOLLE)
• Membutuhkan terapi obat tapi tidak
mendapatkan terapi
• Menerima obat tanpa indikasi
• Obat salah
• Dosis terlalu rendah
• Dosis terlalu tinggi
• Pasien menerima ADR (Adverse Drug
Reaction)
• Kepatuhan
KATEGORI DRP (STRAND)
• Pasien mempunyai kondisi medis dan membutuhkan obat tapi tidak mendapatkan obat
untuk indikasi tersebut.
• Pasien mempunyai indikasi medis dan menerima obat tanpa indikasi medis yang valid
• Pasien mempunyai kondisi medis namun mendapat obat yang tidak aman, tidak paling
efektif dan kontraindikasi dengan pasien
• Pasien mempunyai indikasi medis dan mendapat obat tepat namun dosis kurang
• Pasien mempunyai indikasi medis dan mendapat obat tepat namun dosis lebih
• Pasien mendapat kondisi medis akibat reaksi obat yang merugikan
• Pasien mendapat kondisi maedis akibat interaksi obat-obat, obat-makanan, obat-hasil
laboratorium
• Pasien mendapat kondisi medis namun tidak mendapatkan obat yang diresepkan
KATEGORI DRP (The PCNE Classification V
8.01)
• Intervensi merupakan kegiatan atau aksi yang dilakukan
farmasi klinik yang menghasilkan perubahan dalam
manajemen atau terapi obat
• Pada PNCE V 8.01 terdapat intervensi yang terdiri dari :
– Ada atau tidak ada intervensi
– Intervensi melalui penulis resep
– Intervensi melalui pasien atau keluarga
– Intervensi dengan mengganti obat atau cara
penggunaan obat
– Intervensi lain seperti pelaporan efek samping ke
instansi berwenang
REAKSI OBAT YANG TIDAK DIINGINKAN
DEFINISI

• Menurut WHO, reaksi obat yang tidak


diinginkan/ROTD (ADR/Adverse Drug
Reaction) merupakan respon terhadap
obat dalam dosis lazim yang
berbahaya dan tidak dikehendaki baik
pada pengobatan, profilaksis maupun
diagnosis
• Menurut FDA (1995) ROTD
merupakan efek yang tidak diinginkan
yang berhubungan dengan
penggunaan obat yang timbul sebagai
bagian dari aksi farmakologi obat yang
kejadiannya tidak dapat diperkirakan
• Menurut Lawrence (1998) ROTD
merupakan efek yang membahayakan
atau tidak menyenangkan yang
disebabkan oleh dosis obat yang
digunakan sebagai terapi (atau
profilaksis atau diagnosis) yang
mengharuskan untuk mengurangi
dosis atau menghentikan pemberian
dan memperkirakan adanya bahaya
pada pemberian selanjutnya
• Menurut Edward and Aronson (2000)
ROTD merupakan reaksi yang
berbahaya dan tidka mengenakkan
akibat penggunaan produk medis yang
memperkirakan adanya bahaya pada
pemberian berikutnya sehingga
mengharuskan pencegahan, terapi
spesifik, pengaturan dosis atau
penghentian obat.
• Menurut Karch dan Lasagna ROTD
adalah respon terhadap suatu obat
yang berbahaya dna tidak
dimaksudkan atau terjadi pada dosis
yang digunakan pada manusia untuk
profilaksis, diagnosis atau terapi, tidak
termasuk gagal mencapai kegunaan
yang dimaksud.
• ROTD/ADR perlu mendapat perhatian khusus karena
dapat mempengaruhi kualitas hidup, penigkatan
angka kunjungan ke rumah sakit bahkan kematian.
ROTD juga bersifat potensial dan aktual.
KLASIFIKASI ROTD
Dalam praktek sehari-hari, ROTD berfungsi untuk • Reaksi yang dapat timbul pada orang
mengidentifikasikan kejadian terkait obat : yang rentan
• Reaksi yang dapat timbul pada setiap orang
– Intoleransi obat : ambang batas yang
– Overdosis : efek farmakologi toksik yang timbul
rendah pada aksi farmakologis normal dari
karena kelebihan dosis atau karena gangguan
ekskresi obat obat
– Efek samping obat : efek farmakologis obat yang – Idiosinkrasi obat : respon abnormal dari
tidak diinginkan yang muncul pada dosis lazim obat yang berbeda dari efek
– Interaksi obat : aksi farmakologi obat yang farmakologisnya. Terjadi karena
mempengaruhi efektivitas ataupun tosksisitas metabolisme obat
obat lain
– Alergi obat
– Pseudoalergik/anafilaksis ; reaksi yang
mirip dengan reaksi alergi namun tidak
diperantarai sistem imun
Faktor-faktor yang mempengaruhi ROTD
• Polifarmasi
– Kejadian ROTD meningkat jika jumlah obat yang dikonsumsi juga
mankin banyak. Umumnya ditemukan pada pasien usia lanjut atau
dengan penyakit kronis
• Jenis kelamin
– Hasil menunjukkan bahwa wanita lebih banyak mengalami kejadian
ROTD contoh : pada penggunaan digoksin
• Kondisi penyakit
– Kondisi gangguan hati dan ginjal akan mempengaruhi profil
farmakokinetik obat, ibu hamil dan menyusui juga rentan mengalami
ROTD
• Usia
– Pasien usia lanjut rentan mengalami ROTD karena umumnya mendapat terapi polifarmasi dan pada
usia lanjut terjadi perubahan profil farmakokinetik. Neonatus juga rentan mengalami ROTD karena
organ vital belum berkembang sempurna. Terutama hati hati pada penggunaan obat dengan indeks
terapi sempit.
• Ras dan polimorfisa genetika
– Perbedaan genetika mempengaruhi metabolisme obat. Perbedaan ras juga mempengaruhi efek
terapi obat. Contoh : Afro-Amerika memiliki resiko hemolisis lebih tinggi jika menggunakan obat
golongan sulfa (dapson), CIprofloksasin, Ofloksasi karena mengalai defisiensi enzim glukosa-6-fosfat-
dehidrogenase (G6PD)
• Kepatuhan pasien
– Ketidakpatuhan disebabkan beberapa hal seperti : obat tidak tersedia, harga tidak terjangkau,
sediaan tidak cocok untuk pasien (tablet diberikan untuk anak), pasien tidak mengerti aturan pakai
obat, pasien lupa mengkonsumsi obat.
PENCEGAHAN ROTD (BNF (British National Formulary))
• Jangan gunakan obat tanpa indikasi jelas. Jika pasien hamil gunakan obat
jika benar-benar diperlukan
• Alergi dan idiosinkrasi merupakan faktor penting ROTD, tanyakan pada
pasien apakah pernah mengalami kondisi tersebut
• Tanyakan apakah pasien sedang atau rutin mengkonsumsi obat untuk
mencegah interaksi
• Perhatikan usia, jenis ras dan gangguan ginjal dan hati
• Minimalkan kondisi polifarmasi
• Jika memungkinkan gunakan obat yang sudah pernah digunakan
• Jika kemungkinan terjadi ROTD maka hal tersebut harus diperhatikan
LANJUTAN.....

Anda mungkin juga menyukai