Anda di halaman 1dari 96

Pemicu 1

Kenapa Aku Sering “Anyang-


anyangan” ?

Kelompok 6
Pleno : 10 April 2012
Kelompok 6
Tutor : dr. Marcella
dr. Irene
Ketua : Natalia (405110164)
Sekretaris : Lucy Amanda (405110037)
Penulis : Egarizky Danoza (405110255)
Anggota : Dian Permata (405100049)
Novi Anggriani H (405100295)
Novita Sari (405110045)
M Faisal Al Mustafa (405110110)
Josep Pandapotan (405110149)
Desintha C Nindi Ritung (405110190)
Ruth Zechariah Wiyono (405110199)
Felix Halim (405110204)
Jefri Boy Chandra (405110209)
Pemicu 1.A (Kelompok 1-12)
Kenapa aku sering “anyang-anyangan” ?
Dr. A dari Puskesmas Kelurahan Mawar, mendapati cukup
banyak pasien yang berobat ke puskesmasnya, khususnya pasien
perempuan, yang menderita infeksi saluran kemih (ISK). Selain itu, dari
anamnesa terhadap pasien yang didiagnosa menderita ISK diketahui
adanya kebiasaan kurang minum. Oleh karena itu, dr. A ingin
mengetahui lebih lanjut apakah tingginya angka ISK pada pasien
perempuan di Puskesmas Kelurahan mawar tersebut dapat
dipengaruhi oleh kurangnya asupan cairan per hari. Denagn
menggunakan kuisioner, dr. A menanyakan responden informasi
mengenai gejala klinis ISK selama 2 minggu terakhir dan kebiasaan
minum responden antara 6 bulan sampai dengan 2 minggu
sebelumnya.
Pengumpulan data dilakukan terhadap responden perempuan
yang berusia 18-60 tahun, tidak hamil dan tidak menggunakan kateter,
yang dipilih dari antara pengunjung Puskesmas Kelurahan Mawar
selama bulan Juni 2011.
Dari hasil pengumpulan data terhadap 81 responden perempuan
dengan ISK, didapatkan 68 responden yang memiliki kebiasaan kurang
minum; sementara dari 85 responden perempuan tanpa ISK, didapatkan 42
responden yang memiliki kebiasaan kurang minum.
Selain itu, terdapat 85 responden tanpa ISK yang didiagnosa
berdasarkan ditemukannya gejala klinis, dr. A ingin mengidentifikasi
kemungkinan adanya asimtomatik ISK. Ia mempertimbangkan apakah
sebaiknya dilakukan tes skrining urine dipstick atau accutest urinescreen. Dari
tinjauan pustaka, dr. A mendapat informasi hasil uji diagnostik ISK dengan
menggunakan urine dipstick atau accutest urinescreen dibandingkan dengan
baku emas dengan kultur biakan urin, sebagai berikut :

Hasil tes urine dipstick dibandingkan diagnosis ISK dengan kultur biakan urin:

ISK + ISK - Total


Tes + 450 100 550
Tes - 50 400 450
Total 500 500 1000
Hasil Accutest Urinescreen dibandingkan diagnosis ISK berdasarkan kultur
biakan urin:

ISK + ISK - Total


Tes + 455 50 505
Tes - 45 450 495
Total 500 500 1000
Unfamiliar Terms
• Kateter :
Pipa untuk memasukkan/mengeluarkan airan yang dimasukkan
melalui alat kelamin → uretra → Kandung kemih

• Urine Dipstick :
Strip kimia sensitif yang direndam dalam sample urine untuk
memberikan hasil tes langsung, biasanya untuk skrinning

• Baku Emas :
Standart pengukuran
• Asimtomatik :
Tidak terlihat gejalanya

• Accutest Urinescreen :
Penetapan Masalah

1. Apa hubungan ISK dengan jenis kelamin ?


2. Apa hubungan kekurangan airan dengan ISK ?
3. Mengapa sample yang diambil adalah wanita usia 18-60 tahun,
tidah hamil dan tidak memakai kateter?
4. Mengapa ada perbedaan hasil tes negatif yang jauh antara urine
dipstick dengan accutest urinesreen?
5. Uji diagnostik manakah yang fisible & efektif yang sebaiknya
dipilih untuk mengidentifikasi asimtomatik ISK?
Curah Pendapat
1. - Karena letak saluran kemih dan anus wanita lebih dekat
dibandingkan dengan pria & cara pembersihannya
- Karena saluran kemih wanita lebih pendek dari pria
sehingga lebih mudah terinfeksi
- Karena kemungkinan ISK pada pria mununjukan
asimtomatik

2. Karena kalau tidak ada cairan yang masuk maka tidak ada
airan yang dikeluarkan sehingga saluran kemih kering &
kuman serta zat kimia yang ada di situ tidak bisa dikeluarkan
3. - Karena usia tersebut masih prouktif & metabolisme
dalam tubuh masih baik
- Karena aktivitas fisiknya banyak
- Karena standart kecukupan wanita hamil dengan yang
tidak hamil berbeda, sehingga heterogen

4. Karena tergantung dari sensitifitas & spesifiksitas dari


setiap tes yang dilakukan

5. Uji diagnostik yang paling baik adalah accutest urinescreen


Mind Map
Learning Objetive
1. Merumuskan masalah penelitian
2. Menentukan tujuan penelitian
3. Menjelaskan faktor resiko ISK dan patogenesisnya
4. Menjelaskan kerangka konsep
5. Menguraikan jenis variabel penelitian & menentukan
variabel yang sesuai
6. Menyusun definisi operasional
7. Menyusun hipotesis
8. Menyusun metodologi penelitian
9. Membuat analisa hasil penelitian
10. Membuat pembahasan yang sesuai dengan hasil
11. Mengetahui uji diagnostik
12. Membuat kesimpulan & saran
LO 1 : Masalah Penelitian
• Masalah : kesenjangan antara yang seharusnya ada
(teori/target) dan yang sekarang ada (fakta/pencapaian)

• Masalah penelitian merupakan kondisi yang menunjukkan


kesenjangan (gap) antara peristiwa atau keadaan nyata (das
sain) dengan tolok ukur tertentu (das sollen) sebagai kondisi
ideal atau seharusnya bagi peristiwa atau keadaan tertentu.

• Masalah penelitian adalah keraguan yang timbul terhadap


suatu peristiwa atau keadaan tertentu berupa kesangsian
tentang tingkat kebenarannya suatu peristiwa atau keadaan
Syarat Penentuan Masalah Penelitian
• Masalah penelitian harus dipilih yang berguna untuk
diungkapkan.
• Masalah yang dipilih harus relevan dengan kemampuan atau
keahlian peneliti.
• Masalah penelitian harus menarik perhatian untuk
diungkapkan.
• Masalah penelitian sedapat mungkin menghasilkan sesuatu
yang baru.
• Masalah penelitian harus dipilih yang dapat dihimpun
datanya secara lengkap dan obyektif.
• Masalah penelitian tidak boleh terlalu luas, tetapi juga tidak
boleh terlalu sempit
Masalah Penelitian:

Tingginya angka wanita ISK di Puskesmas kelurahan Mawar


tahun 2011.

Pertanyaan Penelitian:

1. Berapa jumlah responden yang kurang minum di


Puskesmas Kelurahan Mawar?

2. Berapa jumlah responden yang ISK diantara mereka


yang kurang minum di Puskesmas kelurahan Mawar?

3. Adakah hubungan antara kurang minum dan


ISK di Puskesmas kelurahan Mawar?
LO 2 : Tujuan Penelitian
Uraian tentang tujuan penelitian mencakup :

1. Tujuan umum :
uraian tujuan penelitian secara garis besar (lebih luas)
dan merupakan tujuan akhir penelitian

1. Tujuan khusus :
uraian tujuan penelitian secara rinci (jelas dan tajam)
 Tujuan umum :

Menurunkan prevalensi penyakit ISK di Puskesmas


Kelurahan Mawar

 Tujuan khusus :

◦ Mengetahui jumlah responden yang memiliki kebiasaan


kurang minum (kurang asupan cairan)
◦ Mengetahui jumlah responden yang terkena penyakit ISK
dan memiliki kebiasaan kurang minum
◦ Mengetahui hubungan antara kurangnya asupan cairan
dengan ISK
LO 3 : Kerangka Teori
 Tinjauan pustaka :
kajian teori yang komprehensif membahas hubungan antara
semua faktor risiko yang dapat menimbulkan masalah itu
dengan penekanan pada segi patofisiologinya

 Rujukan ilmiah yang dapat digunakan :


◦ Artikel di jurnal ilmiah
◦ Makalah simposium
◦ Tesis/disertasi
◦ Buku ilmiah
◦ Laporan institusi/swasta
ISK

Internal Eksternal
Perilaku Kateter

Hamil
Predisposisi :
- Usia
- Jenis Kelamin
Perilaku :
Kurang menjaga
kebersihan &
kesehatan
seputar saluran
Kurang asupan kencing
Suka menahan
cairan (Faktor
kencing
imun)

ISK
Memiliki riwayat Bakteri atau
penyakit batu di kuman : E.coli,
daerah saluran Klebsiella, dan
kencing Pseudomonas

Memiliki riwayat Cara cebok yang


penyakit kelamin salah
Tidak kencing
sebelum
berhubungan
sex
• Imun :

• Urine berfungsi untuk membunuh bakteri di saluran


kemih

• Sistem imun yang paling efektif untuk ISK itu adalah


wash out

• Aliran urine itu membantu membunuh bakteri jadi


kalau terjadi gangguan pada aliran urine bisa
mengakibatkan ISK makanya kurang minum termasuk
faktornya
• Infeksi :

• Terjadi saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan


berkembang biak di media urine melalui cara:
• Ascending
• Kolonisasi kuman di sekitar uretra
• Masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli
• Penempelan kuman di buli-buli
• Masuknya kuman melalui uretra ke ginjal
• Hematogen
• Limfogen
• Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah
terinfeksi
Pencegahan
a. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum
minimal 2 Liter atau 8 gelas air putih sehari)

b. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan


hubungan seksual

c. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke


belakang, agar kotoran dari dubur tidak masuk ke salam
saluran kemih

d. Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan


pemeriksaan tersebut akan dpaat segera diketahui apakah
anda terinfeksi atau tidak
LO 4 : Kerangka Konsep
• Uraian yang menjelaskan alasan mengapa variabel bebas tersebut
yang dipilih untuk di teliti (alasan/latar belakang memilih masalah
tersebut untuk di teliti)

• Kebiasaan minum dipilih sebagai variabel bebas karena


berdasarkan anamnesa, banyak penderita ISK di Puskesmas
Kelurahan Mawar yang mengaku memliki kebiasaan kurang
minum.

Kebiasaan Minum → Infeksi Saluran Kemih

(Variabel Bebas) (Variabel Tergantung)


LO 5 : Variabel Penelitian
Variabel Bebas (independent variable):
Variabel yang apabila ia berubah akan mengakibatkan
perubahan pada variabel lain (prediktor, risiko, determinan,
kausa)

Pendidikan

Prestasi Kerja Jumlah Gaji


Variabel tergantung

Dll.
Variabel Tergantung (dependent variable):
Variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas
(efek, hasil, outcome, respons, event)

Volume
Penjualan
Besarnya
keuntungan
Variabel bebas

Harga
barang
Variabel Antara (Intermediate factors):
Variabel yang terletak di antara variabel bebas dan
tergantung, yang secara konseptual digunakan sebagai
penjelas terjadinya hubungan di antara variabel bebas dan
tergantung

Keragaman Efektivitas
Sinergi
tenaga kerja Mengapa?
Kreativitas
Organisasi
Variabel bebas Variabel tergantung

Variabel sela/antara
Variabel Perancu (confounding factors):
Jenis variabel yang berhubungan dengan variabel bebas
dan variabel tergantung, tetapi bukan merupakan variabel
antara
ex: jenis kelamin

KASUS DALAM PEMICU


• Variabel Bebas:
Kebiasaan kurang minum, jenis kelamin
• Variabel Tergantung:
Infeksi Saluran Kemih
• Variabel Antara:
Sanitasi, penurunan imunitas
• Variabel Perancu:
hamil, memakai kateter
• Definisi operasional variabel:
• Definisi
• ISK adalah infeksi pada saluran kemih yang disebabkan oleh
mikroorganisme dalam saluran kemih (biasanya bakteri aerob,
virus, jamur)
• Cara ukur
• Menggunakan kuisioner yang ditanyakan ke responden wanita yang
berusia 18-60 tahun, tidak hamil dan tidak menggunakan kateter,
yang dipilih antara pengunjung Puskesmas Keluarahan Mawar
selama bulan juni 2011. Uji diagnostik bagi wanita yang tidak
menderita ISK -> Asimtomatik
• Alat ukur :
• Kuisioner
• Urine Dipstick dan Accutest dipstick
• Hasil Ukur :
• Hasil kuisioner
• perbandingan dengan baku emas dan kultur biakan urin
• Skala ukur : Skala nominal
LO 6 : Definisi Operasional Variabel

• Memberikan uraian yang spesifik tentang karakteristik


masing-masing variabel yang diteliti sesuai dengan
penggunaannya pada penelitian ini, bukan menurut
kamus atau pengertian umum sehari-hari

• Uraiannya singkat, padat, jelas dan tidak mempunyai


arti ganda
Skala Ukur
Skala ukur dapat dibagi menjadi 2 :
1. Data kategorik : skala nominal dan skala ordinal
2. Data numerik :
1. Skala interval dan skala rasio
2. Skala kontinu dan skala diskret
Data Kategorik
1. Skala nominal : hanya merupakan nama atau label dan tidak
mengandung informasi peringkat

 golongan darah (A,B,AB,O)


 suku bangsa (Jawa,Dayak,Bugis)

 Skala nominal yang mempunyai 2 nilai disebut dikotom


(sembuh/tidak sembuh)

 Skala nominal yang mempunyai lebih dari 2 nilai disebut


polikotom (Islam,Hindu,Kristen,Katolik)
Data Kategorik
2. Skala ordinal :
terdapat informasi peringkat, tetapi jarak antara dua
peringkatnya tidak dapat dikuantifikasikan

 derajat penyakit (ringan,sedang,berat)


 tingkat sosial ekonomi (rendah,menengah,tinggi)
 status gizi (buruk,kurang,cukup,lebih)
Data Numerik
• Skala interval :
skala numerik yang tidak mempunyai nilai 0 alami
(nilai absolute zero)

 suhu dalam derajat Celsius

• Skala rasio :
skala numerik yang mempunyai nilai 0 alami
(nilai absolute zero)

 berat badan, kadar kolestrol


Data Numerik
• Skala kontinu :
mempunyai desimal

 berat badan, suhu

• Skala diskret :
tidak mempunyai desimal

 frekuensi penyakit, jumlah anak, tekanan darah


• Kebiasaan minum

• Definisi : asupan cairan yg diukur dari jumlah air yg


diminum tiap harinya

• Cara Ukur : wawancara

• Alat ukur : kuisioner

• Hasil Ukur :
• 1. jumlah air yg diminum < 8 gelas/hari (asupan kurang)
• 2. jumlah air yg diminum > 8 gelas/hari (asupan cukup)

• Skala ukur : Data numerik diubah menjadi data kategori


skala nominal
• ISK

• Definisi : infeksi saluran kemih yang didiagnosa dengan


pemeriksaan urin

• Cara ukur : memeriksa urin

• Alat ukur : accutest urine screen & urine dipstick

• Hasil ukur : 1. ISK


2. tidak ISK

• Skala ukur : data kategori skala nominal


LO 7 : Hipotesis Penelitian
• Pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan
penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris.

• Jadi, hipotesis tidak dinilai benar atau salah, melainkan diuji


apakah valid atau tidak.

• Terbagi menjadi 2:
1. Hipotesis null : tidak ada hubungan
2. Hipotesis alternatif : ada hubungan

 Hipotesis :
adanya pengaruh kebiasaan kurang minum terhadap
timbulnya ISK pada perempuan.
LO 8 : Metodologi Penelitian
• Uraian secara sistematis langkah-langkah bagaimana
penelitian itu akan dilaksanakan

• Komponen:
 Desain penelitian
 Tempat dan waktu penelitian
 Populasi dan sampel
 Kriteria inklusi dan eksklusi
 Alat ukur
 Pengumpulan data
 Pengolahan data
DESAIN PENELITIAN
• Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab
pertanyaan penelitian atau menguji keakuratan hipotesis
• Dua kategori utama studi epidemiologi ;
1. Studi deskriptif
2. Studi analitik
• Studi observasional
• Studi eksperimental
1. Studi Deskriptif
 Kegunaan : mengidentifikasi frekuensi dan distribusi suatu
penyakit di populasi tertentu pada saat itu
 Keterbatasan : tidak dapat menjawab adakah hubungan
sebab-akibat antara faktor-faktor risiko dan penyakit
 Jenis :
• Case study : case report, case series
• Ecological study
• Cross Sectional survey
Case Studies (Studi Kasus)
 Case report : biasanya dibuat oleh dokter untuk melaporkan
ditemukannya gejala/penyakit yang jarang pada pasien
 Case series : kumpulan case report beberapa pasien dengan
gejala/diagnosa penyakit yang sama, yang dibuat dalam jangka
waktu yang relatif singkat
 Kegunaan : identifikasi dini penyakit di populasi
 Keterbatasan : tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat
antara faktor risiko dengan penyakit
Ecological Study (Studi
Ekologi)
 Sering disebut studi korelasi / studi agregat
 Kegunaan : membandingkan frekuensi dan distribusi suatu
penyakit dan faktor risiko antar lokasi geografik yang berbeda
misalnya antar negara
 Umumnya dalam bentuk grafik
 Keterbatasan :
• Gambaran faktor risiko dan penyakit pada tingkat populasi tidak
selalu menggambarkan kondisi pada tingkat individu
Cross Sectional Survey
 Sering disebut prevalence survey
 Informasi mengenai penyakit dan faktor risiko dikumpulkan pada
saat yang sama
 Dapat digunakan untuk penelitian ;
• Cross sectional deskriptif : hanya menggambarkan distribusi dan
frekuensi faktor risiko dan penyakit di sampel/populasi (prevalence
survey)
• Cross sectional analitik : bila dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui
adakan hubungan antara faktor risiko dan penyakit
 Keterbatasan : tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat
faktor risiko dengan penyakit karena diukur pada saat yang
bersamaan
 Keuntungan : waktu penelitian lebih singkat, dapat memberikan
informasi dasar
2. Studi analitik
• Sifatnya :
• Mencari hubungan sebab akibat antara keterpaparan faktor risiko
dengan penyakit
• Apakah mereka yang terpapar lebih berisiko menjadi sakit
dibandingkan dengan yang tidak terpapar
• Dua kategori utama :
 Studi observasional
 Studi eksperimental
Studi Observasional &
Studi Eksperimental
• Studi Observasional
 peneliti hanya mengamati kondisi faktor risiko dan penyakit yang
diteliti
• Studi Eksperimental
 peneliti melakukan “manipulasi” kondisi studi, umumnya
terhadap faktor risiko yang diteliti untuk melihat efeknya
terhadap penyakit yang diteliti
3. Studi Kohort (Cohort Study)
 Peneliti hanya mengamati faktor keterpaparan pada subjek
 Subjek dimulai dengan sekelompok orang yang tidak menderita
penyakit yang ingin diteliti
 Kelompok orang ini kemudian akan diklasifikasikan berdasarkan
status keterpaparan : terpapar/tidak terpapar
 Follow up untuk mengidentifikasi dan membandingkan terjadinya
penyakit (incidence=kasus baru) pada kelompok tsb
 Ada 2 jenis ;
 Prospective (Longitudinal) Cohort Studies
 Retrospective (Historical) Cohort Studies
Prospective Cohort Study
• Penelitian dimulai sekarang, faktor risiko dan efek (penyakit)
dideteksi ke depan secara prospective

Retrospective Cohort Study


• Faktor risiko dan efek (penyakit) telah terjadi di masa lalu,
namun kegiatan efek ditelusur prospektif dilihat dari saat
terpapar faktor risiko
4. Studi Kasus-Kontrol
(Case Control Study)
• Studi kasus-kelola dimulai dengan memilih kelompok “kasus”
dan dilanjutkan memilih kelompok “kontrol”

• Pemilihan kelompok “kasus” dan “kontrol” diawali dengan


penentuan populasi sumber (source population)

• Masing-masing kelompok “kasus” dan “kontrol” ditelusuri


status keterpaparannya terhadap faktor risiko
Desain Penelitian pada Pemicu

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan


pendekatan case control study, dengan maksud untuk melihat
apakah kurangnya asupan cairan merupakan faktor resiko
kejadian infeksi saluran kemih (ISK)
2. Tempat dan waktu penelitian
• Tempat : Puskesmas Kelurahan Mawar
• Waktu : Juni 2011
3. Populasi dan sampel
• Populasi : Pasien wanita yang datang berobat ke puskesmas
kelurahan Mawar pada Juni 2011

• Sampel : 166 pasien  81 ISK & 85 tidak ISK


SYARAT SAMPEL YANG REPRSENTATIF

• Sampel harus diambil secara random

• Jumlahnya cukup

• Dapat mewakili populasi


TEKNIK SAMPLING
• Random sampling
- Simple random sampling -> Acak sederhana
- Stratified random sampling -> Acak stratifikasi
- Multistage random sampling -> Acak bertahap
- Systematic random sampling -> Acak sistemik
- Cluster random sampling -> Acak berkelompok
- Probability Proportionate to Size (PPS)

• Non-random sampling
- Consecutive sampling -> kriteria insklusi
- Convenient sampling
- Purposive sampling (judgmental) -> Pertimbangan
- Accidental sampling -> Seadanya
- Quota -> Jatah
KRITERIA INKLUSI dan EKSKLUSI
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Untuk mengidentifikasi populasi Untuk mengeluarkan subjek yang
penelitian : telah memenuhi kriteria inklusi
• Karakteristik demografi, klinis, misalnya karena:
geografik, temporal, subjek • Hambatan etis untuk meneruskan
penelitian pada populasi intervensi
• Relevan dengan masalah penelitian • Penyakit lain yang meningkatkan
• Efisiensi logistik (ketersediaan resiko efek samping obat
subjek, peralatan, keahlian,biaya) • Resiko tinggi lost to follow-up
• Ketidakmampuan memberikan
informasi penelitian
Kriteria Inklusi dalam Pemicu
• Kriteria inklusi : responden perempuan, berusia 18-60 tahun,
tidak hamil, tidak menggunakan kateter
• Alat ukur yang digunakan : kuesioner
Besar sample:

= 1,96
= 0,842
OR = 2
P1 = 0,5
P2 = 0,5/(2(1-0,5)+0,5) = 0,33
P = ½ (P1+P2) = ½ (0,5+0,33) = 0,415
Q = (1-P) = 1-0,415 = 0,585
Q1 = (1-P1) = 1-05= 0,5
Q2 = (1-P2) = 1-0,33 = 0,67
Besar Sampel

n1 = n2 =

=(1,96 2x0,415x0,585+0,842 0,5x0,5+0,33x0,67)2


(0,5 - 0,33)2
= (1,96 x 0,6968 + 0,842 x 0,6864) 2
(0,17) 2
= (1,3657+0,57795)2 = 130,72 = 131
0,0289
Alat ukur:

rekam medis dan tes urine dipstick, accutest urinescreen

Cara pengumpulan data:

dengan rekam medis dipilih sampel perempuan berusia


antara 18-60 th, tidak hamil, tidak menggunakan kateter
dan antara pengunjung Puskesmas kelurahan Mawar
selama bulan Juni 2011. Dipilih wanita ISK sebagai
kelompok kasus dan non ISK sebagai kelompok kontrol.
Kemudian masing-masing dicatat kebiasaan minum serta
gejala klinis. Kemudian diklasifikasi kan 2 subkategori.
Yaitu kurang minum dan cukup minum.
Teknik Pengolahan data

a. Secara manual/program statistik untuk menghitung Odds


Ratio (OR)

untuk mengetahui perbandingan besar resiko ISK pada


wanita kurang minum terhadap besar resiko ISK pada
wanita cukup minum

b. Dilakukan uji statistik Pearson Chi-square dengan batas


kemaknaan 5%

untuk mengetahui adakah hubungan statistik yang


bermakna antara ISK dan wanita kurang minum
Alur Pengumpulan data

Rekam medik
wanita berobat
di Puskesmas

ISK Non ISK

Kurang Cukup Kurang Cukup


minum minum minum minum
LO 9 : Hasil Penelitian
ISK (+) ISK (-) Total

Kurang minum 68 42 110


84 % 49,5 %

Cukup minum 13 43 56
16 % 50,5 %

Total 81 85 166
Interprestasi :
resiko ISK pada wanita kurang minum 5,36 kali lebih besar dari
resiko ISK pada wanita cukup minum
Dengan menggunakan tabel distribusi X2 pada derajat
kebebasan = 1, nilai 22,13 maka nilai p < 0,05.

Interpretasi:
tidak terdepat hubungan statistik bermakna antara ISK dengan
kurang minum
(walaupun terdapat perbedaan resiko ISK pada kurang minum/
cukup minum kemungkinan didapat hasil tersebut)
nilai lebih ekstrem terjadi karena faktor kebetulan lebih dari 5%
LO 10 : Pembahasan
• Hasil penelitian yang diperoleh sesuai teori, dimana
kurang minum merupakan salah satu tanda kemungkinan
penyebab ISK pada perempuan.

• Dimana faktor resiko dan ISK salah satunya adalah


riwayat penyakit batu didaerah saluran kencing dan kurang
minum merupakan salah satu penyebab dari penyakit batu
sehingga memicu timbulnya infeksi saluran kemih (ISK).

• Akan tetapi hasil penelitian ini tidak menunjukkan adanya


hubungan statistik bermakna antara ISK dengan kurang minum

• Kemungkinan disebabkan oleh sampel penelitian ini


kurang dan besar minimal yang di butuhkan untuk mendeteksi
adanya perbedaan statistik yang bermakna pada batas
kemaknaan 5%
• Kekurangan penelitian :
Bias Seleksi :
pemilihan subjek penelitian secara self-selection ataupun
non random
Bias informasi :
dibedakan berdasarkan :
-Pada siapa bias yang terjadi
-Pada faktor risiko atau pada efek

Pada responden
Recall bias : pada risiko
Bias responden : pada efek
Pada penelitian
Bias peneliti(interviewer bias) : pada faktor resiko
Bias observasi(observation bias) : pada efek
Recall bias
• Kemampuan responden mengingat & memberikan informasi
tentang faktor keterpaparan secara akurat berbeda sehingga
kualitas informasi mengenai faktor risiko berbeda antara orang
sakit dengan yang tidak sakit karena terpengaruh oleh status
penyakitnya
• Akibat : differential misclassification

Bukan Recall bias


• Fenomena umum bahwa orang tidak dapat mengingat
informasi / kejadian dimasa (lupa)  bisa terjadi pada
kelompok sakit & tidak sakit maupun terpapar & tidak terpapar
Responden bias :
• kemampuan responden memberi informasi mengenai
gejala/status penyakit secara akurat berbeda(kualitas informasi
mengenai penyakit berbeda) antara orang yang terpapar
dengan yang tidak terpapar karena terpengaruh oleh status
keterpaparan
• akibat : differential misclassification
• Bias informasi : interview bias & observation bias

• Interview bias : peneliti mengukur status kepaparan


dengan mengetahui status penyakit subjek

• Obsevation bias : peneliti mengukur status penyakit


dengan mengetahui status keterpaparan subjek.
-> Dapat terjadi bila 1 peneliti mengukur /
mengidentifikasi baik status keterpaparan (exposure)
maupun status penyakit (disease/health outcome)
non-differential misclassification.
Misclassification
• Kesalahan dalam mengklasifikasikan subjek sebagai terpapar
atau tidak terpapar, atau sebagai sakit atau tidak sakit

• Differential misclassification :
• Bila derajat misklasifikasi yang terjadi berbeda antara kelompok
sakit & tidak sakit.

• Non-differential misclassification :
• Bila derajat misklasifikasi yang terjadi sama antara kelompok sakit
& tidak sakit.
• Sering terjadi pada :
• Instrumen tidak divalidasi (akurasi/validitas rendah)
• Tidak ada standar pengukuran (presisi/ reabilitas rendah)
Validitas pengukuran

• Disebut juga : kesahihan, akurasi


• Bila nilai pengukuran dengan menggunakan metode / alat
pengukuran tertentu memberikan hasil yang mendekati nilai
pengukuran dengan metode / alat yang dianggap standar baku
• Kemampuan suatu test / alat pengukuran untuk dapat
mengukur & membedakan dengan benar antara yang sakit
dengan yang tidak sakit.
• Asumsi penilaian validitas pengukuran :
harus ada metode / alat yang dianggap standar / baku.
• Alat yang tidak divalidasi menyebabkan non-differential
misclassification.
Reabilitas pengukuran

• Disebut juga : presisi


• Bila pengukuran berulang-ulang dengan metode / alat yang sama
memberikan nilai yang (hampir) sama.
• Bila nilai pengukuran berulang-ulang tidak sama dikatakan
variabilitas-nya (sebaran) tinggi :
• Inter-observer variability : pengukuran berulang yang dilakukan oleh
pengukur yang berbeda terhadap objek pengukuran yang sama.
• intra-observer veriability : pengukuran berulang yang dilakukan oleh
pengukur yang sama terhadap objek pengukuran yang sama.
• Umumnya menyebabkan non-differential misclassification
Confounding factors

FAKTOR RESIKO PENYAKIT

FAKTOR PERANCU

• Confounding : mixing of effect

• Efek dari faktor resiko yang diteliti dipengaruhi oleh efek dari
faktor resiko lainnya menyebabkan bias pada hasil penelitian
• (bias pemicu)
• Suatu faktor resiko potensial sebagai faktor perancu (= faktor
perancu potensial) bila :
• Merupakan faktor resiko penyakit yang diteliti
• Berhubungan dengan faktor keterpaparan
• Tidak merupakan akibat dari faktor keterpaparan

Strategi mengendalikan faktor perancu


• Tahap desain & implementasi :
• Spesifikasi / restriksi
• Matching
• Tahap analisa & pelaporan :
• Strategi
• Statistical adjustment
Peluang

• Pada sampel penelitian, adanya hubungan antara faktor resiko


dan penyakit merupakan suatu kebetulan, sehingga hasil yang
didapat pada sampel berbeda dengan keadaan yang
sesungguhnya di populasi (kesalahan tipe I & II)

• Dapat disebabkan oleh :


• Sampel tidak cukup besar
• Kesalahan acak (random error) – variabilitas data yang disebabkan
karena :
• Variasi pengukuran (instrumen, pemeriksa)
• Variasi biologis (pada suatu subjek, antara subjek)
• Cara identifikasi : hitung α & β menggunakan besar sampel & hasil
penelitian.
Kekurangan penelitian:

Bias seleksi:

• Kemungkinan dapat terjadi, karena pengambilan sampel


tidak dilakukan secara random, yang mana kesempatan setiap
subjek untuk terpilih menjadi sampel dari populasi sumber tidak
sama

• Akibatnya, penerapan langsung hasil penelitian dari sampel


ke populasi harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat distribusi
faktor resiko dan efek antara subjek penelitian dengan populasi
sumberkemungkinan tidak sama, sehingga hubungan antara faktor
resiko dan efek pada sampelmungkin berbeda dengan fenomena
sesungguhnya yang ada di populasi sumber
Bias informasi:

• Karena desain penelitian ini kasus kelola dan


pengumpulan data dilakukan oleh 1 peneliti, maka
kemungkinan bias informasi yang terjadi adalah interviewer
bias, yang mana peneliti mengukur status keterpaparan dengan
mengetahui status penyakit subjek

• Tidak terjadi recall bias maupun respondent bisa karena


data yang digunakan adlah data sekunder dari rekam medis

Bias perancu:

• Kemungkinan dapat terjadi dari faktor-faktor resiko lain ISK


yang tidak diteliti efeknya terhadap hubungan antara ISK dan
kurang minum pada penelitian ini
Peluang (chance):

kemungkinan di dapatkannya hasil penelitian ini secara


kebetulan tidak dapat disingkirkan, karena dengan 166
sampel, didapatkan kesalahan tipe I (α) = (pada β = 20%) dan
kesalahan tipe II (β) = (pada α = 5%).

Cara hitung nilai α dan β:


digunakan tabel 2x2 hasil penelitian dan tabel distribusi Z.
dari tabel 2x2 hasil penelitian didapatkan:

P1=0,84 Q1=0,16 P2=0,49 Q2=0,51


P=1/2 (P1+P2)=1/2 (0,84+0,49)=0,67
Q=(1-P)=0,33
N=166 n1=n2=83
10,1675 = (Zα . 0,66498+0,51996)2 10,1675 = (1,3 + Zβ . 0,619)2
3,189 = 0,66498 Zα + 0,51996 3,189 = 1,303 + 0,619 Zβ
2,66904 = 0,619 Zα 1,886 = 0,619 Zβ
Zα = 4,312 Zβ = 3,047
LO 11 : Uji Diagnostik
• Uji diagnostik bertujuan untuk :
1. Menegakkan diagnosis penyakit
2. Keperluan skrining (untuk mencari subjek asimtomatik)
3. Pengobatan pasien
4. Studi epidemiologi

• Prinsip dasar uji diagnostik :


• Nilai diagnostiknya tidak jauh berbeda dengan diagnostik standar
• Memberi kenyamanan yang lebih bagi pasien
• Lebih mudah/lebih sederhana
• Lebih murah/dapat mendiagnosis pada fase lebih dini
UJI DIAGNOSTIK yang TEPAT

1. Validitas & relibilitas


2. Sensitifitas
3. Spesifisitas
4. Predictive value
5. Cut off point
Validitas & Reliabilitas

 Valid = sensitif dan spesifik


Bila nilai pengukuran memberikan hasil yang
mendekati nilai pengukuran dengan metode/alat
yang dianggap standar/baku

 Reliabel = dapat dipercaya


Bila pengukuran berulang-ulang dengan
metode/alat yang sama memberikan nilai yang
(hampir) sama
VALIDITAS

1. Sensitifitas :
Probabilitas untuk mendapat hasil tes positif pada orang
dengan penyakit
a / (a+c)

2 Spesifisitas :
Probabilitas untuk mendapat hasil tes negatif pada orang
tanpa penyakit
d / (b+d)
RELIABILITAS
• Variasi alat :
Perbedaan ketepatan pengukuran antara alat satu dengan yg lain
• Variasi antar pengamat :
Perbedaan pendapat antara dua pengamat atas hasil pengukuran
obyek yang sama
• Variasi pengamat yang sama pada waktu pengukuran yang berbeda
TABULASI HASIL TES

Hasil Tes Sakit Sehat Jumlah

Tes (+) a b a+b


(TP) (FP)
Tes (–) c d c+d
(FN) (TN)
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

a = true positive c = false negative


b = false positive d = true negative
a
Sensitivitas = X 100%
a+c
d
Spesifisitas = X 100%
b+d
Percentage = c
a+c X 100%
False Neg
Percentage = b
X 100%
False Pos b+d
Predictive Value a
= X 100%
Positive Test a+b
Predictive Value d
Negative Test
= X 100%
c+d
PREDICTIVE VALUE
1. Positive predictive value:
Probabilitas orang dengan penyakit untuk
mendapat hasil tes yang positif
a / (a+b)

2. Negative predictive value:


Probabilitas orang tanpa penyakit untuk
mendapat hasil tes yang negatif
d / (c+d)
TES KOMBINASI
1. S e r i (sequential)
- Meningkatkan spesifisitas
- Orang dinyatakan positif bila hasil tes positif
pada semua tes dalam serial tes tersebut
- Dan dinyatakan negatif bila hasil tes negatif
pada salah satu tes

2. P a r a l e l (simultan)
- Meningkatkan sensitifitas
- Orang dinyatakan positif bila hasil tes positif
pada salah satu tes
CUT-OFF POINT
UJI DIAGNOSTIK yang TEPAT pada
Pemicu
 Tes Urine Dipstick

ISK + ISK - Total


Sensitifitas = 450/550 x 100%
Test + 450 100 550 = 81.81%
Test - 50 400 450 Spesifisitas = 400/500 x 100%
= 80%
Total 500 500 1000

 Accutest Urinescreen
ISK + ISK - Total Sensitifitas = 455/500 x 100%
Test + 455 50 505 = 91%
Spesifisitas = 450/500 x 100%
Test - 45 450 495 = 90%
Total 500 500 1000
• Dari hasil uji akurasi/validitas, didapatkan uji diagnostik yang
lebih tepat dan akurat adalah dengan menggunakan Accutest
Urinescreen

• Accutest urinescreen menunjukkan nilai sensitifitas 91% dan


spesifisitas 90%
LO 12 : Kesimpulan & Saran
• Kesimpulan :

1. Responden yang kurang minum di Puskesmas kelurahan


Mawar adalah perempuan 110 orang (66.26%)

2. Responden ISK pada perempuan yang kurang minum dan


ISK di Puskesmas kelurahan Mawar adalah 68 orang (84%)

3. Resiko ISK pada perempuan yang kurang minum adalah 5,36


kali lebih besar dari resiko ISK pada perempuan cukup
minum. Namun tidak didapat hubungan statistik yang
bermakna antara ISK dan kurang minum
(OR= 5.36, p < 0.05)
• Saran :

1. Penyuluhan pada perempuan-perempuan untuk mencukupi


asupan cairan per hari dan menjaga kebersihan, kesehatan
serta pola makan

2. Replikasi studi dengan besar sampel yang cukup mewakili


populasi sumber
Daftar Pustaka
• Satroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian
klinis, edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto, 2002.

• 202.91.15.14/upload/files/8991_01Metodologi.ppt

• undip.ac.id

Anda mungkin juga menyukai