Anda di halaman 1dari 16

KERAGAMAN KEBUDAYAAN

DI INDONESIA

Nama : Keysha Zara Alifa Panjaitan


Kelas : XI IPS 2
Maluku
Maluku adalah sebuah provinsi yang meliputi bagian selatan Kepulauan
Maluku, Indonesia. Ibu kota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau
memiliki julukan sebagai Ambon Manise, kota Ambon berdiri di bagian
selatan dari Pulau Ambon yaitu di jazirah Leitimur. Maluku terletak di
Indonesia Bagian Timur. Berbatasan langsung dengan Maluku Utara dan
Papua Barat di sebelah utara, Laut Maluku, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi
Tenggara di sebelah barat, Laut Banda, Timor Leste, dan Nusa Tenggara
Timur di sebelah selatan serta Laut Aru dan Papua di sebelah timur.
Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam yang dianut 50,61%
penduduk dan agama Kristen (baik Protestan maupun Katolik) yang dianut
48,4% penduduk.[2] Maluku tercatat dalam ingatan sejarah dunia karena
konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara
basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal
sebagai Tragedi Ambon.
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus
kepulauan yang terbesar di Indonesia dikenal dengan Kepulauan Maluku
dengan lebih dari 4.000 pulau baik pulau besar maupun kecil.
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus
kepulauan yang terbesar di Indonesia dikenal dengan Kepulauan Maluku
dengan lebih dari 4.000 pulau baik pulau besar maupun kecil.
Rumah Adat Maluku
Rumah Baileo
1. Bangunan Rumah Baileo
Bentuk bangunan rumah adat Maluku ini adalah rumah
panggung. Dimana posisi lantai berada di atas permukaan
tanah. Lantai baileo dibuat tinggi karena dipercaya agar roh-
roh nenek moyang memiliki tempat dan derajat yang tinggi
dari tempat berdirinya masyarakat. Dan agar masyarakat
tahu permusyawaratan yang berlangsung di balai.

Baileo dibangun tanpa dinding. Hal ini dilakukan berdasarkan


kepercayaan masyarakat setempat yang meyakini bahwa
dengan tidak adanya dinding dan jendela maka roh-roh
nenek moyang bebas keluar masuk rumah. Tujuan lainnya
adalah agar ketika bermusyawarah masyarakat sekitar depan
melihat dari luar baileo.
2. Ciri Khas Baileo
Ada beberapa simbol yang memberikan ciri tersendiri pada rumah adat baileo ini
seperti :

1. Batu pamali. Batu pamali digunakan sebagai tempat untuk menyimpan


sesaji. Biasanya batu ini diletakkan di depan pintu tepat di muka pintu
rumah baileo. Tujuan dari penempatan batu pamali adalah untuk
menunjukkan bahwa rumah itu merupakan balai adat. Sedangkan balai
adat itu sendiri merupakan bangunan induk anjungan.
2. Tiang penyangga. Rumah adat baileo memiliki tiang-tiang penyangga
yang berjumlah sembilan dan berada di bagian depan dan belakang.
Jumlah ini menunjukkan jumlah marga yang ada di desa yang
bersangkutan.
3. Tiang Siwa Lima. Siwa Lima memiliki arti kita semua punya. Selain sembilan
tiang penyangga, baileo juga memiliki lima tiang di sisi kanan dan kiri yang
merupakan lambang Siwa Lima. Siwa Lima merupakan simbol persekutuan
desa-desa di Maluku dari kelompok Siwa dan kelompok Lima.
3. Ornamen
Rumah adat baileo memiliki banyak ukiran-ukiran yang
cantik. Yaitu gambar dua ekor ayam yang berhadapan
dan diapit oleh dua ekor anjing di sebelah kiri dan
kanan. Ukiran ini terletak di ambang pintu. Makna dari
ukiran tersebut adalah lambang tentang kedamaian
dan kemakmuran. Hal ini terjadi karena roh nenek
moyang yang menjaga masyarakat Maluku.

Selain ukiran ayam dan anjing terdapat pula ukiran


bulan, bintang dan matahari yang berada di atap.
Ukiran-ukiran ini berwarna merah-kuning dan hitam.
Ukiran tersebut melambangkan kesiapan balai adat
dalam menjaga keutuhan adat beserta hukum
adatnya.
Rumah Sasadu
1. Struktur Dan Arsitektur
Rumah Sasadu
Rumah sasadu didesain lebih luas dengan permukaan tanah langsung menjadi
lantainya. Rumah ini tidak berdinding dan hanya terdiri dari satu bagian saja tanpa
sekat. Sehingga rumah ini terbuka dan hanya terlihat tiang-tiang penopang saja.
Namun tiang ini tidak digunakan untuk memikul berat lantai seperti rumah adat pada
umumnya.

Rumah adat Maluku Utara ini bukanlah tipe rumah panggung. Sehingga tiangnya
hanya digunakan untuk menopang kerangka atap rumah. Tiang ini terbuat dari batang
kayu sagu yang kemudian dihubungkan satu sama lain dengan balok penguat. Balok-
balok tersebut tidak dipaku pada tiang. Melainkan hanya direkatkan pada tiang
menggunakan pasak kayu.

Di beberapa bagian balok penguat juga digunakan sebagai tempat duduk. Sehingga
antar balok diberi susunan bambu atau kayu yang membentuk dipan. Beberapa tiang
tidak dihubungkan satu sama lain untuk membentuk jalan masuknya orang ke dalam
rumah. Sedikitnya terdapat 6 jalan masuk pada rumah ini. Yaitu dua pintu untuk jalan
masuk keluar perempuan, dua pintu laki-laki dan dua pintu untuk para tamu.

Atap rumah sasadu dibuat dari bahan yang berasal dari alam. Untuk kerangkanya
terbuat dari bambu yang diikat dengan ijuk. Sedangkan atapnya terbuat dari anyaman
daun kelapa atau daun sagu,
2. Ciri khas Rumah Sasadu
Desain dari rumah sasadu memiliki ciri khas dan filosofi yang menarik, yaitu:

 Desain rumah yang terbuka menunjukkan bahwa masyarakat Sahu dan Maluku
Utara merupakan orang-orang yang terbuka. Sehingga mereka mau menerima
pendatang baru tanpa membeda-bedakan.

 Di bagian rangka atap terdapat sepasang kain merah dan putih yang digantung
menunjukkan kecintaan masyarakat Maluku Utara terhadap Indonesia. Serta
lambang kerukunan antara agama Islam dan Kristen selaku dua agama mayoritas
di Maluku Utara.

 Bola-bola yang dibungkus ijuk yang digantung di kerangka atap dekat kain
menyimbolkan kestabilan dan kearifan. Arahnya yang dibuat merunduk ke bawah
berlawanan dengan arah atap menjelaskan bahwa mereka tetap rendah hati
meskipun berada di puncak kejayaan.

 Ujung atap bagian bawah dibuat lebih pendek dari langit-langit bertujuan agar
siapapun yang masuk harus menundukkan kepala dan membungkukkan tubuhnya.
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat patuh dan hormat terhadap semua aturan
adat Suhu.

 Ukiran bentuk perahu pada ujung atap melambangkan bahwa masyarakt Suhu
merupakan masyarakat bahari yang suka melaut.
Pakaian Adat Maluku
Salele/Cele
pakaian Adat Maluku yang satu ini bisa dibilang yang paling
terkenal, walaupun terlihat sederhana tetapi pakaian adat yang
satu ini sangat mudah untuk dikenakan.

Pakaian Salele/Cele memilik ciri khas warna merah yang terang


berpadupadan dengan motif garis emas atau perak yang
berbentuk geometris. Salele/Cele terbuat dari bahan kain yang
tebal lho sobat Borneo Channel, tetapi Pakaian Adat yang satu ini
tetap nyaman ketika dipakai lho.

Pakaian Adat Salele/Cele untuk pria biasanya bagian atasnya


memakai kemeja yang befungsi sebagai dalaman, setelah itu
ditutupi dengan baju Salele/Cele yang bermotif seperti kemeja,
untuk bagian bawah biasanya menggunakan celanan kain
panjang berwarna hitam atau putih.

Sedangkan Pakaian Adat Salele/Cele untuk wanita biasanya


mengenakan kebaya dengan warna yang serasi atau sepadan,
dan juga kebaya cele ini sering dipakai dengan kain sarung yang
ditenun. Pakaian Adat Salele/Cele untuk wanita juga dilengkapi
aksesoris tambahan seperti, konde, sisir konde, bunga ron, kak
kuping, dan kain lenso.
Baju Nona Rok
Pakaian Adat Maluku yang satu ini terbagi dari bagian atas kebaya
panjang yang berwarna putih yang berbahan dasar atau terbuat dari
bahan brokat, sedangkan untuk bagian bawahnya dilekapi dengan
rok yang bermotif bunga.

Pakaian Adat Maluku yang satu ini biasanya dilengkapi oleh aksesoris
tambahan sebagai pelengkapnya, diantaranya seperti sanggul/konde
, ikat pinggang perak /pending, haspel/tusuk konde dan berbagai
macam aksesoris pelengkap lainnya. Tetapi ada yang menarik nih
sobat Borneo Channel tentang ikat pinggang pending, ini dia sedikiti
ulasannya.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya Pakaian Adat Nona Rok


menggunakan ikat pinggang pending sebagai pelengkap
aksesorisnya, umunnya ikat pinggang yang satu ini terbuat dari perak
Kesenian Bambu Gila adalah
salah satu kesenian
Bambu Gila tradisional yang berasal
dari daerah Maluku.
Selain kaya akan nilai
seni, kesenian satu ini
sangat kental akan
kesan mistis dengan
menggunakan bambu
sebagai medianya.
Bambu Gila ini
merupakan salah satu
kesenian tradisional
yang cukup terkenal di
daerah Maluku dan
sering ditampilkan di
berbagai acara baik
adat, hiburan, maupun
acara budaya.
Alat Musik Maluku Arbabu merupakan alat musik
Arababu tradisional dari maluku yang
memiliki kesamaan bentuk
dengan Rebab. Alat musik
Arababu termasuk kedalam
alat musik gesek. Cara
memainkan Arababu adalah
dengan cara menggesekkan
dawai pada tubuh Arbabu
dengan menggunakan serat
rotan atau serta tumbuhan.
Biasanya Arbabau terbuat
dari tempurung kelapa, kayu
dan kulit hewan.
Bahasa Daerah
Seram Selatan yaitu; antara Teluk Elpaputi dan Teluk Teluti
Bahasa Wamale, dipakai penduduk Negeri Piru, Seruawan, Kamarian, dan Rumberu
(Kabupaten Seram Bagian Barat)

Bahasa Alune, dipakai di wilayah tiga batang air yaitu; Tala, Mala dan Malewa di
wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat

Bahasa Nualu, dituturkan oleh suku Nualau di Pulau


Bahasa Koa, dituturkan di wilayah pegunungan tengah Pulau Seram yaitu; sekitar
Manusela dan Gunung Kabauhari

Bahasa Seti dituturkan oleh; suku Seti. di Seram Utara dan Teluti Timur, merupakan
bahasa dagang di Seram Bagian Timur

Bahasa Gorom merupakan turunan dari bahasa Seti dan dipakai oleh; penduduk
beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam di Kabupaten Seram Bagian Timur yang
menyebar sampai Kepulauan Watubela dan Maluku Tenggara
Keragaman Religi
 Islam 50.61%
 Kristen Protestan 41.40%
 Katolik 6.76%
 Hindu 0,37%
 Buddha 0,02%
 Khong Hu Chu 0.01%
 Lain-lain 0.84%

Anda mungkin juga menyukai