Tidak seperti karya Impresionis pada umumnya, Van Gogh tidak memproyeksikan
sikap netral terhadap dunia atau sikap menikmati keindahan alam atau momen
saat itu. Lukisan itu adalah contoh penggunaan Van Gogh dari apa yang
disebutnya "warna sugestif" atau, "warna sewenang-wenang" di mana seniman
memasukkan karyanya dengan emosinya, khas dari apa yang kemudian disebut
ekspresionisme.
Van Gogh menghabiskan tiga malam melukis ruangan ini, ia hanya bisa tidur di
siang hari. Dia melihat ini sebagai makna "gairah manusia yang mengerikan" dan
bahwa seseorang dapat "merusak diri sendiri" di tempat seperti kafe ini.
Penilaian sebuah karya seni bukan berbicara mengenai baik atau buruk, salah
atau benar melainkan mengenai pemaknaan tersebut meyakinkan atau tidak.
Karya seni dapat dinilai dengan berbagai kriteria dan aspek, menyederhanakan
penilaian karya seni ke dalam 4 kategori yaitu realisme, ekspresionisme,
formalism, dan instrumentalisme. Untuk karya Van Gogh yang ini, penilaian
yang akan digunakan ialah paham ekspresionisme, yang besifat subyektif,
penialaian keindahan suatu karya seni tidak hanya berdasar objek yang dilukis
tetapi juga menyangkut isi dan makna.
Karya seni tidak lahir begitu saja, selalu berkaitan, berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang pernah dirasakan sebagai sumber inspirasi potensial , yang
dimaknai sebagai pengalaman estetik. Hasil karya sebagai representasi dari
emosi-emosi seperti dalam karya Van Gogh, yang ingin merepresentasikan
sebuah sisi yang jelek dan depresif dari perasaan manusia.