Anda di halaman 1dari 5

RIFQI PUTRA MAHENDRA

XII IPS 1 / 31
 Review film At Eternity’s Gate

Melalui film “At Eternity’s Gate”, aktor Inggris Willem Dafoe seakan menghidupkan
kembali pelukis legendaris ini lewat kemampuan aktingnya yang mengagumkan. Semasa
hidupnya, Van Gogh dianggap sebagai seniman yang gagal karena lukisan-lukisannya tidak
banyak diminati kolektor seni. Adiknya, Theo Van Gogh yang dikenal sebagai pedagang lukisan
pun tidak bisa memasarkan hasil karyanya dengan baik.

Alhasil, ia seringkali merasa terkucilkan atau dianggap aneh oleh sesama pelukis yang
menganggap gaya lukisannya non-konvensional. Mental illness alias gangguan mental atau
kejiwaan sama pentingnya dengan penyakit fisik yang bisa menghambat produktivitas seseorang
dalam berkehidupan sosial dan berkarya. Salah satu pengidapnya yang paling terkenal adalah
pelukis Vincent Van Gogh asal Belanda yang menderita depresi, anxiety, bipolar disorder, serta
halusinasi.

Mengikuti saran kawannya sesama pelukis Paul Gauguin (Oscar Isaac) untuk
mengucilkan diri demi mendapat inspirasi, Van Gogh pun pergi ke Prancis Selatan dan tinggal di
sebuah pondok kecil berwarna kuning yang kita kenal dalam lukisan “Bedroom in Arles”. Di
sana ia melukis dengan tenang dan mendapat banyak inspirasi dari lanskap alam yang ada.
Sayangnya, ia sering mengalami gangguan mental diakibatkan tekanan dari warga sekitar, serta
lukisannya yang tak kunjung laku.

Ia seringkali berlari-lari dan berteriak-teriak hingga dimasukkan ke sebuah rumah sakit


jiwa di kota tersebut. Metode melukisnya yang membiarkan cat minyak tidak terbaur rata,
dianggap aneh oleh rekan-rekannya yang menganggap adanya cat timbul dari kanvas tidak layak
disebut lukisan.

Pewarnaan adegan dengan saturasi berlebih, penggantian warna secara tiba-tiba menjadi
hitam putih, tumpukan dialog-dialog yang berasal dari pikiran Van Gogh membuat saya
memahami pengalaman sang pelukis melawan gangguan mental ini. Di jaman tersebut pun, Van
Gogh melawan berbagai stigma yang melekat pada penderita gangguan mental dengan tetap
berkarya. Tak terhitung lukisan-lukisan yang lahir dari tangannya ketika ia sedang dalam masa
perawatan.

Kesimpulan yang saya peroleh adalah penderita gangguan mental sepertinya tidak butuh
dikasihani, dikucilkan, ataupun dimusuhi. Kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh
adiknya, rekan, serta dokter yang merawatnya cukup membuatnya berfungsi sebagaimana
mestinya.
 3 karya lukis Vincent van Gogh yang kalian temukan di film (include; judul, tahun,
media)

1. The Starry Night (1889)

Media : Oil on Canvas


2. Cypresses (1889)

Media : Oil on Canvas


3. Tree-roots (1890)

Media : Oil on Canvas


 Keterkaitan kehidupan Vincent van Gogh dengan karya lukisannya

Vincent van Gogh adalah seniman besar kelahiran Belanda terkenal karena melukis diluar
konteks fisik dan emosional melalui marka kuasnya yang meliuk-liuk, ia tidak mendapatkan
apresiasi yang sebagaimana mestinya hingga ia meninggal dunia. Van Gogh jatuh miskin karena
tidak berhasil menjual karyanya dan menderita gangguan jiwa sepanjang karir melukisnya.
Namun semua itu tidak menghalanginya untuk terus menelurkan mahakarya, ia tidak berhenti
melukis hingga akhir hayatnya. Dalam waktu lebih dari satu dasawarsa, ia menciptakan kurang
lebih 2.100 karya seni, termasuk sekitar 860 lukisan minyak yang kebanyakan dibuat selama dua
tahun terakhir kehidupannya. Karya-karya tersebut meliputi lukisan bentang alam, alam benda,
potret, dan potret diri, dan memiliki ciri khas berupa warna yang tebal dan dramatis serta goresan
kuas yang impulsif dan ekspresif. Pada tahun 1869, Vincent Van Gogh magang di dealer seni
internasional Goupil & Cie Paris dan akhirnya diterima bekerja untuk ditempatkan di kantor
cabang Den Haag. Disana Vincent cukup sukses dalam karirnya sebagai art dealer dan bekerja
di perusahaan tersebut selama hampir satu dekade. Pada tahun 1872, Van Gogh mulai berkirim
surat dengan adiknya Theo Van Gogh. Surat-menyurat dengan adiknya itu kemudian berlanjut
hingga akhir hayat Vincent. Theo sendiri akhirnya mengikuti jejak kakaknya sebagai penjual
barang-barang seni. Sementara itu Vincent dipindahkan ke kantor Goupil & Cie cabang London.
Disaat itu pula, Vincent mengalami depresi dan menjadi pribadi yang relijius. Van Gogh
kemudian meninggalkan pekerjaannya di Goupil’s dan memutuskan untuk tinggal dan bekerja di
Gereja. Meskipun Van Gogh mengalami kesulitan finansial Ia malah menyerahkan harta
miliknya kepada para penambang batu bara setempat. Sayangnya kehidupannya sebagai seorang
pastur tidak bertahan lama. Gereja memecatnya karena Vincent dianggap terlalu obsesif terhadap
imannya. Pada tahun 1880, Vincent Van Gogh memutuskan untuk mencoba menjadi seorang
seniman dan berharap masih dapat menjadi pelayan Tuhan lewat profesi itu. Kesulitan ekonomi
Van Gogh makin memburuk, namun Theo selalu membantunya dengan mengiriminya sejumlah
uang untuk bertahan hidup. Theo kemudian secara finansial terus mendukung Vincent
disepanjang kariernya, karena ia tidak berhasil menghasilkan uang dari lukisannya.

Anda mungkin juga menyukai