KELOMPOK 3 1. Nikki Nor Sholikhah (4311417009) 2. Jangkung Kurniantoro (4311417010) 3. Alika Rindang Sari (43114170) 4. Rohmatul Mualiyah (43114170) 5. Kumala Aris Tanti (43114170) SEJARAH
Konsep keelektronegatifan pertama kali diperkenalkan oleh Linus Pauling pada
tahun 1932 sebagai bagian dari perkembangan teori ikatan valensi, nilai keelektronegatifan dikenal dengan istilah Skala Pauling. Skala keelektronegatifan yang dipakai sampai sekarang adalah yang dikembangkan oleh Pauling, sebab lebih lengkap dibandingkan skala keelektronegatifan yang lain. Misalnya, fluorin memiliki kecenderungan menarik elektron lebih kuat daripada hidrogen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keelektronegatifan fluorin lebih besar daripada hidrogen. PENGERTIAN KEELEKTRONEGATIFAN
Keelektronegatifan merupakan besarnya kecenderungan suatu atom untuk menarik
elektron dari atom lain dalam suatu ikatan kimia. Faktor yang mempengaruhi keelektronegatifan adalah gaya tarik dari inti terhadap elektron dan jari jari atom. Dalam suatu periode, keelektronegatifan unsur-unsur dari kiri ke kanan semakin besar. Adapun dalam satu golongan, dari atas ke bawah semakin kecil karena gaya tarik menarik inti makin lemah. Harga keelektronegatifan penting untuk menentukan bilangan oksidasi(biloks) unsur dalam suatu senyawa. Jika harga keelektronegatifan besar, berarti unsur yang bersangkutan cenderung menerima elektron dan membentuk bilangan oksidasi negatif. Jika harga keelektronegatifan kecil, unsur cenderung melepaskan elektron dan membentuk oksidasi positif. Jumlah atom yang diikat bergantung pada elektron valensinya. Pada gambar diatas, unsur florin yang ditetapkan memiliki keelektronegatifan 4 (terbesar) berada di ujung kanan paling atas. Adapun Unsur fransium yang memiliki keelektronegatifan terendah yaitu 0,7 berada di kiri paling bawah dalam tabel periodik. Tabel tersebut menunjukkan bagaimana kecenderungan sifat keelektronegatifan unsur unsur golongan utama (IA-VIIA). Golongan VIIIA tidak dimasukkan dalam daftar karena golongan gas mulia umumnya berupa gas yang sangat stabil sehingga tidak reaktif. Unsur gas mulia terdapat di alam dalam wujud gas monoatomik yaitu atom-atomnya berdiri sendiri. Golongan gas mulia memiliki kulit terluar yang sudah terisi penuh sehingga membuat unsur unsur tersebut tidak reaktif. Nilai keelektronegatifan berkaitan dengan afinitas elektron dan energi ionisasi. Unsur yang memiliki energi ionisasi besar dan afinitas elektron yang besar cenderung memili keelektronegatifan besar. Sebaliknya, unsur yang memiliki energi ionisasi san afinitas elektron yang kecil cenderung memiliki keelektronegatifan yang kecil pula. Kecenderungan ini pun bekaitan dengan sifat kereaktifan suatu unsur. Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungan unsur tersebut melepas atau menarik elektron. Semakin besar keelektronegatifan, unsur cenderung makin mudah membentuk ion negatif. Semakin kecil keelektronegatifan, unsur cenderung makin sulit membentuk ion negatif, dan cenderung semakin mudah membentuk ion positif. TERIMAKASIH ANY QUESTION?