Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FITOKIMIA
LARUTAN POLAR DAN NON POLAR

OLEH : KELOMPOK IV (EMPAT)


SRI MULYATI RITA

ANGGUN OKTAVIANA P. ANNISA ASRI

INDRY PRILYA SAHALESSY YULIA YANTI LERO

MAYASARI VIRA FEBRIYANTI

LENI IRNAYANTI NURYANTI M.YUNUS

ANA SUGITA RAHMAN FARIDA TAPYOR

RIRI ANGRAINI TIARA SRI RISKY

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الحيم‬

Puji syukur kami panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Larutan Polar dan
Non Polar” ini yang merupakan tugas dari dosen pengajar mata kuliah Fitokimia
sesuai waktunya.

Penyusun menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih belum
sempurna dan masih terdapat kesalahan, untuk itu kami sebagai penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi mencapai
kesempurnaan makalah selanjutnya.

Makassar, 25 November 2019

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair
atau gas yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang digunakan adalah
bahan kimia organic (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organic.
Pelarut ini biasanya memiliki titik didih yang rendah dan lebih mudah
menguap. Meninggalkan substan terlarut yang dapat dipakai untuk
membedakan antara pelarut dengan zat yang terlarut, pelarut ini biasanya
terdapat dalam jumlah yang lebih besar.

Sebagian besar reaksi kimia secara luas dilakukan di dalam larutan


terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut (solute) pada
umumnya adalah zat yang berada pada larutan yang besar, sedangkan zat lain
dianggap sebagai zat terlarut (solute). Pelarut ini memenuhi beberapa fungsi
dalam reaksikimia, dimana pelarut melarutan rekatan dan reagen agar
keduanya bercampur, sehingga hal ini akan memudahkan penggabungan
antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar merubah rektan
menjadi produk.

Salah satu prinsip dalam mengetahui kelarutan yaitu adanya istilah like
dissolves like dimana rektan yang nonpolar akan larut dalam pelarut non polar
sedangkan reaktan yang polar akan larut pada pelarut polar.

B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan polaritas?
2. Apa itu elektronegativitas?
3. Apa saja macam-macam pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya?
4. Bagaimanakah pengelompokkan pelarut menurut sifat fisiko
kimianya?
5. Bagaimana perbedaan larutan polar dan non polar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu polaritas
2. Untuk mengetahui dan memahami apa itu elektronegativitas
3. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam pelarut berdasarkan
tingkat kepolarannya
4. Untuk mengetahui dan memahami pengelompokkan pelarut menurut
sifat fisiko kimianya
5. Untuk mengetahui perbedaan larutan polar dan non polar?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Polaritas Ikatan dan Gaya Antar Molekul (Satyaji, 2007)

Polaritas ikatan merupakan suatu konsep yang sangat berguna untuk


menggambarkan penggunaan elektron secara bersama-sama antar atom. Pasangan
elektron yang digunakan secara bersama-sama antara dua atom tidak selalu sama,
sehingga akan berperan pada terbentuknya polaritas ikatan. Atom-atom seperti
hidrogen, oksigen dan halogen yang lebih bersifat elektronegatif dibanding karbon
cenderung untuk memiliki muatan negatif sebagian. Atom-atom seperti karbon
dan hidrogen mempunyai kecenderungan untuk menjadi lebih netral atau menjadi
bermuatan positif sebagian. Dengan demikian, polaritas ikatan muncul dari
perbedaan elektronegativitas 2 atom yang berperan pada pembentukan ikatan.
Polaritas juga tergantung pada gaya tarik antarmolekul, dan interaksi ini disebut
dengan gaya atau interaksi antarmolekul. Sifat-sifat fisik seperti titik didih, titik
lebur, dan kelarutan molekul ditentukan dengan interaksi non ikatan antar-
molekul.

Ada 3 jenis interaksi antar-molekul non-ikatan: interaksi dipol-dipol, gaya


van der waals dan ikatan hidrogen. Ketiga interaksi ini akan meningkat jika berat
molekul meningkat, dan juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya
polaritas molekul.

1. Interaksi Dipol-dipol

Interaksi antara ujung positif dipol dengan ujung negatif dipol yang
lain disebut dengan interaksi-interaksi dipol. Sebagai hasil dari interaksi-
interaksi dipol ini, molekul-molekul polar akan tertahan secara bersama-sama
lebih kuat dibanding dengan molekul-molekul non polar. Interaksi-interaksi
dipol muncul ketika elektron-elektron tidak terjadi secara sama pada ikatan
kovalen yang disebabkan oleh perbedaan elektronegativitas. Sebagai contoh,
hidrogen fluoride mempunyai momen dipol 1,98 D yang terletak disepanjang
ikatan H-F.

2. Gaya Van Der Waals

Gaya tarikan yang lemah yang muncul antar-molekul non polar disebut
dengan gaya van der waals atau gaya dispersi london. Gaya dispersi antar-
molekul jauh lebih lemah dibanding ikatan kovalen dalam molekul. Elektron-
elektron bergerak secara terus menerus dalam ikatan dan molekul, dengan
demikian pada satu waktu, salah satu sisi molekuldapat memiliki kerapatan
elektron yang lebih banyak dibanding sisi yag lain, yang akan memberikan
peningkatan dipol sesaat. Karena dipol-dipol dalam suatu molekul diinduksi,
maka interaksi-interaksi antarmolekul juga disebut dengan interaksi dipol-
dipol terinduksi.

Gaya van der waals merupakan interaksi antar molekuler terlemah.


Alkana merupakan molekul non polar, karena elektronegativitas karbon dan
hidrogen hampir sama.

3. Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen merupakan gaya tarikan antar atom hidrogen yang


terikat pada suatu atom elektronegatif dari salah satu molekul dengan suatu
atom elektronegatif yang sama (dalam satu molekul) atau pada suatu molekul
yang berbeda. Ikatan hidrogen merupakan tarikan gaya yang kuat antara
molekul-molekul yang sangat polar dalam mana hidrogen diikatkan secara
kovalen kepada nitrogen, oksigen dan fluor. Oleh karena itu ikatan hidrogen
merupakan jenis interaksi khusus antara 2 atom. Ikatan hidrogen dibentuk
ketika ikatan kovalen polar yang melibatkan atom hydrogen, berikatan
dengan atom elektronegatif seperti O atau N.
B. Ikatan Kovalen Polar dan Ikatan Kovalen Non Polar

Secara umum, kebanyakan ikatan dalam molekul organik, termasuk dalam


berbagai molekul obat, adalah ikatan kovalen. Perkecualian adalah senyawa-
senyawa yang mempunyai atom-atom logam, yang mana atom logam dapat
diperlakukan sebagai ion. Jika ikatannya adalah kovalen, maka dimungkinkan
untuk dilakukan identifikasi apakah ikatan tersebut bersifat polar atau non polar.
Pada ikatan kovalen non polar, elektron dibagi secara bersama-sama antara 2
atom, misalnya H-Hdan F-F. Ikatan-ikatan antar atom yang berbeda biasanya
menghasilkan elektron-elektron yang tertarik dengan lebih kuat pada salah satu
atom dibanding dengan atom lainnya. Penggunaan elektron secara bersama-sama
yang tidak setara ini akan menghasilkan ikatan kovalen polar.

Pada salah satu ikatan kovalen polar, salah satu atom mempunyai tarikan
yang lebih besar terhadap suatu elektron dibanding atom yag lain, misalkan
klorometana (CH3Cl). Dengan kata lain pada ikatan kovalen polar, pasangan
elektron tidak dibagi secara rata. Hal ini akan menghasilkan suatu muatan positif
sebagian yang kecil pada karbon dan muatan sebagian negatif pada klor dengan
kekuatan yang sama sebagaimana pada karbon. Polaritas ikatan diukur dengan
momen dipol. Momen dipol diukur dengan satuan deybe (D). Pada umunya ikatan
C-H dianggap non polar.

C. Elekronegativitas Dan Ikatan Kimia (Satyajit, 2007)

Elektronegativitas merupakan kemampuan suatu atom yang terikat pada


atom yang lain atau atom-atom itu sendiri untuk menarik elektron secara kuat
kepadanya. Persaingan kerapatan elektron ini diskalakan dengan nilai-nilai
elektronegativitas. Unsur-unsur yang mempunyai nilai elektronegativitas yang
besar akan mempunyai tarikan yang lebih besar pada elektron-elektron ikatan.
Jadi, elektronegativitas suatu atom dihubungkan dengan polaritas ikatan.
Perbedaan elektronegativitas antar atom dapat digunakan untuk mengukur
kepolaran suatu ikatan diantara atom. Semakin besar perbedaan elektronegativitas
antar atom yang terikat, maka polaritas ikatan semakin besar. Jika perbedaan ini
cukup besar, maka elektron-elektron akan dipindahkan dari atom yang kurang
elektronegatif ke atom yang lebih elektronegatif, dengan demikian suatu ikatan
ionik akan dibentuk. Hanya atom-atom dengan elektronegativitas yang sama yang
membentuk ikatan kovalen non polar.

Secara umum, jika perbedaan elektronegativitas sama atau kurang dari 0,5,
maka ikatannya adalah kovalen non polar, dan jika perbedaan elektronegativitas
antar atom 0,5-1,9 maka ikatannya adalah kovalen polar. Jika perbedaan
elektronegativitas antar atom lebih besar 2,0 maka ikatannya adalah ikatan ionik.

Beberapa contoh ditunjukkan dibawah:

Ikatan Perbedaan Jenis ikatan


Elektronegativitas
C-CL 3,0-2,5=0,5 Kovalen polar

P-H 2,1-2,1=0 Kovalen non polar

C-F 4,0-2,5=1,5 Kovalen polar

S-H 2,5-2,1=0,4 Kovalen non polar

O-H 3,5-2,1=1,4 Kovalen polar

Elektron-elektron dalam ikatan kovalen polar akan membagi elektronnya


pada 2 atom yang terikat secara tidak sama, yang mana akan menghasilkan
muatan positif dan negatif. Pemisahan muatan-muatan sebagian akan menciptakan
suatu dipol. Kata dipol berarti bermakna 2 dipol, muatan negatif dan positif yang
berpisah. Suatu molekul polar merupakan hasil ketika suatu molekul mengandung
ikatan-ikatan polar dalam pengaturan yang tidak simetris. Molekul-molekul non
polar yang atom-atonnya mempunyai elektronegativitas yang sama atau hampir
sama mempunyai momen dipol yang sangat kecil atau hampir nol , sebagaimana
molekul-molekul yang mempnyai ikatan polar, akan tetapi geometri molekulnya
simetris yang menyebabkan dipol-dipol ikatan saling menghilangkan satu sama
lain.

D. Polaritas Ikatan (Hardjono, 2012)

Ikatan kovalen tertentu mempunyai sifat-sifat yang tertentu pula, yaitu


polaritas. Jika dua atom dihubungkan dengan elektron-elektron yang digunakan
bersama melalui ikatan kovalen, kedua inti dipertahankan oleh kabut elektron
yang sama. Namun, dalam kebanyakan hal dua inti tersebut tidak dikelilingi oleh
elektron yang sama, kabut elektron lebih rapat disekitar satu atom daripada atom
yang lain. Akibatnya satu ujung ikatan relatif negatif, sedangakan ujung ikatan
yang lain relatif positif, hingga terjadi kutub negatif dan kutub positif. Ikatan
seperti itu disebut ikatan kovalen polar atau memiliki polaritas.

Kita dapat mengharap suatu ikatan adalah polar jika atom-atom yang
terikat mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam menarik elektron, yaitu
atom-atom yang berbeda dalam elektronegativitas. Makin besar perbedaan
elektronegativitasnya, maka makin polar ikatan yang terjadi. Unsur yang paling
elektronegatif terletak disebelah atas paling kanan pada sistem berkala. Flour
mempunyai sifat elektronegatif yang paling tinggi, kemudian berturut-turut
oksigen, nitrogen, klor, brom dan terakhir karbon. Hidrogen tidak berbeda jauh
elektronegativitasnya terhadap karbon.

Elektronegativitas F < O < CL < N < Br < C < H

Polaritas ikatan mempengaruhi sifat-sifat fisika maupun kimia. Polaritas


ikatan akan dapat mempengaruhi polaritas molekul, hingga dapat mempengaruhi
titik lebur, titik didih dan kelarutan.
E. Polaritas Molekul

Molekul dikatakan polar jika pusat muatan positif dan pusat muatan
negatif tidak bertepatan, namun berpisah dalam ruang, molekul tersebut
mempunyai dua kutub atau dipol. Dipol sering diberi tanda dengan tanda panah
menunjukkan arah dari muatan positif dan negatif.

Kenyataan bahwa beberapa molekul diperkirakan polar berdasarkan dari


ikatan polar yang terdapat pada molekul tersebut, anggapan yang serupa bahwa
polaritas molekul akibat polaritas dari individu ikatan-ikatan yang ada tidak
sepenuhnya benar. Molekul-molekul seperti H2, O2, N2,Cl2 dan Br2 mempunyai
momen dipol nol atau dikatakan non polar. Setiap 2 atom dari molekul-molekul
tersebut identik dan tentu saja memiliki elektronegativitas yang sama dan
elektron-elektronnya terdistribusi sama.

F. Gaya Intermolekul

Gaya macam apakah yang terdapat pada molekul-molekul netral satu


terhadap lain? Ada dua macam gaya intermolekul yaitu interaksi dipol-dipol dan
gaya van der waals. Interaksi dipol-dipol adalah interaksi antar ujung positif satu
molekul polar dengan ujung negatif polar yang lain.

Sebagai hasil interaksi dipol-dipol adalah pada umumnya molekul akan


saling terikat lebih kuat dari pada molekul non polar. Perbedaan dalam kekuatan
gaya intermolekul ini dapat tercermin pada sifat-sifat fisika dari molekul tersebut.
Interaksi dipol-dipol lain yang khusus adalah ikatan hidrogen, dalam nama atom
hidrogen berkelakuan sebagai jembatan antara dua atom yag bersifat
elektronegatif. Bila atom hidrogen diikat oleh atom yang sifat
elektronegativitasnya tinggi, maka kabut elektron akan bergeser kearah atom yang
elektronegatif. Sebagai akibat maka hidrogen yang bermuatan positif ini akan
diikat kuat oleh muatan negatif dari atom elektronegif molekul yang kedua.
Pengikatan ini mempunyai kekuatan sekitar 5 kkal/mol. Kekuatan ini jauh lebih
lemah daripada ikatan kovalen sekitar 50-100kkal/molnamun jauh lebih kuat dari
pada interaksi dipol-dipol. Lazim ikatan hidrogen dinyatakan dengan garis putus-
putus.

Masih ada gaya-gaya yang terdapat diantara molekul-molekul dari


senyawa non polar. Gaya-gaya pengikatan tersebut disebut gaya van der waals.
Sebagai contoh molekul metana yang mempunyai bentuk simetris hingga tidak
ada selisih momen dipol namun perlu diingat bahwa elektron yang terdapat di
sekeliling inti bergerak dan setiap saat distribusi elektron tersebut kemungkinan
dapat rusak hingga akan terjadi dipol yang kecil. Momen dipol ini akan
mempengaruhi distribusi elektron pada molekul metana kedua yang berdekatan.
Ujung negatif dipol bertendensi menolak elektron, dan ujung positif akan menarik
elekron. Dipol ini kemudian menginduksi dipol molekul yang terdapat
disebelahnya.

G. Kepolaran Pelarut (Marjoni, 2016)


a. Pelarut Polar

Pelarut polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH dan
menunjukkan adanya atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif
(oksigen). Pelarut dengan tingkat kepolaran yang tinggi merupakan pelarut
yang cocok baik untuk semua jenis zata ktif (universal) karena disamping
menarik senyawa yang bersifat polar, pelarut polar juga tetap dapat menarik
senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Contoh pelarut
polar diantaranya: air, methanol, etanol dan asam asetat.

Pelarut Rumus Kimia Titik didih Konstanta BobotJenis


Dielektrik
Asam asetat CH3COOH 1180C 6,2 1,049 g/mL

Etanol CH3-CH2-OH 790C 30 0,789 g/mL

Methanol CH3-OH 650C 33 0,791 g/mL

Air H-O-H 1000C 80 1,000 g/mL


b. Pelarut nonpolar
Merupakan senyawa yang memiliki konstan dielektrik yang rendah dan
tidak larut dalam air. Pelarut ini baik digunakan dalam menarik senyawa-
senyawa yang tidak sama sekali larut dalam pelarut polar seperti minyak.
Contoh pelarut nonpolar: heksana, kloroform, daneter.
Pelarut Rumuskimia Titikdidih Konstanta Bobot jenis
dielektrik
Heksana C6H14 690C 2,0 0,655 g/mL

Kloroform CHCl3 610C 4,8 1,498 g/mL

Taulena C6H5-CH3 1110C 2,4 0,867 g/mL

Pengelompokkan Pelarut Menurut Sifat Fisiko kimianya (Cahyo, 2015)

Untuk mempermudah dalam membedakan satu pelarut dengan pelarut


yang lain, maka pelarut-pelarut dikelompokkan berdasarkan sifat fisiko kimianya,
diantaranya polaritas, parameter kelarutan Hilde brand, dan sifat
solvatokromiknya.

1. Klasifikasi pelarut menurut Rohrschneider-synder atas dasar polaritas (P’)


dan selektivitas (x).

Pengelompokkan pelarut dapat dilakukan menurut nilai polaritas atau


kekuatan kromatografi (p’) dan selektivitasnya (xi). Pendekatan ini
didasarkan pada data partisi gas cair yang diperoleh oleh untuk enam solute
(n-oktana, toulena, etanol, 2-butanon/metal etil keton, dioksan dan
nitrometana) yang diuji dalam 81 jenis pelarut cair. Skala polaritas (p’),
digunakan untuk menyatakan kekuatan pelarut keseluruhan dan merupakan
gabungan dari semua interaksi antara pelarut dengan solute, selaininteraksi
disperse. Pengelompokkan selektivitas pelarut didasarkan padainteraksi
pelarut dengan tiga buah solute yang bersifat asam (etanol), basa (dioksan)
dan dipolar (nitrometana). Parameter x menggambarkan interaksi antara
sebuah pelarut dengn atiga buah solute.

2. Klasifikasi pelarut menurut parameter kelarutan Hildebrand

Parameter kelarutan Hildebrand (δ) merupakan parameter indeks


yang paling luas digunakan dalam menentukan polaritas solute dan pelarut.
Ukuran molekul solute sangat berpengaruh terhadap kelarutan relatifnya.
Semakin besar volum molar sebuah molekul, maka semakin besar juga
pengaruh perubahan polaritas pelarut terhadap kelarutan solute didalamnya.

3. Klasifikasi pelarut menurut sifat solvate kromik

Pengelompok kan pelarut menuru tsifat solva tokromik dilakukan


oleh kamlek dkk dengan membuat kolerasi antara koefisien partisi gas cair
dengan skala solvatokromik yang menggambarkan dipolarisabilitas-
polarisabilitas (π*), aktivitas ikatan hydrogen (α) kebasaan (β).

H. Perbedaan Larutan Polar dan Nonpolar (Anonym, 2017)


I. Larutan Organik dan Anorganik (Anonym, 2015)

Pelarut organik merupakan pelarut yang umumnya mengandung atom


karbon dalam molekulnya. Dalam pelarut organik, zat terlarut didasarkan pada
kemampuan koordinasi dan konstanta dielektriknya. Pelarut organik dapat
bersifat polar dan non-polar bergantung pada gugus kepolaran yang
dimilikinya. Pada proses kelarutan dalam pelarut organik, biasanya reaksi
yang terjadi berjalan lambat sehingga perlu energi yang didapat dengan cara
pemanasan untuk mengoptimumkan kondisi kelarutan. Larutan yang
dihasilkan bukan merupakan konduktor listrik. Contoh pelarut organic adalah
senyawa dengan fungsionalitas alcohol, eter, ester, keton dan sebagainya.

Sementara itu, Pelarut anorganik merupakan pelarut selain air yang


tidak memiliki komponen organik di dalamnya. Dalam pelarut anorganik, zat
terlarut dihubungkan dengan konsep sistem pelarut yang mampu
mengautoionisasi pelarut tersebut. Biasanya pelarut anorganik merupakan
pelarut yang bersifat polar sehingga tidak larut dalam pelarut organik dan non-
polar. Larutan yang dihasilkan merupakan konduktor listrik yang baik. Contoh
dari pelarut anorganik adalah amonia dan asam sulfat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Polaritas ikatan merupakan suatu konsep yang sangat berguna untuk


menggambarkan penggunaan elektron secara bersama-sama antar atom. Ada 3
jenis interaksi antar-molekul non-ikatan: interaksi dipol-dipol gaya van der waals
dan ikatan hidrogen. Ketiga interaksi ini akan meningkat jika berat molekul
meningkat, dan juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya polaritas
molekul.Elektron negativitas merupakan kemampuan suatu atom yang terikat
pada atom yang lain atau atom-atom itu sendiri untuk menarik elektron secara
kuat kepadanya.

Pelarut polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH dan
menunjukkan adanya atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif
(oksigen). Contoh pelarut polar diantaranya: air, methanol, etanol dan asam asetat.
Pelarut semi polar adalah palarut yang memiliki molekul yang tidak mengandung
ikatan O-H. Contoh pelarut semipolar adalah: aseton, etilasetat, DMSO, dan
diklorometan. Merupakan senyawa yang memiliki konstan dielektrik yang rendah
dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut nonpolar: heksana, kloroform, daneter.

B. Saran dan Kritik


Sebagai pelajar Farmasi diharapkan makalah ini dapat memberi manfaat.
Diharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna menyempurnakan makalah
ini. Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengajar fitokimia.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo Andri, 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif Dari Tanaman
Obat. Yogyakarta: Plantaksi

Marjoni, dkk. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta: Trans info media

Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: University Press

https://id.wikipedia.org/wiki/Pelarut

https://usaha321.net/perbedaan-antara-polar-dan-non-polar.html

Satyajit, dkk. 2007. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Anda mungkin juga menyukai