Anda di halaman 1dari 87

KESEHATAN

LINGKUNGAN RUMAH
SAKIT

Prof.Dr.Irnawati Marsaulina,MS
Rumah Sakit: Permenkes
No.1204/MENKES/SK/X/2004
 Tempat berkumpul orang sakit
 Tempat berkumpulnya orang sehat:
 -- perawat
 -- dokter
 -- pegawai administrasi, cleaning service
 -- keluarga pasien
 -- pengunjung lain ====
 Pencemaran lingkungan dan Gangguan Kesehatan,
serta
 --Tempat penularan penyakit (Nosokomial Infection)
 Karena itu penyelenggarann kesehatan lingkungan RS
hrs sesuai dg persyaratan kesehatan.
 Penanggung jawab RS bertanggung jawab
thd pengelolaan kesehatan lingkungan RS
 Pembinaan dan Pengawasan dilakukan ol
Kepala Dinas Kes.
Fungsi rumah sakit
 Pelayanan kesehatan
 Pendidikan tenaga kesehatan: dokter,
perawat, bidan, analis farmasi dll
 Penelitian
PERSYARATAN LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT
 Batas jelas, ada pagar yg kuat, orang/binatang
tidak bebas keluar masuk
 Ada halaman parkir yg cukup sesuai dg
kebutuhan dan dilengkapi dg rambu parkir
 Bebas banjir, kl lokasi sering banjir, harus ada
fasilitas/teknologi utk mengatasinya
 Lingkungan RS merupakan Kawasan bebas
rokok
 Penerangan dengan intensitas cahaya yg cukup
 Tidak berdebu,tidak becek,tdk ada genangan air,
landai kearah saluran terbuka atau tertutup,
tersedia lubang penerima air masuk yg cukup
PERSYARATAN LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT (lanjutan)
 Saluran limbah domestik dan limbah medis hrs
tertutup dan terpisah.
 Masing2 limbah punya IPAL sendiri2
 Tersedia tempat sampah di ruang tunggu, tempat
parkir, halaman dll
 Selalu dalam keadaan bersih, tersedia fasilitas
sanitasi yg cukup kualitas dan kuantitas dan
memenuhi syarat kesehatan
 Tidak memungkinkan menjadi tempat bersarang
dan berkembang biaknya serangga, binatang
pengerat dan binatang pengganggu lainnya.
KONSTRUKSI BANGUNAN
 Lantai: bahan kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin,warna terang dan mudah dibersihkan
 Bgn yg selalu kontak dg air mempunyai
kemiringan yg cukup ke arah pembuangan
limbah
 Pertemuan lantai dg dinding berbentuk konus
 Dinding: kuat, rata, berwarna terang,
menggunakan cat yg tidak luntur dan tdk
mengandung logam berat
 Ventilasi: Alamiah menjamin aliran udara
dalam ruang dg baik
 Luas > 15% luas lantai
KONSTRUKSI BANGUNAN
(lanjutan)
 Bila ventilasi alamiah tdk cukup, harus dilengkapi
dg ventilasi buatan / mekanis yg disesuaikan dg
peruntukan ruangan
 Atap: kuat, tidak bocor, tdk jadi tpt perindukan
serangga, tikus dan binatang pengganggu lain
 Atap yg > 10 m hrs dilengkapi penangkal petir
 Langit-langit: kuat, berwarna terang, mudah
dibersihkan, tinggi >2,7 m, kerangka kuat, bila
dari kayuanti rayap
 Balkon, beranda, talang :tidak ada genangan air
Aedes
KONSTRUKSI BANGUNAN
(lanjutan)
 Pintu: kuat, cukup tinggi,cukup lebar, dpt
mencegah masuknya tikus, serangga dan
binatang pengganggu lainnya
 Jaringan instalasi: air minum, air bersih, air
limbah, gas, listrik, sistem penghawaan,
telepon dll sesuai dg teknis kesehatan
 Pipa air minum tak boleh bersilangan dg
air limbah dan tidak boleh bertekanan
negatif utk mencegah pencemaran air
minum
LALU LINTAS ANTAR RUANGAN
 Hrs didisain sedemikian rupa, dilengkapi dg petunjuk arah
letak ruangan
 Lalu lintas harus dpt menghindari terjadinya resiko kecelakaan
dan resiko kontaminasi
 Tangga, elevator, lift dilengkapi sarana pencegahan kecelakaan
spt alarm, petunjuk pemakaian yg mudah difahami
 Lift yg lebih dari 4 lantai dilengkapi ARD (Automatic Reserve
Divided) yaitu alat yg dpt mencari lantai terdekat bila listrik
mati
 Dilengkapi pintu darurat yg dpt dijangkau dg mudah bila
terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dilengkapi dg
ram untuk brankar
 Dilengkapi dg alat pemadam kebakaran sesuai dg ketentuan yg
berlaku
RUANG BANGUNAN
 Penataan Ruang dan Bangunan dan
penggunaannya harus sesuai dg fungsi serta
memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dg
mengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat
resiko terjadinya penularan penyakit sbb

 Ruang dengan Resiko Rendah: R.administrasi,


R.Komputer, R.Pertemuan, R.Perpustakaan,
R.resesionis, R.Pendidikan/Pelatihan.
RUANG BANGUNAN
(lanjutan)
 Ruang dengan Resiko Sedang:R.Rawat Inap
bukan Penyakit Menular, R.Rawat jalan, r.ganti
pakaian, r.tunggu pasien. Persyaratan sama dg
persyaratan pada zona resiko rendah
 Ruang dengan Resiko Tinggi: r.isolasi, r.perawatan
intensif, r.laboratorium, r.penginderaan medis
(medical imaging), r.bedah mayat (autopsi),
r.jenazah.
 Ruang dg resiko sangat tinggi:R.operasi, r.bedah
mulut, r.perawatan gigi, r.gawat darurat,r.bersalin,
r.patologi.
PERSYARATAN RUANG DGN
RESIKO RENDAH
 Permukaan dinding hrs rata dan berwarna terang
 Lantai terbuat dr bahan yg kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, wrna terang, pertemuan lantai dan dinding 
konus
 Langit2 dari bhn multipleks atau bahan yg kuat, warna
terang, mudah dibersihkan, kerangka kuat, tinggi > 2, 7 m
 Lebar pintu > 120 cm, tinggi > 210 cm, ambang bawah
jendela > 100 cm
 Ventilasi alamiah  aliran udara dl ruang baik, bila tidak,
hrs dilengkapi dg ventilasi mekanis
 Semua stop kontak dan saklar dipasang pd ketinggian >
140 cm dari lantai
PERSYARATAN RUANG DGN RESIKO
TINGGI
 Permukaan dinding hrs rata dan berwrna terang
 Dinding ruang laboratorium dibuat dr porselen atau
keramik setinggi 150 cm dan sisanya dicat dg warna
terang
 Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna
gelap, dg ketentuan dinding disesuaikan dg pancar-an
sinar yg dihasilkan dr peralatan yg dipasang di ruang
tsb. Tembok pembatas ruang Sinar X dg kamar gelap
dilengkapi dg transfer cassette
 Lantai terbuat dr bahan yg kuat,mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, pertemuan lantai dg
dinding  konus
PERSYARATAN RUANG DG
RESIKO TINGGI ( lanjutan)
 Langit2 dari bhn multipleks atau bahan yg kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka kuat,
tinggi > 2, 7 m
 Lebar pintu > 120 cm, tinggi > 210 cm, ambang
bawah jendela > 100 cm
 Ventilasi alamiah  aliran udara dl ruang baik,
bila tidak, hrs dilengkapi dg ventilasi mekanis
 Semua stop kontak dan saklar dipasang pd
ketinggian > 140 cm dari lantai
PERSYARATAN RUANG DGN
RESIKO SANGAT TINGGI
 Dinding terbuat dr porselen atau vinyl setinggi langit2
atau di cat dg cat tembok yg tidak luntur dan aman,
berwarna terang
 Langit2 dari bhn yg kuat dan aman, tinggi > 2, 7 m
 Lebar pintu > 120 cm, tinggi > 210 cm dan semua pintu
kamar hrs selalu dl keadaan tertutup
 Lantai terbuat dr bahan yg kuat,mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang.
 Khusus ruang operasi harus disediakan gelagar
(gantungan) lampu bedah dg profil baja double INP 20 yg
dipasang sebelum pemasangan langit2
 Tersedia rak dan lemari utk menyimpan reagensia siap
pakai
PERSYARATAN RUANG DG RESIKO
SANGAT TINGGI (lanjutan)
 Ventilasi sebaiknya digunakan AC tersendiri yg
dilengkapi filter bakteri untuk setiap ruang
operasi yg terpisah dg ruang lainnya.
Pemasangan AC > 2m dr lantai dan aliran udara
bersih yg masuk ke dl kamar operasi berasal
dari atas ke bawah. Khusus utk ruang bedah
ortopedi atau transplantasi organ hrs
menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra
Clean Air) system
 Tidak boleh ada hubungan langsung dg udara
luar, utk itu hrs dibuat ruang antara
PERSYARATAN RUANG DG
RESIKO SANGAT TINGGI
(lanjutan)
 Hubungan dg ruang scrub-up utk melihat ke dl
ruang operasi perlu dipasang jendela kaca
mati, hubungan dg ruang steril dr bgn cleaning
cukup dg sebuah loket yg dpt dibuka dan
ditutup
 Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan
melalui bawah lantai atau di atas langit2
 Dilengkapi dg sarana pengumpulan limbah medis
KUALITAS UDARA RUANG
 Tidak berbau (terutama bebas dari
H2S dan Amoniak)
 Kadar debu (particulate matter
= PM) diameter kurang dari 10
mikron (PM <10) <150 ug/m3
dan tidak mengandung debu
asbes (pengukuran 8 / 24 jam)
INDEKS ANGKA KUMAN DLM RUANG
No Ruang/Unit Konsentrasi
maksimum
(CFU/m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan prematur 200
7 ICU 200
8 Jenazah/autopsi 200-500
9 Penginderaan medis 200
INDEKS ANGKA KUMAN DL RUANG
(Lanjutan)

No RUANG/UNIT Konsentrasi
maksimum
(CFU/m3)
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat Darurat 200
15 Administrasi/pertemua 200-500
n
KADAR GAS DAN BAHAN
BERBAHAYA DL RUANG RS

N Parameter Kimiawi Rata-rata wkt Konsentrasi


pengukuran maksimal
o
1 Karbon Monoksida 8 jam 10.000
(CO) ug/m3
2 Karbon Dioksida 8 jam 1 ppm
(CO2)
3 Timbal (Pb) 24 jam 0,5 ug/m3
4 Nitrogen Dioksida 1 jam 200 ug/m3
(NO2)
5 Radon (Rn) - 4 pCl/liter
PENCAHAYAAN

N Ruang/Unit Intensitas Ket.


o cahaya (lux)

1 RUANG PASIEN: Warna


-saat tidak tidur 100-200 cahaya
-saat tidur <50 sedang
2 R.OPERASI UMUM 330-500
3 MEJA OPERASI 10.000- Warna
cahaya sejuk
20.000
4 ANASTESI/PEMULIHA 300-500
N
PENCAHAYAAN (Lanjutan)
9 Administrasi/kanto >100
r
10 Ruang >200
alat/gudang
11 Farmasi >200
12 Dapur >200
13 Ruang cuci >100
14 Toilet >100
15 R.Isolasi tetanus 0,1-0,5 Warna hijau
biru

16 R.Luka bakar 100-200


PENGHAWAAN
 Ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan
bayi, laboratorium, perlu mendapat perhatian yg
khusus krn sifat pekerjaan di ruang tsb
 Ventilasi r.operasi hrs dijaga pd tekanan lebih
positif sedikit ( minimum 0,10 bar) dibandingkan
ruang2 lain di RS
 Ruangan yg tidak menggunakan AC sistem
sirkulasi udara segar dl ruangan hrs cukup
(mengikuti pedoman teknis yg berlaku)
TATA LAKSANA PENGATURAN
UDARA
 Sistem pendingin hrs dioperasikan sesuai petunjuk
shg menghasilkan suhu, aliran udara yg baik dan
nyaman
 Utk RS yg menggunakan AC sentral perhatikan
cooling tower nya agar tidak jadi perindukan bakteri
legionella
 Untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara harus
sering dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur
 Ruangan dg volume 100 m3 se-kurang2nya 1 fan dg
diameter 50 cm dan frekuensi pergantian udara 2-
12 x / jam
TATA LAKSANA PENGATURAN
UDARA ( lanjutan)
 Ventilasi ruang sensitif hendaknya dilengkapi dg
saringan 2 bed, 1 dipasang di bgn penerimaan
udara dari luar dg efisiensi 30% dan saringan II
(Filter bakteri) dg efisiensi 90%.
 Utk mengurangi kadar kuman udara ruang: 1 kali
sebulan didisinfeksi dg aerosol (resorcinol,
trietylen glicol), atau dg electron precipitator atau
dg penyinaran ultra violet.
 Pemeriksaan kuman, debu dan gas berbahaya
dilakukan minimal 2 x setahun
PENCEGAHAN KEBISINGAN
 Pada sumber bising di rumah sakit
dilakukan:peredaman, penyekatan, pemindahan,
pemeliharaan mesin2.
 Pada sumber bising di luar rumah sakit:
penyekatan/penyerapan bising dg penanaman
pohon (green belt), meninggikan tembok atau
meninggikan tanah (bukit buatan)
STANDAR SUHU, KELEMBABAN
DAN TEKANAN UDARA
RUANG/UNIT

N RUANG / UNIT SUHU(C0) KELEMBABA


N
TEKANAN
o (%)

1 Operasi 19-24 45-60 Positif


2 Bersalin 24-26 45-60 Positif
3 Pemulihan/perwa 22-24 45-60 Seimbang
tan
4 Observasi bayi 21-24 45-60 Seimbang
5 Perawatan bayi 22-26 35-60 Seimbang
6 Perwatan 24-26 25-60 Positif
prematur
STANDAR SUHU, KELEMBABAN DAN
TEKANAN UDARA RUANG/UNIT
(Lanjutan)
9 Penginderaan 19-24 45-60 Seimbang
medis
10 Laboratorium 22-26 35-60 Positif
11 Radiologi 22-26 45-60 Seimbang
12 Sterilasi 22-30 35-60 Positif
13 Dapur 22-30 35-60 Seimbang
14 Gawat Darurat 19-24 45-60 Positif
15 Administrasi/pert 21-24 - Seimbang
e-muan
16 R.Luka Bakar 24-26 35-60 Positif
INDEKS KEBISINGAN MENURUT
RUANG/ UNIT

No RUANG / UNIT MAKSIMUM KEBISINGAN


( 8 jam, satuan dBA)
1 RUANG PASIEN:
-Saat tidak tidur 45
-Saat tidur 40
2 R.Operasi umum 45
3 Anastesi/pemuliha 45
n
4 Endoskopi/laboratoriu 65
m
INDEKS KEBISINGAN MENURUT
RUANG/ UNIT (lanjutan)
8 Kantor / lobby 45
9 Ruang alat / 45
gudang
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang isolasi 40
14 Ruang poli gigi 80
INDEKS PERBANDINGAN JUMLAH
TEMPAT TIDUR, TOILET DAN
JUMLAH KAMAR MANDI

N Jumlah Tempat Jumla Jumlah kamar


o Tidur h mandi
toilet
1 s/d 10 1 1
2 s/d 20 2 2
3 s/d 30 3 3
4 s/d 40 4 4
Setiap +1 +1
INDEKS PERBANDINGAN JUMLAH
KARYAWAN DENGAN JUMLAH
TOILET DAN KAMAR MANDI
No Jumlah karyawan Jlh Jlh kamar
toilet mandi
1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
Setiap + 20 karyawan +1 +1
JUMLAH TEMPAT TIDUR

RUANG LUAS ( m2) MINIMAL


PER TEMPAT TIDUR

Ruang bayi:
-- Perawatan 2
-- Isolasi 3,5
Ruang dewasa:
-- Perawatan 4,5
-- Isolasi 6
TINGKAT KEBERSIHAN DINDING
DAN LANTAI / ANGKA KUMAN
No Ruang/Unit Angka kuman (max)
CFU/cm2
1 Ruang Operasi 0-5 ,bebas kuman patogen
dan gas gangren
2 Ruang Perawatan 5-10

3 Ruang Isolasi 0-5

4 Ruang UGD 5-10


TATA LAKSANA PEMELIHARAAN
RUANG
 Pembersihan ruang minimal pagi dan sore
 Pembersihan lantai ruang perawatan dilakukan dilakukan
setelah: merapikan t.t, jam makan, jam kunjungan dokter,
kunjungan keluarga dan se-waktu2 bila perlu
 Hindari cara pembersihan yg akan menebarkan debu
 Harus pk alat pel yg memenuhi syarat dan antiseptik yg
tepat
 Ada perlengkapan pel pd masing2 ruang
 Pembersihan dinding secara periodik minimal 2 x
setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat
pudar
 Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka dinding
hrs segera dibersihkan dg menggunakan antiseptik.
FASILITAS PENYEDIAAN AIR MINUM
DAN AIR BERSIH
 Tersedia air minum sesuai dg kebutuhan
 Tersedia air bersih minimum 500L/TT/hari
 Air minum dan air bersih tersedia pada tiap tempat
kegiatan yg membutuhkan secara berkesinambungan
 Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan dg
tekanan positif
 Persyaratan air minum dan air bersih sesuai dg aturan yg
berlaku
FASILITAS TOILET DAN KAMAR
MANDI
 Hrs tersedia dan selalu terpelihara dg baik
 Lantai: bahan yg kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan
mudah dibersihkan
 Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet ( jamban, peturasan
dan tempat cuci tangan) tersendiri.
 Pembuangan air limbah dr toilet dan kamar mandi dilengkapi dg
[penahan bau (water seal)
 Letak toilet dan kamar mandi tdk berhubungan langsung dg dapur,
kamar operasi, dan ruang2 khusus lainnya.
 Lubang penghawaan hrs berhubungan langsung dg udara luar
 Toilet dan kamar mandi pria dan wanita terpisah, unit rawat inap
dan karyawan, karyawan dan pengunjung.
FASILITAS TOILET DAN KAMAR
MANDI (lanjutan)
 Toilet pengunjung hrs terletak ditempat yg mudah
dijangkau dan ada petunjuk arah.
 Perbandingan: 1 toilet utk 1-20 pengunjung wanita, 1
toilet utk 1-30 pengunjung pria
 Hrs dilengkapi dg slogan peringatan kebersihan
 Tdk terdapt tempat penampungan atau genangan air
perindukan nyamuk
PENYEHATAN AIR
 Sumber air minum RS: PAM, diangkut dg tangki air
minum, air kemasan yg memenuhi syarat kualitas air
minum: Permenkes No.907/Menkes/SK/VII/2002 ttg
Syarat2 dan Pengawasan Kualitas Air Minum
 Kualitas air di Ruang Khusus Operasi: Air PAM, sumur
bor dll dilengkapi dg catridge filter dan disinfeksi
menggunakan ultra violet.
 Utk ruang farmasi dan hemodialisis: air yg dimurnikan
utk penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran
dl hemodialisis
 Pemeriksaan sampel air dilakukan minimal 1 x setahun.
JUMLAH SAMPEL AIR UTK
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

Jumlah tempat Jumlah minimum Jumlah minimum


tidur sampel air sampel air

AIR MINUM AIR BERSIH


25-100 4 4
101-400 6 6
401-1000 8 8
> 1000 10 10
KUALITAS AIR (lanjutan)
 Pemeriksaan kimia air minum: minimal 2 x thn, musim
hujan dan kemarau, ttk sampel di reservoa dan ttk yg
terjauh
 Ttk sampel pemeriksaan mikrobiologi: kran dapur,
operasi, bersalin, km bayi, ruang makan, reservoa, kran
secara acak, sumber air dll yg rawan pencemaran
 Pemeriksaan kualitas air se-waktu2 (uji petik) oleh
dinkes
 Pengukuran tipa 24 jam: sisa khlor (bila pakai kaporit),
pH dan kekeruhan di tpt yg rawan pencemaran
 Bila ada parameter yg menyimpang di treatmen
 Bila banyak parameter yg menyimpang perbaiki sarana
air
PENGELOLAAN LIMBAH
 Bentuk: padat, cair dan gas
 Limbah padat: limbah medis dan limbah non medis
 Limbah padat medis: infeksius, patologi, benda tajam,
farmasi, sitotoksis, kimiawi, radio aktif, kontainer
bertekanan,logam berat yg tinggi.
 Limbah padat non medis:dapur, perkantoran, taman,
halaman.
 Limbah cair: semua limbah dari kegiatan rumah sakit
 Limbah gas; insinerator, dapur, generator, anastesi,
pembuatan obat sitotoksik
PENGELOLAAN LIMBAH
(lanjutan)
 L.Infeksius: yg terkontaminasi mikroorganisme patogen
 L.sangat infeksius:pembiakan bhn infeksius, otopsi, organ
binatang percobaan/inokulasi, kontak dg bahan sangat
infeksius
 L.sitotoksis: persiapan dan pemberian obat sitotoksis
utk kemoterapi kanker.
 Minimisasi limbah dg: mengurangi produksi pada sumber
(reduce), menggunakan kembali (reuse), daur ulang
(recycle)
PERSYARATAN LIMBAH MEDIS
PADAT
Minimalisasi limbah, RS harus:

 Mereduksi limbah mulai dari sumber


 Mengelola/mengawasi limbah berbahaya dan beracun
 Melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi
 Peralatan pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan,
pengangkutan dan pemusnahan hrs melalui sertifikasi
dari pihak berwenang
PEMILAHAN, PEWADAHAN,
PEMANFAATAN KEMBALI DAN
DAUR ULANG
 Pemilahan dilakukan mulai dari sumber (generator)
 Pisahkan limbah yg bisa dimanfaatkan kembali dg yg tdk bisa
 Limbah benda tajamwadah: anti bocor, anti tusuk, tutp tak mudah
terbuka/dibuka
 Jarum & syrines hrs dipisahkan shg tak dpt digunakan kembali
 Yg mau dimanfaatkan kembali hrs melalui sterilisasi yg sesuai
 Utk menguji efektifitas sterilisasi panas digunakan tes Bacillus
stearothermophilus dan sterilisasi kimia dg tes Bacillus subtillis.
 Limbah jarum hipodermik tak dianjurkan reuse, kecuali
terpakasasterilkan dulu kembali
 Daur ulang tak boleh dilakukan RS kecuali pemulihan perak pd
proses film sinar X.
METODE STERILISASI UTK LIMBAH
YANG DIMANFAATKAN KEMBALI

Suhu Waktu
METODE STERILISASI (0C) Kontak

STERILISASI DG PANAS:
-Sterilisasi kering dl oven 160 120 menit
-*Poupinel* 170 60 menit
-Sterilisasi basah dl otoklaf 121 30 menit
STERILISASI DG BAHAN
KIMIA: 50-60 3-8 jam
JENIS WADAH DAN LABEL LIMBAH
MEDIS PADAT SESUAI
KATEGORINYA

N Kategori Warna kontainer LAMBAN KETERANGA


N
/kantong plastik
o G
1 Radio Merah Kantong boks
limbah dg
aktif simbol radio
aktif

2 Sangat Kuning Kantong plastik


kuat anti bocor
infeksius atau kontainer
yg dpt
disterilisasi dg
autoklaf

3 Limbah
infeksi-us
Kuning Plastik kuat
dan anti bocor
patologi dan atau kontainer
anatomi
LIMBAH MEDIS PADAT ( lanjutan)
 Limbah sitotoksis dikumpulkan dl wadah yg kuat,
antibocor, dan diberi label “Limbah Sitotoksis”.
 Pengumpulan dr tiap ruang menggunakan troli
khusus yg tertutup
 Penyimpanan: pd musim hujan < 48 jam, musim
kemarau <24 jam
 Utk pengangkutan ke luar RS: dikemas pd tempat yg
kuat dan menggunakan kendaraan khusus.
 Pemusnahan: tidak boleh ke TPA Umum kl belum
diolah
 Pengolahan dilakukan sesuai kemampuan: otoklaf
atau insinerator
LIMBAH NON MEDIS/LIMBAH CAIR
DAN LIMBAH GAS
 Limbah padat non medis ditampung dl plastik warna
hitam bertulisan “ Domestik” warna putih
 Bila kepadatan lalat di TPS > 20 ekor per blok grill
pengendalian
 Kalau terlihat ada tikus di siang hari pengendalian
 Dl keadaan normal, pengendalian serangga dan binatang
pengganggu lain dilakukan minimal 1 x sebulan
 Pemusnahan di TPA
 Limbah cair:Sebelum dibuang ke perairan umum efluen
harus memenuhi syarat sesuai Kep 58/MENLH/12/95
atau perda
 Limbah gas: emisi mengacu kepada Kep. 13/MNLH/3/95
tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak.
MINIMALISASI LIMBAH MEDIS
PADAT
 Menyeleksi bahan yg sedikit menghasilkan limbah wkt
membeli
 Menggunakan sedikit mungkin bahan kimia
 Mengutamakan metode pembersihan cara fisik dp kimiawi
 Mencegah bahan2 yg dpt jadi limbah spt dl kegiatan
perawatan dan pembersihan
 Memonitor alur penggunaan bahan kimia dr bahan baku sp
jadi limbah berbahaya dan beracun
 Memesan bahan2 sesuai dg kebutuhan
 Memakai sistem FIFO utk mencegah kadaluwarsa
 Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
 Mengecek tanggal kadaluwarsa sewaktu barang masuk gudang
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
PADAT
 Dilakukan pemilahan mulai dari sumber limbah
 Wadah: terbuat dari bahan kuat, cukup ringan, tahan karat,
kedap air, permukaan dalam halus: misal fiberglass, punya tutup
yg mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
 Tersedia wadah pd setiap sumber sampah medis
 Kantong plastik diangkat setiap hari atau jika sudah berisi 2/3
bagian
 Kantong plastik yg tidak kontak langsung dg limbah medis hrs
segera dibersihkan dan didisinfektans utk dpt dipergunakan
kembali
 Kantong plastik yg langsung kontak dg limbah medis tdk boleh
digunakan kembali
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
PADAT (lanjutan)
 Alat/bahan yg dpt dugunakan kembali setelah di
sterilkan: pisau bedah( scalpel), jarum hipodermik,
syringes, botol gelas dan kontainer dan radionukleida yg
telah diatur tahan lama utk radioterapi spt pins, needles,
atau seeds.
 Apabila sterilisasi dilkukan dg ethylen oxide, maka tangki
reaktor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi
ethylen oxide krn gas tsb sangat berbahaya, maka hraus
dilakukan oleh petugas yg terlatih.
 Sterilisasi dg glutaraldehyde lebih aman dl
pengoperasiannya tp kurang efektif secara mikrobiologi
 Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus
pencemaran spongiform encephalopathies.
TEMPAT PENAMPUNGAN
SEMENTARA DAN TRANSPORTASI
LIMBAH MEDIS
 RS yg punya insinerator, hrs membakar limbahnya dl 24 jam
 RS yg tidak punya insinerator: kerjasama dg RS/Instansi lain
yg punya, dibakar < 24 jam bila disimpan dl suhu ruang.
 Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke
kendaraan pengangkut hrs diletakkan dl kontainer yg kuat
dan tertutup.
 Kantong limbah hrs aman dr jangkauan manusia dan binatang
 Petugas pk APD: topi/helm, masker, pelindung mata, Pakaian
panjang (coverall), apron utk industri, sepatu boot dan sarung
tangan ( disposible gloves atau heavy duty gloves)
PENGOLAHAN, PEMUSNAHAN
DAN PEMBUANGAN AKHIR
 Limbah Infeksius dan Benda Tajam: limbah yg sangat
infeksius spt biakan dan sediaan agen infesius dari
laboratorium hrs disterilisasi dg pengolahan panas dan
basah spt dalam otoklaf sedini mungkin. Utk limbah
infeksius yg lain cukup dg cara disinfeksi
 Benda tajam hrs diolah dg insinerator bila
memungkinkan, dpt diolah bersama limbah infeksius
lainnya. Kapsulisasi juga cocok utk benda tajam
 Setelah di insinerasi atau desinfeksi, residunya dpt
dibuang ke landfill, jika residunya sudah aman.
 Limbah farmasi: dl jumlah kecil diolah dg pyrolitic
incinerator, rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary
landfill, dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi.
PENGOLAHAN, PEMUSNAHAN
DAN PEMBUANGAN AKHIR
(lanjutan)
 Dl jumlah besar hrs dg pengolahan yg khusus
spt rotary kiln, kapsulisasi dl drum logam dan
inersisasi, atau dikembalikan pd distributor. Dpt
juga dg insinerator pd temp. 10000C
 Limbah sitotoksis: tdk boleh dibuang dg
penimbunan( landfill) atau ke saluran limbah.
Dihancurkan dg insinerasi pd suhu tinggi dan
degradasi kimia. Bahan yg belum dipakai dan
kemasannya masih utuh krn kadaluarsa hrs
dikembalikan kpd distributor bila tidak ada
insinerator dan diberi keterangan obat sudah
kadaluarsa.
PENGOLAHAN, PEMUSNAHAN
DAN PEMBUANGAN AKHIR
(lanjutan)
 Insinerasi pd suhu tinggi (12000C). Insinerasi
pada suhu rendah akan menghasilkan uap
sitotoksik berbahaya ke udara
 Insinerator: suhu 12000C pd tungkiu I, dg waktu
tinggal 2 detik dan suhu 10000C pd tungku II dg
waktu tinggal 5 detik, dilengkapi dg penyaring
debu dan pembersih gas
 Insinerasi dg rotary kiln utk limbah kimiawi dg
temp. 8500C
 Insinerator dg 1 tungku tidak tepat utk limbah
sitotoksis
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
PADAT (lanjutan)
 Metode degradasi kimia yg mengubah senyawa
sitotoksis jd senyawa tak beracun dpt digunakan utk
residu obat, pencuci tpt urin, tumpahan dan pakaian
pelindung.
 Pencucian dgKMnO4 atau H2SO4, asam bromida,
reduksi dg nikel dan aluminium, relatif mudah dan aman
 Insinerasi dan degradasi kimia tidak merupakan solusi yg
sempurna utk pengolahan limbah, tumpahan atau cairan
biologis yg terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh
karena itu Rs hrs hati2 dl mengani obat sitotoksik
 Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tdk
tersedia, kapsulisasi dan inersisasi dpt dipertimbangkan
sbg cara yg dpt dipilih.
LIMBAH BAHAN KIMIA
 Limbah kimia biasa yg tak bisa didaur ulang spt gula, asam amino,
garam tertentu dpt dibuang ke saluran air kotor, namun hrs
memenuhi persyaratan efluen air limbah.
 Limbah kimia berbahaya dl jumlah kecil: spt residu ygterdapat dl
kemasan sebaiknya dibuang dg insinerasi pirolitik, kapsulasi, atau
ditimbun (landfill)
 Limbah kimia berbahaya dl jumlah besar: tidak ada cara pembuangan
yg aman utk limbah berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan
oleh sifat bahaya yg dikandungnya. Limbah yg dapat dibakar spt
banyak bahan pelarut dpt di insinerasi, namun dl jumlah besar spt
pelarut halogenida yg mengandung klorin atau florin tdk boleh di
insinerasi kecuali insineratornya dilengakapi alat pembersih gas.
LIMBAH BAHAN KIMIA
(lanjutan)
 Cara lain dg mengembalikan limbah kimia tsb kepada distributornya
yg akan menanganinya dg aman atau dg mengirimnya ke negara lain
yg mempunyai peralatan yg cocok utuk mengolahnya.
 Bbr hal penting dl penanganan limbah kimia berbahaya:
 -- Limbah yg komposisinya berbeda hrs dipisahkan utk menghindari
reaksi kimia yg tak diinginkan
 -- Limbah yg dl jumlah besar tdk boleh ditimbun krn dpt mencemari
air tanah
 -- Limbah kimia disinfektan dl jumlah besar tidak boleh di kapsulisasi
krn sifatnya yg kerosif dan mudah terbakar
 -- Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya hrs di
konsultasikan kpd instansi yg berwenang
LIMBAH DG KANDUNGAN
LOGAM BERAT TINGGI
 Limbah yg mengandung merkuri dan kadmium tdk boleh
dibakar atau insinerasi krn akan mencemari udara dg
uap beracun dan tdk boleh dibuang ke landfill krn dpt
mencemari air tanah.
 Cara yg disarnkan adalah dikirim ke negara yg
mempunyai fasilitas pengolahan lombah dg kandungan
logam berat tinggi. Bila tidak memungkinkan limbah
dibuang ke tempat penyimpanan yg aman sbg
pembuangan akhir utk limbah industri berbahaya.
 Cara lain yg plg sederhana adalah dg kapsulisasi,
dilanjutkan dg landfill. Bila dl jumlah kecil dpt dibuang dg
limbah biasa.
LIMBAH KONTAINER
BERTEKANAN
 Cara terbaik dg daur ulang atau penggunaan kembali.
 Kl msh dl kondisi utuh dpt dikembalikan ke distributor utk
pengisian ulang gas.
 Agen halogenida dl bentuk cair dan dikemas dl botol harus
diperlakukan sbg limbah kimia berbahaya utk pembuangannya
 Cara pembuangan yg tidak diperbolehkan adalah pembakaran atau
insinerasi krn dpt meledak
 Kontainer yg masih utuh yg harus dikembalikan ke penjualnya
adalah:
 --Tabung atau silinder Nitrogen Oksida yg biasanya disatukan dg
peralatan anastesi
 --Tabung atau silider etilen oksida yg biasanya disatukan dg
peralatan sterilisasi
LIMBAH KONTAINER
BERTEKANAN (lanjutan)
 --Tabung bertekanan utk gas lain spt oksigen,
nitrogen, karbon dioksida, udara bertekanan,
siklopropana, hidrogen, gas elpiji dan asetilin.
 Kontainer yg sudah rusak yg sudah tidak dapat
diisi ulang harus dihancurkan setelah
dikosongkan  landfill
 Kaleng aerosol  kantong plastik hitam daur
ulang. Dl jumlah banyak sebaiknya dikembalikan
ke distributornya atau ke instalasi daur ulang.
LIMBAH RADIOAKTIF
 Harus diatur dl kebijakan dan strategi nasional
yg menyangkut peraturan, infrastruktur,
organisasi pelaksana dan tenaga terlatih.
 RS yg punya fasilitas Radioaktif hrs punya tenaga
yg terlatih khusus bidang radiasi
 Hrs tersedia instrumen kalibrasi yg tepat utk
monitoring dosis dan kontaminasi.
 Limbah radio aktif hrs dikategorikan dan dipilah
berdasarkan cara pengolahan, pengkondisian,
penyimpanan, dan pembuangan. Kategori yg
memungkinkan adalah:
LIMBAH RADIOAKTIF
(lanjutan)
Kategori yang memungkinkan:
 Half life pendek (< 100 hari): cocok utk penyimpanan
pelapukan
 Aktifitas dan kandungan radioaktif
 Cair, berair dan organik
 Tidak homogen (spt mengandung lumpur dan padatan
yg melayang)
 Padat, dpt dipadatkan,mudah terbakar/tidak.
 Sumber tertutup atau terbuka spt sumber tertutup yg
dihabiskan
 Kandungan limbah:patogen, infeksius,beracun.
LIMBAH RADIOAKTIF
(lanjutan)
Setelah dipilah setiap kategori ditempatkan
dl kontainer yang:
 Secara jelas diidentifikasi
 Ada simbol radioaktif ketika sdng
digunakan
 Sesuai dg kandungan limbah
 Dapat diisi dan dikosongkan dg aman
 Kuat dan saniter
LIMBAH RADIOAKTIF
(lanjutan)
Informasi yg harus dicatat pd setiap
kontainer:
 Nomor identifikasi
 Radionukleotida
 Aktifitas (jk diukur dan diperkirakan) dan
tgl diukur
 Asal limbah (ruangan, laboratorium dll)
 Angka dosis permukaan dan tgl
pengukuran
 Orang yg bertanggung jawab
LIMBAH RADIOAKTIF
(lanjutan)
 Kontainer utk limbah padat harus dibungkus dg
kantong plastik transparat yg dpt ditutup dg
isolasi plastik
 Pembuangan berdasarkan Persyaratan Teknis yg
diatur dl PP No 27 th 2002 kemudian
diserahkan kepada BATAN atau dikembalikan ke
negara distributor
 Semua jenis limbah medis dan limbah radioaktif
tidak boleh dibuang ke TPA domestik sebelum
dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
LIMBAH PADAT NON MEDIS
Dilakukan pemilahan:
 Antara yg dapat dimanfaatkan kembali dg yg tidak
 Antara limbah basah dan limbah kering
Pewadahan:
 Bahan kuat, cukup ringan,tahan karat, kedap air,
permukaan dalam yg mudah dibersihkan, misalnya
fiberglass.
 Punya tutup yg mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan
 Minimal 1 bh setiap kamar atau sesuai kebutuhan
 Harus dibuang < 3 x 24 jam atau apabila kantong sudah
terisi 2/3 bgn
LIMBAH PADAT NON MEDIS
(lanjutan)
Pengangkutan:
 Dari tiap ruangan ke TPS pake troli tertutup
Tempat Penampungan Sementara (TPS):
 Terpisah antara limbah yg bisa dimanfaat-kan dg yg tidak
bisa
 Tidak bau, tidak jadi sumber lalat
 Dilengkapi saluran utk cairan lindi
 Kedap air, bertutup dan harus selalu dalam keadaan
tertutup, mudah dibersihkan
 Mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah
 Dikosongkan dan dibersihkan se-kurang2nya 1 x 24 jam
PENGOLAHAN LIMBAH PADAT
NON MEDIS
 Upaya pengurangan volume, merubah
bentuk,pemusnahan dilakukan pd sumber
 Limbah yg masih dapat dimanfaatka
hendaknya dimanfaatkan kembali, utk
limbah padat organik dapat diolah menjadi
pupuk.
 Tempat Pembuangan Sampah Akhiar (
TPA) pd umumnya dikelola oleh Pemda
LIMBAH CAIR
 Harus dikumpulkan dalam kontainer yg sesuai dg
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume dan
prosedur penanganan dan penyimpanannya.
 Saluran limbah: sistem saluran tertutup, kedap air dan
mengalir dg lancar
 Terpisah dg saluran air hujan
 RS harus punya IPAL sendiri atau kolekteif dg bangunan
sekitarnya yg memenuhi syarat teknis apabila belum
terjangkau oleh SPAL perkotaan
 Perlu dipasang pengukuran debit limbah harian
 Limbah dari dapur harus dilengkapi dg perangkap lemak
dan harus ditutup dg grill
LIMBAH CAIR (lanjutan)
 Limbah cair dari laboratorium harus diolah di
IPAL, atau sesuai ketentuan
 Frekuensi pemeriksaan efluen 1x sebualan dan
minimal 1x 3 bualan utk uji petik
 Limbah cair radioaktif dikelola sesuai ketentuan
BATAN
 Parameter radioaktif diberlakukan sesuai dg
bahan radioaktif yg dipergunakan di RS ybs
LIMBAH GAS
 Monitoring limbah gas berupa: NO2, SO2, logam berat
dan dioksin dilakukan minimal 1x setahun
 Suhu pembakaran minimum 10000C utk pemusnahan
bakteri patogen, virus, dioksin dan mengurangi jelaga
 Dilengkapi alat utk mengurangi emisi gas dan debu
 Melakukan penghijauan dg menanam pohon yg banyak
memproduksi gas oksigen dan dapt menyerap debu.
 Secara rinci mengacu pada pedoman pengelolaan limbah
medis sarana pelayanan kesehatan.
PENGELOLAAN TEMPAT
PENCUCIAN LINEN ( LAUNDRY )
Sarana Penunjang:
 Mesin Cuci
 Alat Disinfektan
 Bahan disinfektan
 Mesin uap (steam boiler)
 Pengering
 Meja setrika
 Setrika
PERSYARATAN LAUNDRY
 Suhu air panas utk pencucian 700C dl
waktu 5 menit atau 950C dl wkt 10 menit
 Deterjen dan desinfektan dipilih yg ramah
lingkungan
 Standar kuman pd linen setelah dicuci,
tidak mengandung 6 x 103 spora spesies
Bacillus per inci persegi
TATALAKSANA LAUNDRY
 Tersedia kran air bersih, air panas dan desinfektan
 Tersedia mesin cuci yg dapat mencuci jenis linen yg
berbeda
 Mesin cuci yg terpisah utk linen infeksius dan non
infeksius
 Saluran air limbah tertutup yg dilengkapi pre treatmen
(pengolahan awal) sebelum dialirkan ke IPAL
 Terpisah ruang linen kotor, r.linen bersih, r.perlengkapan
kebersihan/perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar
mandi, ruang peniris/pengering
 Utk RS yg tidak punya ruang cuci sendiri dpat bekerja dg
pihak lain yg memenuhi syarat diatas
PERLAKUAN TERHADAP
LINEN
 Pemilahan linen infeksius dan non infeksius dilakukan di
sumber dan dimasukkan ke kantong plastik yg diberi
label
 Menghitung dan mencatat linen di ruangan
 Mencatat linen yg diterima
 Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
 Pencucian: timbang berat linen sesuai dg kemampuan
mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan desinfektan
 Linen yg mengandung tinja, urin, darah dan muntahan
dibersihkan, rendam dg desinfektan
 Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat
kekotorannya
PENYIMPANAN LINEN BERSIH
 Linen dipisahkan sesuai dg jenisnya
 Linen yg baru diterima ditempatkan di
lemari paling bawah
 Pintu lemari harus selalu tertutup
 Distribusi dilakukan berdasarkan kartu
tanda terima sewkt linen masuk
PENGANGKUTAN LINEN
 Kantong pembungkus linen bersih hrs berbeda dg
pembungkus linen kotor
 Menggunakan kereta dorong yg bertutup dan berbeda
warna antara linen bersih dan kotor
 Kereta hrs didesinfektan setelah mengangkut linen kotor
 RS yg tidak punya laundry, linen diangkut dg
mempergunakan mobil khusus
 Petugas menggunakan pakaian kerja khusus, alat
pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan kesehatan
berkala, dan dianjurkan imunisasi Hepatitis B.

PENGENDALIAN SERANGGA,
TIKUS DAN BINATANG
PENGGANGGU LAINNYA
Tujuan: agar tidak menjadi vektor penyakit
Persyaratan:
 Indek Kontainer Aedes sp harus 0 (nol) tiap minggu
 Semua lobang ditutup kawat kasa
 Bebas kecoa terutama dapur, ruang makanan, dan ruang
steril
 Tidak ada tikus dl ruang2 RS
 Tida ada lalat dl ruang2 RS
 Lingkungan RS harus bebas kucing dan anjing
 Konstruksi pintu : membuka keluar
TATALAKSANA PENGENDALIAN
SERANGGA, TIKUS DLL
 Surveilans nyamuk:tiap minggu
 Pengamatan kecoa: perhatikan adanya kotoran,
telur, kecoa hidup atau mati dg bantuan senter
tiap 2 minggu. Jika ditemukan, adakan upaya
pemberantasan
 Tikus:penutupan seluruh saluran terbuka,
lubang2 dinding, plafon, pintu, jendela dan
melakukan pengelolaan sampah yg memenuhi
syarat
 Lalat: pengelolaan sampah/limbah yg memenuhi
syarat
PEMBERANTASAN
SERANGGA
 Nyamuk: Aedes dg abatisasi,predator utk larva,oiling utk larva/jentik
culex, fogging utk nyamuk dewasa
 Kecoa: membersihkan/menghancurkan telur2 kecoa pd celah2
dinding,lemari dan peralatan.
 Kecoa dewasa: bunuh dg pemukul,siram tempat perindukan dg air
panas,tutup celah2 dinding. Kimiawi: dg insektisida pengasapan,
bubuk, semprotan dan umpan.
 Tikus:perangkap, umpan beracun/perekat
 Lalat:kepadatan>2 ekor/blok grill, lakukan pengendalian secra fisik,
biologik dan kimia.
 Kucing, anjing: Penangkapan dan dibuang jauh2/kersama dengan
Dinas Peternakan
DEKONTAMINASI MELALUI
DISINFEKTAN DAN STERILISASI
 Dekontaminasi: upaya utk menghilangkan /
mengurangi kontaminasi oleh mikroorganisme
pd orang, peralatan, bahan dan ruang dg cara
fisik & mekanik
 Disinfeksi: upaya utk menghilangkan /
mengurangi jumlah mikroorganisme (tidak
termasuk spora) dg cara fisik dan kimiawi
 Sterilisasi: upaya utk menghilangkan semua
mikroorganisme dg cara fisik dan kimiawi
PERSYARATAN
DEKONTAMINASI/
DISINFEKSI/STERILISASI
 Suhu: disinfeksi secara fisik: dg air panas utk peralatan
sanitasi 800C selama 45-60 detik, utk peralatan
memasak: 1 menit
Disinfektan:
 Tidak merusak peralatan/ orang
 Mempunyai efek sbg deterjen dan efektif dl wkt singkat
 Tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau sabun dan
protein yg mungkin ada
 Penggunaan harus mengikuti petunjuk fabrik
 Pd akhir proses: kepadatan kuman pd lantai dan dinding
0-5 CFU/cm2, bebas mikroorganisme patogen dan gas
gangren. Utk ruang2 penunjang medis spt tabel didepan
PERSYARATAN
DEKONTAMINASI/
DISINFEKSI/STERILISASI
 Sterilisasi:
(lanjutan)

Anda mungkin juga menyukai