Anda di halaman 1dari 40

APLIKASI

FARMAKOEKONOMI
Helsy Pahlemy
Direktorat Pelayanan Kefarmasian
Mataram 2019
TATA SAJI

Pendahuluan

Health Technology Asessment

Kendali Mutu Kendali Biaya di RS

Kajian Farmakoekonomi
Kolaborasi Antara Apoteker dan Dokter
KONDISI SAAT INI
Data kepesertaan JKN dari PBI APBN per 1 Agustus 2019 sudah mencapai angka 96.591.479
(BPJS Kes, Agustus 2019) Ini merupakan beban pembiayaan yang sangat besar dengan GDP per
kapita Indonesia sebesar 3.877 USD tahun 2018 (World Bank, 2019).
Banyak negara yang sudah menerapkan penilaian teknologi kesehatan (PTK)/HTA dengan
analisis farmakoekonomi di dalamnya untuk pemilihan obat/alkes ke dalam formularium
nasionalnya/compendium
Singapura, memiliki unit PTK yang dibentuk oleh Kemenkesnya,
Malaysia, yang mempunyai MaHTAS (Malaysian Health Technology Assesment Section) tahun
1995,
Thailand, yang memiliki PTK (2002) yang berkembang menjadi ISPOR Thai Chapter (2005) dan
HITAP (2007) yang semuanya berfungsi mengembangkan panduan praktik klinis dan penyediaan
sumber informasi dan data dalam pengambilan kebijakan terkait paket manfaat dalam asuransi
kesehatan negara-negara tsb
Diperlukan juga mekanisme pemilihan obat/alkes dalam Fornas/Kompendium yang sama bagi
Indonesia melalui PTK (analisis FE) agar terwujud pelayanan pengobatan yang cost effective
dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya
Analisis biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan
Merupakan proses identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan
keuntungan dari suatu program pelayanan dan terapi serta determinasi suatu
alternatif terbaik

(VogenbergFR, 2001, Introduction to Applied Pharmacoeconomy)


Pelayanan Obat Era JKN
Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Jaminan
Kesehatan UU No. 36/2009 tentang Kesehatan
Ps 36: Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan,
dan keterjangkauan perbekalan kesehatan, terutama
Obat Esensial
UU No. 40/2004 tentang SJSN
Promotif Preventif Ps 25: Daftar dan harga obat yang dijamin BPJS,
ditetapkan oleh Pemerintah
Pelayanan Obat dan Perpres No. 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
BMHP
Kesehatan Nasional

Kuratif Rehabilitatif Ketersediaan


Keterjangkauan POR
Jaminan
Keamanan, Mutu &
Kendali Mutu & Kendali Biaya Manfaat
ASPEK PERTIMBANGAN PEMILIHAN OBAT FORMULARIUM NASIONAL
(SESUAI DENGAN MANRAP FORNAS 54/2018)

• Registrasi dan indikasi


yg disetujui BPOM • Clinical
trial data
EBM
Aspek
Legal Efficacy

HTA

Benefit Cost Ratio Safety


• Benefit Risk Ratio
• Cost-effectiveness
Definisi Health Technology Assessment (HTA)
Permenkes No. 51 Tahun 2017

Rangkaian kegiatan analisis yang


Health dilakukan secara sistematis dengan Assessment
Technology pendekatan multidisiplin untuk
Assessment menilai dampak penggunaan
(HTA) teknologi kesehatan dalam program
Appraisal
JKN

diselenggarakan oleh:
Komite Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK) yang ditetapkan oleh Menkes
RUANG LINGKUP DAN CAKUPAN HTA
Jenis intervensi yang digunakan Mencakup:
● Obat
dalam bidang kedokteran/kesehatan
● Bahan biologis
Health untuk tujuan Promotif, Preventif,
● Prosedur medis maupun bedah
Technology Skrining, Penegakan diagnosis,
● Sistem penunjang
Pengobatan, Rehabilitatif, dan ● Sistem organisasi
Perawatan Jangka Panjang ● Manajerial

Sistematis dengan multidisiplin yang


mencakup aspek:
Health
● Keamanan
● Organisasi/Hukum
Technology Analisis sistematis dengan
● Efikasi
● Etika
Assessment pendekatan multidisiplin ● Efektivitas
● Budaya
(HTA) ● Sosial
● Agama
● Ekonomi
TUJUAN IMPLEMENTASI HTA
Memberi pertimbangan kepada pimpinan untuk merumuskan kebijakan khususnya dalam
pemanfaatan teknologi kesehatan untuk memberikan pelayanan yang paling tepat
Memberi pertimbangan kepada pimpinan guna melindungi masyarakat dari pemberian
bantuan teknologi kesehatan yang sebenarnya tidak diperlukan (mis. alat kesehatan
bekas, obat-obat yang masa kadaluwarsanya sudah pendek, dll)
Mendukung pelaksanaan JKN untuk memberi paket manfaat sebaik-baiknya dengan
menggunakan teknologi yang tepat, dengan prinsip-prinsip aman, berkhasiat, efektif-
efisien, serta sesuai dengan norma dan etika, dalam rangka menuju UHC
AREA YANG MENJADI FOKUS HTA

High High High High


Variability
Volume Risk Cost

Affects many Medical, Social, Unnecessary Menimbulkan


Ethics Health Cost Variabilitas yang
Tinggi
MEKANISME KERJA HTA DAN
FARMAKOEKONOMI INTERNAL KEMKES
SKEMA PELAKSANAAN HTA
PERMENKES NO. 51 TAHUN 2017
Agen PTK :
Balitbangkes
Pusat Studi
Universitas Komite PTK,
Sekretariat KPTK Tim PTK RS Komite PTK
Panel ad hoc
Unit Kemenkes

Assessment
Teknologi
Kesehatan: Telaah Penyusunan
Pengambilan
Proposal Telaah - Evaluasi Appraisal Laporan Akhir
Pemilihan keputusan Eksternal / Pengambilan
Usulan Topik Proposal efektivitas klinis Teknologi dan Nota
Topik Interim / Masa keputusan Final
- Evaluasi Kesehatan Rekomendasi
Sementara Sanggah
Ekonomi Kebijakan
- Analisis dampak
anggaran

Pengusul:
Rapat Pleno: Diumumkan kepada:
- Komite PTK
- Asosiasi Profesi - Komite PTK - Pengusul
- Rumah Sakit - Panel ad hoc - Organisasi/asosiasi Penyampaian
- BPJS Kesehatan - Tenaga teknis Komite profesi terkait Publikasi Hasil Laporan Kepada
- Universitas PTK - Industri terkait HTA Menteri
- Industri - Web: www.jkn.kemkes.go.id Kesehatan
- Unit Kementerian
Kesehatan

Posisi Farmalkes dalam skema HTA


KENDALI MUTU KENDALI BIAYA DI RS
KENDALI MUTU KENDALI BIAYA DI RS
 Rumah sakit perlu memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mengelola penggunaan jumlah
dan harga dari berbagai aspek pelayanan kesehatan melalui peningkatan cost efektifitas,
peningkatan komprehensifitas dan integrasi pelayanan kesehatan yang diberikan.
 RS perlu meningkatkan kemampuan dalam berkompetisi melalui peningkatan kemampuan dl
pengambilan keputusan terkait pelayanan kesehatan yang akan diberikan melaui evaluasi
keamanan, efikasi untuk memaksimalkan outcome kesehatan serta melakukan evaluasi ekonomi
secara luas dalam kondisi keterbatasan sumber daya yang ada.
 Sistem formularium merupakan tool yang sangat penting dalam pemilihan dan penggunaan
obat yang cost efektif.
 Pelibatan kajian farmakoekonomi dalam pengambilan keputusan di Komite Farmasi dan Terapi
tentu saja merupakan suatu hal yang amat krusial dalam rangka sustainabilitas pelayanan
pelayanan obat di RS.
KOMITE FARMASI DAN TERAPI

KFT dikembangkan untuk memastikan terapi obat kepada pasien


dilaksanakan secara aman dan efektif sementara membatasi peningkatan
peningkatan biaya akibat adanya terapai obat baru dan kompleks.
KFT mengembangkan kebijakan terkait pengadaan obat, penyimpanan, dan
distribusi obat mengembangkan protocol peresepan.
Penyusunan Formularium sangat siginifikan pengaruhnya terhadap
penggunaan obat, karena itulah, setiap RS harus memiliki Formularium.
FORMULARIUM Kompilasi daftar obat yang secara kontinyu direvisi, yang merefleksikan
penilaian klinik terkini dari staf medik dalam treatment penyakit di suatu RS.

Terbuka Tertutup Incentized Terbuka

• Tdk perlu • 33%


• Terbatas • Pasien
pembatasan hanya obat dimungkinan
peresepan Tertutup
yang untuk urun
terdaftar biaya obat • 49%
• Memerlukan
persetujuan Selektif
• 18%

• Ketersediaan yang kontinyu Obat baru


Revisi Formularium • Memastikan RS menggunakan obat yang cost
Secara Periodik
efektif
DAMPAK PENGGUNAAN OBAT SESUAI
FORMULARIUM
Penggunaan obat yang terkontrol sesuai Formularium dapat mengurangi ekspenditure
obat dan secara keseluruhan menyebabkan cost saving.
Goodwin, 21996, Horn SD, 1996

Pembatasan jumlah obat yang tercantum dalam Formularium terbukti cost efektif pada penyakit
asma dan saluran cerna akan tetapi;
Total biaya kesehatan meningkat setelah implementasi daftar obat terbatas ;
Perlu evaluasi konsekuensi ya dikehendaki atau yang tidak dikehendaki dari implementasi
penggunaan obat sesuai Firmularium.
KAJIAN FARMAKOEKONOMI
APLIKASI FARMAKOEKONOMI
Kajian farmakoekonomi: melakukan identifikasi, pengukuran, dan membandingkan
boaya dan konsekuensi penggunaan alternative terpautik.
Outcome yang digunakan dalam farmakoekonomi: outcome klinik, humanistic dan
economic
Keputusan yang diambil untuk memasukkan, mengeluarkan, merestriksi penggunaan
obat dari formularium dapat menggunakan analisis data farmakoekonomi selain
penggunaan data uji klinik.
Dengan mempertimbangkan data farmakoekonpmi, maka pengurangan biaya yang
dihasilkan tidak lah menyebabkan efek yang buruk bagi outcome pasien.
COST
EFFECTIVENES
S PLANE (CEP)
HOW COST EFFECTIVENESS ANALYSIS WORKS?

Drugs Costs ($) Outcomes


A 10,000 0.75
B1 10.500 0.83
B2 9.800 0.80
B3 10.800 0.78
HOW COST EFFECTIVENESS ANALYSIS WORKS?

Drugs Costs ($) Outcomes


A 10,000 0.75
B1 10.500 0.83
B2 9.800 0.80
B3 10.800 0.78
HOW COST EFFECTIVENESS ANALYSIS WORKS?
Drugs Costs ($) Outcomes

A 10,000 0.75

B1 10.500 0.83

B2 9.800 0.80

B3 10.800 0.78
INCREMENTAL COST EFFECTIVENESS RATIO
The nature of health economic is comparing at least two health technologies.

𝐶1 −𝐶0
𝐼𝐶𝐸𝑅 =
𝐸1 −𝐸0

Consider apple to apple comparison.


ACER (C/E) is not recommended
INCREMENTAL COST EFFECTIVENESS RATIO (ICER)
𝐶1 − 𝐶0 Biaya (I$) QALYs
Selisih
ICER (I$)
𝐼𝐶𝐸𝑅 = Biaya (I$) QALYs
𝐸1 − 𝐸0
Obat A 10,000 0.75 Referensi Referensi Referensi
Obat B1 10,500 0.83 500 0.08 6,250
Obat B2 9,800 0.80 -200 0.05 -4,000
Obat B3 10,800 0.78 800 0.03 26,667

- The unit of ICER?


- How to interpret ICER?

Decision maker needs a cut off points or threshold called willingness to pay (WTP)
WILLINGNESS
TO PAY
DECISION MAKING PROCESS
B1 B2 B3
WTP Threshold
(ICER I$6,250) (ICER -I$5,000) (ICER I$26,667)
I$5,000,- Reject Accept Reject
I$10,000,- Accept Accept Reject
I$20,000,- Accept Accept Reject
I$30,000,- Accept Accept Accept
COST EFFECTIVENESS THRESHOLD/WILLINGNESS-
TO-PAY/CEILING RATIO
Country Cost Effectiveness Threshold/Willingness-to-
pay/Ceiling ratio
United Kingdom £20,000 – £30,000
Kanada CA$20,000 – CA$100,000
Amerika US$50,000 – US$ 100,000
Belanda €20,000 - €80,000
Thailand THB120,000 – THB130,000

WHO* <3x Produk Domestik Bruto


BIAS DALAM STUDY FARMAEKOEKONOMI
BIAS DALAM STUDI FARMAKOEKONOMI
CEKLIST BIAS ……..
1. Perspeksif
2. Komparator tdk memadai

3. Komponen pengukuran cost

4. Pengumpulan data intermitten

5. Valuasi invalid
6. ICER ordinal
7. Double counting
8. Discounting yg tidak sesuai

9. Analisa sensitifiti terbatas

10. sponsor
11. Pelaporan & diseminasi
KOLABORASI ANTARA APOTEKER DAN DOKTER
LEVEL KOLABORASI ANTARA APOTEKER DAN DOKTER
Autoritas utk
inisasi/modifikasi
terapi obat/
Kolaboratif
Level 5 Advis
prospektif
Level 4
dan/
Derajat Reaktif advis ke Jumlah
Kolaborasi dokter Tanggung
Level 3 Jawab

Sistem yang memberikan


Level 3 Autoriti luas dlm suplai obat

Level 1 Kontak minimal


KOLABORASI DENGAN DOKTER DALAM MENINGKATKAN
PRAKTEK PERESEPAN Evaluasi
Penggunaan Obat

1. Data
Peresepan

6. Evaluasi 2. Pedoman
dampak dan EBM
konsensus

5. Aplikasi 3. Analisis
konsensus perilaku
peresepan

4. Konsesnsus Penyusunan Kajian


Formularium Farmakoekonomi
PHYSICIANS-PHARMACISTS
QUALITY CIRCLE
OBSTACLE DALAM APLIKASI FARMAKOEKONOMI
1. Hasil kajian sulit diaplikasikan karena kadangkala waktu publkikasi yang tidak
sesuai dengan saat penyusunan formularium
2. keterbatasan pengetahuan farmakoekonomi dr staf sehingga mengalami kesulitan
dalam aplikasi farmakoekonomi
3. kelemahan hasil kajian farmakoekonomi: metodologi nya lemah Atau adanya
bias akibat sponsor dari industry farmasi.
KESIMPULAN
• Pentingnya pendekatan sistematik dalam melakukan evaluasi cost dan efektivitas
alternative terapeutik karena proses pengambilan keputusan pada KFT sangat kompleks dan
memerlukan pendekan tim multidisiplin
• Perlu diketahui dampak pengambilan keputusan pada penyusunan Formularium terhadap
outcome pasien dan keuangan institusi sehingga bias dijadikan acuan dalam melakukan
evaluasi obat mengambil keputusan masuknya obat kedalam formularium
• Edukasi yang berkelanjutan kepada SDM yang aktif pada pengambilan keputusan di KFT
dalam rangka peningkatan kemampuan inkorporasi farmakoekonomi data kedalam
pengambilan keputusan terkait penyusunan formularium
• KFT memerlukan data farmakoekonomi sebelum mengambil keputusan memasukkan obat
kedalam formularium. Diharapkam SDM RS mampu melakukan interpretasi data
farmakoekonomi dan menyampaikan hasilnya berupa informasi yang memiliki relevansi
klinik. Butuh kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam penyusunan formularium yang baik.
• Melalui pelayanan kesehatan yang komprehensif dan didukung system informasi rumah
sakit yang terintegrasi maka memungkinkan evaluasi data farmakoekonomi didalam rs
dilaksanakan.
• Kesemuanya menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan yang tinggi terhadap ketersediaan
dan aplikasi data farmakoekonomi oleh Komite KFT RS.
THANK YOU
Coming together is a beginning;
keeping together is progress;
working together is success.
(Henry Ford)

Anda mungkin juga menyukai