DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9 / C
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu prasyarat dalam menempuh mata
kuliah Farmakoekonomi yang dibimbing oleh Ibu apt. Elvina Triana Putri, M.
Farm.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangan.Oleh karena itu, kami selaku penulis menerima kritik dan saran agar
kedepannya bisa lebih baik lagi.Kami harap makalah ini dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
apoteker untuk membuat keputusan penting tentang penentuan formularium,
manajemen penyakit, dan penilaian pengobatan (Rascati, 2013).
Farmakoekonomi juga dapat menbantu pembuat kebijakan dan penyedia
pelayanan kesehatan dalam membuat keputusan dan mengevaluasi keterjangkauan
dan akses pengunaan obat yang rasional.Kunci utama dari kajian farmakoekonomi
adalah efisiensi dengan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan manfaat semaksimal mungkin dengan sumber daya yang digunakan.
Terdapat empat jenis utama analisis farmakoekonomi yaitu Cost Effectiveness
Analysis (CEA); Cost Minimization Analysis (CMA); Cost Utility Analysis (CUA)
dan Cost Benefit Analysis (CBA) (Mohanta et al, 2013)
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami studi farmakoekonomi.
2. Mengetahui dan memahami metode Cost Analysis Utility (CUA).
3. Mengetahui dan memahami manfaat Cost Analysis Utility (CUA).
4. Mengetahui metode studi Cost Analysis Utility (CUA).
5. Mengetahuimanfaat studi Cost Analysis Utility (CUA).
6. Mampu melakukan penerapan hasil studi farmakoekonomi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi adalah studi yang mengukur dan membandingkan antara
biaya dan hasil/konsekuensi dari suatu pengobatan. Tujuan farmakoekonomi
adalah untuk memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat
kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang
tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Jika kita
dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa kelebihan suatu obat dilihat
dari segi cost-effectiveness-nya dibandingkan obat lain? Apakah diperoleh hasil
terapi yang baik dengan biaya yang wajar?Apakah suatu obat dapat dimasukkan
ke dalam formularium atau ke dalam daftar obat yang disubsidi?Maka
farmakoekonomi dapat berperan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya dengan informasi
khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat yang akan digunakan.
Farmakoekonomi dapat diaplikasikan baik dalam skala mikro -misalnya dalam
menentukan pilihan terapi untuk seorang pasien untuk suatu penyakit, maupun
dalam skala makro -misalnya dalam menentukan obat yang akan disubsidi atau
yang akan dimasukkan ke dalam formularium (IAI, 2016).
Kajian farmakoekonomi yang mempertimbangkan faktor klinis
(efektivitas) sekaligus faktor ekonomi (biaya) dapat membantu para pengambil
kebijakan mendapatkan jawaban obyektif terhadap keempat pertanyaan tersebut.
Dengan demikian, Ilmu Farmakoekonomi dapat membantu pemilihan obat yang
rasional, yang memberikan tingkat kemanfaatan paling tinggi
Kajian farmakoekonomi senantiasa mempertimbangkan dua sisi, yaitu
biaya (cost) dan hasil pengobatan (outcome). Kenyataannya, dalam kajian yang
mengupas sisi ekonomi dari suatu obat/pengobatan ini, faktor biaya (cost) selalu
dikaitkan dengan efektivitas (effectiveness), utilitas (utility) atau manfaat (benefit)
dari pengobatan (pelayanan) yang diberikan (KEMENKES, 2013).
3
2.2 Metode Analisis Farmakoekonomi
Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis, yaitu Cost
Effectiveness Analysis (CEA); Cost Minimization Analysis (CMA); Cost Utility
Analysis (CUA) dan Cost Benefit Analysis (CBA). Empat metode analisis ini
bukan hanya mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan kualitas obat yang
dibandingkan, tetapi juga aspek ekonominya. Karena aspek ekonomi atau unit
moneter menjadi prinsip dasar kajian farmakoekonomi, hasil kajian yang
dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan untuk menetapkan penggunaan
yang paling efisien dari sumber daya kesehatan yang terbatas jumlahnya
(Khoiriyah, 2018).
4
b. Quality of Life (Kualitas Hidup) (QOL)
Kualitas hidup dalam CUA diukur dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan kuantitas (duration of life) dan pendekatan kualitas (quality
of life).Kualitas hidup merupakan sebuah konsep umum yang
mencerminkan keadaan yang terkait dengan modifikasi dan peningkatan
aspek-aspek kehidupan, yaitu fisik, politik, moral dan lingkungan sosial.
c. Quality-Adjusted Life Years (QALY).
Quality-adjusted life years (QALY) atau „Jumlah Tahun yang
Disesuaikan‟ (JTKD) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu
intervensi kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup.
Pada QALY, pertambahan usia (dalam tahun) sebagai hasil intervensi
disesuaikan nilainya dengan kualitas hidup yang diperoleh.
Pada kajian CUA terlebih dahulu dicari life years (LY) dan utilitas untuk
mendapatkan nilai quality adjusted life years (QALY). Hasil CUA digambarkan
dalam Cost Utility Ratio dan Incremental Cost Utility Ratio (ICUR) (Patel, 2013).
𝑄𝐴𝐿𝑌 = 𝐿𝑌 x utilitas
5
2.4 Strategi penerapan hasil studi farmakoekonomi
Sebelum mengaplikasikan data farmakoekonomi ke "dunia nyata", terlebih
dahulu harus dimiliki keterampilan dalam mengevaluasi secara kritis hasil
penelitian farmakoekonomi yang sudah dipublikasikan.Pedoman dalam
melakukan evaluasi penelitian farmakoekonomi telah banyak dipublikasikan
(Adibe, 2013).
Untuk menerapkan data farmakoekonomi dari literatur ke "dunia nyata"
sesuai situasi dan kondisi setempat, ada 3 strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Menggunakan langsung data dari literatur;
2. Membuat data model ekonomi (economic modeling data);
3. Melakukan penelitian sendiri.
Masing-masing strategi mempunyai kelebihan dan kekurangan, seperti
tercantum pada tabel 2. Pemilihan strategi yang akan dilakukan sebaiknya
mempertimbangkan juga dampak yang akan dihasilkan baik terhadap biaya
maupun mutu pelayanan. Jika dampaknya minimal, maka strategi menggunakan
data langsung dari literatur dapat dijadikan pilihan.Jika dampaknya lumayan,
maka membuat data model ekonomi dapat dipilih.Sedangkan jika dampaknya
besar, maka perlu melakukan penelitian sendiri agar data yang didapat benar-
benar sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia dalam memberikan
pelayanan kesehatan, maka sudah seyogianya farmakoekonomi dimanfaatkan
dalam membantu membuat keputusan dan menentukan pilihan atas alternatif-
alternatif pengobatan agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan
ekonomis .
6
BAB III
HASIL KRITISI JURNAL
3.1 Jurnal 1
a. Judul Jurnal
“Cost-Utility Analysis of Ravulizumab Compared with Eculizumab
in Adult Patients with Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria
(O‟Connell et al, 2020)”.
b. Tujuan
Membandingkan biaya dan manfaat pengobatan dengan
ravulizumab vs eculizumab pada pasien dewasa dengan hemoglobinuria
noktural paroksismal, dari perspektif pembayar Amerika Serikat.
c. Alternatif
Perbandingan yang digunakan pada setiap kelompok populasi
pasien, kelompok cohort 1 pasien dewasa yang memulai terapi
Ekulizumab dengan dosis yang ditentukan pada label obat; kelompok
cohort 2 pasien dewasa yang secara klinis melakukan dosis pemeliharaan
Ekulizumab yang telah disetujui (900 mg tiap 2 minggu); kelompok
cohort 3 pasien dewasa yang secara klinis stabil pada peningkatan dosis
pemeliharaan Ekulizumab (1200-1500 mg tiap 2 minggu).
d. Perspektif
Pada penelitian ini berdasarkan perspektif pembayar Amerika
Serikat, biaya dan manfaat pengobatan berupa peningkatan kualitas
Ravulizumab vs Ekulizumab pada pasien dewasa dengan PNH.
Pelayanan Kesehatan dapat ditinjau dari empat perspektif yaitu: (a)
Perspektif pasien (konsumen) yaitu pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan biaya yang murah; (b) Perspektif penyedia pelayanan
kesehatan yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan
masyarakat. Sebagai contoh: Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit
Swasta, praktik dokter dan praktik bidan; (c) Perspektif pembayar; (d)
Perspektif masyarakat yaitu masyarakat menggunakan pelayanan
kesehatan untuk mencegah terjangkitnya berbagai penyakit, seperti
program pencegahan penyakit dengan imunisasi (Vogenberg, 2001).
7
e. Outcome Relevan
Ravulizumab ditemukan memiliki dominasi ekonomi (yaitu,
penghematan biaya dan manfaat kesehatan) dibandingkan dengan
eculizumab dalam pengobatan orang dewasa dengan PNH.Dalam
pemeriksaan biaya pemeliharaan dari waktu ke waktu, rata-rata biaya
tahunan pemeliharaan tahun Ravulizumab lebih rendah 10% daripada
Ekulizumab setelah pengobatan dimulai.Biaya pemeliharaan per-tahun
Ekulizumab terus meningkat dari waktu ke waktu, dengan peningkatan
jumlah pasien terus-menerus yang menghasilkan peningkatan dosis
karena kejadian BTH dari waktu ke waktu, sedangkan biaya
pemeliharaan tahunan ravulizumab cenderung stabil.
f. Keterbatasan Penelitian
Batasan utama penelitian ini adalah bahwa ekstrapolasi hasil klinis
diperlukan di luar data dari periode pengobatan acak selama 26 minggu
dari studi klinis.Lebih lanjut, karena fakta bahwa Ekulizumab hanya
disetujui untuk PNH sejak 2007, bukti yang dapat digunakan untuk
memvalidasi model jangka waktu seumur hidup tidak tersedia.
g. Ekstrapolasi dalam Populasi
Batasan utama penelitian ini adalah bahwa ekstrapolasi hasil klinis
diperlukan di luar data dari periode pengobatan acak selama 26 minggu
dari studi klinis. Lebih lanjut, karena fakta bahwa Ekulizumab hanya
disetujui untuk PNH sejak 2007, bukti yang dapat digunakan untuk
memvalidasi model jangka waktu seumur hidup tidak tersedia. Namun
demikian, prediksi CUA tentang kejadian kumulatif BTH karena
penghambatan C5 bebas dari waktu ke waktu secara luas sejalan dengan
bukti yang tersedia dari pasien yang diobati dengan Ekulizumab.
h. Analisis Sensitivitas
Untuk keseluruhan populasi, dalam 99,9% iterasi analisis
sensitivitas probabilistik, total biaya lebih rendah dan manfaat kesehatan
(jumlah QALY) lebih besar untuk Ravulizumab daripada untuk
Ekulizumab; oleh karena itu, kurva penerimaan efektivitas biaya
8
ravulizumab vs eculizumab akan berada pada 99,9% atau lebih untuk
semua ambang ICER positif.
i. Kesimpulan
Temuan dari CUA ini, yang diinformasikan oleh para ahli klinis
dan bukti dari studi acak, menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan
Ekulizumab, Ravulizumab memberikan penghematan biaya lebih besar
dari perspektif pembayar AS, serta memberikan peningkatan manfaat
bagi pasien dewasa dengan PNH.
3.2 Jurnal 2
a. Judul Jurnal
“Cost-Utility Analysis of Oxybutynin vs. OnabotulinumtoxinA
(Botox) in the Treatment of Overactive Bladder Syndrome (Shabir et al,
2021)”
b. Tujuan
c.Alternatif
d. Perspektif
9
dialokasikan secara efisien dan berkelanjutan, sambil memastikan pasien
diperlakukan secara adil dan setara.
e.Outcome Relevan
f. Keterbatasan Penelitian
10
h. Analisis Sensitivitas
i. Kesimpulan
Temuan dari CUA ini, Botox ditemukan lebih hemat biaya dari pada
antimuskarinik dalam pengobatan OAB pada orang dewasa, namun
kurang hemat biaya pada pasien yang lebih muda.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13