Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOEKONOMI

“Cost Utility Analysis”

Dosen : apt. Elvina Triana Putri, M. Farm

Mata Kuliah : Farmakoekonomi

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9 / C

EKA MUSTIKASARI 21340291


MUHAMMAD FIRDAUS 21340292
ALI SANDI DWI CAHYO 21340293
MUAZZINAH HASTI 21340294
IRENE KRISTIANTI S. 21340295

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu prasyarat dalam menempuh mata
kuliah Farmakoekonomi yang dibimbing oleh Ibu apt. Elvina Triana Putri, M.
Farm.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangan.Oleh karena itu, kami selaku penulis menerima kritik dan saran agar
kedepannya bisa lebih baik lagi.Kami harap makalah ini dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Jakarta, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Farmakoekonomi ...................................................................................... 3
2.2 Metode Analisis Farmakoekonomi .......................................................... 4
2.3 Cost Utility Analysis (CUA) .................................................................... 4
2.4 Strategi penerapan hasil studi farmakoekonomi ...................................... 6
BAB III HASIL KRITISI JURNAL.................................................................... 7
3.1 Jurnal 1 ..................................................................................................... 7
3.2 Jurnal 2 ..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah hak asasi manusia.UUD 1945 menjamin bahwa setiap
penduduk Indonesia berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal
sesuai dengan kebutuhan, tanpa memandang kemampuan membayar. Sebagai
anggota dari komunitas peradaban dunia, Indonesia juga memiliki tanggung jawab
untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) 2000–2015.
Komitmen pencapaian MDGs ini telah dituangkan dalam berbagai target Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan periode 2010–2014 (KEMENKES, 2013).
Dengan pencapaian target MDGs, diharapkan terjadi peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tetapi, sampai saat ini Indonesia
masih terbelit berbagai masalah di bidang yang strategis tersebut.Jumlah
penduduk miskin dengan status kesehatan yang rendah masih sangat besar dan
tekanan beban ganda penyakit semakin berat dengan meningkatnya prevalensi
penyakit degeneratif di tengah insidensi penyakit infeksi yang masih
tinggi.Dengan masuknya berbagai teknologi baru yang umumnya lebih mahal,
membuat biaya pelayanan kesehatan terus meningkat. Di sisi lain, anggaran
kesehatan yang tersedia masih terbatas dan belum memadai (KEMEKES, 2013).
Peningkatan biaya pelayanan kesehatan yang tidak dapat diimbangi
dengan peningkatan anggaran tersebut membuat pencapaian target MDGs, bahkan
upaya pembangunan kesehatan secara umum, menghadapi kendala. Untuk
mengatasi hal ini, perlu dilakukan reformasi di bidang kesehatan, termasuk
reformasi pembiayaan kesehatan (KEMENKES, 2013).
Farmakoekonomi merupakan multidisiplin ilmu yang mencakup ilmu
ekonomi dan kesehatan yang bertujuan meningkatkan taraf kesehatan dengan
meningkatkan efektivitas perawatan kesehatan.Pemahaman tentang konsep
farmakoekonomi sangat dibutuhkan oleh banyak pihak seperti industri farmasi,
farmasi klinik, pembuat kebijakan. Pemahaman mengenai farmakoekonomi dapat
membantu apoteker membandingkan input (biaya untuk produk dan layanan
farmasi) dan output (hasil pengobatan). Analisis farmakoekonomi memungkinkan

1
apoteker untuk membuat keputusan penting tentang penentuan formularium,
manajemen penyakit, dan penilaian pengobatan (Rascati, 2013).
Farmakoekonomi juga dapat menbantu pembuat kebijakan dan penyedia
pelayanan kesehatan dalam membuat keputusan dan mengevaluasi keterjangkauan
dan akses pengunaan obat yang rasional.Kunci utama dari kajian farmakoekonomi
adalah efisiensi dengan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan manfaat semaksimal mungkin dengan sumber daya yang digunakan.
Terdapat empat jenis utama analisis farmakoekonomi yaitu Cost Effectiveness
Analysis (CEA); Cost Minimization Analysis (CMA); Cost Utility Analysis (CUA)
dan Cost Benefit Analysis (CBA) (Mohanta et al, 2013)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan studi farmakoekonomi?
2. Apa yang dimaksud dengan metode Cost Analysis Utility (CUA)?
3. Apa manfaat dilakukannya Cost Analysis Utility (CUA)?
4. Bagaimana melakukan studi Cost Analysis Utility (CUA)?
5. Apamanfaatstudi Cost Analysis Utility (CUA)?
6. Bagaimana penerapan hasil studi farmakoekonomi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami studi farmakoekonomi.
2. Mengetahui dan memahami metode Cost Analysis Utility (CUA).
3. Mengetahui dan memahami manfaat Cost Analysis Utility (CUA).
4. Mengetahui metode studi Cost Analysis Utility (CUA).
5. Mengetahuimanfaat studi Cost Analysis Utility (CUA).
6. Mampu melakukan penerapan hasil studi farmakoekonomi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi adalah studi yang mengukur dan membandingkan antara
biaya dan hasil/konsekuensi dari suatu pengobatan. Tujuan farmakoekonomi
adalah untuk memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat
kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang
tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Jika kita
dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa kelebihan suatu obat dilihat
dari segi cost-effectiveness-nya dibandingkan obat lain? Apakah diperoleh hasil
terapi yang baik dengan biaya yang wajar?Apakah suatu obat dapat dimasukkan
ke dalam formularium atau ke dalam daftar obat yang disubsidi?Maka
farmakoekonomi dapat berperan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya dengan informasi
khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat yang akan digunakan.
Farmakoekonomi dapat diaplikasikan baik dalam skala mikro -misalnya dalam
menentukan pilihan terapi untuk seorang pasien untuk suatu penyakit, maupun
dalam skala makro -misalnya dalam menentukan obat yang akan disubsidi atau
yang akan dimasukkan ke dalam formularium (IAI, 2016).
Kajian farmakoekonomi yang mempertimbangkan faktor klinis
(efektivitas) sekaligus faktor ekonomi (biaya) dapat membantu para pengambil
kebijakan mendapatkan jawaban obyektif terhadap keempat pertanyaan tersebut.
Dengan demikian, Ilmu Farmakoekonomi dapat membantu pemilihan obat yang
rasional, yang memberikan tingkat kemanfaatan paling tinggi
Kajian farmakoekonomi senantiasa mempertimbangkan dua sisi, yaitu
biaya (cost) dan hasil pengobatan (outcome). Kenyataannya, dalam kajian yang
mengupas sisi ekonomi dari suatu obat/pengobatan ini, faktor biaya (cost) selalu
dikaitkan dengan efektivitas (effectiveness), utilitas (utility) atau manfaat (benefit)
dari pengobatan (pelayanan) yang diberikan (KEMENKES, 2013).

3
2.2 Metode Analisis Farmakoekonomi
Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis, yaitu Cost
Effectiveness Analysis (CEA); Cost Minimization Analysis (CMA); Cost Utility
Analysis (CUA) dan Cost Benefit Analysis (CBA). Empat metode analisis ini
bukan hanya mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan kualitas obat yang
dibandingkan, tetapi juga aspek ekonominya. Karena aspek ekonomi atau unit
moneter menjadi prinsip dasar kajian farmakoekonomi, hasil kajian yang
dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan untuk menetapkan penggunaan
yang paling efisien dari sumber daya kesehatan yang terbatas jumlahnya
(Khoiriyah, 2018).

2.3 Cost Utility Analysis (CUA)


Metode analisis Cost Utility Analysis (CUA) mirip dengan Cost
Effectiveness Analysis (CEA), tetapi hasil akhirnya dinyatakan dengan utilitas
yang terkait dengan peningkatan kualitas atau perubahan kualitas akibat intervensi
kesehatan yang dilakukan.Kriteria Cost Utility Analysis (CUA) yaitu biaya
dinyatakan dalam nilai moneter (rupiah); Efek dari salah satu pengobatan atau
program kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan atau program
kesehatan lainnya; Efek pengobatan dinyatakan dalam Quality Adjusted Life
Years (QALY) (Tjandrawinata, 2016).
Metode ini biasanya diperlukan wawancara dan meminta pasien untuk
memberi skor tentang kualitas hidup mereka. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang sudah dibakukan, sebagai contoh digunakan skala
penilaian (0= kematian; 10= kesehatan sempurna) menggunakan metode
pengukuran QALY. Beberapa istilah lazim dalam studi Cost Utility Analysis
(CUA), berupa (Rai et al, 2018) :
a. Utility (Utilitas)
Cost Utility Analysis (CUA)menyatakan hasil dari intervensi sebagai
utilitas atau tingkat kepuasan yang diperoleh pasien setelah
mengkonsumsi suatu pelayanan kesehatan, misalnya setelah
mendapatkan pengobatan kanker atau penyakit jantung. Unit utilitas yang
digunakan dalam Kajian Farmakoekonomi biasanya „Jumlah Tahun yang
Disesuaikan‟ (JTKD) atau quality-adjusted life years (QALY).

4
b. Quality of Life (Kualitas Hidup) (QOL)
Kualitas hidup dalam CUA diukur dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan kuantitas (duration of life) dan pendekatan kualitas (quality
of life).Kualitas hidup merupakan sebuah konsep umum yang
mencerminkan keadaan yang terkait dengan modifikasi dan peningkatan
aspek-aspek kehidupan, yaitu fisik, politik, moral dan lingkungan sosial.
c. Quality-Adjusted Life Years (QALY).
Quality-adjusted life years (QALY) atau „Jumlah Tahun yang
Disesuaikan‟ (JTKD) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu
intervensi kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup.
Pada QALY, pertambahan usia (dalam tahun) sebagai hasil intervensi
disesuaikan nilainya dengan kualitas hidup yang diperoleh.
Pada kajian CUA terlebih dahulu dicari life years (LY) dan utilitas untuk
mendapatkan nilai quality adjusted life years (QALY). Hasil CUA digambarkan
dalam Cost Utility Ratio dan Incremental Cost Utility Ratio (ICUR) (Patel, 2013).

𝑄𝐴𝐿𝑌 = 𝐿𝑌 x utilitas

𝐶𝑜𝑠𝑡𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Biaya QALY

𝐼𝐶𝑈𝑅 = ∆ Biaya ∆ QALY

CUA merupakan satu-satunya metode analisis dalam farmakoekonomi


yang menggunakan kualitas hidup dalam perhitungannya yang menjadikan
keunggulan dari metode ini.Namun perlu digaris bawahi bahwa tidak adanya
standarisasi standarisasi dalam metode ini dapat menyebabkan inkonsistensian
dalam penyajian data (Tjandrawinata, 2016).
Hasil dari analisis farmakoekonomi dengan metode CUA dapat
memberikan informasi mengenai efektivitas biaya pengobatan yang nantinya
dapat dijadikan pertimbangan bagi penyedia pelayanan kesehatan dan juga
pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam nentukan pengobatan yang paling
efektif untuk diberikan.CUA juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan
pemerintah mengenai biaya pengobatan yang ditanggung oleh negara.

5
2.4 Strategi penerapan hasil studi farmakoekonomi
Sebelum mengaplikasikan data farmakoekonomi ke "dunia nyata", terlebih
dahulu harus dimiliki keterampilan dalam mengevaluasi secara kritis hasil
penelitian farmakoekonomi yang sudah dipublikasikan.Pedoman dalam
melakukan evaluasi penelitian farmakoekonomi telah banyak dipublikasikan
(Adibe, 2013).
Untuk menerapkan data farmakoekonomi dari literatur ke "dunia nyata"
sesuai situasi dan kondisi setempat, ada 3 strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Menggunakan langsung data dari literatur;
2. Membuat data model ekonomi (economic modeling data);
3. Melakukan penelitian sendiri.
Masing-masing strategi mempunyai kelebihan dan kekurangan, seperti
tercantum pada tabel 2. Pemilihan strategi yang akan dilakukan sebaiknya
mempertimbangkan juga dampak yang akan dihasilkan baik terhadap biaya
maupun mutu pelayanan. Jika dampaknya minimal, maka strategi menggunakan
data langsung dari literatur dapat dijadikan pilihan.Jika dampaknya lumayan,
maka membuat data model ekonomi dapat dipilih.Sedangkan jika dampaknya
besar, maka perlu melakukan penelitian sendiri agar data yang didapat benar-
benar sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia dalam memberikan
pelayanan kesehatan, maka sudah seyogianya farmakoekonomi dimanfaatkan
dalam membantu membuat keputusan dan menentukan pilihan atas alternatif-
alternatif pengobatan agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan
ekonomis .

6
BAB III
HASIL KRITISI JURNAL

3.1 Jurnal 1
a. Judul Jurnal
“Cost-Utility Analysis of Ravulizumab Compared with Eculizumab
in Adult Patients with Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria
(O‟Connell et al, 2020)”.
b. Tujuan
Membandingkan biaya dan manfaat pengobatan dengan
ravulizumab vs eculizumab pada pasien dewasa dengan hemoglobinuria
noktural paroksismal, dari perspektif pembayar Amerika Serikat.
c. Alternatif
Perbandingan yang digunakan pada setiap kelompok populasi
pasien, kelompok cohort 1 pasien dewasa yang memulai terapi
Ekulizumab dengan dosis yang ditentukan pada label obat; kelompok
cohort 2 pasien dewasa yang secara klinis melakukan dosis pemeliharaan
Ekulizumab yang telah disetujui (900 mg tiap 2 minggu); kelompok
cohort 3 pasien dewasa yang secara klinis stabil pada peningkatan dosis
pemeliharaan Ekulizumab (1200-1500 mg tiap 2 minggu).
d. Perspektif
Pada penelitian ini berdasarkan perspektif pembayar Amerika
Serikat, biaya dan manfaat pengobatan berupa peningkatan kualitas
Ravulizumab vs Ekulizumab pada pasien dewasa dengan PNH.
Pelayanan Kesehatan dapat ditinjau dari empat perspektif yaitu: (a)
Perspektif pasien (konsumen) yaitu pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan biaya yang murah; (b) Perspektif penyedia pelayanan
kesehatan yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan
masyarakat. Sebagai contoh: Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit
Swasta, praktik dokter dan praktik bidan; (c) Perspektif pembayar; (d)
Perspektif masyarakat yaitu masyarakat menggunakan pelayanan
kesehatan untuk mencegah terjangkitnya berbagai penyakit, seperti
program pencegahan penyakit dengan imunisasi (Vogenberg, 2001).

7
e. Outcome Relevan
Ravulizumab ditemukan memiliki dominasi ekonomi (yaitu,
penghematan biaya dan manfaat kesehatan) dibandingkan dengan
eculizumab dalam pengobatan orang dewasa dengan PNH.Dalam
pemeriksaan biaya pemeliharaan dari waktu ke waktu, rata-rata biaya
tahunan pemeliharaan tahun Ravulizumab lebih rendah 10% daripada
Ekulizumab setelah pengobatan dimulai.Biaya pemeliharaan per-tahun
Ekulizumab terus meningkat dari waktu ke waktu, dengan peningkatan
jumlah pasien terus-menerus yang menghasilkan peningkatan dosis
karena kejadian BTH dari waktu ke waktu, sedangkan biaya
pemeliharaan tahunan ravulizumab cenderung stabil.
f. Keterbatasan Penelitian
Batasan utama penelitian ini adalah bahwa ekstrapolasi hasil klinis
diperlukan di luar data dari periode pengobatan acak selama 26 minggu
dari studi klinis.Lebih lanjut, karena fakta bahwa Ekulizumab hanya
disetujui untuk PNH sejak 2007, bukti yang dapat digunakan untuk
memvalidasi model jangka waktu seumur hidup tidak tersedia.
g. Ekstrapolasi dalam Populasi
Batasan utama penelitian ini adalah bahwa ekstrapolasi hasil klinis
diperlukan di luar data dari periode pengobatan acak selama 26 minggu
dari studi klinis. Lebih lanjut, karena fakta bahwa Ekulizumab hanya
disetujui untuk PNH sejak 2007, bukti yang dapat digunakan untuk
memvalidasi model jangka waktu seumur hidup tidak tersedia. Namun
demikian, prediksi CUA tentang kejadian kumulatif BTH karena
penghambatan C5 bebas dari waktu ke waktu secara luas sejalan dengan
bukti yang tersedia dari pasien yang diobati dengan Ekulizumab.
h. Analisis Sensitivitas
Untuk keseluruhan populasi, dalam 99,9% iterasi analisis
sensitivitas probabilistik, total biaya lebih rendah dan manfaat kesehatan
(jumlah QALY) lebih besar untuk Ravulizumab daripada untuk
Ekulizumab; oleh karena itu, kurva penerimaan efektivitas biaya

8
ravulizumab vs eculizumab akan berada pada 99,9% atau lebih untuk
semua ambang ICER positif.
i. Kesimpulan
Temuan dari CUA ini, yang diinformasikan oleh para ahli klinis
dan bukti dari studi acak, menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan
Ekulizumab, Ravulizumab memberikan penghematan biaya lebih besar
dari perspektif pembayar AS, serta memberikan peningkatan manfaat
bagi pasien dewasa dengan PNH.

3.2 Jurnal 2
a. Judul Jurnal
“Cost-Utility Analysis of Oxybutynin vs. OnabotulinumtoxinA
(Botox) in the Treatment of Overactive Bladder Syndrome (Shabir et al,
2021)”
b. Tujuan

Untuk membandingkan biaya-utilitas menggunakan oxybutynin


terhadap onabotulinumtoxinA untuk pengobatan sindrom kandung
kemih terlalu aktif.

c.Alternatif

Saat ini, pengobatan lini pertama setelah perubahan gaya hidup


adalah pemberian agen antikolinergik/antimuskarinik, seperti
Oxybutynin. Menurut pedoman NICE, antikolinergik lain yang
ditawarkan jika obat awal tidak bekerja yaitu mirabegron. Untuk
pengobatan dimana lini pertama tidak berhasil, maka diberikan
pengobatan lini ke dua. NICE merekomendasikan penyuntikan
OnabotulinumtoxinA (Botox) kedalam kandungan kemih.

d. Perspektif

Penelitian ini dilakukan melalui perspektif Nasional Health Service


(NHS), yaitu gratis di titik persalinan. Sebagai system perawatan
kesehatan didanai pembayar pajak, NHS memiliki anggaran tetap dan
terbatas yang harus melayani kebutuhan Negara sambil mempertahankan
standar perawatan yang tinggi.Oleh karena itu, sumber daya yang harus

9
dialokasikan secara efisien dan berkelanjutan, sambil memastikan pasien
diperlakukan secara adil dan setara.

e.Outcome Relevan

Penggunaan lini pertama botox memiliki utilitas biaya yang lebih


besar dari oxybutynin. Perhitungan manfaat bersih kesehatan
menunjukkan peningkatan 0,22 QALYs ketika Botox digunakan sebagai
lini pertama.

f. Keterbatasan Penelitian

Idealnya penelitian lebih lanjut harus dilakukan pada OAB


jangka panjang sehingga lebih akurat. Jika oxybutynin tidak ditoleransi,
antimuskarini alternatif atau mirabegron akan ditawarkan sebelum
Botox digunakan. Ini membuat dilema pengobatan kombinasi yang
digunakan untuk AOB yang berada diluar cakupan analisis ini, dan
karena itu dikeluarkan karena tidak mungkin dicapai. Analisis yang
lebih komprehensif termasuk kombinasi harus dilakukan untuk
menambahkan klarifikasi lebih lanjut pada penelitian ini. Tingkat
penghentian Botox adalah 1,4% dan tidak dimasukkan saat membuat
keputusan dalam penelitian. Ini karena sebagian besar pemutusan terjadi
setelah perawatan kedua Botox. Karena seperti yang direkomendasikan
nahwa pengobatan Botox dilakukan setiap 6 bulan, ini akan jatuh diluar
rentang penelitian.

g. Ekstrapolasi dalam populasi

Studi CEA AS baru-baru ini telah menunjukkan keunggulan


onabotulinumtoxinA dalam kaitannya dengan Mirabegron, serta
antimuskarinik non-oxybutynin. Oleh karena itu, peneliti memutuskan
untuk mengambil langkah lebih jauh dan melakukan analisis ekonomi
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang CUA Botox
dan Oxybutynin untuk membuat rencana perawatan OAB lebih efektif.
Peneliti percaya bahwa Botox harus ditawarkan sebagai pengobatan
lini pertama.

10
h. Analisis Sensitivitas

Untuk keseluruhan, hasil pengobatan Botox lini pertama


memiliki ultilitas biaya lebih besar dari pada oksibutinin. Hasil
menunjukkan bahwa keuntungan £12,225.68 yang digunakan, ada
keuntungan satu QALY.ICER sebesar £12,225.68 jauh dibatas ambang
bagus yang sejalan dengan temuan uji coba ABC dari perspektif AS,
menunjukkan bahwa botox lebih hemat biaya.Hasil HNB menunjukkan
akanada peningkatan keseluruhan di 0,22 QALY dalam populasi jika
botox diimplementasikan sebagai pengobatan lini pertama.

i. Kesimpulan

Temuan dari CUA ini, Botox ditemukan lebih hemat biaya dari pada
antimuskarinik dalam pengobatan OAB pada orang dewasa, namun
kurang hemat biaya pada pasien yang lebih muda.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adibe, M. O., Aguwa, C. N., & Ukwe, C. V. (2013). Cost-utility analysis of


pharmaceutical care intervention versus usual care in management of
Nigerian patients with type 2 diabetes. Value in health regional
issues, 2(2), 189-198.
Ahmad A, Patel I, Parimilakrishnan S, Mohanta GP. The Role of
Pharmacoeconomics in Current Indian Healthcare System. J Res Pharm
Pr. 2013;2(1):3–9.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penerapan Kajian
Farmakoekonomi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013
Khoiriyah, S. D. (2018). Review artikel: kajian farmakoekonomi yang mendasari
pemilihan pengobatan di Indonesia. Farmaka, 16(3).
Makhinova T, Rascati K. Pharmacoeconomics Education in US Colleges and
Schools of Pharmacy. Am J Pharm Educ. 2013;77(7):1–5
O‟Connell, T., Buessing, M., Johnson, S., Tu, L., Thomas, S. K., & Tomazos, I.
(2020). Cost-utility analysis of ravulizumab compared with eculizumab in
adult patients with Paroxysmal Nocturnal
Hemoglobinuria. Pharmacoeconomics, 38(9), 981-994.
Rai, M., & Goyal, R. (2018). Pharmacoeconomics in healthcare.
In Pharmaceutical medicine and translational clinical research (pp. 465-
472). Academic Press.
Shabir, H., Hashemi, S., Al-Rufayie, M., Adelowo, T., Riaz, U., Ullah, U., ... &
de Preux, L. (2021). Cost-Utility Analysis of Oxybutynin vs.
OnabotulinumtoxinA (Botox) in the Treatment of Overactive Bladder
Syndrome. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 18(16), 8743.
Tjandrawinata RR. Peran Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebjakan yang
Berkaitan dengan Obat-Obatan. MEDICINUS. 2016;29(1):46–52.

12
13

Anda mungkin juga menyukai