Anda di halaman 1dari 18

TUGAS FARMAKOEKONOMI

“STUDI KASUS COST BENEFIT ANALYSIS (CBA)”

Dosen : Apt. Elvina Triana Putri, M. Farm

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

ANIK SEPTIOWATI 21340286


SINTA DEVIANTI 21340287
LIKA HATIFA UTAMI 21340288
AGUSTINA SURYAGANI BEON 21340289
DELLA CLAUDIA ADHELIN 21340290

KELAS C

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Cost Benefit Analysis” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Tugas Farmakoekonomi pada Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas
Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta.
Sehubungan dengan terselesaikannya penulisan makalah ini, kami penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Apt. Elvina Triana Putri, M. Farm selaku dosen mata
kuliah Farmekoekonomi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan kesempatan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami penulis menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
akan sangat diharapkan.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Jakarta, Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6
2.1 Pengertian Cost Benefit Analysis .................................................................................. 6
2.2 Tujuan dilakukan Cost Benefit Analysis ....................................................................... 6
2.3 Manfaat Cost Benefit Analysis ...................................................................................... 6
2.4 Kelebihan Dan kekurangan Cost Benefit Analysis........................................................ 7
2.5 Tahapan Atau Langkah-Langkah Cost Benefit Analysis .............................................. 8
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 11
3.1 Studi Kasus .................................................................................................................. 11
3.2 Perhitungan Analisis .................................................................................................... 13
3.3 Pembahasan ................................................................................................................. 14
3.4 Analisis Jurnal Cost Benefit ......................................................................................... 14
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 17
4.2 Saran ............................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah salah satu hal yang paling berharga dalam kehidupan.
Ketika sakit, tak jarang seseorang harus mengeluarkan sejumlah uang dalam
jumlah yang cukup besar. Pemerintah baru-baru ini mengeluarkan kebijakan
jamkesmas sebagai bentuk upaya pembiayaan kesehatan. Kita berharap agar
kebijakan ini dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang adil, berkualitas dan
dapat diakses oleh masyarakat luas.
Berbicara mengenai efesiensi pengobatan rasanya akan turut pula
membicarakan tentang obat karna obat merupakan komponen penting dalam
upaya pelayanan kesehatan bahkan penggunaan obat dapat mencapat 40% dari
seluruh komponen biaya pelayanan kesehatan.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi harga obat sehingga sering kali
pasien kesulitan untuk melakukan efisiensi dalam investasi kesehatannya. Pasien
sulit memprediksi biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengobatan
yang pada akhirnya dapat membuat pasien enggan untuk mengakses layanan
kesehatan karena kekhawatiran harus menanggung biaya yang besar. Untuk itu
dalam farmakoekonomi dikenal dengan istilah cost benefit analysis. Analisis ini
digunakan untuk menilai apakah keuntungan pengobatan lebih besar dari biaya.
Untuk itu dalam farmakoekonomi dikenal istilah Cost Benefit Analysis.
dimana Cost Benefit Analysis digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-
sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara
efisien. Pemerintah mempunyai banyak program atau proyek yang harus
dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini
pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan
memilih program–program kesehatan yang memenuhi kriteria efesiensi. Analisis
Cost Benefit merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.

4
5

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam latar belakang sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Cost Benefit Analysis?
2. Apa tujuan dilakukan Cost Benefit Analysis?
3. Apa manfaat dari Cost Benefit Analysis?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan Cost Benefit Analysis?
5. Apa saja tahapan Cost Benefit Analysis?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan proposal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Cost Benefit Analysis


2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan Cost Benefit Analysis
3. Untuk mengetahui dan memahami manfaat dari Cost Benefit Analysis
4. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan
dari CostBenefit Analysis
5. Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah Cost Benefit Analysis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengerian Cost Benefit Analysis (CBA)


Analisis biaya/manfaat atau Cost Benefit Analysis (CBA) merupakan salah
satu teknik penilaian risiko yang membantu penggunanya untuk memilih atau
memutuskan opsi perlakuan mana yang perlu diambil untuk suatu risiko. Setiap opsi
perlakuan risiko memiliki tujuannya masing-masing, pemilihan opsi perlakuan yang
tepat dapat membantu organisasi meningkatkan efisiensi biaya dalam pengelolaan
risiko (Alijoyo, dkk).
Pengertian lain daari buku Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi tahun
2013 mengatakan bahwa Analisis Manfaat Biaya (AMB) atau Cost Beneit Analysis
(CBA) adalah suatu teknik analisis yang diturunkan dari teori ekonomi yang
menghitung dan membandingkan surplus biaya suatu intervensi kesehatan terhadap
manfaatnya. Untuk itu, baik surplus biaya dan manfaat diekspresikan dalam satuan
moneter (rupiah).
Dalam prosesnya, analisis biaya/manfaat akan mempertimbangkan tingkat
efisiensi biaya dan tingkat manfaat yang dapat diperoleh dari setiap perlakuan yang
tersedia. Semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan semakin tinggi manfaat yang
diperoleh dari sebuah perlakuan risiko, maka semakin besar kecenderungan perlakuan
tersebut dipilih.

2.2 Tujuan dilakukan CBA


Tujuan Cost Benefit Analysis (CBA) yaitu menetukan atau mengukur apakah
kemanfaatan suatu proyek, program atau kegiatan merupakan suatu investasi ( biaya )
yang baik atau tidak. CBA juga betujuan untuk memberikan dasar untuk
membandingkan suatu proyek. Termasuk membandingkan biaya total yang
diharapkan dari setiap pilihan dengan total keuntungan yang diharapkan, untuk
mengetahui apakah keuntungan melampaui biaya serta berapa banyaknya.

2.3 Manfaat CBA


Manfaat Cost Benefit Analysis (CBA) yaitu memasukkan keuntungan dan
biaya sosial. Juga sebagai dasar yang kuat guna mempengaruhi keputusan legislatif

6
7

atau sumber dana dan meyakinkan untuk menginvestasikan dana dalam berbagai
proyek.
Cost BenefitAnalysis (CBA) digunakan untuk mengevaluasi penggunaan
sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien.
Penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider) mempunyai banyak program atau
proyek yang harus dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas.
Dengan analisis ini Health Provider menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi
yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi.
Cost Benefit Analysismerupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan
mempertimbangkan kesejahteraan pasien atau konsumen. Ada dua pihak yang
menaruh perhatian pada analisis ini, yaitu pertama, para praktisi teknis dan ekonom
yang berperan dalam mengembangkan metode analisis, pengumpulan data, dan
membuat analisis serta rekomendasi. Kedua, pemegang kebijakan yang berwenang
untuk membuat peraturan dan prosedur untuk melaksanakan keputusan tersebut.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan CBA


Kelebihan Cost Benefit Analysis (CBA) antara lain :
1. Dapat mengukur efisiensi ekonomi (ketika satu pilihan dapat meningkatkan
efisiensi, pilihan tersebut harus diambil).
2. Tidak hanya membantu mengambil kebijakan untuk memilih alternatif terbaik
dari pilihan yang ada, yang dalam hal ini pemilihan alternatif terbaik dilakukan
berdasarkan alasan perbandingan antara Life Cycle’s Benefit dengan biaya yang
dikeluarkan, melainkan juga dapat membandingkan alternatif-alternatif tersebut.
3. Dapat mengontrol perkembangan dari proyek yang bersangkutan pada tahun-
tahun ke depan.
4. Dapat mengkuantifikasikan biaya dan manfaat yang bersifat kualitatif maupun
tidak terwujud.
5. Merupakan alat yang berharga dalam pengambilan keputusan. Hal ini berguna
karena memberikan titik awal dari mana untuk memulai evaluasi proyek.

Kelemahan Cost Benefit Analysis (CBA) antara lain yaitu:


1. Penghitungan ekonomi untuk barang pabrik dengan menggunakan CBA sulit
untuk dilakukan.
8

2. Tidak dapat mengukur aspek multidimensi atau kemungkinan seperti


keberlangsungan, etika, partisipasi publik dalam pembuatan keputusan dan nilai-
nilai sosial yg lain.
3. CBA juga lebih berfungsi memberikan informasi kepada pengambil keputusan,
tapi tidak dengan sendirinya membuat keputusan.
4. Potensi Ketidakakuratan dalam Mengidentifikasi dan mengukur biaya dan
manfaat Sebuah analisis biaya manfaat mensyaratkan bahwa semua biaya dan
manfaat diidentifikasi dan diukur tepat.
5. Peningkatan Subjektivitas untuk Biaya tidak berwujud dan Manfaat. ketika
mengidentifikasi, mengukur, dan memperkirakan biaya dan manfaat yang berbeda
ada beberapa biaya dan manfaat non-moneter seperti peningkatan pelanggan dan
kepuasan karyawan, sering memerlukan satu untuk subyektif menetapkan nilai
moneter untuk tujuan menimbang total biaya dibandingkan dengan manfaat
keuangan secara keseluruhan dari suatu usaha tertentu.

2.5 Tahapan atau Langkah-Langkah CBA


Untuk dapat melakukan Cost Benefit Analysis (CBA) ada beberapa langkah yang
harus dilakukan, sebagai berikut:
1. Identifikasi Program atau Proyek yang Akan Dianalisis
Program atau proyek yang dipilih untuk dilakukan analisis dapat lebih dari dua.
Semakin banyak program atau proyek yang akan dianalisis semakin baik hasilnya
karena akan memberikan pilihan yang bervariasi dan analisis yang lebih lengkap.
Definisi operasional dari masing- masing program atau proyek harus dijabarkan
agar tampak perbedaan dari masing-masing intervensi yang akan dianalisis.
2. Identifikasi Biaya dari Tiap Program atau Proyek
Dalam melakukan identifikasi biaya terlebih dahulu dilakukan pengklasifikasian
seluruh komponen biaya keseluruhan dari masing-masing program. Semua
komponen biaya harus diidentifikasi baik yang bersumber dari anggaran internal
program atau proyek maupun dari anggaran lainnya. Klasifikasi biaya bisa
dilakukan menurut kategori lain seperti biaya investasi, biaya operasional dan
biaya pemeliharaan, biaya risiko kehilangan dan kerusakan.
3. Menghitung Total Biaya dari Masing-Masing Program atau Proyek
9

Setelah seluruh komponen biaya bisa teridentifikasi dan sudah


diklasifikasikan kemudian dilakukan penghitungan total seluruh biaya setiap
program.

4. Identifikasi dan Mentransformasi Benefit dalam Bentuk Uang


Dalam mengidentifikasi manfaat dari masing-masing biaya program
terdapat dua komponen, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Manfaat langsung adalah nilai kepuasan yang dirasakan oleh penerima manfaat
terkait baik dalam bentuk nyata (barang) atau tidak nyata (jasa). Sedangkan
manfaat tidak langsung adalah manfaat yang dirasakan oleh pihak lain yang bukan
penerima manfaat utama dari aktivitas atau produk atau program tersebut.
5. Menghitung Rasio Benefit (Discounting)
Penjumlahan antara benefit langsung dan tidak langsung dari masing-masing
alternatif atau intervensi dengan mengkonversikannya dalam bentuk uang. Dalam
menghitung manfaat tentunya harus mempertimbangkan discount rate bila
manfaatnya akan diperoleh untuk periode waktu kedepan. B/C yang artinya
ukuran perbandingan antara pendapatan dengan total biaya produksi dan hasilnya
BCR>1.
𝐵
BCR =
𝐶
B: benevit
C: cost
6. Menghitung Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV), adalah selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost
(pengeluaran) yang telah perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang
direncanakan. Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas yang
didiskontokan. Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan
perbandingan antara PV kas bersih dengan PV Investasi selama umur investasi.
Net Present Value merupakan net benefit yang telah di diskon dengan
menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor.
Kriteria NPV ini mengatakan bahwa proyek yang akan dipilih apabila NPV > 0,
dihitung menggunakan rumus:
10

NPV > 0, usaha layak diteruskan kegiatannya


NPV < 0, usaha tidak layak diteruskan kegiatannya
NPV = 0, usaha mengalami BEP, yakni manfaat yang diperoleh hanya cukup
untuk menutup biaya produksi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus


Dilakukan analisis Cost-Benefit kebijakan pemerintahan dalam mendukung UKM
di Masa Pandemi Covid-19. Hal ini dilatar belakangi oleh krisis ekonomi yang terjadi
pada tahun 1998 dimana sebanyak 64% UKM tidak mengalami dampak apapun dan
tidak mengalami perubahan omset. Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan
yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya menyelamatkan UKM dari
dampak Pandemi Covid-19 melalui analisis CBA.
Dampak Covid-19 mengakibatkan melemahnya pertumbuhan ekonomi akibat
pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat, hal ini terlihat pada tahun 2020 bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,97%, hal ini akan menimbulkan masalah
baru dalam perekonomian nasional karena Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK)
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun 2,3%, bahkan dalam
kondisi terburuk scenario kasus bisa mencapai 0,4%. Strategi yang dikeluarkan
pemerintah terkait pemulihan UKM di masa pandemic Covid-19, dilakukanya analisis
biaya manfaat menggunakan skala dalam pengukuran, di mana semua besaran positif
(termasuk arus kas dan manfaat) terletak di satu sisi, sedangkan semua besaran negative
(biaya dan kerugian) terletak disisi lain yang bertujuan untuk menghitung nilai masing-
masing strategi. Langkah dalam menganalisisnya adalah dengan mengidentifikasi biaya
dan manfaat dari kebijakan pemerintah bagi UKM dan kemudian membagi keuntungan
tersebut dengan biaya tau pengobatan yang telah dilakukan.
Pada tanggal 12 Agustus 2020 Pemerintah telah menetapkan kebijakan dan
mengalokasikan dana APBN sebesar Rp. 123,46 T sebagai instrumen untuk mendorong
kegiatan UKM dengan kata lain kebijakan tersebut telah berlangsung selama kurang
lebih 1 periode atau 1 tahun, Pemerintah dan masyarakat perlu mengetahui apakah
kebijakan tersebut memberikan sinergi positif untuk APBN 2021 atau sebaliknya. untuk
mendukung sektor UKM di masa pandemi dengan rincian sebagai berikut :

11
12

Target Distribusi
Subsidi Rp. 35,28
Dana Relaksasi dan Restrukturasi Rp. 78,78
IJP Rp. 5
Penjaminan Modal Kerja UMKM Rp. 1
Pajak Penghasilan Rp. 2,40
Pembiayaan Investasi untuk Koperasi Rp. 1
melalui LPBD UMKM

Tabel Penyaluran APBN untuk UKM

Periode 2019 2020 kondisi


Triwulan I 0,94 % 0,99% Meningkat
Triwulan II 1,16 % 0,09% Menurun
Triwulan III 0,74 % -0,05% Menurun
Triwulan IV 0,18 % 0,52% Meningkat
Bertahun – tahun 3,16 % 1,95% Menurun
Tabel Persentase Konsumsi Rumah Tangga
Pandemi
Penetapan Kebijakan Pemulihan UKM

Berdasarkan tabel di atas, kita dapat melihat perbandingan persentase konsumsi


rumah tangga pada tahun 2019 atau tahun prapandemi dengan tahun 2020 atau pada
masa pandemi. Konsumsi rumah tangga pada tahun 2020 mengalami penurunan yang
cukup signifikan seperti yang terlihat pada triwulan I hingga triwulan III, namun
penurunan konsumsi rumah tangga ini tertahan pada triwulan IV. Hal ini sejalan dengan
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Nomor 6 Tahun 2020 yang
ditetapkan pada tanggal 12 Agustus 2020 yang merupakan pertengahan Triwulan III.
Hasil dari kebijakan Pemerintah terhadap UKM terlihat pada peningkatan konsumsi
rumah tangga pada triwulan IV Positif 0,52.

Cakupan 2019 2020 Kondisi


Indonesia (Milyar) 15.832.535,40 15.434.151,80 Penurunan
Perkapita (Ribu) 59.060,10 56.938,72 Mengurangi
Tabel Produk Domestik Regional Bruto
13

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan per kapita masyarakat
Indonesia pada 2020 sebesar Rp56,9 juta dari tahun sebelumnya Rp59,1 juta pada 2019.
Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 2,12 juta. Hal ini disebabkan kontraksi
pertumbuhan ekonomi akibat pandemi Covid-19 dan peningkatan jumlah penduduk.
Dalam sensus penduduk tahun 2020, BPS mencatat jumlah penduduk Indonesia
sebanyak 270,20 juta jiwa.

Periode 2019 2020 Kondisi


Triwulan I 2.150.541,12 2.280.068,94 Meningkat
Triwulan II 2.213.275,40 2.133.196,30 Menurun
Triwulan III 2.298.377,08 2.232.065,34 Menurun
Triwulan IV 2.303.643,78 2.254.680,52 Meningkat
Bertahun - tahun 8.965.837,39 8.900.011,10 Menurun

Tabel PDB Triwulan atas Harga Berlaku Berdasarkan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pandemi
Penetapan Kebijanan Pemulihan UKM

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat perbandingan Total Produk Domestik
Bruto konsumsi rumah tangga tahun 2019 dan 2020. Jumlah konsumsi rumah tangga
tahun 2020 mengalami penurunan berturut-turut dari triwulan I ke triwulan III, namun
pada triwulan IV rumah tangga mengalami penurunan. konsumsi meningkat sebesar
Rp. 22.615,18 Miliar. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang
ditetapkan pada 12 Agustus 2020 yang merupakan pertengahan Triwulan III. Hasil
kebijakan Pemerintah terhadap UKM terlihat dari peningkatan konsumsi rumah tangga
pada triwulan IV.

3.2 Perhitungan Analisis


Perhitungan analisis cost benefit kebijakan pemerintah dalam memulihkan sektor
UKM di tengah pandemi ini menggunakan metode BCR (Benefit Cost Ratio) karena
Metode Benefit and Cost Comparison (BCR) merupakan metode yang cukup baik dan
direkomendasikan untuk investasi di proyek pemerintah yang berdampak langsung
pada kepentingan umum atau masyarakat luas. Manfaat atau manfaat didasarkan pada
selisih PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang dihasilkan secara nasional pada
14

tahun 2019 dan 2020 sedangkan untuk Biaya didasarkan pada alokasi Belanja APBN
untuk pemulihan Sektor UKM.
Proyek atau program yang dikatakan efektif dan layak dalam metode ini adalah
proyek yang memiliki rasio lebih besar dari satu.
benefit
Ratio B/C =
cost
alokasi 2019 - alokasi 2020
=
alokasi APBN dari pemerintah

15.832.535.40 M - 15.434.151,80 M
=
123.46 T

= 3,22
Hasil B/C = > 1
Jika BCR > 1, dikatakan manfaat yang diperoleh lebih besar dari pengorbanan
yang dikeluarkan. Sehingga berdasarkan perhitungan BCR dapat dikatakan bahwa
kebijakan pemerintah dinilai efektif dan layak untuk dilanjutkan.

3.3 Pembahasan
Alokasi APBN sebesar 123,46 T telah disalurkan untuk membantu pelaku UKM.
Kebijakan ini menghasilkan peningkatan PDB sebesar 22.615,18 miliar seperti yang
terlihat pada triwulan IV tahun 2020. Berdasarkan analisis cost-benefit menggunakan
metode B/C (Benefit Cost Ratio), yaitu dengan membandingkan manfaat yang
diperoleh pemerintah dengan manfaat yang diperoleh pemerintah. masyarakat melalui
selisih antara PDRB Nasional dan alokasi belanja. pemerintah untuk sektor UKM
menghasilkan perhitungan sebesar 3,22 yang berarti BCR > 1 Sehingga penulis
menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah tersebut layak untuk dilanjutkan. Hasil
analisis ini mendukung kebijakan pemerintah untuk meningkatkan Alokasi APBN
untuk UKM pada tahun 2021.

3.4 Analisis Cost-Benefit Kebijakan Pemerintah dalam mendukung UKM di Masa


Pandemi Covid-19
Tujuan dari analisis kasus ini yaitu mengevaluasi kebijakan yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya menyelamatkan UKM dari dampak
pandemi COVID-19 melalui alat analisis manfaat biaya menggunakan metode BCR
(Benefit Cost Ratio).
15

Alternatif dalam permasalahan ini dengan dilakukan perhitungan analisis


bahwasannya proyek atau program dikatakan efektif dan layak, karena dalam metode
ini proyek rasio lebih besar dari 1 dan terkait dengan UKM pemerintah mengeluarkan
strategi terkait pemulihan dengan mengevaluasi biaya yang dikeluarkan untuk
mendukung UKM dan memberikan manfaat yang sebanding.
Alternatif lainnya dengan mendukung kembali UKM pemerintah melalui
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) bekomitmen untuk mewujudkan
program strategis pemberdayaan UKM. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
adalah mengoptimalkan pengeluaran produk UKM dan menyediakan dana UKM dalam
pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Langkah yang diambil dari kebijakan tersebut
yaitu:
a. Pemberian bantuan sosial pada pelaku usaha sektor UMKM (usaha mikro,
kecil dan menengah) yang miskin dan rentan
b. Insentif pajak bagi pelaku usaha sektor UMKM yang miskin dan rentan
c. Relaksasi dan restrukturisasi kredit bagi UKM
d. Perluasan pembiayaan modal kerja UKM
e. Pelatihan e-learning
Pada kasus ini dapat ditarik perspektif atau sudut pandang dengan mengumpulkan
dan mendeskripsikan fenomena yang terjadi sebagai akibat dari pandemi COVID-19
dan dampaknya terhadap sektor ekonomi khususnya UKM di Indonesia. Selain itu,
dapat mencari informasi terkini terkait kebijakan penyelamatan UKM dengan
menganalisis atau mengevaluasi biaya dan manfaat kebijakan pemerintah terhadap
UKM.
Kebijakan yang di lakukan pemerintah dalam memulihkan sektor UKM di tengah
pandemi ini bisa di katakan sangat efektif, di karenakan berdasarkan dari hasil rasio
B/C = > 1, yang artinya memiliki manfaat yang lebih besar dari pengorbanan yang
dikeluarkan. Dimana Alokasi APBN sebesar 123,46 T telah disalurkan untuk
membantu pelaku UKM dan melalui kebijakan ini menghasilkan peningkatan PDB
sebesar 22.615,18 miliar seperti yang terlihat pada triwulan IV tahun 2020.
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam ukuran dari analisis biaya dan manfaat
tidak pasti, karena analisis yang dilakukan akan selalu memiliki subjektivitas yang
besar dalam mengevaluasi biaya dan manfaat. Keterbatasan lainnya hanya dapat
menggunakan data yang dapat diukur atau bersifat kuantitatif.
16

Berdasarkan analisis cost-benefit menggunakan Benefit Cost Ratio yaitu dengan


membandingkan manfaat yang diperoleh pemerintah dengan hasil yang diperoleh
masyarakat dari PDRB Nasional dan alokasi belanja menghasikan perhitungan sebesar
3,22 yang berarti BCR>1. Kebijakan pemerintah tersebut layak untuk dilanjutkan
dengan mendukung kebijakan pemerintah untuk meningkatkan alokasi APBN untuk
UKM pada tahun 2021.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Analisis biaya manfaat merupakan alat analisis yang digunakan untuk menentukan
layak atau tidaknya suatu proyek untuk dijalankan dengan memperhitungkan total biaya
yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima.
2. Metode BCR adalah metode evaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai
sekarang dari manfaat seluruh proyek yang diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh
biaya proyek. BCR akan dilaksanakan jika BCR > 1, dan sebaliknya jika BCR < 1
maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
3. pemerintah untuk sektor UKM menghasilkan perhitungan sebesar 3,22 yang berarti
BCR > 1
4. analisis ini mendukung kebijakan pemerintah untuk meningkatkan Alokasi APBN
untuk UKM pada tahun 2021.
4.2 Saran
Bagi mahasiswa dan masyarakat lebih mengetahui manfaat dan tujuan dari Cost
Benefit Analysis (CBA) atau manfaat biaya saat digunakan sesuai keperluan dan fasilitas
yang sesuai dan sebagai bahan ajar untuk dosen atau guru mengenai ekonomi dan farmasi
ekonomi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alijoyo, Antonius., dkk. Cost/Benefit Analysis. LSP MKS: Bandung, Indonesia.

F.R. Yamali, & R.N. Putri. “Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia”, Ekonomis:
Journal of Economics and Business., Vol. 4, no. 2. 2020.

Hafidh, Aulia A. (2010). Cost Benefit Analysis. Modul Mata Kuliah Evaluasi Proyek.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Indrayathi, Putu Ayu. 2016. BAHAN AJAR ECONOMIC EVALUATION IN HEALTH CARE.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Romauli, N.S dkk, “Cost-Benefit Analysis of Government Policies in Supporting Smes in


Covid-19 Pandemic”., Journal: Inernational Conference on Management, Business,
and Technology. 2021

18

Anda mungkin juga menyukai