Anda di halaman 1dari 32

SUPERCRITICAL WATER

GASIFICATION
OF BIOMASS FOR HYDROGEN
PRODUCTION
LABORATORY BASED EDUCATION (LBE)
B I O M A S S & E N E R G Y C O N V E R S I O N L A B O R AT O R Y
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

1
Ari Krisna Putra
02211640000138

Biomass & Energy Conversion Laboratory

Chemical Engineering Department


Faculty of Industrial Technology
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2
Sugarcane Bagasse ?

Sisa produksi industri gula

Setiap pengolahan 10 Ton tebu


menjadi gula, dihasilkan 3 Ton ampas tebu

Di Indonesia, kebutuhan tebu ± 2,19 juta ton


per-tahun, artinya dihasilkan ± 0,66 juta ton
ampas tebu per-tahun
(Badan Pusat Statistik, 2017)

3
Composition of Sugarcane Bagasse
Composition of Sugarcane Bagasse
1.20%
12%
40%

5% Cellulose

0.60% Hemicellulose

Lignin
1.80%
Protein

Lipids

Ash
15%
Saccharose

Glucose

24.40%

4
Proses Gasifikasi
Sugarcane
Bagasse
dengan
menggunakan
Supercritical Water

5
HYDROGEN

6
• Ketersediaan Hidrogen di Industrial Application of Hydrogen
udara bebas > 0,1%
20% 53%

• Aplikasinya luas dalam 7%


industri manufaktur Industri Amonia
Oil Refinery
• Total kebutuhan Hidrogen Industri Methanol

sebesar 70 juta metric ton Lain-lain

pada tahun 2018 20%

7
Supercritical
Water

8
Berada dalam kondisi
diatas Critical Point
dari Liquid-Vapor phase

T > 647 K
P > 22,064 MPa

Sebagai fluida pereaksi dalam


Gasifikasi Biomassa

9
Gasifikasi dan Kondisi Operasi

10
Gasifikasi

Konversi bahan bakar


padat menjadi gas

Proses gasifikasi berperan dalam


dekomposisi Sugarcane Bagasse
menjadi H2, CO2, CO, dan CH4

Proses gasifikasi dibagi menjadi


3 sub-kategori, berdasarkan temperatur
dari air yang digunakan

11
01 Aqueous Phase Reforming
T = 215 – 265 Main Product : H2 dan
C CO2
Senyawa dengan berat molekul besar (seperti Cellulose, Hemicellulose, dan
Lignin) sulit tergasifikasi sempurna

Oleh karena hidrolisa berjalan lambat, maka dalam proses ini digunakan
bantuan katalis (Ni, Rh, Pt) untuk mempercepat pembentukan hidrogen

12
02 Near-critical Gasification
T = 350 – 400 Main Product : CH4
C
Air yang diumpankan sebagai pereaksi berada disekitar (dalam range) suhu
kritis
(T = 373 C)
Dalam kondisi demikian, akan didapatkan derajat konversi yang tinggi (dari
biomassa) menjadi methane (CH4).

13
03 Supercritical Water Gasifica
Main Product : H2 dan
T > 500 C CO2
Dihasilkan rate conversion yang tinggi, bergantung pada jenis katalis dan
desain reaktor yang digunakan

C6H12O6 + 6H2O  12H2 + 6CO2


CO + H2O  CO2 + H2

14
01 Temperatur fluida pereaksi
02 Komponen penyusun biom

03 Katalis yang digunakan


pada reaktor

15
Komponen Biomassa yang Mempengaruhi
Lignin

Monosaccharides Protein

Cellulose & Hemicellulose Lipids

mposisi Kimia dari Biomassa Garam Mineral

16
Komposisi Kimia dari Biomas
Seperti telah disebutkan di awal, bahwa komposisi terbesar penyusun
Biomassa adalah Cellulose, Hemicellulose, dan Lignin.
Hal ini dapat dilihat dari komponen terbesar penyusun dinding sel dari bahan-
bahan Biomassa, yang merupakan Lignocellulose.

Lignocellulose sendiri (rata-rata) terdiri atas Cellulose sebesar 40-55 %wt,


Hemicellulose sebesar 20-40 % wt, dan lignin sebesar 20-40 %wt yang
mengikat Cellulose dan Hemicellulose.
Banyaknya kandungan Cellulose dan Hemicellulose akan meningkatkan yield
Hidrogen yang terbentuk, namun sebaliknya kandungan lignin akan menurunkan
yield Hidrogen yang dihasilkan.
17
Cellulose dan Hemicellulose
Komposisi 40% wt. Komposisi 20% wt.
Biomass Biomass

Rantai Panjang Rantai Pendek

Jumlah Hidrogen lebih sedikit


Jumlah Hidrogen lebih banyak

Akan terhidrolisa menjadi monomer (e.g. Glukosa dan Fruktosa). Hal ini dikarenakan
pada
18
Cellulose dan Hemicellulose
T. Yoshida et al., membuat beberapa reaction path dari dekomposisi cellulose :

01 T < 200 C; Rantai panjang cellulose akan terhidrolisa hingga menjadi


larutan gula saja (e.g. glukosa)

02 200 C < T < 350 C; Glukosa akan terhidrolisa lebih lanjut menjadi
levoglucosan, yang jika terhidrolisa lebih lanjut akan menghasilkan
asam levulinat dan asam format
03 T > 550 C; Terdekomposisi menjadi asam asetat, acetonylacetone, asam
propenoat (acrylic acid), dan asetaldehida yang berada dalam liquid-
phase, serta Hidrogen, CO, CO2 dan methane dalam gas-phase.

19
Monosaccharides
Monosakarida yang dimaksud adalah produk turunan dari hidrolisa Cellulose
dan Hemicellulose, berupa Glukosa dan Fruktosa

20
Lignin
Dalam proses hidrolisa, keberadaan lignin menyebabkan terjadinya interaksi
dengan cellulose dan hemicellulose.
Hal ini menjadikan Cellulose dan Hemicellulose bertindak sebagai pendonor
Hidrogen untuk pemisahan lignin.
Kondisi demikian menyebabkan berkurangnya yield hidrogen yang dihasilkan
dari biomassa

21
Protein
Reaksi hidrolisa protein menjadi asam amino relative lambat, dikarenakan
ikatan peptida yang stabil

Meskipun begitu, produk dari hidrolisa protein berupa alanine dan glycine
terdekomposisi dengan cepat (dalam kondisi superkritis) menjadi organic acid
seperti asam asetat dan asam format

22
Protein
Organic acid tersebut selanjutnya akan mengalami dekarboksilasi dan
dekarbonilasi
Berikut reaksi dekarboksilasi dan dekarbonilasi yang terjadi:

01 Dekarboksilasi Asam Asetat


CH3-COOH CH4 + CO2

02 Dekarboksilasi dan dekarbonilasi Asam


Format
HCOOH  CO2 + H2
23
HCOOH  CO + H2O
Lipid
Studi terhadap gasifikasi dari lipid dalam kondisi superkritis sangat langka.

Namun demikian, studi yang dilakukan pada kondisi dibawah titik kritis
menunjukkan bahwa hidrolisis lipid menjadi FFA (Free Fattic Acid) berlangsung
sangat cepat.

24
Garam Mineral
Biomassa merupakan senyawa yang sangat kompleks; tidak hanya terdiri atas
cellulose, hemicellulose, dan lignin semata, namun juga membawa mineral-
mineral yang berdampak pada yield dan selektivitas Hidrogen.
Keberadaan zat-zat anorganik tersebut, utamanya logam alkali, memiliki
catalytic effect selama reaksi.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan keberadaan mineral tersebut, gasifikasi
biomassa akan mencapai kesetimbangan reaksi dalam laju yang lebih cepat

25
Basis Perhitungan

26
27
Tantangan Kedepan

28
Biaya Produksi
Tingginya biaya produksi (processing cost)
menyebabkan SCGW process tidak
banyak diminati di dunia industri, terlebih
jika feed yang digunakan berupa low-cost
Biaya Produksi feed
Integrasi Proses

Integrasi Proses
Untuk mengatasinya, alangkah baiknya
jika SCGW process diintegrasikan dengan
biorefinery-processing yang lain (bukan
sebagai proses tunggal dalam industri
biorefinery)

29
Kesimpulan
Hidrogen (H2) sebagai sumber bahan bakar alternative mampu menjadi substituen bagi

01 bahan bakar fosil. Melalui Supercritical Water Gasification (SCGW) process, perlu dilakuka
integrasi proses dengan biorefinery-processing lainnya guna efisiensi processing cost

Komponen dominan penyusun material biomassa seperti Cellulose dan Hemicellulose dap

02 meningkatkan yield dari Hidrogen, namun sebaliknya kandungan lignin justru dapat menu
yield dari Hidrogen yang dihasilkan.

30
Masa depan SCGW Processing sudah semestinya turut
menjadi bagian dari proses Bio-refinery

Hari ini memang belum sempurna,


namun ia pantas diperjuangkan
untuk menjadi sempurna

31
terima kasih

32

Anda mungkin juga menyukai