N
o
Bentuk kamus
Bentuk maksud
1 Iku Iko
. Nomu Nomo
Owaru Owaro
Hanasu Hanaso
Matsu Mato
Au Ao
2 Taberu Tabeyo
. Miru Miyo
3 Suru Shiyo
. Kuru koyo
Pemkaian bentuk
maksud
1. Pada waktu mengajak lawan bicara atau menyetujui
ajakan orang. Bentuk maksud dipakai sebagai bentuk
biasa dari –masho
Ex : A : Issho ni ocha o nomanai ? (tidak mau minum the
bersama ?)
B : li ne, so shiyo (baiklah, ayo)
Perhatian : dalam hal diatas, adakalanya ditambahkan ka
atau yo menjadi yasumo ka atau yasumo yo. Ka memberi
kesan yang lebih lunak karena menanyakan keinginan lawan
bicara, sebaliknya yo mempunyai nuansa yang agak
memaksakan.
2. “bentuk maksud + ka” dipakai waktu si pembicara
menawarkan bantuan.
A : Tetsudatte ageyo ka. (mari saya bantu)
B : Un, arigato. (ya, terimakasih)
Ex :
Ima kara kaimono ni ikoto omoimasu.
Saya bermaksud pergi belanja sekarang.
Kondo no niche-yobi wa tomodachi to eiga o mi ni
iko to omotte imasu
Hari minggu ini saya bermaksud menonton film dengan
teman
4. Bentuk kamus + tsumori desu (saya
bermaksud)
Ex :
Rainen kekkon-suru tsumori desu
Saya bermaksud kawin tahun depan
Isshokenmei gijutsu o narau tsumori desu.
Saya bermaksud belajar teknik dengan sungguh-sungguh
5. Bentuk kamus kata benda + no + yotei
desu (menurut rencana)
Ex :
Watashi wa 8-gatsu no owari ni kuni e kaeru yotei desu
Saya berencana pulang ke tanah air akhir bulan agustus
Bucho wa raishu no getsu-yobi ni Osaka e shutcho-suru
yotei desu
Menurut rencana, kepala bagian hari senin minggu depan akan
pindah kle Osaka
Hikoki wa yugata 6-ji ni tsuku yotei desu
Menurut rencana, pesawat terbang akan tiba pukul 6 sore
Shutcho wa 1-shukan gurai no yotei desu
Menurut rencana, perjalanan dinas akan makan waktu kira-kira
1 minggu
6. Wa yang menunjukan
pokok kalimat
O tidak mungkin dipakai bersama kata bantu wa yang
menunjukan pokok kalimat
Ex :
Mo hirugohan o tabemashita ka
Apakah sudah makan siang ?
Hirugohan wa mo tabemashita ka
Makan siang sudah?
7. Mada – te imasen
(belum)
mada-te imasen juga menunjukan perbuatan yang
belum selesai atau sesuatu hal yang belum terjadi.
Ex :
A: hirugohan wa mo tabemashita ka. ( makan siang
sudah )
B : ie, mada tabete imasen. (belum, belum makan)
8. – na
-na dipakai pada akhir kalimat dan merupakan ucapan
yang keluar secara spontan waktu si pembicara
terkesan oleh sesuatu
Ex :
Karuizawa desu ka. Ii na. (kaiwa)
Oh, karuizawa. Bagus, ya
Kirei da na.
Indah, ya
Pelajaran 32
1. Bentuk ta, bentuk nai + nai + ho ga ii desu = saran
(sebaiknya).
Ex:
A : ototoi kara zutto netsu ga aru’n desu.
Sejak kemaren dulu, saya demam terus.
B : ja, byoin e itta ho ga ii desu yo.
Kalau begitu, sebaiknya anda pergi ke rumahsakit.
-desho (mungkin) dan -kamo shiremasen
(siapa tahu) adalah dugaan
Cara menghubungkan
Besok mungkin turun hujan
-desho dipakai waktu kita ingin menghindarkan menyatakan sesuatu
secara tegas karena merasa kurang pasti dan seringkali dipakai
bersama dengan kata keterangan tabun (mungkin), kitto (pasti) dsb.
2. –kamo shiremasen
Gogo kara yuki ga furu kamo shiremasen.
Mungkin dari siang hari akan turun salju
kamo shiremasen menyatakan penilaian yang mungkin
tapi tidak pasti, dan boleh dikatatingkt kepastiannya lebih
kecil dari pada –desho
Pelajaran 33
Cara membuat bentuk perintah. Perhatian : kata kerja yang tidak
mengandung unsur kemauan, mis. Wakaru, dekiru, aru, dsb tidak
mempunyai bentuk perintah
N
o.
Bentuk kamus
Bentuk
perintah
1. Kaku Kake
Hanasu Hanase
Matsu Mate
Yamusu Yasume
Tsukau Tsukae
2. Taberu Tabero
Miru Miro
3. Suru Shiro
Kuru Koi
Cara membuat bentuk
larangan
N Bentuk
Bentuk kamus
o larangan
.
1 Sawaru Sawaru na
.
2 Ireru Ireru na
.
3 Suru Suru na
. Kuru Kuru na
Pemakaian bentuk perintah dan
bentuk larangan
bentuk perintah dipakai pada waktu memerintahkan
lawan bicara untuk melakukan sesuatu. Sedangkan
bentuk larangan dipakai pada waktu memerintahkan
lawan bicara untuk tidak melakukan sesuatu. karena
bentuk perintah dan bentuk larangan dalam bahasa
jepang punya konotasi Keras dan memaksa, maka
bentuk-bentuk ini jarang sekali digunakan secara
tersendiri atau pada akhir kalimat. Selain itu secara
lisan bentuk-bentuk ini hanya dipakai oleh laki-laki
saja.
Orang laki-laki kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya atau lebih muda umurnya, ataupun
pada seorang ayah menyampaikan tugas kepada
seorang anak atau menegurnya.
Ex :Ashita made ni repoto o matomero
Selesaikan laporan sampai dengan besok
Diantara sesame teman laki-laki, dalam hal ini ada kalanya
pada akhir kalimat dibubuhi dengan kata bantu yo
Ex : Ashita uchi e koi yo
Datanglah besok ke rumah
memerintah atau dalam keadaan darurat di tempat-tempat
pekerjaan bersama seperti misalnya dipabrik waktu tidak
sempat, terlalu memikirkan penggunaan kata-kata yang
tepat. Dalam hal ini juga diucapkan oleh seorang laki-laki
yang kedudukannya atau usia nya lebih tinggi.
Ex : Suitchi o kire
Matikanlah switch-nya
Ketika memberi semanagt waktu menonton
pertandingan olahraga. (dalam hal ini kdang-kadang
dipakai pula oleh wanita)
Ex : Ganbare
Berusahalah!
Pada tanda-tanda lalu lintas atau plakat yang
mengharapkan efek yang kuat atau menekankan
kejalasan.
Ex : Tomare
Berhenti!!
selain dari bentuk perintah diatas, ada pula cara-cara
lain untuk memerintahkan sesuatu. Yang paling
umum dipakai adalah pola “bentuk masuk kata
kerja + nasai”. Pola ini mengandung konotasi halus
daripada bentuk perintah dan kata kerja, dan
dipakai misalnya oleh seorang ibu kepada anakanya,
guru kepada muridnya, dsb. Tapi karena ini pada
hakekatnya adalah suatu bentuk perintah, maka
tidak dipakai terhadap orang yang kedudukannya
lebih tinggi atau usianya lebih tua.
Ex : Hayaku nenasai “Cepat tidur”
4. –te kure (-lah)
te kure adalah bentuk biasa dari ungkapan permintaan
–te kudasai. Sama halnya dengan bentuk perintah dan
bentuk larangan
Ex : chotto tetsudatte kure.
Tolong bantu sedikit
5. X wa Y to iu imi desu (X
berarti Y)
Pola ini dipakai untuk menentukan arti dari kat (X),
sedangakn to iu berasal dari to iimasu.
Ex : A : ano kanji wa doisu imi desu ka. (apa arti huruf
kanji itu )
B : tsukau na to iu imi desu. (artinya “jangan dipakai”)
Yasu Yasukereb
i a
ii Yokereba
k. sifat na, k. benda
Bentuk persyaratan dipakai pada keadaan sbb Pada waktu
menyatakan syarat-syarat yang diperlukan bagi tercapainya suatu
keadaan :
Ex : kono setsumeisho o yobema, tsukai-kata ga wakarimasu. (Kalau
membaca keterangan ini, bias mengerti cara pemakaiannya)
Pada waktu menerima begitu saja apa yang dikatakan oleh lawan
bicara, atau waktu menyatakan permintaan kepada lawan bicara
untuk berbuat sesuatu setelah mempertimbangkan keadaan
tertentu.
Ex : A : tsukai-kata ga wakarimasen (Cara tidak tau cara
pemakaiannya )
B : wakaranakereba, kono setsumeisho o yunde kudasai.
(Kalau tidak mengerti, bacalah keterangan ini)
Macam-macam cara untuk
menunjukan syarat
1. –to
Dipakai untuk menunjukan hasil suatu persyaratan,
yang tercapai secara wajar, gampang diduga atau
tak dapat dihindarkan. Ex : Koko o osu to, furasshu
ga tsukimasu. (Kalau ditekan disini, lampu flashnya
akan menyala)
2. -tara yaitu persyaratan dan suatu keadaan
atau perbuatan yang terjadi di masa depan.
Adapun dapat dirubah menjadi kalimat yang
memakai bentuk persyaratan. Sedangkan
perbuatan yang terjadi dimasa depan tidak. Ex
: heya ga kurakattara, denki o tsukete kudasai.
(Kalau kamarnya gelap, hidupkanlah lampunya).
Heya ga kurakereba, denki o tsukute kudasai.
(Kalau kamarnya gelap, hidupkanlah lampunya)
K. benda nara (kalau)
Bentuk persyaratan “k. benda + nara” dipakai pula
pada waktu memberikan informasi tentang topic yang
diangkat oleh lawan bicara.
A : yasui bideo o kaitai desu
Saya ingin membeli video yang murah
B : yasui bideo nara, akihabara ga ii desu
Kalau video murah, lebih baik di akihabara
Pelajaran 36
1. (A. kalimat 1) yon ni, (A. kalimat 2)
pola kalimat dalam menunjukan perbuatan untuk suatu
maksud/tujuan A. kalimat 1 menunjukan maksud/tujuan,
sedangkan A. kalimat 2 merupakan perbuatan yang disengaja
untuk mengarah pada maksud/tujuan tsb. Di sini, k. kerja yang
dipakai pada A. kalimat 1 adalah dalam bentuk kamus atau
bentuk nai.
Ex : 1. Nihon-go ga jozu ni naru yon i, isshokenmei
benkyo-shimasu. (Supaya bias pandai bahasa jepang, saya akan
belajar bersungguh-sungguh)
2. Wasurenai yon ni, memo o totte kudasai. (Supaya tidak
lupa, catatlah )
Kalimat (2) menunjukan perbuatan yang disengaja
untuk dapat dihindarkan
Pada A. kalimat 1 dipakai k. kerja yang tidak mengandung
kemauan, missal k. kerja kesanggupan, dekimasu,
wakarimasu, miemasu, kikoemasu, narimasu dll. Serta k.
kerja bentuk negative. Perhatikanlah bahwa disini tidak
dapat dipakai bentuk positif dari k. kerja yang mengandung
kemauan.
Nihon-no shinbun ga yomeru yon i, kanji o benkyo-
shimasu
Supaya bias membaca Koran jepang, saya akan belajar
kanji
–yo ni narimashita menjadi
(biasa)
Dengan kata kerja ungkapannya menjadi “bentuk kamus” + yon i
narimashita”
Nihon-go ga hanaseru yon i narimashita. (Sudah bis abicara bahasa
jepang)
pada pola kalimat ini dipakai kata kerja kesanggupan, atau kata-
kata kerja yang menunjukan kemampuan seperti dekimasu,
wakarimasu, dsb. Apabila kata kerja yang dipakai adalah yang
mengandung makna kesanggupan. Maka kalimat nya menunjukan
perubahan yang tadinya tidak bisa menjadi bisa. Ex : Hajime wa
nihon-ryori ga amari taberaremasendeshita ga, ima wa botondo
taberareru yo ni narimashita. (Mula-mula saya tidak begitu bisa makan
masakan jepang, tapi sekarang sudah bisa makan hampir semua)
untuk menjawab pertanyaan –yo ni
narimashita ka dengan iie caranya
adalah sbb :
A : kanji ga kakeru yo ni narimashita ka.
Sudah bisa menulis kanji ?
B : iie, mada kakemasen
Belum, belum bisa menulis
Bentuk kamus, bentuk nai + nai + yo
ni shite kudasai (hampir supaya)
–yo ni shite kudasai tidak dapat dipakai untuk
perbuatan yang bersifat sekali saja, untuk ini harus
dipakai –te/-nai de kudasai.
Ex : Samui desu ne, chotto mado o kudasai. (Dingin,
ya. Tolong tutup jendela sebentar)
Dibandingakn dengan –te/-nai te kudasai, maka
permintaan tak langsung –yo ni shite kudasai memberi
kesan yang lebih sopan
Okina, chiisana
Walaupun okina kaban sama artinya dengan okii kaban, dan
chiisana jisho sama dengan chiisai jisho, tetapi okina dan
chiisana harus selalu diikuti dengan kata benda. Ex : Ano terbi
wa okina desu. (Televisi itu besar)
–toka
Seperi hal nya –ya maka –toka juga dipakai untuk
mengemukakan beberapa contoh, tetapi –toka lebih
umumdipakai pada percakapan. Selain itu berbeda dengan –ya,
-toka dipakai pula setelah contoh yang terahir . Do-yobbi toka
nichi-yobi toka wa yoku eiga o mi ni ikimasu (Pada hari sabtu
atau hari minggi, sering pergi nonton film)
Selain untuk k.benda, -toka dapat pula dipakai dalam bentuk
contoh anak kalimat. Ex : Repoto ni wa koko ga yokatta toka,
muzukashikatta toka, kanso o kaku yo ni shite kudasai,
(Dalam laporan, tuliskanlah kesan, misalnya apanya yang baik atau
yang susah, dsb)
Kanari dan zuibun
kanari adalah ungkapan untuk penilaian yang
obyektif, sedangkan zuibun dipakai pada penilaian
yang subyektif.
Kotoshi no natsu wa kanari atsu desu ne. (Musim
panas tahun ini panas sekali, ya)
Nihin no natsu wa zuibun atsu desu ne. (Musim
panas di jepang ternyata panas sekali, ya)
Pelajaran 37
cara membuat k. kerja pasif
No.
Bentuk sopan
k. kerja pasif
Bentuk biasa
Senta no denwa-bango o shitte imasu ka. (tahukah anda nomer
telepon kenshu center ?
Senta no chikaku de kaji ga atta no o shitte imasu ka.
(tahukah anda bahwa ada kebkaran di dekat kenshu center?
Menanyakan apakah tahu bahwa ada kebakaran . pada pola
kalimat ini subyek bukannya dinyatakan dengan wa
melainkan dengan ga.
Kimura-san wa kekkon-shimashita. (sdr. Kimura sudah kawin)
Kimura-san ga kekkon-shita no o shitte imasu ka. (tahukah
anda bahwa sdr. Kimura sudah kawin?)
No dan koto
Seperti halnya dengan k. bantu no, maka koto yang telah
dipelajari dalam pel. 18 dan 19 juga mrngubah kata kerja
menjadi kata benda, tapi berhati-hatilah karena ada pola
kalimat yang dapat memakai koto tapi tidak dapat
memakai no.
Lee-san wa nihon-go o hanasu koto ga dekimasu. (O)
Sdr. Lee bisa berbicara bahasa jepang
Lee-san wa nihon-go o hanasu no ga dekimasu (X)
Iki, kaeri
Ada beberapa k. kerja yang bentuk masu nya bisa dipakai k.
benda
Iki wa michi ga konde imashita ga, kaeri wa suite imashita.
(Waktu pergi jalannya ramai, kembalinya sepi)
Kaisha no kaeri nai kaimono ni ikimashita. (Waktu pulang
dari kantor, saya pergi belanja)
Contoh-contoh yang lain bisa dilihat dlam buku teks hal. 275
doshi, keiyoshi, no iroirona tsukai-kata 6.
Pelajaran 39
K. kerja, bentuk te
k. kerja, bentuk nai + nakute
k. sifat I, -I
kute
k. sifat –de
pola-pola kalimat diatas dipakai untuk menunjukan
sebab atau alasan.
Kata-kata yang dipakai pada bagian kedua, terbatas pada
:
Kata-kata yang menunjukan perasaan seperti : bikkuri-
suru, anshin-suru, komaru, sabishii, zannen da, dsb.
Bentuk negative k. kerja kesanggupan seperti ikenai,
nomenai, taberarenai, dsb. Serta wakaranai.
Ex :
Nyusu o kitte, bikkuri-shimashita. (Mendengar berita, saya
terkejut)
Atsukute, neraremasendeshita. (Karena panas, tidak bisa
tidur)
Pada bagian kedua tidak dapat dipkai kata-kata yang
mengandung kemauan (keinginan, perintah, anjuran, atau
permohonan). Apabila bagian kedua mengandung makna
kemauan. Maka bentuk –te tidak dapat dipakai melainkan
–kara.
Abunai desu kara, kikai ni sawaranai de kudasai. (O)
“Jangan menyentuh mesin, karena berbahaya”
Abunakute, kikai ni sawaranai de kudasai. (X)
Dalam pola kalimat ini, bagian pertama dan bagian kedua
punya kaitan waktu, dimana bagian pertama terjadi
sebelum bagian ke dua.
Ashita kaigi ga arimasu kara, kyo junbi-shinakereba
narimasen. (O)
“Karena besok ada rapat, hari ini harus membuat persiapan”
Ashita kaigi ga a atte, kyo junbi-shinakereba narimasen.
(X)
K. benda de
Dalam hal ini k. benda yang dipakai umum nya adalah kata-kata
yang sanggup menimbulkan sesuatu akibat. Seperti misalnya
jiko (kecelakaan), jishin (gempa bumi), kaji (kebakaran), dsb.
Jiko de densha ga tomarimashita
Kereta berhenti karena ada kecelakaan.
Yuki de shinkansen ga okuremashita.
Karena salju, shinkansen terlambat
pada predikat tidak dapat dipakai kata-kata yang mengandung
makna kemauan.
Byoki de ashita kaisha o yasumitai desu. (X)
–
–node (karena -, maka -)
–node menyatakan secara obyektif sebab atau alasan
yang terjadi secara sendirinya. Karena subyektifitas
orang yang berbicara di tekan dan kesan terhadap
orang yang diajak bicara tidak terlalu keras, maka pola
kalimat ini sering dipakai untuk melunakkan sebab
atau alasan waktu meminta izin atau pengertian dari
yang diajak bicara.
Ex : Kibun ka warui node, saki ni kaette mo ii desu ka.
“Karena tidak enak badan, bolehkah saya pulang duluan ?”
-node dapat dipakai setelah k. benda,
cara menyambungkannya adalah sbb :
k. kerja dan k. sifat bentu biasa + node
k. sifat na dan k. benda bentuk –da, -na + node
node bisa dipakai setelah bentuk biasa, tetapi untuk
membuat ungkapan yang lebih sopan, adakalanya
dipakai setelah bentuk sopan.
Repoto o kakanakereba narimasen node, kyo wa
sugu kaerimasu. (=Repoto o kakanakereba naranai
node, kyo wa sugu kaerimasu) Karena harus menulis
laporan, hari ini saya segera pulang.
Kimochi ga ii dan kibun
ga ii
Kimochi ga ii di pada pada waktu merasakan
kesenangan yang disebabkan oleh pengaruh dari luar.
Kibun ga ii dipakai pada waktu merasakan
kesenangan yang dating dari dalam diri sendiri.
Kyo wa tenki ga yokute, kimochi ga ii desu. (Hari ini
udaranya bagus, dan rasanya senang)
Kusuri o nonde, netsu ga sagatta node, kibun ga ii
desu. (Setelah minum obat dan panas nya turun, jadi
rasanya senang)
TERIMAKASIH