3
Karakteristik Penghambat
Neuromuskuler
Nondepolarisasi
4
Depolarisasi
5
Farmakologi suksinilkolin
6
Suksinilkolin
Terdiri dari 2 molekul asetilkolin yang dihubungkan melalui gugus metil asetat
7
Farmakokinetik, Farmakodinamik, dan
Farmakogenomik Suksinilkolin
8
Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas
Butirilkolinesterase
Penyakit hepar
Usia tua Malnutrisi Kehamilan Kontrasepsi
lanjut
Monoamine
Luka bakar oxidase Echothiophate Obat sitotoksik Neoplasma
inhibitors
Obat
Metoclopramid Bambuterol Esmolol
antikolinesterase
9
Efek Samping Suksinilkolin
10
Peningkatan
Peningkatan TIO Myalgia
tekanan intragaster
• Meningkat dalam 2-4 • Berhubungan dengan • Sekunder karena
menit, normal kembali intensitas fasikulasi otot fasikulasi,
dalam 6 menit abdomen dan tonus • Peran prostaglandin dan
vagal siklooksigenase
12
13
Senyawa Benzilisoquinolinium
Tubocurarine Atracurium
14
Cisatracurium Mivacurium
15
Senyawa Steroid
Pancuronium
Senyawa steroid memiliki asetil
ester untuk memfasilitasi interaksi • Obat poten dan durasi lama,
dengan reseptor nikotinik menghambat vagolitik dan
asetilkolin butirilkolinesterase
• 40-60% dibersihkan oleh ginjal dan
11% diekskresikan dalam empedu.
• Sebagian kecil dimetabolisme
• Akumulasi metabolit
memperpanjang durasi blok
• Stabil selama 6 bulandi suhu
ruangan
16
Vecuronium Rocuronium
• Durasi kerja menengah • Durasi kerja menengah, onset kerja
• Struktur mirip pancuronium tetapi paling cepat
terdapat sedikit penurunan • 6x kurang poten dari vecuronium
potensi, tidak bersifat vagolitik • Terutama dieliminasi oleh hepar
tidak stabil dalam larutan, dan • 30% dieksresi di urin tanpa
peningkatan kelarutan lemak dimetabolisme
• Dimetabolisme di hepar • Stabil selama 60 hari di suhu
• Akumulasi metabolit ruangan
memperpanjang durasi blok
17
18
Potensi Agen Penghambat
Neuromuskuler Nondepolarisasi
19
Potensi penghambat neuromuskuler dinyatakan sebagai dosis obat yang
diperlukan untuk menghasilkan efek depresi 50% atau 95% dari tinggi kedutan,
(dinyatakan sebagai ED50 dan ED95)
Menurut Kopman nilai ED50 adalah parameter yang sangat kuat dan harus
digunakan daripada nilai ED95 ketika membandingkan potensi penghambat
neuromuskuler
20
21
Faktor yang Meningkatkan Potensi Agen
Penghambat Neuromuskuler
Nondepolarisasi
Anestesi inhalasi
• Potensiasi menghasilkan penurunan dosis agen neuromuskuler yang
dibutuhkan dan perpanjangan durasi aksi dan pemulihan dari blok
neuromuskuler
• Potensiasi tergantung pada durasi anestesi inhalasi, agen inhalasi yang
digunakan, dan konsentrasi agen inhalasi
• Desflurane > sevoflurane > isoflurane > halotan > nitrous oxide-barbiturate-
opioid atau propofol
22
Antibiotik
• Aminoglikosida menghambat pelepasan ACh presinaps dan depresi sensitivitas
reseptor nikotinik ACh postsinaps
• Tetrasiklin menghambat sensitivitas reseptor nikotinik ACh postsinaps
Hiperparatiroidisme
• Hiperkalsemia dikaitkan dengan penurunan sensitivitas terhadap atrakurium,
tubocurarine dan pancuronium
24
Efek Potensi Obat terhadap Kecepatan
Onset
25
Efek yang Tidak Diinginkan dari
Agen Penghambat Neuromuskuler
26
Efek pada Sistem Saraf Otonom
Tubocurarine
blokade ganglion saraf simpatis hipotensi
pada pasien yang rentan menyebabkan manifestasi pelepasan histamin
27
Pelepasan Histamin
Senyawa steroid tidak terkait dengan pelepasan histamin di dosis klinis tipikal
Efek klinis histamin terlihat ketika konsentrasi plasma meningkat hingga 200 -
300% dari nilai awal, terutama jika konsentrasi tersebut dicapai melalui
pemberian obat secara cepat.
Efeknya biasanya berdurasi pendek (1-5 menit), berhubungan dengan dosis,
dan secara klinis tidak signifikan pada pasien yang sehat
28
Efek pada Respirasi
29
Reaksi Alergi
30
Obat Reversal untuk
Penghambat Neuromuskuler
31
1 Penghambat Asetilkolinesterase
32
Waktu paruh eliminasi edrophonium mirip dengan neostigmin, sedangkan
piridostigmin lebih panjang.
33
Pemantauan fungsi neuromuskuler setekah pemberian penghambat
neuromuskuler di ruang operasi bertujuan untuk
1. Memungkinkan pemberian agen ini dengan dosis yang sesuai
2. Memastikan bahwa pasien pulih secara memadai dari efek residu dari penghambat
neuromuskuler
34
Pemantauan kedalaman blokade selama maintenance dan pemulihan adalah
dengan stimulus berulang TOF (train-of-four)
Pemantauan fungsi neuromuskuler kuantitatif (seperti acceleromyography)
dapat menurunkan kejadian residu blokade neuromuskuler pasca operasi,
namun banyak anestesi diberikan tanpa pemantauan tersebut.
Monitor kuantitatif sebaiknya dipertimbangkan secara serius pada
1.Ketika tidak ada rangsangan pada stimulasi TOF yang dapat dideteksi secara manual
dan ahli anestesi memutuskan untuk tidak membalikkan blok neuromuskuler
2.Ketika ahli anestesi sedang mencoba untuk membalikkan blok nondepolarisasi
mendalam (jumlah TOF ≤ 3)
35
Keterbatasan Penghambat
Asetilkolinesterase
36
Obat Reversal Non Klasik:
2 Sugammadex
37
Sugammadex tidak memiliki efek pada asetilkolinesterase / sistem reseptor
tubuh tidak perlu obat antikolinergik, tidak ada efek samping yang tidak
diinginkan.
38
Dosis sugammadex yang lebih besar (8-16 mg/kg) dibutuhkan untuk melawan
blok dalam yang diinduksi oleh rocuronium atau vecuronium secara adekuat
dan cepat
39
TERIMA KASIH
40