Anda di halaman 1dari 195

Prediksi UKMPPD

Obstetri - Ginekologi
d r. D i n i
• UKMPPD CBT terdiri dari 150 soal • Bedakan antara terapi yang tepat,
dalam 200 menit  1 soal = 1 definitive, abortif, suportif, awal
menit dan pendukung
• Baca soal  Baca Kasus  Kata • Terapi awal : Tatalaksana
kunci  Informasi tambahan simtomatis / kegawat daruratan
• Pemeriksaan Objektif > Subjektif • Terapi definitive : Terapi yang
langsung ke etiologi
• Jika kesulitan  Eksklusi jawaban
• Terapi supportif: Terapi yang
 Memperbesar kemungkinan
membantu dalam terapi
untuk benar
utama.

2
•Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

4 •4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter


•4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atauPendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

•Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk


3 •3A. Bukan gawat darurat
•3B. Gawat darurat

2
•Mendiagnosis dan merujuk
•Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

•Mengenali dan menjelaskan

1 •Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai
penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.
1
Seorang Wanita usia 28 tahun UK 37 minggu dibawa ke IGD RS dengan keluhan
kenceng-kenceng yang disertai dengan keluar lender darah. Diketahui pasien
memiliki Riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya, dan kematian janin
dalam kandungan pada kehamilan yang pertama. Pada pemeriksaan dalam
didapatkan HIS 1x/10’/50”, DJJ 144x, pembukaan 3 cm, presentasi kepala.
Diagnosis yang paling tepat adalah?
A. G3P1A1 inpartu kala I fase laten dengan inersia uteri
B. G3P1A1 inpartu kala I fase laten
C. G3P0A2 inpartu kala I fase laten
D. G3P0A2 inpartu kala I fase laten dengan inersia uteri
E. G3P1A2 inpartu kala I fase aktif dengan inersia uteri

5
Seorang Wanita usia 28 tahun UK 37 minggu dibawa ke IGD RS dengan keluhan
kenceng-kenceng yang disertai dengan keluar lender darah. Diketahui pasien
memiliki Riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya, dan kematian janin
dalam kandungan pada kehamilan yang pertama. Pada pemeriksaan dalam
didapatkan HIS 1x/10’/50”, DJJ 144x, pembukaan 3 cm, presentasi kepala.
Diagnosis yang paling tepat adalah?
A. G3P1A1 inpartu kala I fase laten dengan inersia uteri
B. G3P1A1 inpartu kala I fase laten
C. G3P0A2 inpartu kala I fase laten
D. G3P0A2 inpartu kala I fase laten dengan inersia uteri
E. G3P1A2 inpartu kala I fase aktif dengan inersia uteri

6
G – gravid = jumlah kehamilan

• G0 = Nulligravida
• G1 = Primigravida
• G2 seterusnya = Multigravida

P – paritas = jumlah lahir hidup atau IUFD (janin mati UK >20 minggu)

• P0 = Nullipara
• P1 = Primipara
• P2 seterusnya = multipara

A – abortus = jumlah lahir mati dengan UK <20 minggu


Asuhan Persalinan Normal
Kala I Kala II Kala III Kala IV
FASE LATEN: 0 – 3 CM PEMBUKAAN LENGKAP PLASENTA LAHIR TTV IBU DAN
HIS: 1-2x selama 10-20 + LENGKAP < 30 MENIT PERDARAHAN
detik/1 jam PERJOL
DORAN Tx. MAK3 1 jam pertama
FASE AKTIF: 4 – 10 CM VULKA - Injeksi Oksitosin 10
HIS: 3-4x selama 30-40 • FU/15 menit
TEKNUS IU IM
detik/10 menit - PTT
1 jam kedua
Tx: pimpin persalinan - Masase uterus • FU/30 menit
< 30 menit

Tanda plasenta lepas:


• Semburan darah banyak tiba-tiba
• Uterus globular
• Tali pusat memanjang

8
4A

KALA I

Fase Laten Fase Aktif


Pembukaan 4 – 10 CM (Lengkap)
Fase: (durasi tiap fase = 2 jam)
Pembukaan 1 – 3 CM Akselerasi : 3 – 4 CM
Dilatasi Maksimal : 4 – 9 CM
Deselerasi : 9 – 10 CM (Lengkap
HIS : 1-2x/jam/20” HIS : 3-4x/10’/30-40”
4A

KALA I
Parameter Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif

Produksi urin, protein, Tiap 2-4 jam


aseton
Tekanan darah, suhu Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30 menit Setiap 30-60 menit
DJJ Setiap 30 menit Setiap 30 menit
Kontraksi normal Setiap 30 menit 1-2x/jam, Setiap 30 menit 3-
20” 4x/10’/30-40”
A. G3P1A1 inpartu kala I fase laten dengan inersia uteri  HIS adekuat pada
skenario
B. G3P1A1 inpartu kala I fase laten
C. G3P0A2 inpartu kala I fase laten  KJDK / IUFD dihitung ke P (Para)
D. G3P0A2 inpartu kala I fase laten dengan inersia uteri  Status obstetric
tidak tepat, HIS adekuat
E. G3P1A2 inpartu kala I fase aktif dengan inersia uteri  pada scenario
masih kala I fase laten (aktif jika pembukaan sudah 4 cm ke atas)

11
2
Modifikasi : UKMPPD Batch Mei 2022 Sesi 1
Seorang Wanita berusia 22 tahun G2P1A0 dirujuk ke IGD RS karena perdarahan
massif pasca melahirkan dengan BBL 4500 gram. Plasenta lahir lengkap dibawah
30 menit. Telah dilakukan manajemen aktif. TTV didapatkan TD 90/60, HR 110, RR
20, T 36C. Pemeriksaan fisik didapatkan uterus hipotoni. Perineum intak.
Tatalaksana selanjutnya adalah?
A. Resusitasi kristaloid
B. Resusitasi koloid
C. Kompresi bimanual
D. Ligasi B-lynch
E. Histerektomi
Modifikasi : UKMPPD Batch Mei 2022 Sesi 1
Seorang Wanita berusia 22 tahun G2P1A0 dirujuk ke IGD RS karena perdarahan
massif pasca melahirkan dengan BBL 4500 gram. Plasenta lahir lengkap dibawah
30 menit. Telah dilakukan manajemen aktif. TTV didapatkan TD 90/60, HR 110, RR
20, T 36C. Pemeriksaan fisik didapatkan uterus hipotoni. Perineum intak.
Tatalaksana selanjutnya adalah?
A. Resusitasi kristaloid
B. Resusitasi koloid
C. Kompresi bimanual
D. Ligasi B-lynch
E. Histerektomi
3B

Definisi

• Merupakan penyebab tersering PPH


• Tonus (-) adekuat  otot myometrium (-) menutup arteri uterine  perdarahan

Klinis Khas
• Uterus teraba lembek
• Setelah melahirkan TFU teraba di umbilicus atau 2 jari
dibawah umbilicus
3B

Faktor Resiko

• Uterus overdistensi (Makrosomia, gemelli, polihidramnion)


• Induksi persalinan
• Persalinan lama
• Riwayat atonia sebelumnnya
Tatalaksana Atonia Uteri
Pemasangan IV line Massase Fundus Oksitosin Asam Tranexamat 1g
uterus IV
•Resusitasi cairan •Inf oksitosin 20-40 IU
kristaloid 20cc/kgbb dalam 1L kristaloid
bila terjadi tanda syok Awal •Bila tidak tersedia 
•Posisi tredelenberg ergometrin 0,2mg IM
•Oksigen

Kompresi Bimanual Kompresi Aorta Bedah Konservatif


eksternal dan atau abdominalis
internal
• Identifikasi sumber • Dapat juga dilakukan • Ligasi aneria uterina
perdarahan lain: pemasangan tampon atau arteria ovarika
Lanjutan • Laserasi jalan lahir  bersifat temporer • Operasi ransel B lynch
/ tepat • Hematoma • Histerektomi
parametrial supravaginal
• Ruptur uteri • Histerektomi total
• Inversio uteri abdominal
• Sisa fragmen
• plasenta

• Setelah perdarahan terkontrol  Observasi


• Transfusi jika Hb <7

17
A. Resusitasi kristaloid
B. Resusitasi koloid  cairan yang diberikan adalah kristaloid
C. Kompresi bimanual  tatalaksana yang “tepat”
D. Ligasi B-lynch  jika kompresi bimanual tidak berhasil, operatif
E. Histerektomi  tatalaksana definitive jika urutan tatalaksana tidak berhasil

18
3
Seorang Wanita 32 tahun G2P1A0 UK 38 minggu diantar ke IGD setelah
percobaan persalinan pervaginam di bidan setempat. Bayi laki-laki tunggal dan
sehat dengan BBL 3000 gram. Pasien Riwayat SC 2 tahun yang lalu dengan
indikasi plasenta previa. TTV didapatkan TD 100/70, HR 90, RR 20 T afebris. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tali pusat menjuntai di depan vulva
Tatalaksana yang paling tepat adalah?
A. Resusitasi cairan
B. Inf oksitosin 20 unit dalam 500cc ringer laktat
C. Manual plasenta
D. Eksplorasi digitalis
E. Rujuk

20
Seorang Wanita 32 tahun G2P1A0 UK 38 minggu diantar ke IGD setelah
percobaan persalinan pervaginam di bidan setempat. Bayi laki-laki tunggal dan
sehat dengan BBL 3000 gram. Pasien Riwayat SC 2 tahun yang lalu dengan
indikasi plasenta previa. TTV didapatkan TD 100/70, HR 90, RR 20 T afebris. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tali pusat menjuntai di depan vulva
Tatalaksana yang paling tepat adalah?
A. Resusitasi cairan
B. Inf oksitosin 20 unit dalam 500cc ringer laktat
C. Manual plasenta
D. Eksplorasi digitalis
E. Rujuk

21
3B

Definisi

• Tertahannya atau belum lahirnya plasenta


selama 30 menit setelah bayi lahir

Etiologi Faktor Resiko

• Manajemen aktif Kala III yang salah


• Kelainan perlekatan plasenta  plasenta
akreta
• His kurang kuat

Implantasi plasenta fisiologis terbatas pada desidua basalis, jika lebih dalam kemungkinan terjadi plasenta
akreta
3B

Pemeriksaan penunjang

• USG doppler  Dapat menemukan plasenta previa.


• Hilangnya zona retroplasenta hipoekoik yang ada diantara plasenta dan uterus.
• Gambaran swiss-cheese appearance.
• Biopsi plasenta dan Miometrium
• Untuk konfirmasi diagnosis

Plasental Lacunae
3B

Tatalaksana

Waktu Tindakan Keterangan

• Inf 20-40U Oksitosin dalam 1000 ml Nacl 0,9%/ RL


60gtt/i dan 10U Oksitosin IM
<30 Menit KALA III
• Lakukan penegangan tali pusat terkendali
• Dicoba 2x dalam 30 menit

• Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan


> 30 Menit Manual Plasenta
Manual Plasenta

• Berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2


g IV dan Metronidazole 500 mg IV)
Post Tindakan AB Profilaksis
• Segera atasi dan rujuk jika terjadi komplikasi
perdarahan hebat atau infeksi.
3B

Tatalaksana

Manual Plasenta
A. Resusitasi cairan  jika didapatkan syok, pada scenario belum
didapatkan syok
B. Inf oksitosin 20 unit dalam 500cc ringer laktat  tatalaksana awal
C. Manual plasenta
D. Eksplorasi digitalis  tatalaksana sisa plasenta
E. Rujuk  manual plasenta dapat dilakukan di faskes primer, pada kasus
bukan di faskes primer

26
4
Seorang pasien perempuan berusia 28 tahun P2A0 post partum 2 minggu yang
lalu datang dengan keluhan keluar cairan berbau dari jalan lahir. Pemeriksaan
tanda vital denyut nadi meningkat, demam. Abdomen teraba uterus 1 jari di
bawah pusat, inspekulo tampak cairan berwarna kekuningan mengalir keluar dari
cervix.
Kemungkinan diagnosa pada pasien ini adalah
A. Atonia uteri
B. Retensio plasenta
C. Endometritis
D. Subinvolusi uteri
E. Infeksi luka operasi
Seorang pasien perempuan berusia 28 tahun P2A0 post partum 2 minggu yang
lalu datang dengan keluhan keluar cairan berbau dari jalan lahir. Pemeriksaan
tanda vital denyut nadi meningkat, demam. Abdomen teraba uterus 1 jari di
bawah pusat, inspekulo tampak cairan berwarna kekuningan mengalir keluar dari
cervix.
Kemungkinan diagnosa pada pasien ini adalah
A. Atonia uteri
B. Retensio plasenta
C. Endometritis
D. Subinvolusi uteri
E. Infeksi luka operasi
3B

Definisi dan Gejala Klinis

• Endometritis akut hampir selalu terjadi setelah aborsi atau persalinan


• Etiologi : Streptococcus grup A atau B, Clostridium
• Gejala klinis:
• Demam (>38 C), takikardia
• Lochia berbau busuk
• Subinvolusi uterus dan nyeri tekan uterus

Tatalaksana

• Pemberian cairan dan kalori adekuat melalui infus intravena (IV) sampai 12-24 jam bebas demam
• Antibiotik empiris yaitu kombinasi
• Ampisilin (2g IV/6 jam),
• Gentamisin (2mg/kgIV loading dose dikuti 1,5mg/kglV per 8 jam), dan
• Metronidazole (500mg IV/8jam).
Sisa Plasenta Vs Endometritis
PPH > 24 jam

Sisa Placenta Endometritis

- Placenta lahir tidak lengkap


- Peradangan pada endometrium
- TFU teraba, NT (+)
- NT (+)
- Demam (-)
- Demam (+)
- Portio terbuka
- Leukorea/perdarahan berbau
- USG: Sisa kotiledon (+)

31
A. Atonia uteri  TFU di umbilicus, tonus lembek
B. Retensio plasenta  plasenta tidak lepas > 30 menit
C. Endometritis
D. Subinvolusi uteri  klinis pada pasien, disebabkan oleh endometritis
E. Infeksi luka operasi  tidak tepat

32
5
Seorang wanita 24 tahun datang ke UGD Puskesmas diantar suaminya dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir. Saat ini pasien sedang hamil 10 minggu.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 96
x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,6oC. Pada pemeriksaan genetalia
ditemukan adanya perdarahan (+), gumpalan darah dan bentukan menyerupai
anggur.
Apakah tatalaksana yang tepat untuk pasien ini?
A. Pemeriksaan USG
B. Pemasangan laminaria
C. Drip oksitosin
D. Aspirasi vakum manual
E. Rujuk
Seorang wanita 24 tahun datang ke UGD Puskesmas diantar suaminya dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir. Saat ini pasien sedang hamil 10 minggu.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 96
x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,6C. Pada pemeriksaan genetalia
ditemukan adanya perdarahan (+), gumpalan darah dan bentukan menyerupai
anggur.
Apakah tatalaksana yang tepat untuk pasien ini?
A. Pemeriksaan USG
B. Pemasangan laminaria
C. Drip oksitosin
D. Aspirasi vakum manual
E. Rujuk
Perdarahan Ante Partum < 20 Minggu
Abortus Spontan KET Mola Hidatidosa
• Pengeluaran janin • Implantasi diluar cavum • Hiperproliferasi sel trofoblas
Definisi <20 minggu / 500 uteri • Komplikasi 
gram • Ampula  tersering Koriokarsinoma
Gejala Nyeri perut
Perdarahan Mual dan muntah
dominan Dapat disertai hipotensi
• DJJ
• (-)  Mola komplit
• RT  Cavum douglas • (+)  Mola parsial
• Inspekulo  Portio menonjol • bHCG >>
Pemeriksaan • Riwayat ekspulsi • Nyeri goyang portio • USG
jaringan (chandelier sign) • Snow Storm  Mola
• USG Transvaginal komplit
• Honeycomb  Mola
parsial
Dilatasi kuretase
Tatalaksana AVM
Laparotomi AVM

36
Definisi

• Penyakit trofoblastik gestasional dimana terjadi perubahan hidropik pada vili korionik
akibat proliferasi trofoblas.
• Nama Lain: hamil anggur/molar pregnancy

Klasifikasi Mola Komplit Mola Parsial


69 XXY, XYY,
Kariotipe 46XX atau XY
XXX
DJJ (-) (+)
Difus, Fokal,
Proliferasi
Snowstorm Honeycomb
Trofoblas
appearance appearance
> Usia = usia
TFU
kehamilan kehamilan
Komplikasi
Lebih sering Lebih jarang
keganasan
37
Mola Komplit Mola Parsial

Snowstorm Appereance Honeycomb Appereance

MED+EASY
Snowstorm (badai), sapu bersih, ga ada lagi apa-apa  mola TOTAL (ga ada janin)

38
Tatalaksana

Mola Komplit Mola Parsial

- Kuretase
- Bila ukuran janin terlalu besar untuk
Tatalaksana Kuretase
kuretase → evakuasi hasil konsepsi
per abdominam

- Pemeriksaan histopatologis untuk mengeksklusi neoplasma trofoblastik 


Follow up Koriokarsinoma
- Bila PA tidak dilakukan  β hCG urin 2 minggu sekali setelah terapi

39
A. Pemeriksaan USG  pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosis,
dilakukan di FASKES yang lebih lengkap
B. Pemasangan laminaria  tidak dilakukan di faskes primer
C. Drip oksitosin  tidak dilakukan di faskes primer
D. Aspirasi vakum manual  tidak dilakukan di faskes primer
E. Rujuk

40
6
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke UGD Rumah Sakit diantar
keluarganya dengan keluhan perdarahan sedikit-sedikit dari jalan lahir. Riwayat
sebelumnya keluar gumpalan atau jaringan disangkal. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 100/70, HR 100x, RR 19 x, T 36,4C. Pada pemeriksaan inspekulo
ditemukan perdarahan (+) dari OUE, portio terbuka. Pasien juga mengeluhkan
sudah 2 bulan tidak haid.
Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus di atas?
A. Abortus insipiens
B. Abortus iminens
C. Abortus inkomplit
D. Abortus septik
E. Abortus komplit
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke UGD Rumah Sakit diantar
keluarganya dengan keluhan perdarahan sedikit-sedikit dari jalan lahir. Riwayat
sebelumnya keluar gumpalan atau jaringan disangkal. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 100/70, HR 100x, RR 19 x, T 36,4C. Pada pemeriksaan inspekulo
ditemukan perdarahan (+) dari OUE, portio terbuka. Pasien juga mengeluhkan
sudah 2 bulan tidak haid.
Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus di atas?
A. Abortus insipiens
B. Abortus iminens
C. Abortus inkomplit
D. Abortus septik
E. Abortus komplit
4A
3B
Definisi

• Ancaman keluar atau keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (UK<20 minggu/BB janin <500 gram)

Faktor Risiko

• Faktor janin: kelainan genetik


• Faktor ibu: infeksi, kelainan hormonal (hipotiroid, DM), malnutrisi, penggunaan obat-
obatan, merokok, alcohol
• Faktor ayah: kelainan sperma

Abortus habitualis = terjadi abortus selama ≥3 kali berturut-turut

44
Abortus Spontan
EKSPULSI Viabilitas
Diagnosis Nyeri Pendarahan Uterus SERVIKS
JARINGAN kehamilan
Sesuai usia
Abortus
++ Sedikit - gestasi, TERTUTUP 50%
Iminens
Lunak
Sesuai usia
Abortus Sedang-
++++ - gestasi, TERBUKA <10%
Insipiens banyak
Lunak
Kurang dari
Abortus Sedang- TERBUKA
++++ PARSIAL usia gestasi, 0%
Inkomplitus banyak
Lunak
Kurang dari
Abortus 0%
+ Sedikit SELURUH usia gestasi, TERTUTUP
Komplitus
Kenyal
Kurang dari
Missed TERTUTUP 0%
- Tidak Ada - usia gestasi
Abortion

Abortus Perdarahan Kurang dari


- - TERTUTUP 0%
Septik berbau usia gestasi

45
Tatalaksana Abortus
>16 Minggu /
Diagnosis Definitife
Dapat Diberikan

Abortus insipiens
Inf 40 IU Oksitosin dalam
Abortus inkomplitus Aspirasi Vakum Manual 1000cc NaCl 0,9% / RL
(AVM) 40gtt/I  Mempercepat
Missed Abortion ekspulsi

Abortus Iminens Pertahankan kehamilan

Observasi Pantau HB
Abortus Komplitus <7 : SF 600mg/hari 2 minggu
<7 : Transfusi

46
Diagnosa Banding
Abortus Spontan Lainnya

Pemeriksaan penunjang yang


tepat adalah USG Transvaginal /
abdominal

47
A. Abortus insipiens
B. Abortus iminens  ostium cervix tertutup, hanya perdarahan saja
C. Abortus inkomplit  ostium cervix terbuka, hasil konsepsi (+) sebagian
D. Abortus septik  bau, tanda-tanda sepsis (+)
E. Abortus komplit  cervix terbuka/tertutup, hasil konsepsi (+) seluruhnya,
kontraksi uterus sudah tidak kuat

48
7
Wanita 19 tahun, G1P0A0, merasa hamil 2 bulan, datang ke IGD bercak
perdarahan dan nyeri perut hebat sejak 4 jam terakhir sebelum masuk RS. Pasien
tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis, TD 100/74, HR 107 x/m, RR 21
x/m, Suhu 36,4C. Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-). Dimanakah letak
tersering dari diagnosis pasien di atas?
A. Ovarium
B. Fimbriae
C. Ampulla
D. Isthmus
E. Interstitium
Wanita 19 tahun, G1P0A0, merasa hamil 2 bulan, datang ke IGD bercak
perdarahan dan nyeri perut hebat sejak 4 jam terakhir sebelum masuk RS. Pasien
tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis, TD 100/74, HR 107 x/m, RR 21
x/m, Suhu 36,4C. Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-). Dimanakah letak
tersering dari diagnosis pasien di atas?
A. Ovarium
B. Fimbriae
C. Ampulla
D. Isthmus
E. Interstitium
2

Definisi

• Kehamilan ektopik (KE): Implantasi embrio


di luar rahim
• Kehamilan ektopik terganggu (KET): Ruptur
kehamilan ektopik yang menyebabkan
perdarahan masif

Lokasi kehamilan ektopik

• 95% di tuba falopii  Tersering : Ampula


• 5% di lokasi lain (mis. ovarium, rongga
peritoneum, serviks)

52
2

Pemeriksaan

• Chandelier sign (nyeri goyang portio)


• RT  Penonjolan cavum douglas
• Kuldosintesis  darah
• USG  pastikan tempat implantasi
• B-HCG  pastikan kehamilan

53
2

Tatalaksana

• Tatalaksana Umum
• Resusitasi cairan 500ml dalam 15 menit atau 2L dalam 2 jam pertama
• Rujuk ke RS
• Laparotomi: eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii
• Kerusakan berat pada tuba  salpingektomi
• Kerusakan ringan pada tuba  salpingostomi
• Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan

54
A. Ovarium  tidak tepat
B. Fimbriae  tidak tepat
C. Ampulla
D. Isthmus  tidak tepat
E. Interstitium  tidak tepat

55
8
Seorang Wanita 38 tahun, G4P3A0 usia kehamilan 38 minggu, dirujuk ke IGD
karena perdarahan banyak dari jalan lahir sejak 1 jam sebelumnya. TD 90/60, HR
115, RR 26, T 36,7C. Dilakukan pemeriksaan USG, ditemukan seluruh ostium
internum tertutupi oleh plasenta.
Bagaimanakah tatalaksana definitif dari kasus tersebut?
A. Infus kristaloid guyur
B. Transfusi darah dengan PRC
C. Persalinan pervaginam
D. Persalinan dengan forsep
E. Persalinan perabdominam
Seorang Wanita 38 tahun, G4P3A0 usia kehamilan 38 minggu, dirujuk ke IGD
karena perdarahan banyak dari jalan lahir sejak 1 jam sebelumnya. TD 90/60, HR
115, RR 26, T 36,7C. Dilakukan pemeriksaan USG, ditemukan seluruh ostium
internum tertutupi oleh plasenta.
Bagaimanakah tatalaksana definitif dari kasus tersebut?
A. Infus kristaloid guyur
B. Transfusi darah dengan PRC
C. Persalinan pervaginam
D. Persalinan dengan forsep
E. Persalinan perabdominam
2

Definisi

• Implantasi plasenta pada bagian bawah


rahim sehingga menutupi jalan lahir.

Manifestasi Klinis

• Perdarahan per vaginam


• Tidak ada nyeri perut
• Berwarna merah segar
• Sentinel bleeding: Riwayat perdarahan pertama kali yang berhenti sendiri

59
2

Klasifikasi

• Plasenta letak rendah


belum menutupi ostium interna (<2 cm)
• Plasenta marginal
plasenta terletak tepat di tepi ostium interna
• Plasenta previa parsial
plasenta terletak menutupi sebagian
ostium interna
• Plasenta previa totalis
plasenta menutupi seluruh ostium interna

60
2

Tatalaksana

• Perdarahan aktif ATAU gawat janin  SC cito


• UK >37 minggu tanpa perdarahan  SC elektif
• UK <37 minggu tanpa perdarahan  manajemen ekspektan
• Observasi 48 jam bila terjadi sentinel bleeding
• Pematangan paru pada UK <34 minggu
• Tokolisis bila ada kontraksi uterus

61
Solusio Plasenta vs Placenta Previa
Placental abruption/Solutio Placenta Placenta Previa

• Terlepasnya placenta sebagian atau


• Placenta yang berimplantasi pada SBR
Definisi seluruhnya dari tempat implantasinya
sehingga menutupi seluruh/Sebagian OUI
yang normal sebelum waktunya

• Hipertensi • Riw SC
• Cocaine • Gemeli
Faktor Resiko
• Trauma • Riw Abortus
• Multiparitas • Usia ibu > 30 tahun

• Merah tua s/d coklat hitam • Merah segar


Perdarahan • Terus menerus • Berulang
• Diserta nyeri • Tidak nyeri

Uterus • Tegang, bagian janin tak teraba • Tidak tegang, tidak nyeri tekan

• Lebih sering
• Jarang
Syok • Tidak sesuai dengan jumlah darah yang
• Sesuai dengan jumlah darah yang keluar
keluar

62
A. Infus kristaloid guyur  tatalaksana awal
B. Transfusi darah dengan PRC  bukan definitive
C. Persalinan pervaginam  dapat dilakukan pada plasenta previa
marginalis dan low lying
D. Persalinan dengan forsep  tatalaksana dengan alat bantu pada kala II
memanjang atau untuk mempercepat kala II pada fetal distress (dengan
indikasi tertentu)
E. Persalinan perabdominam

63
9
Seorang wanita G3P2A0 UK 32 minggu dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri
perut hebat sejak 4 jam yang lalu. Keluhan disertai dengan perdarahan dari jalan
lahir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/70, HR 110, RR 22. Mukosa pucat,
konjunctiva anemis, perabaan perut keras, bagian janin sulit diraba, DJJ (-).
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Ruptur uteri
B. Plasenta previa
C. Vasa previa
D. Abruptio Plasenta
E. Mola hidatidosa

65
Seorang wanita G3P2A0 UK 32 minggu dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri
perut hebat sejak 4 jam yang lalu. Keluhan disertai dengan perdarahan dari jalan
lahir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/70, HR 110, RR 22. Mukosa pucat,
konjunctiva anemis, perabaan perut keras, bagian janin sulit diraba, DJJ (-).
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Ruptur uteri
B. Plasenta previa
C. Vasa previa
D. Abruptio Plasenta
E. Mola hidatidosa

66
2

Definisi

• Terlepasnya sebagian/seluruh plasenta sebelum


persalinan pada UK >20 minggu

Etiologi

• Nekrosis desidua  mekanisme belum jelas


• Trauma

67
2

Manifestasi klinis

• Perdarahan per vaginam  mendadak; berwarna merah


gelap
• Terkadang perdarahan sangat sedikit / tidak ada karena
darah terperangkap antara membran korioamniotik dan
desidua  concealed bleeding
• Keram perut  akibat kontraksi uterus; nyeri punggung dapat
terjadi bila plasenta terletak di posterior
• Fundus uteri keras
• Syok Hemoragik  Hipotensi dan takikardia maternal
• Gawat janin  Bradikardia/takikardia janin

68
2

Pemeriksaan Penunjang

• Kadar Fibrinogen
• Perdarahan sedikit  kadar normal
• Perdarahan hebat (≤200 mg/dL)  curiga terjadi
komplikasi DIC
• Pencitraan
• USG: Hematoma retroplasenta
• CT/MRI: dapat dilakukan bila USG tidak menemukan
adanya kelainan
• CTG  menilai gawat janin
Perdarahan Retro
Plasenta

69
2

Grade Klinis Perdarahan Uterine Hipotensi Koagulopati Fetal Distress


Tenderness Maternal Konsumtif
0 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
1 Ya Ya atau Tidak Tidak Tidak
Tidak
2 Ya atau Tidak Ya Tidak Jarang Ya
3 Ya atau Tidak Ya Ya Sering Kematian
Tatalaksana Solusio Plasenta
Rujuk ke Faskes Sekunder

< 34 minggu ≥ 34 minggu

Tanpa gg ibu/janin, Gg ibu/Janin (+),


Lahirkan
Grade 0/1 Grade 2/3

Konservatif:
- Monitoring janin
• Perburukan
- Steroid
• ≥ 34 minggu
- Tokolitik jika
kontraksi

71
Diagnosa Banding Perdarahan ante-partum >20 Minggu

Etiologi Definisi Manifestasi Klinis


Perdarahan akibat separasi
mekanis plasenta yang Perdarahan tanpa nyeri perut + warna
Plasenta previa
terletak dekat/pada ostium merah segar
internum uteri

Pembuluh darah janin yang Perdarahan biasanya terjadi setelah


Vasa previa
berjalan melewati jalan lahir ruptur membran

Perdarahan akibat robekan Perdarahan merah gelap disertai nyeri


Solutio plasenta /
plasenta, letak plasenta perut hebat dan kontraksi hipertonik
Abruptio plasenta
normal uterus

72
A. Ruptur uteri  FR: Trauma, sering dijumpai mendekati waktu aterm, bagian
janin mudah teraba, ring van bandl
B. Plasenta previa  Perdarahan ante partum > 20 minggu, painless, merah
segar
C. Vasa previa  Perdarahan ante partum > 20 minggu, painless, pembuluh
darah menghalangi jalan lahir
D. Abruptio Plasenta
E. Mola hidatidosa  perdarahan ante partum < 20 minggu, TFU > UK,
keluhan dominan mual muntah

73
10
Seorang Wanita berusia 34 tahun UK 38 minggu dibawa ke IGD RS karena merasa
mulas yang semakin sering. Pemeriksaan TTV didapatkan dalam batas normal.
Pada pemeriksaan obstetric didapatkan kontraksi uterus 4x/10’/50”, pembukaan
8 cm, presentasi bokong, Hodge III. Selaput ketuban (-), teraba tali pusat di
depan bokong. Mekonium (+). DJJ 115x.
Diagnosa yang paling tepat adalah?
A. Tali pusat terkemuka
B. Tali pusat menumbung
C. Tali pusat okulta
D. Tali pusat tersembunyi
E. Vasa previa
Seorang Wanita berusia 34 tahun UK 38 minggu dibawa ke IGD RS karena merasa
mulas yang semakin sering. Pemeriksaan TTV didapatkan dalam batas normal.
Pada pemeriksaan obstetric didapatkan kontraksi uterus 4x/10’/50”, pembukaan
8 cm, presentasi bokong, Hodge III. Selaput ketuban (-), teraba tali pusat di
depan bokong. Mekonium (+). DJJ 115x.
Diagnosa yang paling tepat adalah?
A. Tali pusat terkemuka
B. Tali pusat menumbung
C. Tali pusat okulta
D. Tali pusat tersembunyi
E. Vasa previa
3B

Definisi

• Keluarnya tali pusat dari uterus sebelum janin

Faktor Resiko
• Malpresentasi
• Prematuritas
• Gemelli
• Hidramnion
• Plasenta Previa
• Panggul sempit

77
3B

Klasifikasi

Tali Pusat Menumbung (prolapse funiculi)


Tali pusat di bawah bagian terendah janin
Dapat prolaps ke vagina atau bahkan keluar vagina
Selaput Ketuban (-) / pecah
Tali Pusat Terkemuka
Berada di samping bagian terbawah janin
Dapat teraba saat VT
Selaput Ketuban (+) / intak
Occult prolapse / hidden prolapse
Berada di samping bagian terbawah janin
(-) teraba saat VT

78
3B

Pemeriksaan

• Inspekulo:
• Tali pusat terlihat di dekat bagian terbawah janin / di jalan lahir
• VT:
• Teraba tali pusat di dekat bagian terbawah
• Berdenyut  khas
• DJJ menurun  akibat kompresi tali pusat

79
3B

Tatalaksana

Tali Pusat Terkemuka


• Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan
posisi knee chest atau Trendelenburg. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
menyediakan layanan SC.

Tredelenburg Position Knee Chest Position


3B

Tatalaksana

Tali Pusat Terkemuka

•Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut atau tidak. Jika sudah tidak berdenyut, artinya janin telah mati
dan sebisa mungkin pervaginam tanpa tindakan agresif. Jika tali pusat masih berdenyut:
•Berikan oksigen.
•Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau memindahkan tali pusat yang tampak pada vagina
secara manual.
•Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest.
•Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi kompresi pada tali pusat
•Segera rujuk ibu ke fasilitas yang melayani seksio sesarea. Pada saat proses transfer dengan ambulans, posisi
knee chest kurang aman, sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri.
Algoritma Tatalaksana Prolaps Tali Pusat

Knee Chest Position

Baring ke Kiri
A. Tali pusat terkemuka  selaput ketuban (+)
B. Tali pusat menumbung
C. Tali pusat okulta  tali pusat tidak terlihat / tidak teraba
D. Tali pusat tersembunyi  tali pusat tidak terlihat / tidak teraba
E. Vasa previa  perdarahan ante partum > 20 minggu, DJJ menurun, tidak
nyeri

83
11
Seorang Wanita usia 32 tahun G2P1A0 hamil 32 minggu dirujuk ke IGD RS karena
mengalami demam dan keluar cairan berbau dari genitalia. Sejak 3 hari yang
lalu, pasien mengalami pecah ketuban namun tidak pergi berobat karena belum
ada kontaksi. Pada pemeriksaan fisik TD 110/80, T 38,9C, HR 100x, RR 22x/, DJJ
130x/menit, nyeri tekan abdomen (+). Pada pemeriksaan inspekulo menunjukkan
cairan berwarna hijau berbau busuk, tes Lakmus (+), dan ostium uteri tertutup.
Apakah diagnosis pada kasus tersebut?
A. Ketuban pecah dini preterm
B. Korioamnionitis
C. Abortus iminens
D. Vaginitis gonorrhea
E. Ketuban pecah dini
Seorang Wanita usia 32 tahun G2P1A0 hamil 32 minggu dirujuk ke IGD RS karena
mengalami demam dan keluar cairan berbau dari genitalia. Sejak 3 hari yang
lalu, pasien mengalami pecah ketuban namun tidak pergi berobat karena belum
ada kontaksi. Pada pemeriksaan fisik TD 110/80, T 38,9C, HR 100x, RR 22x/, DJJ
130x/menit, nyeri tekan abdomen (+). Pada pemeriksaan inspekulo menunjukkan
cairan berwarna hijau berbau busuk, tes Lakmus (+), dan ostium uteri tertutup.
Apakah diagnosis pada kasus tersebut?
A. Ketuban pecah dini preterm
B. Korioamnionitis
C. Abortus iminens
D. Vaginitis gonorrhea
E. Ketuban pecah dini
3A

Klasifikasi

Ketuban
Pecah Dini

KPD sangat KPD


PPROM PROM
preterm Memanjang
24 - <34 Minggu 34 - <37 Minggu ≥ 37 Minggu > 24 Jam

Jika disertai Tanda infeksi (Demam, leukositosis)  Korioamnionitis


3A

Faktor Risiko
• Ketuban pecah dini  tersering
• Persalinan lama
• Infeksi berulang, misalnya ISK, IMS

Manifestasi Klinis
• Demam
• Takikardi maternal, takikardi fetal
• Nyeri tekan fundus atau pelvis
• Cairan ketuban berbau dan purulen
3A

Pemeriksaan Penunjang

• Leukositosis > 15.000 sel/mikroL


• Peningkatan CRP
• Kultur secret vagina atau cairan ketuban  identifikasi etiologi
• Pemeriksaan untuk ketuban pecah dini (KPD) (Ferning test,
Nitrazin Test)
A. Ketuban pecah dini preterm  tidak spesifik, pada kasus sudah
didapatkan tanda infeksi
B. Korioamnionitis
C. Abortus iminens  perdarahan antepartum UK < 20 minggu, Riwayat
jaringan (-), portio tertutup
D. Vaginitis gonorrhea  salah satu faktor resiko korioamnionitis
E. Ketuban pecah dini  UK 37-42 minggu tanda infeksi (-)

90
12
Seorang Wanita 41 tahun G1P0A0 UK 32 minggu dibawa ke IGD dengan keluhan
mules-mules sejak 8 jam yang lalu, keluhan tidak disertai dengan keluar lender
dan darah. Didapatkan TD 130/80, HR 100, RR 20, T 37. Pemeriksaan obstetric
didapatkan TFU 30 cm, DJJ 140, His (+) 4x dalam 20 menit, selaput ketuban (+).
Tatalaksana yang dapat diberikan untuk mengurangi keluhan pasien adalah?
A. Oksitosin
B. Candesartan
C. Antibiotik
D. Dexametasone
E. MgSO4
Seorang Wanita 41 tahun G1P0A0 UK 32 minggu dibawa ke IGD dengan keluhan
mules-mules sejak 8 jam yang lalu, keluhan tidak disertai dengan keluar lender
dan darah. Didapatkan TD 130/80, HR 100, RR 20, T 37. Pemeriksaan obstetric
didapatkan TFU 30 cm, DJJ 140, His (+) 4x dalam 20 menit, selaput ketuban (+).
Tatalaksana yang dapat diberikan untuk mengurangi keluhan pasien adalah?
A. Oksitosin
B. Candesartan
C. Antibiotik
D. Dexametasone
E. MgSO4
3A

Kriteria Diagnosis

• Perubahan serviks progresif


• Dilatasi serviks 2 cm atau lebih
• Penipisan serviks 80% atau lebih

Klasifikasi

• Extremely preterm  <28 minggu


• Very preterm  28-31 minggu 6/7 hari
• Moderate-late preterm  32-36 minggu 6/7 hari

94
Tatalaksana Partus Prematurus
Partus Prematurus

Korioamnionitis, solusio plasenta, IUFD, gawat janin ✓


X
UK < 23 Minggu UK 23 - <34 Minggu UK ≥ 34 Minggu

KPD KPD

X ✓ X ✓
• Pematangan Paru
• Tokolisis • + Antibiotik profilaksis
Konseling Konservatif
• Neuroprotektor  KPD
Jika UK < 32 Minggu

Terminasi Kehamilan Lahirkan Janin (SC / Pervaginam) 


(kuretase / misoprostol) Sesuai indikasi
3A

Terapi farmakologis

Terapi Keterangan
Pematangan • Deksametason IM 6 mg/12 jam, selama 48 jam
paru • Betametason IM 12 mg/24 jam selama 48 jam

• Untuk memberi waktu pematangan paru, bukan untuk memperpanjang usia kehamilan
• Nifedipin loading dose 20-30 mg, dilanjutkan 10-20 mg / 4-8 jam hingga 48 jam (dosis
Tokolisis
maksimal 90 mg/hari)
• Magnesium sulfat 4 – 6 gram IV dalam 30 menit, dilanjutkan rumatan IV 1 – 4 g/jam

• Jika disertai KPD


Antibiotik profilaksis • Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
• Eritromisin 250 mg IV setiap 6 jam

• Pada usia kehamilan < 32 Minggu


Neuroprotektor
• MgSO4 4 g IV dalam 15 menit loading  1 g / jam maintenance

96
3A

Agen Tokolitik

It’s Not My Time


• Fungsi : Mengurangi kontraksi uterus
• First line : NSAID (mis: indometacine) atau CCB (mis:
Nifedipine)
• 24 – 32 Minggu : Indometacine
• 32 – 34 Minggu : Nifedipine
• Second line : Beta 2 adrenergic agonis (terbutaline), CCB
(mis: Nifedipine), MgSO4
• 24 – 32 Minggu : Nifedipine, MgSO4, Terbutaline
• 32 – 34 Minggu : terbutaline

MED+EASY
Indometacin, Nifedipine, MgSO4, Terbutaline
A. Oksitosin  uterotonic, tidak diberikan
B. Candesartan  antihipertensi, kontraindikasi pada kehamilan
C. Antibiotik  diberikan jika disertai KPD, namun tidak untuk mengatasi
keluhan pada kasus di soal
D. Dexametasone  diberikan pada UK < 34 minggu, tetapi bukan untuk
mengatasi keluhan (mules-mules) pada kasus di soal
E. MgSO4

98
13
Seorang Wanita 25 tahun G2P1A0 UK 13 minggu dibawa ke IGD RS karena mual
dan muntah hebat sejak 2 hari yang lalu. Saat ini muntah sudah berhenti. Pasien
memiliki Riwayat mual muntah hebat pada kehamilan pertama. BB menurun
drastic. Pada pemeriksaan didapatkan GCS E2V3M4, TD 70/50, HR 120, RR 24, T
37c.
Diagnosis yang paling tepat adalah?
A. Hiperemesis gravidarum grade 1
B. Hiperemesis gravidarum grade 2
C. Hiperemesis gravidarum grade 3
D. Hiperemesis gravidarum grade 4
E. Hiperemesis gravidarum grade 5
Seorang Wanita 25 tahun G2P1A0 UK 13 minggu dibawa ke IGD RS karena mual
dan muntah hebat sejak 2 hari yang lalu. Saat ini muntah sudah berhenti. Pasien
memiliki Riwayat mual muntah hebat pada kehamilan pertama. BB menurun
drastic. Pada pemeriksaan didapatkan GCS E2V3M4, TD 70/50, HR 120, RR 24, T
37c.
Diagnosis yang paling tepat adalah?
A. Hiperemesis gravidarum grade 1
B. Hiperemesis gravidarum grade 2
C. Hiperemesis gravidarum grade 3
D. Hiperemesis gravidarum grade 4
E. Hiperemesis gravidarum grade 5
3B

Diagnosa Banding

Emesis Gravidarum Hiperemesis Gravidarum

Mual muntah pada kehamilan tanpa


Mual muntah hebat
komplikasi

Frekuensi <5x Sehari BB turun >5%


Mual muntah hingga kurang dari 16 Minggu Dehidrasi, ketonuria, gangguan elektrolit

Jika didapatkan salah satu dari TRIAS diagnosis maka disebut hyperemesis
gravidarum. Jika tidak maka Emesis gravidarum

102
3B

Derajat Keparahan

• Grade 1: KU lemah, tidak mau makan, TD turun sedikit (DEHIDRASI)


• Grade 2: KU lemah, turgor jelek, nadi lemah dan cepat, DEMAM, KETON (+)
• Grade 3: KU jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma,
MUNTAH(-)

Grading Modified PUQE Index


• ≤6 → Ringan
• 7-12 → Sedang
• 13-15 → Berat

103
3B

Tatalaksana

DERAJAT I DERAJAT II DERAJAT III

• Tx/Piridoksin + doxylamine
• Tx/multivitamin • Tx/multivitamin
PO
IV+dimenhidrinat IV drip IV+dimenhidrinat IV drip
• Belum teratasi 
• Ondansentron • Ondansentron
dimenhidrinat PO atau
IV/metoklopramid IV/metoklopramid
promethazin PO

104
A. Hiperemesis gravidarum grade 1  sadar, dehidrasi (+)
B. Hiperemesis gravidarum grade 2  kesadaan menurun, keton (+), muntah
(+)
C. Hiperemesis gravidarum grade 3
D. Hiperemesis gravidarum grade 4  tidak ada
E. Hiperemesis gravidarum grade 5  tidak ada

105
14
Seorang Wanita berusia 36 tahun, G1P0A0 UK 36 minggu, dirujuk dari Puskesmas
ke RS karena tekanan darah tinggi. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat
hipertensi sebelumnya. Saat ini pasien tidak mengeluhkan keluhan apapun.
Pemeriksaan fisik didapatkan TD 180/100, HR 100, RR 20, T 36. Dari pemeriksaan lab
ditemukan proteinuria +2 serta kreatinin serum 2,0 mg/dL.
Obat anti hipertensi yang tidak dapat diberikan pada kasus di atas adalah?
A. Nifedipine
B. Nicardipine
C. Valsartan
D. Metildopa
E. Labetalol
Seorang Wanita berusia 36 tahun, G1P0A0 UK 36 minggu, dirujuk dari Puskesmas
ke RS karena tekanan darah tinggi. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat
hipertensi sebelumnya. Saat ini pasien tidak mengeluhkan keluhan apapun.
Pemeriksaan fisik didapatkan TD 180/100, HR 100, RR 20, T 36. Dari pemeriksaan lab
ditemukan proteinuria +2 serta kreatinin serum 2,0 mg/dL.
Obat anti hipertensi yang tidak dapat diberikan pada kasus di atas adalah?
A. Nifedipine
B. Nicardipine
C. Valsartan
D. Metildopa
E. Labetalol
Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi kronis

Hipertensi Hilang dalam Hipertensi


12 minggu
Gestasional postpartum gestasional
Organ
≥ 20 minggu damage/
proteinuria Preklamsia
Preklamsia Gejala Berat tanpa gejala
Onset berat
Hipertensi

Hipertensi
Kronis Preklamsia
Organ
dengan
< 20 minggu damage/
proteinuria gejala berat
Superimpose
Preklamsia + KEJANG

EKLAMPSIA
Prinsip tatalaksana
Pemberian MgSO4

MgSO4 Dosis
Ekspektatif
Preeklampsia • Initial dose: 4 gr 40% + akuades 10 cc berikan IV bolus
(sesuai perlahan 15 – 20 menit
indikasi) Suplementasi Ca • Maintenance: 6 gr 40% + RL 500 cc drips selama 6 jam
1000mg/hari • Kejang berulang: 4 gr IV volus perlahan 15 – 20 menit

Syarat
1st Line: MgSO4
Antikonvulsan • Terdapat reflex patella MED+EASY:
• Tersedia kalsium glukonas sebagai antidotum 16 UKP
2nd Line: Diazepam IV • RR baik (>16 x/ menit)
PEB
• Urine output baik (>0,5 cc/kgBB/jam)
!st Line: Nifedipine
Antihipertensi
2nd Line: Metildopa Antidotum

• Ca glukonas 10% (1 g dalam 10 ml) IV bolus 10 menit

Terapi Definitive  Terminasi Kehamilan

110
3A
3B
Pilihan Anti Hipertensi

Nama Obat Dosis Keterangan


MED+EASY
10 mg, PO, diulang 15-30 menit, maks 30
ESO: nifedipine short-acting dapat Anti-HT aman
Nifedipin mg, short acting
1x20-30 mg, PO, long acting
mengakibatkan hipoperfusi janin dalam kehamilan
Hey MoLeN
5 mg/jam, dititrasi 2,5 mg/jam tiap Hydralazine
Nikardipin 5 menit hingga maksimum ESO: sakit kepala Metildopa
10 mg/jam
Labetalol
2x250-500 mg, PO
First-line untuk hipertensi kronik, Nifedipin
Metildopa metildopa mempunyai safety margin
(dosis maksimum 2000 mg/hari)
yang luas (paling aman)

ACE-i, ARB, dan hidroklorotiazid (HCT) kontraindikasi pada ibu hamil


Pilihan anti HT:
HT Kronis  Metildopa
PEB  Nifedipine

111
A. Nifedipine  dapat diberikan pada HT dalam kehamilan, anti HT pilihan
utama pada PEB
B. Nicardipine  dapat diberikan pada HT dalam kehamilan
C. Valsartan
D. Metildopa  pilihan utama HT dalam kehamilan
E. Labetalol  dapat diberikan pada HT dalam kehamilan

112
15
Seorang wanita 39 tahun, G3P1A1, UK 28 minggu, dibawa ke RS karena tidak
merasakan gerakan janinnya lagi 1 minggu ini. Belakangan ini ia mulai menyadari
tidak ada Gerakan menendang dari bayinya yang dirasakan di perutnya. Tidak
terdapat riwayat trauma maupun perdarahan sebelumnya. TTV dalam batas
normal. Pemeriksaan USG tampak gambar sebagai berikut.
Apa komplikasi yang dapat terjadi bila keadaan ini didiamkan lama?
A. Syok hipovolemik
B. Koagulasi intravaskular diseminata
C. Perdarahan dari jalan lahir
D. Konvulsi maternal
E. Polihidramnion
Seorang wanita 39 tahun, G3P1A1, UK 28 minggu, dibawa ke RS karena tidak
merasakan gerakan janinnya lagi 1 minggu ini. Belakangan ini ia mulai
menyadari tidak ada Gerakan menendang dari bayinya yang dirasakan di
perutnya. Tidak terdapat riwayat trauma maupun perdarahan sebelumnya. TTV
dalam batas normal. Pemeriksaan USG tampak gambar sebagai berikut.
Apa komplikasi yang dapat terjadi bila keadaan ini didiamkan lama?
A. Syok hipovolemik
B. Koagulasi intravaskular diseminata Spalding Sign
C. Perdarahan dari jalan lahir
D. Konvulsi maternal
E. Polihidramnion
2

Klinis

• Uterus tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin mengecil


• Gerakan janin tidak lagi dirasakan
• DJJ (-)
• BB ibu menurun
• Bila kematian janin telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni akibat
penimbunan gas dalam tubuh
2

Pemeriksaan Penunjang

• USG  dapat menemukan beberapa etiologi IUFD


• oligohidramnion
• hydrops fetalis

Tanda Definisi
Robert’s sign Udara pada jantung dan pembuluh darah besar
Tulang tengkorak yang tumpang tindih akibat otak yang
Spalding sign
mengecil
Ball sign Hiperfleksi vertebrae
Helix sign Gas pada arteri umbilikalis
Crowding of ribs
Iga terlihat tumpeng tindih akibat tubuh janin yang melingkar
shadow
Gerhard sign hiperekstensi kepala dan tulang leher janin
Naujokes sign tulang punggung janin sangat melengkung

117
2

Pemeriksaan Penunjang

Spalding Sign ball Sign


118
2

Komplikasi Tersering

• Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)


• Sepsis
• Gagal Ginjal Akut
• Maternal mortality

119
A. Syok hipovolemik  kurang tepat
B. Koagulasi intravaskular diseminata
C. Perdarahan dari jalan lahir  kurang tepat
D. Konvulsi maternal  kurang tepat
E. Polihidramnion  kurang tepat

120
16
Seorang perempuan usia 32 tahun datang ke Poli RS diantar suaminya ingin
mengkonsultasikan kehamilannya. Pasien hamil ketiga usia kehamilan 8 minggu
dan memiliki riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan IgM toxoplasma (-), IgG toxoplasma (+).
Apakah diagnosis yang paling mungkin?
A. Infeksi akut toxoplasma
B. Infeksi kronis toxoplasma
C. Reaktivasi infeksi toxoplasma
D. Rekurensi infeksi toxoplasma
E. Infeksi toxoplasma sekunder

122
Seorang perempuan usia 32 tahun datang ke Poli RS diantar suaminya ingin
mengkonsultasikan kehamilannya. Pasien hamil ketiga usia kehamilan 8 minggu
dan memiliki riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan IgM toxoplasma (-), IgG toxoplasma (+).
Apakah diagnosis yang paling mungkin?
A. Infeksi akut toxoplasma
B. Infeksi kronis toxoplasma
C. Reaktivasi infeksi toxoplasma
D. Rekurensi infeksi toxoplasma
E. Infeksi toxoplasma sekunder

123
3A

Manifestasi Klinis
• 80% asimtomatis
• Maternal: Limfadenopati bilateral dan simetris (biasanya di servikal)
• Janin :
• Tetrad Sabin
• Hidrosefalus
• Kalsifikasi intracranial difus
• Korioretinitis
• Retardasi mental
3A

Interpretasi Serologi

IgM IgG Interpretasi


(-) (-) Tidak ada infeksi
Ulang IgG 2 minggu lagi:
(+) (-) • IgG (-): false positive
• IgG (+): infeksi akut

Pemeriksaan Aviditas
(+) (+) • Aviditas rendah: infeksi akut
• Aviditas tinggi: infeksi kronik (>4 bulan)

Infeksi latent
(-) (+) Aviditas tinggi: Reaktivasi infeksi lama
Aviditas rendah: Infeksi akut
125
3A

Tatalaksana: dikonsumsi hingga persalinan

• UK <18 minggu
• Spiramisin 3x1 g PO
• PCR:
• PCR (+) : pirimetamin, sulfadiazin + asam folinat hingga persalinan
• Pirimetamin 2x50 mg (hari 1 & 2), 1x50 mg (hari 3 – persalinan)
• Sulfadiazin 3x1 g/hari hingga persalinan
• Asam folinat 10 mg/minggu hingga persalinan
• PCR (-) : teruskan spiramisin hingga persalinan
• UK ≥18 minggu
• Pirimetamin, sulfadiazin + Asam folinat

Sulfadiazin tidak ada di Indonesia, biasanya diganti dengan Klindamisin


Infeksi TORCH dalam Kehamilan
Infeksi Manifestasi Klinis Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana
• ≤ 18 minggu : Spiramisin 3 x 1
• Trias:
gram
• Korioretinitis
Antibodi IgG dan IgM • > 18 minggu :
Toxoplasmosis • Hidrosefalus
PCR Pirimetamine/Sulfadiazine +
• Kalsifikasi intracranial difus
Leucovorin (Asam folat) sampai
• Purpura dan petekie (blueberry muffin rash)
aterm
VDRL atau RPR
• Jaundice dan hepatosplenomegaly
Sifilis Dark Field Microscopy • Inj. BPG 2,4 juta IU
• Ruam makulopapular
PCR
IUGR, premature
Antibodi IgG dan IgM • Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
Varicella Zooster Korioretinitis, katarak
PCR • VZIG

• Katarak
• Tuli kongenital Antibodi IgG dan IgM
Rubella • Profilaksis: Vaksinasi
• Kelainan jantung (PDA, dll) PCR
• Purpura dan petekie (blueberry muffin rash)

• Korioretinitis
• Ibu: Valasiklovir
Cytomegalovirus • Mikrosefali Antibodi IgG dan IgM
• Neonatus: Ganciclovir
(CMV) • Kalsifikasi intracranial (intraventrikuler) PCR
• Terminasi Kehamilan
• Peteki, purpura, jaundice

• IUGR, premature • Asiklovir IV 5 mgBB / 8 jam


Herpes Simplex PCR
• Lesi SEM Involvement (Skin Eye Mouth) selama 7 – 10
Virus (HSV) Kultur
• CNS Involvement : meningoencephalitis • Piluhan persalinan : SC
A. Infeksi akut toxoplasma  IgG dan IgM (+) dengan aviditas rendah
B. Infeksi kronis toxoplasma
C. Reaktivasi infeksi toxoplasma  diperlukan pemeriksaan aviditas, aviditas
IgG tinggi
D. Rekurensi infeksi toxoplasma  diperlukan pemeriksaan aviditas, aviditas
IgG tinggi
E. Infeksi toxoplasma sekunder  tidak tepat

128
17
Seorang Wanita berusia 22 tahun datang dengan suaminya ke praktik dokter
untuk berkonsultasi mengenai kontrasepsi. Pasien post coitus dengan suaminya 1
hari yang lalu. Pasien ingin mencegah kehamilan. Riwayat penggunaan
kontrasepsi lainnya disangkal, penggunaan kondom saat coitus disangkal.
Diketahui haid terakhir pasien 12 hari yang lalu.
Tindakan yang paling tepat adalah?
A. Edukasi bahwa pasien tidak sedang dalam masa subur jadi kemungkinan
terjadi konsepsi sangat minimal
B. Edukasi bahwa pasien sedang dalam masa subur dan terjadinya konsepsi
sudah tidak bisa dihindari
C. Pemasangan AKDR
D. Pemberian pil kombinasi dosis tinggi
E. Pemberian kontrasepsi injeksi progestin
Seorang Wanita berusia 22 tahun datang dengan suaminya ke praktik dokter
untuk berkonsultasi mengenai kontrasepsi. Pasien post coitus dengan suaminya 1
hari yang lalu. Pasien ingin mencegah kehamilan. Riwayat penggunaan
kontrasepsi lainnya disangkal, penggunaan kondom saat coitus disangkal.
Diketahui haid terakhir pasien 12 hari yang lalu.
Tindakan yang paling tepat adalah?
A. Edukasi bahwa pasien tidak sedang dalam masa subur jadi kemungkinan
terjadi konsepsi sangat minimal
B. Edukasi bahwa pasien sedang dalam masa subur dan terjadinya konsepsi
sudah tidak bisa dihindari
C. Pemasangan AKDR
D. Pemberian pil kombinasi dosis tinggi
E. Pemberian kontrasepsi injeksi progestin
4

Cara Hitung Masa Subur

1 HARI 2 HARI

HAID 14 hari sebelum HAID


haid berikutnya

Masa Subur
• Siklus teratur (selalu sama) (hari pertama haid +14) ± 2 hari
• Siklus tidak teratur  Siklus terpanjang – 11, Siklus Terpendek – 18

Contoh:
1. HPH: 10 Januari 2021, siklus teratur. Masa Subur?
2. HPH: 1 Januari 2021, siklus tidak teratur (26, 27, 28). Masa Subur?
4

Cara Komposisi Merk Dagang Dosis Waktu pemberian

Cooper T
Satu kali 5 hari
AKDR-Cu Multiload
pemasangan pascasenggama
Nova T

Microgynon 50
Ovral
Pil kombinasi 0,05 mg etinil estradion + 3 hari pasca
Neogynon 2 x 2 tablet
dosis tinggi 0,25 mg levo-norgestrel senggama
Norgiol
Eugynon

Microgynon 30
Pil kombinasi 0,03 mg etinil estradion +
Mikrodiol 2 x 4 tablet
dosis rendah 0,15 levo-norgestrel
Nordette

Progestin 1,5 mg levo-norgestrel Postinor 2 x 1 tablet


A. Edukasi bahwa pasien tidak sedang dalam masa subur jadi kemungkinan
terjadi konsepsi sangat minimal  pasien sedang dalam masa subur
B. Edukasi bahwa pasien sedang dalam masa subur dan terjadinya konsepsi
sudah tidak bisa dihindari  kontrasepsi darurat masih dapat diberikan
C. Pemasangan AKDR  dapat diberikan SAMPAI 5 hari pasca senggama
D. Pemberian pil kombinasi dosis tinggi
E. Pemberian kontrasepsi injeksi progestin  bukan pilihan kontrasepsi
darurat

134
18
Referensi : UKMPPD Batch Mei 2022 Sesi 1
Seorang wanita usia 43 tahun, P2A0 datang ke dokter kandungan dengan
keluhan nyeri perut bawah hebat saat haid dan haid dengan jumlah banyak
sejak 2 bulan lalu. Keluhan penurunan berat badan disangkal. TTV dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan uterus yang membesar difus dengan
TFU di simfisis pubis. Nyeri tekan pada uterus dan adneksa tidak dijumpai. Plano
test (-).
Kemungkinan diagnosis adalah?
A. Leiomioma
B. Adenomiosis
C. Endometriosis
D. Kista coklat
E. Kista ovarium
Referensi : UKMPPD Batch Mei 2022 Sesi 1
Seorang wanita usia 43 tahun, P2A0 datang ke dokter kandungan dengan
keluhan nyeri perut bawah hebat saat haid dan haid dengan jumlah banyak
sejak 2 bulan lalu. Keluhan penurunan berat badan disangkal. TTV dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan uterus yang membesar difus dengan
TFU di simfisis pubis. Nyeri tekan pada uterus dan adneksa tidak dijumpai. Plano
test (-).
Kemungkinan diagnosis adalah?
A. Leiomioma
B. Adenomiosis
C. Endometriosis
D. Kista coklat
E. Kista ovarium
2

Definisi

• Pertumbuhan jaringan yang mirip dengan


endometrium di luar kavum uteri
• Adenomiosis  pertumbuhan
endometrium di myometrium
(endometriosis interna)
• Patofisiologi:
• Retrograde menstruation

Faktor Resiko

• Usia tersering : 40 – 50 Tahun


• Adenomiosis uteri  menyebabkan
abortus

138
2

Predileksi

• Miometrium  Adenomyosis
• dapat dijumpai pembesaran uterus
• Ovarium  Kista coklat
• Massa pada adneksa

139
2

Manifestasi klinis

• 4D
• Dismenorrhea
• Dispareunia
• Diskezia
• Disuria
• Infertilitas

140
2

Pemeriksaan

• Pemeriksaan fisik:
• Adenomyosis  dapat teraba massa pada perut
bagian bawah
• Teraba nodul di lig. Uterosacral
• CA-125  Meningkat Powder-burned appereance

• USG  massa kistik dengan gambaran ground


glass echogenocity (ekogenositas rendah)
• Laparoskopi  gambaran biru-hitam / powder-
burned appereance
• Histopatologi  Gold Standard
Ground Glass Echogenicity

141
Mioma Uterus dan Endometriosis
Mioma Uteri Endometriosis
Definisi Tumor otot polos Endometrium di luar uterus

Faktor risiko Estrogen Retrograde menstruation

4D:
Menorrhagia
Gejala dominan dismenore, dysuria, dyschezia, dyspareunia
Metrorrhagia
Infertilitas
Biasanya tidak membesar
Uterus Membesar ireguler Adenomyosis  membesar reguler
Kista coklat  massa di adneksa
USG: Massa hipoekoik USG: Ground glass opacity
Pemeriksaan
Histopatologi: whorl like pattern Powder-burn appearance, kista coklat

Tips menjawab soal:


• Gejala utama: AUB (perdarahan diluar siklus), Gejala penyerta: dominan dismenore  Endometriosis, dominan massa  mioma
• Adenomyosis : pembesaran regular + dismenore

142
A. Leiomioma  keluhan utama pembesaran uterus, dapat disertai nyeri
haid, pembesaran ireguler
B. Adenomiosis
C. Endometriosis  keluhan utama nyeri haid, tidak disertai pembesaran
uterus
D. Kista coklat  endometriosis di dalam ovarium, biasanya didapatkan
pembesaran pada adneksa
E. Kista ovarium  pembesaran pada adneksa (+)

143
19
Seorang wanita, berusia 40 tahun, P4A0 datang ke IGD Puskesmas mengeluh
mengeluarkan darah setelah berhubungan seksual sejak 2 bulan terakhir.
Sebelumnya, sejak 3 bulan terakhir pasien sering mengeluh keputihan yang
berbau. Dari pemeriksaan inspekulo tampak cervix berubah menjadi massa tumor
rapuh dan mudah berdarah mirip gambaran bunga kol.
Tindakan selanjutnya adalah?
A. Krioterapi
B. Pap Smear
C. IVA
D. Rujuk
E. TCA 80%
Seorang wanita, berusia 40 tahun, P4A0 datang ke IGD Puskesmas mengeluh
mengeluarkan darah setelah berhubungan seksual sejak 2 bulan terakhir.
Sebelumnya, sejak 3 bulan terakhir pasien sering mengeluh keputihan yang
berbau. Dari pemeriksaan inspekulo tampak cervix berubah menjadi massa
tumor rapuh dan mudah berdarah mirip gambaran bunga kol.
Tindakan selanjutnya adalah?
A. Krioterapi
B. Pap Smear
C. IVA
D. Rujuk
E. TCA 80%
2

Manifestasi Klinis

• Post-coital bleeding  perdarahan setelah berhubungan seksual


• Discharge dengan bau tidak sedap
• Dispareunia  nyeri saat berhubungan seksual
• Nyeri panggul
• Nyeri saat berkemih
• Konstipasi dan hematuria  bila sudah terjadi metastasis

Penegakan diagnosis

• Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)  Hasil Acetowhite (+)  di FKTP
• Papanicolau smear (PAP Smear)  Hasil dysplasia (+)  di FKTL
• Histopatologi (Patologi Anatomi)  Biopsi  Gold Standard

147
Algoritma Tes IVA
TES IVA
Wanita menikah
usia 30 – 50

HASIL (-)
HASIL (+) CURIGA KANKER
Ulang 3-5 tahun

LUAS LESI <75% LUAS LESI>75%

KRIOTERAPI RUJUK UNTUK


Ulang IVA tiap tahun DILAKUKAN BIOPSI

148
Algoritma tes Pap Smear
PAP SMEAR
Wanita menikah
usia 30 – 50

HASIL NORMAL
HASIL ABNORMAL SEL KANKER (+)
Ulang 3-5 tahun

BIOPSI KONISASI /
KOLPOSKOPI HISTEREKTOMI

NORMAL PEMBEDAHAN
LEEP  Lesi derajat tinggi
Ulang IVA tiap tahun LLLETZ  lesi derajat tinggi

149
Penegakan Diagnosis
PAP SMEAR IVA

Screening yang baik, dilakukan terutama


Lebih baik dalam hal penegakan diagnosis
pada daerah minim fasilitas

Perlu persiapan
- Tidak boleh senggama 3 hari sebelum
- Tidak boleh bilas vagina 3 hari sebelum Tidak memerlukan persiapan terlebih dahulu
- Tidak boleh terkena spermisida 3 hari
terakhir

Hasil didapat 1 minggu kemudian (periksa PA) Hasil langsung tampak

IVA dan PAP Smear merupakan pilihan skrining yang


baik, tapi jika soal bilang pemeriksaan di PUSKESMAS,
maka IVA merupakan pilihan

150
A. Krioterapi  dilakukan jika hasil tes IVA luas lesi <75%
B. Pap Smear  pemeriksaan rutin, tidak dilakukan jika pada inspeksi
didapatkan cervix rapuh dan mudah berdarah
C. IVA  pemeriksaan awal dapat dilakukan di puskesmas, tidak dilakukan
jika pada inspeksi didapatkan cervix rapuh dan mudah berdarah
D. Rujuk
E. TCA 80%  tatalaksana kondiloma akuminata

151
20
Seorang Wanita usia 31 tahun datang ke poli kandungan dengan keluhan
perdarahan dari vagina. Perdarahan dirasakan setelah berhubungan seksual.
Riwayat berhubungan seksual diluar pasangan disangkal. TTV dalam batas
normal, pada pemeriksaan inspekulo dijumpai massa bertangkai pada cervix.
Mekanisme penyakit tersebut adalah?
A. Sumbatan pada ductus yang ada di cervix
B. Pertumbuhan jaringan pada cavum endometrium
C. Pertumbuhan jaringan pada ektoserviks
D. Pertumbuhan jaringan endometrium
E. Proliferasi jaringan otot cervix
Seorang Wanita usia 31 tahun datang ke poli kandungan dengan keluhan
perdarahan dari vagina. Perdarahan dirasakan setelah berhubungan seksual.
Riwayat berhubungan seksual diluar pasangan disangkal. TTV dalam batas
normal, pada pemeriksaan inspekulo dijumpai massa bertangkai pada cervix.
Mekanisme penyakit tersebut adalah?
A. Sumbatan pada ductus yang ada di cervix
B. Pertumbuhan jaringan pada cavum endometrium
C. Pertumbuhan jaringan pada ektoserviks
D. Pertumbuhan jaringan endometrium
E. Proliferasi jaringan otot cervix
2

Definisi etiologi

• Tumor jinak serviks dari bagian endo/ekto


serviks  hyperplasia epitel serviks

Klinis

• Dispaerunia
• Perdarahan paska koitus
• Perdarahan saat haid

155
2

Inspekulo

• Massa bertangkai pada serviks, rapuh, mudah berdarah

Histologi

• Sel epitel kolumnar selapis

Tatalaksana

• Polipektomi / ekstirpasi

156
Massa Genitalia
Kista / abses
Kista gartner Kista Nabothi Polip Serviks
bartholini
Lokasi Vulva Vagina Cervix Cervix

Benjolan Post coital


Klinis Benjolan Asimtomatis
Fluktuasi  abses bleeding

Obstruksi kanalis
Obstruksi kelenjar Infeksi/restrukstur Hyperplasia
Etiologi wolfii (ductus
bartholin asi endoserviks epitel serviks
mesonefros)

Observasi
Insisi drainase
Tatalaksana Insisi lalu eksisi Elektrokauterisasi Ekstirpasi
marsupialisasi
Krioterapi
A. Sumbatan pada ductus yang ada di cervix  patomekanisme kista
nabothi
B. Pertumbuhan jaringan pada cavum endometrium  patomekanisme
hyperplasia endometrium
C. Pertumbuhan jaringan pada ektoserviks
D. Pertumbuhan jaringan endometrium  patomekanisme hyperplasia
endometrium
E. Proliferasi jaringan otot cervix  patomekanisme mioma uteri

158
21
Seorang Wanita usia 31 tahun, datang ke IGD mengeluhkan nyeri perut bawah.
Pasien telah menikah selama 5 tahun, namun belum hamil meskipun telah
menjalani program hamil. Terdapat riwayat penyakit infeksi Gonorea sebanyak 3
kali sebelum menikah. TTV didapatkan TD 130/90, HR 110, RR 22, T 38oC. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan massa pada abdomen kuadran kiri bawah, nyeri
goyang portio (-), inspekulo dbn, VAS 7.
Apakah diagnosis yang paling memungkinkan pada kasus tersebut?
A. Torsio kista ovarium
B. Adenomiosis
C. Endometriosis
D. Tubo Ovarian Abses
E. Pelvic Inflammatory Disease
Seorang Wanita usia 31 tahun, datang ke IGD mengeluhkan nyeri perut bawah.
Pasien telah menikah selama 5 tahun, namun belum hamil meskipun telah
menjalani program hamil. Terdapat riwayat penyakit infeksi Gonorea sebanyak 3
kali sebelum menikah. TTV didapatkan TD 130/90, HR 110, RR 22, T 38oC. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan massa pada abdomen kuadran kiri bawah, nyeri
goyang portio (-), inspekulo dbn, VAS 7.
Apakah diagnosis yang paling memungkinkan pada kasus tersebut?
A. Torsio kista ovarium
B. Adenomiosis
C. Endometriosis
D. Tubo Ovarian Abses
E. Pelvic Inflammatory Disease
Definisi
• Massa infeksi pada tuba fallopi / ovarium yang timbul sebagai komplikasi dari
pelvic inflammatory disease (PID)

Etiologi
• PID sebelumnya
• Polimikroba
• E. coli
• Bacteroides fragilis
• Actinomyces israelii à berhubungan Degnan penggunaan IUD
Manifestasi Klinis

• Nyeri abdomen bagian bawah  biasanya RLQ / LLQ


• Ditemukan massa pada adneksa  dapat berfluktuasi
• Demam
• Duh tubuh vagina
• Bila terjadi ruptur abses:
• Akut abdomen
• Peritonitis
• Sepsis
DD/ Nyeri Adneksa
Nyeri Adneksa

Tanda infeksi (+) Nyeri saat haid (+)


Hamil (+) (< 20 Minggu)
Nyeri Goyang Porsio (+) Teraba Massa adneksa (+)

PID Kista Coklat Kehamilan Ektopik

Massa (+) Perdarahan (+)


Riwayat Manuver Abdomen (+)
Fluktuasi Hipotensi / Syok (+)

Abses Tuboovarium Torsio Kista Ovarium Kehamilan Ektopik Terganggu

Torsio kista ovarium dapat berkembang dari kista yang lainnya, mis: PCOS
A. Torsio kista ovarium  Riwayat manuver abdomen (+), Demam (-)
B. Adenomiosis  nyeri saat haid (+), massa adneksa (+)
C. Endometriosis  nyeri saat haid (+), biasanya tidak dijumpai massa
D. Tubo Ovarian Abses
E. Pelvic Inflammatory Disease  merupakan faktor resiko pada scenario
kasus

165
22
Seorang Wanita 33 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri perut kiri bawah
mendadak disertai dengan mual dan muntah. Pasien memiliki riyat terdiagnosa
kista ovarium sejak 3 bulan lalu. Pada pemeriksaan USG didapatkan pembesaran
tuba 3 – 4 cm dan didapatkan darah pada rongga abdomen. Pemeriksaan
doppler meunjukkan penurunan vaskularisasi. Plano test (-)
Kemungkinan diagnosis pasien tersebut adalah?
A. Kehamilan ektopik terganggu
B. Torsio kista ovarium tanpa ruptur
C. PID
D. Abses tuboovarium
E. Torsio kista ovarium disertai ruptur

167
Seorang Wanita 33 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri perut kiri bawah
mendadak disertai dengan mual dan muntah. Pasien memiliki riyat terdiagnosa
kista ovarium sejak 3 bulan lalu. Pada pemeriksaan USG didapatkan pembesaran
tuba 3 – 4 cm dan didapatkan darah pada rongga abdomen. Pemeriksaan
doppler meunjukkan penurunan vaskularisasi. Plano test (-)
Kemungkinan diagnosis pasien tersebut adalah?
A. Kehamilan ektopik terganggu
B. Torsio kista ovarium tanpa ruptur
C. PID
D. Abses tuboovarium
E. Torsio kista ovarium disertai ruptur

168
3B

Manifestasi Klinis / Cardinal sign:

• Nyeri pelvis akut hebat


• Mual, muntah
• Massa adneksa (+)
• Demam  penanda nekrosis
3B

Pemeriksaan Penunjang

• Pencitraan:
• Transvaginal ultrasonography dan Doppler  pemeriksaan utama
• Edema ovarium
• Whirlpool sign  gambaran pembuluh darah ovarium yang terpelintir, dapat ditemukan juga
pada CT-scan
• Doppler  ↓ aliran darah
• CT Scan / MRI  tidak rutin dilakukan
DD/ Nyeri Adneksa
Nyeri Adneksa

Tanda infeksi (+) Nyeri saat haid (+)


Hamil (+) (< 20 Minggu)
Nyeri Goyang Porsio (+) Teraba Massa adneksa (+)

PID Kista Coklat Kehamilan Ektopik

Massa (+) Perdarahan (+)


Riwayat Manuver Abdomen (+)
Fluktuasi Hipotensi / Syok (+)

Abses Tuboovarium Torsio Kista Ovarium Kehamilan Ektopik Terganggu

Torsio kista ovarium dapat berkembang dari kista yang lainnya, mis: PCOS
A. Kehamilan ektopik terganggu  plano test(+), chandelier sign (+)
B. Torsio kista ovarium tanpa rupture  tidak disertai hemoperitoneum
C. PID  chandelier sign (+), plano test (-), tanda infeksi (+)
D. Abses tuboovarium  tanda infeksi (+), Riwayat PID (+), massa adneksa
(+)
E. Torsio kista ovarium disertai ruptur

172
23
Seorang Wanita berusia 56 tahun datang ke poli kandungan dengan keluhan
terdapat benjolan dari kemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan portio cervix terletak di introitus vagina, tanda infeksi (-)
Terapi konservatif yang tepat adalah?
A. Senam kegel
B. Cincin pesarium
C. Histerektomi
D. Observasi
E. Vaginoraphy
Seorang Wanita berusia 56 tahun datang ke poli kandungan dengan keluhan
terdapat benjolan dari kemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan portio cervix terletak di introitus vagina, tanda infeksi (-)
Terapi konservatif yang tepat adalah?
A. Senam kegel
B. Cincin pesarium
C. Histerektomi
D. Observasi
E. Vaginoraphy
3A

Definisi

• Keluarnya organ pelvis menuju atau melebihi dinding vagina.

Diagnosis Keterangan

Turunnya vesika urinaria  herniasi dinding anterior Q tip test (+), Gangguan
Sistokel
vagina BAK

Rektokel Turunnya rektum  herniasi dinding posterior vagina Gangguan BAB

Enterokel Herniasi usus ke/menembus dinding vagina Bising usus (+)

Prolaps uteri Penurunan serviks ke sisi inferior (ke arah hymen)

Hernia ketiga kompartemen (rektum, vesika urinaria,


Prosidensia uteri Atau Prolaps uteri grade IV
uterus) ke introitus vagina
3A

Klasifikasi
3A

Gejala Klinis

• Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal di vagina atau menonjol di


genitalia eksterna
• Rasa sakit di panggul atau pinggang
• Gangguan BAB dan BAK

Pemeriksaan Fisik

• Derajat maksimum  manuver Valsava.


• Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi dan kekuatan
otot levator ani.
• Pemeriksaan rektovaginal  Untuk memastikan adanya rektokel

178
3A

Derajat Berdasarkan Pop-Q

Stage Deskripsi

1 >1 cm di atas garis himen

1 cm di atas hingga 1 cm di bawah


2
garis himen

>1 cm di bawah garis himen


3
< (TVL-2) cm

Seluruh uterus tereversi keluar introitus


4
vagina

Derajat 4 disebut juga Procidentia Uteri

179
3A

Tatalaksana

• Menopause (+): histerektomi


• Menopause (-) :
• Jika grade I/II: pasang cincin
pesarium
• Jika grade III/IV: rujuk untuk
VAGINORAPHY

180
A. Senam kegel  pencegahan
B. Cincin pesarium
C. Histerektomi  tidak tepat
D. Observasi  tidak tepat
E. Vaginoraphy  untuk grade III / IV

181
24
Seorang wanita 19 tahun P1A0 datang ke dokter dengan keluhan keluar tinja dari
jalan lahir saat sedang buang air besar. Pasien memiliki riwayat melahirkan di
dukun. Keluhan keluar urin dari jalan lahir disangkal. Pada pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 80x/menit, frekuensi
napas 20x/menit, suhu 37C.
Kondisi yang dialami pasien pada kasus adalah
A. Fistula ani
B. Inkontinensia alvi
C. Fistula rectovaginal
D. Fistula vesicovaginal
E. Rektokel
Seorang wanita 19 tahun P1A0 datang ke dokter dengan keluhan keluar tinja
dari jalan lahir saat sedang buang air besar. Pasien memiliki riwayat melahirkan di
dukun. Keluhan keluar urin dari jalan lahir disangkal. Pada pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 80x/menit, frekuensi
napas 20x/menit, suhu 37C.
Kondisi yang dialami pasien pada kasus adalah
A. Fistula ani
B. Inkontinensia alvi
C. Fistula rectovaginal
D. Fistula vesicovaginal
E. Rektokel
Definisi Etiologi

• Hubungan abnormal vagina dengan rectum


• Biasanya terjadi akibat trauma obstetri

Klasifikasi

• Fistula anovaginal  hubungan terjadi pada 3 cm pertama


dari anal verge
• Fistula rektovagina  hubungan terjadi di atas linea
dentata
• Fistula kolovagina  hubungan terjadi di atas rectum
Manifestasi Klinis

• Keluarnya flatus maupun faeces dari vagina


• Fistula kecil dapat bersifat asimptomatik
• Lubang pada dinding posterior vagina

Pemeriksaan
• Inspekulo  awal
• Double Dye Test  untuk identifikasi fistula kecil
• Menggunakan pyridium dan methylene blue

Bedakan dengan Fistula Ani


Saluran dari anal/rectum ke permukaan kulit disekitar anus
Klinis: discharge dan nyeri pada kulit sekitar anus
A. Fistula ani  saluran dari anal ke kulit sekitar anus
B. Inkontinensia alvi  ketidakmampuan menahan BAB
C. Fistula rectovaginal
D. Fistula vesicovaginal  keluar urin dari jalan lahir saat BAK
E. Rektokel  benjolan dari arah posterior vagina

187
25
Seorang wanita 21 tahun datang ke klinik dokter pribadi dengan keluhan nyeri
pada payudara kanan. Pasien post melahirkan 4 minggu yang lalu dan masih
menyusui anak pertamanya. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80, HR
82 x, RR 20 x, dan T 37,9oC. Pemeriksaan payudara kanan tampak eritema,
edema, teraba hangat, nyeri tekan (+), fluktuasi (+).
Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus ini?
A. Mastitis
B. Abses mammae
C. Bendungan air susu
D. Galaktokel
E. Tumor payudara
Seorang wanita 21 tahun datang ke klinik dokter pribadi dengan keluhan nyeri
pada payudara kanan. Pasien post melahirkan 4 minggu yang lalu dan masih
menyusui anak pertamanya. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80, HR
82 x, RR 20 x, dan T 37,9oC. Pemeriksaan payudara kanan tampak eritema,
edema, teraba hangat, nyeri tekan (+), fluktuasi (+).
Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus ini?
A. Mastitis
B. Abses mammae
C. Bendungan air susu
D. Galaktokel
E. Tumor payudara
Diagnosis Klinis

Kelainan Menyusui Etiologi Tatalaksana


Puting Payudara

Inverted Nipple Cracked Nipple Unilateral Bilateral

• Cara Menyusui yang


• Kongenital Breast Engorgement /
salah Abses Mammae
• Ductus Lactiferus Mastitis
• Kelainan papilla  Bendungan Air Susu
pendek
Inverted Nipple
Cara Menyusui yang salah
Grade:
1. :Keluar masuk tanpa Infeksi S. Aureus (flora normal kulit) Pemberian ASI Jarang
penekanan
2. :keluar masuk
dengan penekanan, Putting kering dan Nyeri (+), Bengkak (+)
Kembali masuk saat retak
tekanan dilepas Demam (+), Eritema (+)  Tanda radang (+) Payudara keras
3. :Tidak keluar dengan
penekanan Fluktuasi (+)

Edukasi cara menyusui

• Grade: • Tetap Menyusui


• Kompres hangat
• 1  Penarikan manual • Oleskan ASI di • Kompres Dingin • Jangan Menyusui
• Susukan Bayi / pompa
• 2  penarian dengan sekitar putting • AB  Kloksasilin / • AB + PCT
ASI
spuit • Lanolin eritromisin • Insisi drainase
• Bromokriptin
• 3  pembedahan • Paracetamol
4

Diagnosis

• Payudara (biasanya Unilateral) keras, memerah, nyeri


• Benjolan (+) Mastitis
• Demam >38 C
• Sering terjadi pada minggu ke-3 atau 4 postpartum
• Fluktuasi (+)  Abses Mammae

Abses
4
2
Tatalaksana

• Antibiotik
• Kloksasilin 4 x 500mg selama 14 hari atau
• Eritromisin 3 x 250mg selama 14 hari
• Tetap menyusui, mulai dari payudara yang sehat
• Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri
• Sangga payudara dengan bra yang pas
• Abses  Insisi dan drainase

Kapan kompres hangat ?


Kapan kompres dingin?
193
A. Mastitis  Infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara, tidak
terdapat fluktuasi
B. Abses mammae
C. Bendungan air susu  oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar
D. Galaktokel  sumbatan saluran oleh air susu yang membeku
E. Tumor payudara  tidak terdapat tanda inflamasi, teraba benjolan keras
dan terfiksir pada payudara , keluar cairan berbau atau darah dari puting

194
Terima Kasih
#OneShotBersamaMedsense +

Anda mungkin juga menyukai